Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Darda Muadz
"Pembicaraan mengenai adaptasi terhadap perubahan iklim biasanya membicarakan mengenai teknologi saja atau kebijakan saja. Pembahasannya juga lebih banyak membahas mengenai sektor transportasi dan sektor industri. Ketika membicarakan sektor agrikultur juga lebih berfokus mengenai peternakan yang memang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang banyak. Selain peternakan, aktivitas agrikultur yang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang cukup besar adalah budidaya padi. Dalam kasus Vietnam, budidaya padi menghasilkan gas rumah kaca yang lebih besar dari sektor transportasi. Namun, budidaya padi juga sangat terganggu oleh perubahan iklim. Sementara budidaya padi banyak dilakukan di negara berkembang seperti Vietnam, Thailand, dan Indonesia yang belum tentu memiliki sumber daya yang memadai dalam menghadapi perubahan iklim. Oleh karena itu, penelitian ini akan membandingkan bagaimana ketiga negara merespons isu perubahan iklim berdasarkan studi kasus kebijakan terkait tanaman padi. Penelitian ini menggunakan teori modernisasi ekologis yang melihat solusi dalam menghadapi isu perubahan iklim dengan inovasi teknologi yang lebih ramah lingkungan dan kebijakan pemerintah. Kebijakan yang mendorong agar masyarakat dan pihak swasta berpartisipasi dalam pencegahan perubahan iklim. Penelitian ini menemukan bahwa setiap negara memiliki orientasi yang berbeda-beda sehingga menghasilkan pengimplementasian kebijakan dan teknologi yang berbeda-beda sesuai dengan konteks dan sejarah setiap negara. Sejarah yang dimaksud adalah sejarah budidaya padi di suatu negara. Sementara itu, konteks setiap negara yang dimaksud adalah konteks seperti permasalahan yang dihadapi, orientasi petani dalam budidaya padi di suatu negara, serta peran suatu negara di pasar internasional.

The discussion about climate change adaptation usually focuses on technology or policies. It also predominantly addresses the transportation and industrial sectors. When discussing the agricultural sector, the emphasis is often on livestock farming, which indeed generates significant greenhouse gas emissions. Apart from livestock, another significant emitter in agricultural activities is rice cultivation. In the case of Vietnam, rice cultivation produces a greater amount of greenhouse gases compared to the transportation sector. However, rice cultivation is highly vulnerable to climate change. While rice cultivation is prevalent in developing countries such as Vietnam, Thailand, and Indonesia, these countries may not necessarily have sufficient resources to cope with climate change. Therefore, this study will compare how these three countries respond to the issue of climate change based on case studies of policies related to rice cultivation. The research employs the theory of ecological modernization, which seeks solutions to climate change issues through environmentally friendly technological innovations and government policies. Policies that encourage public and private sector participation in climate change prevention are also considered. The study finds that each country has a different orientation, leading to the implementation of diverse policies and technologies according to the context and history of each nation. The mentioned history refers to the history of rice cultivation in a specific country. Meanwhile, the context of each country includes factors such as the challenges faced by a country, the orientation of farmers in rice cultivation, and the role of a country in the international market."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Darda Muadz
"Pembicaraan mengenai adaptasi terhadap perubahan iklim biasanya membicarakan mengenai teknologi saja atau kebijakan saja. Pembahasannya juga lebih banyak membahas mengenai sektor transportasi dan sektor industri. Ketika membicarakan sektor agrikultur juga lebih berfokus mengenai peternakan yang memang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang banyak. Selain peternakan, aktivitas agrikultur yang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang cukup besar adalah budidaya padi. Dalam kasus Vietnam, budidaya padi menghasilkan gas rumah kaca yang lebih besar dari sektor transportasi. Namun, budidaya padi juga sangat terganggu oleh perubahan iklim. Sementara budidaya padi banyak dilakukan di negara berkembang seperti Vietnam, Thailand, dan Indonesia yang belum tentu memiliki sumber daya yang memadai dalam menghadapi perubahan iklim. Oleh karena itu, penelitian ini akan membandingkan bagaimana ketiga negara merespons isu perubahan iklim berdasarkan studi kasus kebijakan terkait tanaman padi. Penelitian ini menggunakan teori modernisasi ekologis yang melihat solusi dalam menghadapi isu perubahan iklim dengan inovasi teknologi yang lebih ramah lingkungan dan kebijakan pemerintah. Kebijakan yang mendorong agar masyarakat dan pihak swasta berpartisipasi dalam pencegahan perubahan iklim. Penelitian ini menemukan bahwa setiap negara memiliki orientasi yang berbeda-beda sehingga menghasilkan pengimplementasian kebijakan dan teknologi yang berbeda-beda sesuai dengan konteks dan sejarah setiap negara. Sejarah yang dimaksud adalah sejarah budidaya padi di suatu negara. Sementara itu, konteks setiap negara yang dimaksud adalah konteks seperti permasalahan yang dihadapi, orientasi petani dalam budidaya padi di suatu negara, serta peran suatu negara di pasar internasional.

