Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Millati Syamila
"Tingginya durasi penggunaan internet dan kesulitan dalam mengontrol penggunaan internet di kalangan remaja saat ini dapat berpotensi mengakibatkan penggunaan internet yang problematik. Adanya keyakinan metakognisi yang maladaptif bahwa dengan menggunakan internet dapat meregulasi emosi negatif secara efektif diduga dapat memediasi hubungan antara kesulitan regulasi emosi dan penggunaan internet yang berpotensi problematik pada 261 sampel remaja usia 11 hingga 20 tahun (perempuan 66.28%, M = 15). Analisis dilakukan dengan metode kuantitatif non-eksperimental menggunakan Hayes PROCESS Mediation Analysis. Penggunaan internet yang problematik diukur dengan skala GPIUS2, regulasi emosi diukur dengan DERS-SF, serta keyakinan metakognisi maladaptif diukur dengan skala MCQ-30. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keyakinan metakognisi maladaptif berperan dalam memediasi hubungan antara penggunaan internet yang berpotensi problematik dan kesulitan regulasi emosi pada remaja secara parsial. Kesulitan regulasi emosi ditemukan dapat memengaruhi penggunaan internet yang berpotensi problematik baik secara langsung maupun tidak langsung. Penemuan ini mengimplikasikan bahwa intervensi penggunaan internet problematik pada remaja dapat mempertimbangkan regulasi emosi dan input informasi yang tepat dalam mengembangkan keyakinan metakognisi yang adaptif.

Adolescents' exessive use of the internet and lack of control in using internet might potentially result in problematic internet use (PIU). In a sample of 261 typical adolescents aged 11 to 20 years (female 66.28%, M = 15), the association between emotion regulation difficulties and Internet users problematik is assumed to be mediated by the maladaptive metacognitive beliefs that utilizing the internet may effectively decrease negative emotions. Hayes PROCESS Mediation Analysis, non-experimental quantitative methods were used for the analyses. The GPIUS2 scale was used to test potentially PIU, the DERS-SF was used to measure emotion regulation difficulties, and the MCQ-30 scale was used to measure maladaptive metacognitive beliefs. The findings demonstrated that the association between penggunaan internet problematik and emotion regulation difficulties was partially mediated by maladaptive metacognitive beliefs. It has been discovered that potentially problematic internet use is both directly and indirectly by emotion regulation difficulties. This research suggests that problematic internet use interventions for adolescents ought to take emotion regulation, appropriate information input in developing adaptive metacognitive beliefs into account."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Rachma Sayekti
"Penggunaan internet yang bermasalah merupakan dampak negatif dari penggunaan internet yang tidak bijaksana. Penggunaan internet yang bermasalah pada umumnya terjadi pada masa remaja. Pada masa ini, remaja cenderung memiliki masalah dengan emosinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara masalah emosi pada remaja dengan penggunaan internet yang bermasalah. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilaksanakan di enam Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Pancoran Mas Depok, dengan jumlah subjek penelitian ini adalah 300 sampel orangdengan setiap sekolahnya terdiri dari 50 sampel. Penelitian ini menggunakan kuesioner Strength and Difficulties SDQ dan Young rsquo;s Internet Addiction TestScale. Penelitian menunjukkan bahwa 39,3 sampel mengalami masalah emosi dan 27 mengalami penggunaan internet yang bermasalah. Tidak terdapat hubungan bermakna antara masalah emosi dengan penggunaan internet yang bermasalah P>0,05. Masalah emosi berhubungan dengan strategi coping mechanism. Pada perempuan cenderung menggunakan coping mechanism yang pasif dan menghindar dibandingkan dengan laki-laki yang menggunakan coping mechanism aktif sehingga lebih protektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wei-Po Chou di Thailand menujukkan bahwa seseorang dengan coping mechanism yang pasif tidak berhubungan dengan kejadian penggunaan internet yang bermasalah. Selanjutnya, hal ini bisa terjadi karena internet dijadikan tempat menyalurkan kelabilan emosi dengan bersosialisasi lebih mudah melalui media sosial. Penelitian ini hanya menilai hubungan masalah emosi dan penggunaan internet yang bermasalah dalam satu waktu. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dalam penggunaan internet yang bermasalah pada remaja.

