Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Azzah Aprilia
"Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk untuk menjabarkan perbedaan dari stage play 2.5D Touken Ranbu The Stage Guden: Mujun Genji Monogatari sebagai adaptasi dari novel Genji Monogatari oleh Murasaki Shikibu. Penelitian ini menggunakan teori adaptasi oleh Hutcheon dan konsep subjektivitas perempuan oleh Beauvoir dengan menggunakan metode analisis teks dari sudut pandang feminisme. Dari hasil analisis diperoleh perbedaan Guden sebagai karya adaptasi adalah adanya penambahan adegan berupa eksplorasi dari gyoukan (jeda antar adegan) dan bab “Kumogakure”, serta keterlibatan karakter touken danshi sebagai pengamat dan pihak dari luar cerita Genji Monogatari. Penambahan dari bagian gyoukan mengizinkan karya adaptasi untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai karakter-karakter perempuan sebagai satu individu yang utuh. Bab “Kumogakure” yang pada cerita sumber merupakan halaman kosong, dalam karya adaptasi menjadi simbol pemberontakan para perempuan untuk mendapatkan kebebasan mereka sebagai manusia yang utuh. Sedangkan penambahan touken danshi dalam cerita adalah sebagai kritik dari sistem patriarki itu sendiri. Apabila dikaitkan dengan konteks when dan where karya adaptasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketidaksetiaan yang ditemukan dalam Guden merupakan bentuk penyesuaian agar karya dapat diterima dan dipahami oleh penonton pada masa kini.

This study is qualitative research that aims to describe the differences between 2.5D Stage Play Touken Ranbu The Stage Guden: Mujun Genji Monogatari as an adaptation of Genji Monogatari by Murasaki Shikibu. This research uses the theory of adaptation by Hutcheon and female subjectivity by Beauvoir using the method of feminism reading. From the analysis, it is found that the difference between Guden as an adaptation work is the addition of scenes in the form of exploration of gyoukan (between the lines) and "Kumogakure'' chapter, as well as the involvement of touken danshi characters as observers and outsiders of Genji Monogatari story. The addition of the gyoukan part allows the adaptation to explore more deeply the female characters as a whole subjects. The chapter "Kumogakure" which in the source story is an empty chapter, in the adaptation work becomes a symbol of the rebellion of women to gain their freedom as complete human beings. Meanwhile, the addition of touken danshi characters in the story is to address criticism for patriarchal system itself. When linked to the context of when and where of the adaptation work, it can be concluded that the disloyalty found in Guden is a form of adjustment so the work can be accepted and understood by today's audience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Oktaviani
"Konstruksi patriarki memandang menstruasi sebagai hal yang kotor dengan berlandas pada suatu prasangka yang keliru terhadap darah yang merupakan lambang kematian. Implikasi dari hal ini adalah adanya anggapan bahwa rahim membawa penyakit yang disebut dengan “penyakit perempuan”. Bias yang terjadi menyebabkan perempuan merasa malu dengan adanya menstruasi melanggengkan narasi patriarkal mitos menstruasi. Nilai-nilai yang tertanam secara mengakar dan kontinu berdampak pada perempuan yang kehilangan otoritas atas tubuhnya. Ilmu pengetahuan dan kapitalisme yang berkembang pesat membuat opresi terhadap perempuan makin kuat, bahkan produk menstruasi kini dikapitalisasikan. Kapitalisme yang berfokus pada profit mengabaikan kerusakan alam yang diakibatkan dengan banyaknya limbah pembalut. Ekofeminisme menunjukkan adanya opresi terhadap alam dan perempuan yang masih berlanjut hingga saat ini dan tidak mungkin untuk membebaskan salah satunya tanpa mengorbankan yang lain.

The patriarchal construction views menstruation as a dirty thing based on the mistaken prejudice of blood which is a symbol of death. The implication of this is the assumption that the uterus carries a disease called "women's disease". The bias that occurs causes women to feel ashamed about menstruation, perpetuating the patriarchal narrative of the menstrual myth. Values that are deeply rooted and continuous have an impact on women who lose authority over their bodies. Science and capitalism that are developing rapidly make the oppression of women stronger, even menstrual products are now capitalized. Profit-focused capitalism ignores the natural damage caused by the abundance of sanitary napkins. Ecofeminism shows that there is an oppression of nature and women is still ongoing today and it is impossible to liberate one of them without sacrificing the other."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Daru Dewi G. S. Putri
"ABSTRAK
Konsep yang disampaikan oleh Descartes mengenai dualisme mind dan body menunjukkan adanya hubungan antara jiwa dan tubuh pada proses penyampaian pemikiran manusia. Makna dari pemikiran ini bergeser karena konstruksi sosial yang memperlakukan perempuan dan laki-laki secara berbeda. Hal tersebut menunjukan adanya diskriminasi dan kekurangan pada pemikiran filsafat di dalam menghadapi permasalahan manusia secara universal. Menanggapi permasalahan yang terjadi, penelitian ini menerapkan pemikiran Merleau-Ponty mengenai persepsi yang menubuh untuk mengemukakan pentingnya tubuh perempuan yang bebas sebagai media untuk memahami fenomena yang terjadi di dunia. Pemikiran lain yang diterapkan pada penelitian ini adalah kesadaran akan ambiguitas yang dikemukakan oleh Beauvoir. Kedua konsep yang disampaikan kemudian dipadukan membantu perempuan memahami pilihan-pilihan yang dapat ia tentukan sendiri. Dengan pemikiran Merleau-Ponty dan Beauvoir, proses menjadi perempuan atau becoming a woman dapat dilalui secara mandiri dan menjadi jalan keluar dari filsafat untuk permasalahan feminisme.