The discussion about climate change adaptation usually focuses on technology or policies. It also predominantly addresses the transportation and industrial sectors. When discussing the agricultural sector, the emphasis is often on livestock farming, which indeed generates significant greenhouse gas emissions. Apart from livestock, another significant emitter in agricultural activities is rice cultivation. In the case of Vietnam, rice cultivation produces a greater amount of greenhouse gases compared to the transportation sector. However, rice cultivation is highly vulnerable to climate change. While rice cultivation is prevalent in developing countries such as Vietnam, Thailand, and Indonesia, these countries may not necessarily have sufficient resources to cope with climate change. Therefore, this study will compare how these three countries respond to the issue of climate change based on case studies of policies related to rice cultivation. The research employs the theory of ecological modernization, which seeks solutions to climate change issues through environmentally friendly technological innovations and government policies. Policies that encourage public and private sector participation in climate change prevention are also considered. The study finds that each country has a different orientation, leading to the implementation of diverse policies and technologies according to the context and history of each nation. The mentioned history refers to the history of rice cultivation in a specific country. Meanwhile, the context of each country includes factors such as the challenges faced by a country, the orientation of farmers in rice cultivation, and the role of a country in the international market."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sus Irianingsih
"Peninqkatan produksi padi 1 tahun ditentukan oleh unsur agrokulmat, yakni iklim.. Unsur-unsur iklim yang dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi adalah suhu udara (maksimum dan minimum), sinar matahari dan curah hujan. Bila kita perhatikan, luas wilayah iklim kering di Jawa Barat jauh lebih sempit dibandingkan dengan luas wilayah iklim basah. Walaupun demikian, wilayah iklim kering di Jawa Barat ini dapat ditanami padi sawah maupun padi gogo, dengan produktivitas sangat memuaskan (rata-rata peningkatan produktivitas padi 10,04 7. pada tahun 1979-1983). Tujuan penulisan ini ingin mengetahui hubungan antara unsur-unsur iklim dengan produktivitas padi (sawah dan gogo) di wilayah iklim kering Jawa Barat. Sehubungan dengan tujuan, maka masalahnya adalah: bagaimana pola iklim kering (Oldeman) di Jawa Barat ? bagaimana hubungan antara unsur-unsur ik].im dengan produktivitas padi di wilayah iklim kering Jawa Barat ? Batasan yang digunakan adalah: Bulan basah: dalam 1 bulan curah hujan lebih atau sama. dengan 200 mm. Bulan kering: dalam 1 bulan curah hujan kurang dari 100 mm. Produktivitas padi: hasil padi per luas panen (kwintal per hektar). Asumsi: Faktor-faktor non iklim yang dapat berpengaruh terhadap pertanian, seperti tanah dan budidaya tanaman adalah sama. Analisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu klasifikasi data curah hujan bulanan berdasarkan teori Oldeman dan metode korelasi peta dari variabel iklim (suhu udara maksimum, suhu udara minimum, lamanya penyinaran matahari dan curah hujan) dengan produktivitas padi sawah dan padi gogo. Untuk mempermudah dan memperielas analisa, digunakan daerah sampel (kecamatan). Hasil dari analisa menunjukan: 1.. Luas wilayah iklim kering di Jawa Barat jauh lebih sempit danipada luas wilayah iklim basah. Wiláyáh iklim kering digolongkan menjadi 2 region iklim, yaitu: region D3 dan E. Region D3: Region D3 termasuk dalam region kering karena memiliki jumlah bulan kering lebih banyak dari jumlah bulan basah, yaitu 5-6 bulan terjadi selama bulan Mei - Oktober, dengan maksimum pada bulan Januari.