The problematic use of internet is a negative impact of unwise internet use. This problematic internet usage generally occurs at adolescence. At this time, adolescents tend to have problems with their emotions. This study aims to determine the relationship between emotional problems in adolescents and problematic internet use.This study used a cross sectional design conducted in six junior high schools in Pancoran Mas Depok sub district with the number of subjects of this study being 300 people samples with each school consisting of 50 samples. This study uses Strength and Difficulties SDQ questionnaires and Young 39 s Internet Addiction Scale. The results showed that 39.3 of the samples experienced emotional problems and 27 experienced problematic internet usage. There was no significant association between emotional problems and problematic Internet use P 0.05 . Emotional problems relate to coping mechanism strategy. In women tend to use passive coping mechanism and avoid compared with men who use active coping mechanism so that more protective. Research conducted by Wei Po Chou in Thailand shows that a person with a passive coping mechanism is not associated with a problematic internet usage event. Furthermore, this can happen because the internet is used as a place to deliver emotional instability by socializing more easily through social media. This study only assesses the relationship of emotional problems and problematic internet use at one time. Need to do further research to know the factors related in internet usage problem in adolescent."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Aura Sandiana
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran mediasi coping berfokus emosi pada hubungan trait kepribadian dan tingkat penggunaan internet bermasalah. Sebanyak 174 orang partisipan dengan rentang usia 18-29 tahun M = 23,1, SD = 2,7 telah mengisi kuisioner secara online. Terdapat tiga alat ukur untuk mengukur ketiga variabel, yakni Generalized Problematic Internet Use Scale 2, Big Five Inventory Brief COPE.
Berbeda dari penemuan dalam riset sebelumnya Zhou, Li, Li, Wang, Zhao, 2017, Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa coping berfokus emosi tidak dapat bekerja sebagai mediator dalam hubungan ketiga trait kepribadian yaitu neuroticism, extraversion, openness dengan penggunaan internet bermasalah. Meskipun demikian,penelitian ini menemukan bahwa arah hubungan antara ketiga variabel telah sejalan dengan teori dan temuan sebelumnya. Dugaan mengenai kemungkinan tidak terjadi signifikansi didiskusikan lebih lengkap di dalam.

This study was conducted to examine the role of emotional coping mediation on the relationship trait personality and the level of Internet usage problem. A total of 174 participants with age range 18 29 years M 23.1, SD 2.7 have completed the questionnaire online. There are three measuring tools to measure the three variables, namely Generalized Problematic Internet Use Scale 2, COPE Big Five Inventory Brief.
In contrast to previous research findings Zhou, Li, Li, Wang, Zhao, 2017 , the findings of this study show that emotional focused coping did not work as a mediator in the three personality trait relationships neuroticism, extraversion, openness with problematic internet use. Nevertheless, this study found that the direction of the relationship between the three variables has aligned with previous theories and findings. Allegations about the possibility of no significance are discussed more fully inside.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ceisha Kartika Novianti
"Anak usia prasekolah rentan mengalami permasalahan regulasi emosi yang berdampak pada aspek psiko-sosial dan akademik, baik pada saat ini maupun usia mendatang. Regulasi emosi anak terbukti berhubungan dengan regulasi emosi ibu dan sosialisasi emosi juga terbukti mampu berperan sebagai mediator dalam hubungan ini. Penelitian ini ingin mengetahui peran sosialisasi emosi sebagai mediator dalam hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Penelitian kuantitatif dengan desain korelasional ini melibatkan 205 ibu dari anak usia prasekolah (3-6 tahun) sebagai partisipan.
Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa tidak terdapat direct effect yang signifikan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah dan tidak terdapat indirect effect yang signifikan melalui sosialisasi emosi secara supportive, tetapi terdapat indirect effect yang ditemukan signifikan melalui sosialisasi emosi secara unsupportive dalam memediasi hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi ibu tidak dapat berhubungan secara langsung dengan regulasi emosi anak usia prasekolah, tetapi harus melewati sosialisasi emosi secara unsupportive terlebih dahulu untuk berhubungan dengan regulasi emosi anak usia prasekolah.

Preschool-aged children are vulnerable to emotional regulation problems that have an impact on psycho-social and academic aspects, both now and in the future. Children's emotional regulation has been shown to be related to maternal emotion regulation and emotional socialization has also been shown to be able to act as a mediator in this relationship. The current study examined the role of emotion socialization as a mediator of the relations between maternal emotional regulation and emotion regulation of preschool-aged children. This quantitative study with a correlational design involved 205 mothers of preschool children (3-6 years old) as participants.