Serta sedikitnya 5 bulan kering selama bulan Mei - November dengan minimum di bulan Agustus. Mencakup wilayah bagian utara Pesisir Utara Jaa Barat, menyebar terpisah-pisah dalam lingkungan region D3, meliputi bagian utara kabupaten Serang, Tangerang, Bekasi, Karaang dan Subang. 2. Produktivitas padi sawah tinggi (45 - 50 k/ha) ,terdapat di kecamatan-kecamatan dengan suhu maksimum agak tinggi hingga tinggi (32-33C), suhu minimum rendah (21-22C), dan lamanya penyinaran matahari sedäng (125-175 jam); terutama terdapat pada musim tanam II. Produktivitas padi sawah rendah terdapat di kecamatan-kecamatan dengan suhu maksimum agak tinggi, suhu minimum sedang dan lamanya penyinaran matahariagak tinggi;terdapat pada musim tanam I. Produktivitas padi gogo tinggi terdapat di kecamatan-kecamatan dengan curah hujan tinggi (dalam region D3). Dengan demikian dapat diringkaskan, produktivitas padi saah banyak dipengaruhi oleh penyinaran matahari dan suhu udara (maksimum dan minimum), dengan demikian pada keadaan produktivitas padi sawah mencapai optimum pada keadaan suhu maksimum agak tinggi sampai tinggi (32-33C), suhu minimum (kurang dan 22C) dan lamanya penyinaran matahani sedang (125-175 jam). Sedangkan padi gogo banyak dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan selama masa hidupnya atau pertumbuhannya."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat pemanasan global (global
warming) dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian.
Perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan permukaan
air laut merupakan dampak serius dari perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Pertanian merupakan sektor yang
mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim. Di tingkat global, sektor pertanian menyumbang sekitar
14% dari total emisi, sedangkan di tingkat nasional sumbangan emisi sebesar 12% (51,20 juta ton CO2e) dari total
emisi sebesar 436,90 juta ton CO2e, bila emisi dari degradasi hutan, kebakaran gambut, dan dari drainase lahan
gambut tidak diperhitungkan. Apabila emisi dari ketiga aktivitas tersebut diperhitungkan, kontribusi sektor pertanian
hanya sekitar 8%. Walaupun sumbangan emisi dari sektor pertanian relatif kecil, dampak yang dirasakan sangat
besar. Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara
signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami puso
semakin luas. Peningkatan permukaan air laut menyebabkan penciutan lahan sawah di daerah pesisir dan kerusakan
tanaman akibat salinitas. Dampak perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk
mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Teknologi mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca (GRK) dari lahan pertanian melalui penggunaan varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air
dan lahan. Teknologi adaptasi yang dapat diterapkan meliputi penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas
unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas, serta pengembangan teknologi pengelolaan air."
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syadzwina Pramesti Ghassani
"Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait isu perubahan iklim yang menyebabkan terganggunya aktivitas manusia, terutama pada aktivitas pertanian. Sektor pertanian merupakan segmen penting karena merupakan sumber pasokan pangan masyarakat Indonesia. Pemenuhan pasokan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia akan menentukan taraf kesejahteraan masyarakat. Tulisan ini menggunakan metode kajian literatur untuk menganalisis konsep successful adaptation pada kebijakan adaptasi perubahan iklim kementerian pertanian. Konsep ini digunakan untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

This study aims to provide an understanding of climate change issues that disrupts human activities, particularly in agricultural activities. Agricultural sector plays a big role in the nation because this sector mainly provides food supplies for the nation. Meeting the food supply as a basic human need will determine the level of community welfare. This paper uses literature review method to analyze the concept of successful adaptation in the climate change adaptation policy of the Ministry of Agriculture. This concept is used to see the extent of the government's success in maintaining national food security."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Indonesian Agency for Agricultural Research and Development, 2011
632.1 ANN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Utami
"Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat di dunia, termasuk di Indonesia. Namun, perubahan iklim yang terjadi saat ini membayangi perkembangan sektor pariwisata melalui perubahan karakteristik destinasi wisata, termasuk Bali, sbeagai destinasi wisata utama pariwisata Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak variabel iklim terhadap inbound tourism di Bali. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 23 negara selama 25 tahun dengan menggunakan metode fixed effect. Hasilnya, kenaikan suhu di Bali masih akan menaikkan jumlah wisatawan mancanegara. Sementara kenaikan suhu di negara asal akan menurunkan jumlah wisatawan yang datang ke Bali. Selain itu, adanya kejadian bom akan menurunkan wisatawan dan depresiasi riil nilai rupiah tidak akan menaikkan jumlah wisatawan mancanegara dan kenaikan pendapatan wisatawan akan menaikkan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali.