Results of the mediation analysis revealed that there was no significant direct effect between the maternal emotion regulation and preschool-aged children was not significant, and there was no significant indirect effect through supportive emotional socialization, whereas there was significant indirect effect through unsupportive emotional socialization in mediating the relationship between maternal emotion regulation and preschool-aged children. Therefore, it can be concluded that maternal emotional regulation cannot be directly related to emotional regulation of preschool-aged children, but must pass through unsupportive emotional socialization first to correlate with emotional regulation of preschool-aged children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoyrunnisaa Annabiilah Amila Fiartri
"Meski secara teoretis diduga sebagai hambatan utama pencapaian pertumbuhan pascatrauma, peran disregulasi emosi terhadap pertumbuhan pascatrauma jarang sekali diteliti secara empiris. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah benar terdapat hubungan negatif signifikan antara disregulasi emosi dan pertumbuhan pascatrauma; dan jika iya, apakah penggunaan regulasi emosi interpersonal merupakan moderator signifikan. Partisipan merupakan 388 dewasa muda Indonesia 87,1% wanita; Musia = 21,06, SD = 2,12) yang pernah mengalami kekerasan dan/atau penelantaran di masa kecil. Disregulasi emosi diukur menggunakan Difficulties in Emotion Regulation Short Form DERS SF, regulasi emosi interpersonal diukur menggunakan Interpersonal Emotion Regulation Questionnaire IER-Q, dan pertumbuhan pascatrauma diukur menggunakan Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Melalui analisis moderasi ditemukan bahwa disregulasi emosi memprediksi pertumbuhan pascatrauma secara signifikan (b = -0,3683, t(384) = -6,235, p < 0,001) dan penggunaan regulasi emosi interpersonal bukan merupakan moderator signifikan (b = 0,0027, t(384) = 0,850, p > 0,001). Bukti empiris ini menekankan betapa penting teregulasi dengan baiknya emosi negatif dan perasaan distres untuk mencapai pertumbuhan pascatrauma."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Princessa
"Pendahuluan: Adiksi internet merupakan masalah kesehatan yang terus meningkat. Kelompok usia dewasa dan remaja, yang merupakan kelompok usia pada mahasiswa kedokteran, adalah populasi yang paling rentan mengalami adiksi internet. Masalah emosi dan depresi sering ditemukan bersama dengan adiksi internet. Metode: Penelitian ini dilakukan secara potong lintang dengan menyebarkan kuesioner Self-Reporting Questionnaire-20 (SRQ-20), Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9), dan Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) kepada seluruh mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) secara daring dengan menggunakan Google Forms. Setelah itu, dilakukan uji statistik dengan SPSS edisi 25 untuk menemukan hubungan antara masalah emosi, depresi, dan adiksi internet. Hasil Penelitian: Didapatkan 153 responden penelitian dari mahasiswa preklinik FKUI. Prevalensi adiksi internet pada mahasiswa FKUI adalah 20,26%, sedangkan prevalensi masalah emosi adalah 26,79%. Ditemukan bahwa tingkat kejadian masalah emosi lebih tinggi secara signifikan pada populasi adiksi (61,3%) dibandingkan tidak adiksi (18,0%) dan terdapat hubungan signifikan antara masalah emosi dan adiksi internet (p<0,001; OR (95% CI) = 7,2 (3,05–16,97)). Depresi juga lebih banyak ditemukan pada kelompok adiksi (58,1%) dibandingkan yang tidak adiksi dan ditemukan hubungan yang signifikan antara keduanya (p<0,001; OR (95% CI) = 9,17 (3,78-22,25)). Kesimpulan: Masalah emosi dan depresi ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan adiksi internet.
Introduction: Internet addiction is an ever increasing health problem. Teenagers and young adults, which are the age groups of medical students, are populations most prone to internet addiction. Emotional problems and depression are often found alongside internet addiction. Methods: This cross-sectional study was done with the Self-Reporting Questionnaire-20 (SRQ-20), Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9), and Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) given out to preclinical medical students at Faculty of Medicine, Universitas Indonesia online via Google Forms. Statistical tests were done with SPSS 25th edition to assess the relationship between emotional problems, depression, and internet addiction. Results: A total of 153 preclinical medical students at Faculty of Medicine, Universitas Indonesia were involved in this study. The prevalance of internet addiction was found to be 20,26%, while the prevalance of emotional problems was 26,8%. The prevalance of emotional problem was found to be greater in students with internet addiction (61,3%) than students without internet addiction (18,0%) and a significant relationship was found between emotional problems and internet addiction (p<0,001; OR (95% CI) = 7,2 (3,05–16,97)).  The prevalance of depression was also found to be greater in students with internet addiction (58,1%) than students without internet addiction and a significant relationship was found between emotional problems and internet addiction (p<0,001; OR (95% CI) = 9,17 (3,78-22,25)). Conclusion: Emotional problems and depression was found to be significantly associated with internet addiction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina
"ABSTRAT
Penggunaan Internet Bermasalah adalah penggunaan internet yang adiktif serta menyebabkan stres dan kelemahan yang signifikan. Prevalensi global penggunaan internet bermasalah pada remaja diestimasikan sebesar 1-18. Penggunaan internet bermasalah memengaruhi dan dipengaruhi berbagai masalah fisik dan psikososial. Penelitian ini bermaksud mengetahui hubungan antara masalah dengan teman sebaya dan penggunaan internet bermasalah pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan analisis chi square. Penelitian dilakukan di enam SMP di kecamatan Pancoran Mas Depok dengan jumlah 300 sampel. Alat yang digunakan adalah kuesioner Kekuatan dan Kesulitan Anak untuk mengukur masalah dengan teman sebaya dan Youngs Diagnostic Questionnaire for Internet Addiction untuk mengukur Penggunaan Internet Bermasalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 81 dari 300 siswa yang mengalami Penggunaan Internet Bermasalah. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara masalah dengan teman sebaya dan Penggunaan Internet Bermasalah p = 0,04. Hubungan masalah dengan teman sebaya dengan Penggunaan Internet Bermasalah dapat disebabkan karena beberapa faktor. Remaja yang memiliki masalah kesepian cenderung mencari teman dari dunia maya sehingga menggunakan internet secara berlebihan sebagai kompensasi. Selain itu, mood depresif yang relatif banyak terjadi pada remaja yang memiliki masalah dengan teman sebaya juga dapat berhubungan dengan Penggunaan Internet Bermasalah. Dengan berkomunikasi melalui internet remaja cenderung merasa lebih bebas dan aman untuk mengekspresikan perasaannya hingga ia merasa lebih nyaman.

ABSTRACT
Problematic Internet Use is an addictive use of the internet that causes significant stress and impairment. The global prevalence of Problematic Internet Use in adolescents is estimated to be 1 18. Problematic Internet Use influences and is influenced by several physical and psychosocial problems. This research aims to know the relation between peer problem and Problematic Internet Use in adolescents. This research uses cross sectional design and chi square analysis. This research is done in six junior high schools with 300 samples. The tool being used in this research is the Strength and Difficulties Questionnaire to measure peer problem and Youngs Diagnostic Questionnaire for Internet Addiction to measure Problematic Internet Use. The result shows that there are 81 out of 300 students who have Problematic Internet Use. There is a statistically significant relation between peer problem and Problematic Internet Use p 0,04. The relation between peer problem and Problematic Internet Use can be caused by several factors. Adolescents suffering from loneliness tend to search for friends from the virtual world which makes them use the internet excessively as a compensation. Besides that, depressive mood which is relatively common in adolescents with peer problem can be associated with Problematic Internet Use. By communicating through the internet, adolescents feel more free and secure to express their feelings and therefore making them feel comfortable."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfanie Wiyatama
"Prokrastinasi akademik merupakan masalah umum dalam dunia pendidikan yang memiliki dampak negatif terhadap aktivitas akademik siswa. Muraqabah dipandang dapat memberikan pengaruh positif terhadap regulasi diri yang mana salah satu bentuk dari regulasi diri adalah regulasi emosi untuk dapat memberikan pengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Penelitian terdahulu mengungkapkan salah satu upaya dalam mengatasi prokrastinasi akademik adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam meregulasi emosi. Regulasi emosi yang baik dapat mengubah emosi aversi untuk mengurangi prokrastinasi. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara variabel muraqabah, prokrastinasi akademik, dan regulasi emosi. Serta untuk menginvestigasi peran regulasi emosi sebagai mediator hubungan muraqabah dan prokrastinasi akademik. Penelitian ini menggunakan metode campuran. Pengambilan data secara kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan adaptasi skala prokrastinasi akademik (APS), kuesioner muraqabah, dan kuesioner regulasi emosi (ERQ-CA). Sedangkan untuk pengumpulan data kualitatif, menggunakan teknik wawancara. Partisipan dalam penelitian kuantitatif berjumlah 201 siswa, dan partisipan untuk penelitian kualitatif adalah delapan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan pada setiap pasangan variabel, serta regulasi emosi ditemukan memediasi penuh secara signifikan hubungan antara muraqabah dan prokrastinasi akademik pada siswa SMP.