Tourism is one of rapidly growing sector in the world, including in Indonesia. However, climate change which happening now overshadows the development of the tourism sector through changes in the characteristics of tourist destinations, including Bali, as the main tourist destinations in Indonesia. This study was conducted to look at the impact of climate variables on inbound tourism in Bali. This study uses secondary data from 23 countries over 25 years using a fixed effect method. As a result, the temperature rise in Bali still will raise the number of foreign tourists. While the temperature rise in the country of origin would decrease the number of tourists coming to Bali. In addition, bombings would decrease the number of tourists and real depreciation of Rupiah will not reduce the number of foreign tourists and the increasing of touris?s income would increase the number of foreign tourist arrivals to Bali.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruminta
"Climate changes and global warming had a great impacts on rainfall patterns. The rainfall patterns
changes can influence on rainfed land cropping system. In relation to that fact, study on change of rainfall pattern
and it?s impacts on rainfed land cropping system had been carried out at the West Java. The study based on
rainfall and crop production data that was analyzsed by Adaptive Neuro-Fazzy Inference System. The results
showed that the pattern of rainfall at West Java region in the last 30 years has changed and tend to decline. Long
rainy season becomes shorter and extreme rainfall (droughts or floods) has increase. Long rainy season changed
from 6-7 months to 4-6 months and led to a shorter period of growing season. Early planting changed and back
about 1-2 dasarian of early planting is usually done in 14th dasarian. In the area of West Java, production of rice
and corn trend to increase while soybean production tends to decline. Model production of food crops which were
analyzed by ANFIS very accurate and can be used for projecting the production of rice, corn, and soybeans.
Perubahan iklim dan pemanasan global sangat mempengaruhi perubahan pola curah hujan. Perubahan pola
curah hujan tersebut berdampak pada sistem pertanian tanaman pangan lahan tadah hujan. Sehubungan dengan hal
itu telah dilakukan penelitian mengenai perubahan pola curah hujan dan dampaknya terhadap sistem pertanian
tanaman pangan lahan tadah hujan di Jawa Barat. Penelitian menggunakan data curah hujan dan produksi tanaman
pangan yang dianalisis menggunakan model Adaptive Neuro-Fazzy Inference System. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pola curah hujan di wilayah Jawa Barat pada 30 tahun terakhir mengalami perubahan dan
cenderung menurun. Lama musim hujan menjadi lebih pendek dan curah hujan ekstrim (kekeringan atau banjir)
semakin meningkat. Lama musim hujan berubah dari 6-7 bulan menjadi 4-6 bulan dan menyebabkan periode
masa tanam lebih pendek. Awal tanam mengalami perubahan dan mundur sekitar 1-2 dasarian dari awal tanam
sebelumnya yang biasa dilakukan pada dasarian ke 14. Di wilayah Jawa Barat, produksi tanaman padi dan jagung
cenderung meningkat sedangkan produksi tanaman kedelai cenderung menurun. Model produksi tanaman pangan
hasil analisis ANFIS sangat akurat dan dapat dipergunakan untuk memproyeksikan produksi padi, jagung, dan
kedelai."
Bandung: Universitas Padjadjaran. Staf Pengajar Departemen Budidaya Pertanian , 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kawaguchi, Keizaburo
Kyoto: Center for Southeast Asian Studies Kyoto University, 1969
631.4 KAW l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiyanto Aryoseno
"Adaptasi perubahan iklim tidak akan memperoleh hasil yang efektif jika tidak diperhitungan mengenai seberapa besar perkiraan dampak yang ditimbul kan, dan tidak tahu perbedaan tingkat kerentanan dampak di masing-masing wilayah. Untuk itu, diperlukan suatu penilaian yang memberikan informasi kerentanan wilayah terhadap dampak perubahan iklim yang akan terjadi di masa mendatang. Penilaian kerentanan perubahan iklim adalah pengukuran yang perlu dilakukan disetiap daerah. Setiap daerah memiliki karekteristik fisik dan lingkungan yang berbeda, kondisi topografi, hidrologi, geologi dan klimatologi yang berbeda membuat setiap daerah terpapar dampak perubahan iklim yang berbeda pula. Kota Bekasi yag terletak bersebelahan dengan ibukota negara ini tentunya diharapkan sebagai pendukung dan penyeimbang ibukota. Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi wilayah perkotaan pada umumnya di negara berkembang ditambah tekanan ancaman perubahan iklim Kota Bekasi diperlukan pernilaian kerentanan, satu tahapan utama proses pengarusutamaan kebijakan strategi adaptasi kedalam perencanaan pembangunan adalah penilaian kerentanan atau vulnerability assessment (VA) yang merupakan masukan utama untuk menjadi panduan bagi para pengambil keputusan agar tidak terjadi proses mal adaptation. Penelitian ini dilakukan dengan metode Kualitatif menggunaka data yang ada kemudian dilakukan analisis kerentanan merupakan fungsi dari tingkat keterpaparan (E), sensitivitas (S), dan kemampuan adaptasi (AC) dari suatu sistem, yang berarti tingkat kerentanan sangat dipengaruhi besarnya oleh komponen E, S, dan AC dari suatu sistem. Semakin tinggi tingkat keterpaparan atau tingkat sensitivitas maka akan semakin besar kerentanan, sedangkan; semakin tinggi kemampuan adaptasi maka akan semakin kecil kerentanan. Dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk peta dengan analisa yang dilakukan per kelurahan ancaman bencana iklim di Kota Bekasi adalah Banjir, Kekeringan, Longsor dan Angin Putting Beliung, sedangkan ancaman bencana tak langsung adalah Diare, ISPA dan DBD berdasarakan data kejadian penyakit tersebut muncul karena kejadian bencana. Hasil penelitian yang dilakukan di tingkat kelurahan, beberapa tindakan yang dilakukan oleh masyarakat ketika terjadi bencana antara lain mengambil inisiatif penanggulangan secara swadaya. Hal ini dikarenakan bencana yang terjadi di Kota Bekasi masih tergolong rendah dan sedang, sehingga masyarakat korban masih mampu mengatasinya. Kondisi ini dapat menunjukkan tingkat kapasitas masyarakat dalam upaya adaptasi terhadap bencana dan dampak perubahan iklim. Meningkatkan dan penguatan kapasitas masyarakat di Kota Bekasi agar perduli dan tanggap terhadap ancaman bahaya yang ada di sekitar lingkungannya

Adaptation to climate change will not obtain effective results if not taken as to how big the estimated impact, and do not know the difference in the level of the impact of the vulnerability in each regions. Therefore, required an assessment that provides vulnerability regions to the impact of climate change will be happen in the future. The value of vulnerability climate change is the measurements need to be done in each area. In every area having the different of environment and physical characteristics, the different condition such as topography, hydrology, geology and climatology makes every area exposed to the impact of climate change differently. City of Bekasi in located near to the capital of this county would be expected to support and balance with the capital city. Vulnerability assessment needed by developing countries in urban areas to faces the threat of climate change, Vulnerabilty assessment is one of the main stages in the policy of adaptation strategies into development planning and also serve as a guide for decision makers in order to avoid mal adaption. This research is using qualitative method, then the data do analysis assessement as function of the level of exposure (E), sensitivity (S), and the adaptive capacity (AC) of a system, which means that the vulnerabilty is highly influenced by the compoments E, E and AC from a system. Therefore, the higher the level of exposure will be the greater vulnerability, while the higher capabilty adaptation will be smaller vulnerability. The result of the research from the maps with analysis which do each village the threat of disaster will be happen in Bekasi City is Flood, Dought, Avalance and Tornado, while indirect the treat of disaster is Diare, ISPA and DBD based on the data this disease always happen because the disaster. The result of the research conducted village level, some of the actions taken by the community in times of disaster prevention, like take the initiative independently. This is due to the disaster in the city of Bekasi is still relatively low and moderate, so that affected people could still handle. This condition can indicate the level capacity of communities in an effort to disasters and climate change. Improving and strengthening the capacity of communities in the city of Bekasi to care and response to hazards that exist around the environment."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>