Academic procrastination is a common problem in the world of education that has a negative impact on students’ educational activities. Muraqabah is considered to positively influence self-regulation, where emotion regulation is one of self-regulation’ forms. Previous research has revealed that one of the efforts to overcome academic procrastination is to enhance the ability to regulate emotions. Excellent emotion regulation can change aversion emotions to reduce procrastination. This study investigates the relationship between academic procrastination, muraqabah, and emotion regulation. In addition, it also examines the role of emotion regulation as a mediator in the relationship between muraqabah and academic procrastination in Junior High School Students. This study used mixed methods. Quantitative data were collected by distributing adaptation of the academic procrastination scale (APS) , muraqabah questionnaire, and emotion regulation questionnaire (ERQ-CA). Meanwhile, to collect qualitative data were used interview techniques. Participants in quantitative research were 201 students, and participants in qualitative research were eight students. This study showed a significant correlation in each pair of variables, and emotion regulation was found to significantly mediate the relationship between muraqabah and academic procrastination in junior high school students."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danti Tirta Anindi
"Selain memberikan banyak manfaat, internet juga memiliki dampak salah satunya pada kesehatan, apabila penggunaannya tidak dikontrol dengan bijak. Di Indonesia, perhatian terhadap intensitas akses internet berlebihan masih kurang, sementara banyak penelitian menemukan gejala kecanduan internet sebagai akibat dari penggunaan internet berlebihan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat penggunaan internet pada 100 mahasiswa S1 Reguler di Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survey menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian ini adalah tingkat pengeluaran, tingkat pengetahuan, serta pengaruh dari teman sebaya, keluarga, dan fasilitas yang dimiliki berhubungan dengan penggunaan internet responden. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk memberikan informasi mengenai adanya dampak penggunaan internet berlebihan kepada masyarakat luas khususnya remaja dan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui seberapa besar dampak penggunaan internet berlebihan yang telah dirasakan oleh masyarakat pengakses internet di Indonesia.

In addition to providing many benefits, the Internet also has an impact on one's health, if its use is not controlled wisely. In Indonesia, the attention to the intensity of excessive internet access is still lacking, although many studies have found symptoms of internet addiction as a result of excessive internet use. The purpose of this study was to determine the relationship of predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors internet usage at 100 Regular Bachelor Degree Program students at the University of Indonesia with an age range of 18-25 years old. This research is a quantitative survey data collected with questionnaires.
The results of this study is the level of expenditure, the level of knowledge, as well as the influence of peers, family, and owned facilities associated with the use of the Internet respondents. Based on this study are advised to provide information about the impact of excessive Internet use to the general public, especially adolescents and the presence of further research to determine how much impact that excessive internet use has been felt by the community of internet users in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neysa Nadia Lestari
"Internet sudah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, terutama pada generasi yang tumbuh bersama teknologi. Penggunaan internet yang tidak diatur dapat berujung pada adiksi yang lebih jauh lagi menimbulkan berbagai dampak negatif. Sebelum mencapai kondisi adiksi pun, penggunaan internet yang tidak diatur dapat menyebabkan masalah-masalah akademis. Penggunaan internet yang tidak diatur disebabkan oleh kurangnya regulasi diri.
Telah banyak penelitian yang membuktikan keterkaitan antara regulasi diri dan penggunaan internet, namun belum ada penelitian aplikatif yang menjadikan regulasi diri sebagai upaya intervensi preventif untuk mencegah dampak negatif dari penggunaan internet. Dalam konteks intervensi, penggunaan internet merupakan perilaku akhir yang menjadi sasaran perubahan, yang salah satunya ditentukan oleh efikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun intervensi regulasi diri dan menguji efektivitasnya dalam meningkatkan efikasi regulasi diri penggunaan internet pada remaja.
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test terhadap 19 orang partisipan intervensi dari SMP X, diketahui bahwa program pelatihan intervensi regulasi diri efektif untuk meningkatkan efikasi regulasi diri penggunaan internet pada remaja. Meningkatnya efikasi regulasi diri penggunaan internet diharapkan dapat menjadi salah satu langkah awal agar remaja mampu mengelola penggunaan internetnya.

The internet has become an inseparable part of human life, especially among generation Z who grew up with technology. Unregulated internet use can lead to addiction that further leads to various negative impacts. Even before reaching the state of addiction, unregulated internet use can cause academic problems. Unregulated internet use stems from normal but impulsive use, which is caused by a lack of self-regulation.
There have been many studies that prove the relation between self-regulation and internet use, but there is little applicable research that use self-regulation theory as a basis to design interventions to prevent the negative effects of internet use. In the context of intervention, internet usage is the target behavior, one of which is determined by level of efficacy.
This study aims to develop a self-regulation intervention and test its effectiveness to increase the self-regulatory efficacy of internet use among teenagers.
Based on Wilcoxon Signed Rank Test statistical analysis, it is shown that self-regulated internet use efficacy after the intervention increases significantly compared to before intervention. This efficacy increase is expected to be one of the initial steps to help teenagers self-regulate their internet use.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>