ABSTRACT
The relation of human rsquo s mind and body in Descartes rsquo dualism indicates how human cannot express their way of thinking without using their body. However, social construction has made this concept lost its equality and begun to use use sex and gender to differentiate human. This represents a social discrimination and a deficiency in philosophy in solving human universal issues. Responding to this issue, this research applies Merleau Ponty rsquo s thought on embodied perception and Beauvoir rsquo s thought on ambiguity. Both are applied to emphasize the importance of women bodies rsquo freedom to understand the world rsquo s phenomenons around them. These concepts can support the process of becoming a woman as a philosophical solution for femimism.Keywords embodied perception, ambiguity, philosophy, feminism. "
2018
T50502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Christina Oktorida
"Tulisan ini menjelaskan kebebasan merupakan sesuatu yang selalu dikejar manusia dan menjadi fokus berbagai ilmu filsafat. Kebebasan menyangkut persoalan terkait kebebasan perempuan, politik, ekonomi, hukum, dan agama. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau karya Nawal El Saadawi dalam novel Jatuhnya Sang Imam mengenai perjuangan dalam menyerukan eksistensi dan kebebasan perempuan pada budaya patriarki yang legitimasi oleh agama. Dengan menggunakan teori feminisme radikal kultural dan penelitian kritik feminis, dengan metode penelitian deskriptif, analisis, dan tinjauan pustaka bertujuan mendeskripsikan apa saja legitimasi agama dan kekuasaan dari budaya patriarki serta isu bagaimana teori kritik feminis Nawal El Saadawi, Nasaruddin Umar juga kritik feminis radikal Shulamith Firestone menganalisis tokoh perempuan dalam novel tersebut. Ditemukan bahwa dalam novel tersebut bertujuan menjelaskan belenggu patriarki di sektor budaya masyarakat. Kaum feminis radikal terkenal dengan ungkapan “the personal is political” untuk menyoroti penindasan terhadap perempuan di ranah pribadi, khususnya dalam sistem karakterisasi gender yang secara konsisten mengasosiasikan laki-laki dengan maskulinitas dan perempuan dengan feminitas berdasarkan gender. Penulis menganalisis ini dalam konteks sosial dan budaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai peran dan pengaruh tokoh Bintullah dalam perjuangan kesetaraan gender. Ditemukan bahwa kebebasan berhak diperoleh tokoh Bintullah dan Jawaher dalam bidang seperti hubungan perkawinan, budaya, dan politik.
This article explains freedom is something that humans always strive for and is the focus of various philosophical sciences. Freedom has issues related to women's freedom, politics, economics, law and religion. This research aims to review the work of Nawal El Saadawi in the novel "The Fall of the Imam" regarding the struggle to call for the existence and freedom of women in a patriarchal culture that is legitimized by religion. Using cultural radical feminist theory and feminist criticism research, with descriptive research methods, analysis and literature review aim describing the legitimacy of religion and power from patriarchal culture as well as the issue of how feminist critique Nawal El Saadawi, Nasaruddin Umar also radical feminist critique Shulamith Firestone analyze the female characters in the novel. It was discovered that in the novel aimed to depict the shackles of patriarchy in the cultural sector of society. Cultural radical feminists are famous for using the phrase to highlight the oppression of women in the private sphere, especially the gender characterization system based on sex, which always associates men with masculinity and women with femininity. The author analyzes this in a social and cultural context to gain a more comprehensive understanding of its role and influence Bintullah in the struggle for gender equality, Finds that the figures Bintullah and Jawaher has the right to freedom in area such as marriage, cultural of society, and political relations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Vicky Ardian Amir
"Keadilan dan kesetaraan adalah impian setiap manusia, namun pada kenyataannya ada setengah penduduk dunia yang belum merasakannya, dalam hal ini perempuan. Melalui feminisme, perempuan mendobrak dominasi patriarkal yang ada. Perjuangan ini sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh perempuan, sebab melalui pemikiran filsuf laki-laki seperti, John Stuart Mill, sebagai agen perubahan pada kesetaraan perempuan dengan jalan hak pilih dan Jacques Lacan dengan konsep tahapan pembentukan manusia agar perempuan keluar dari tatanan simbolik yang maskulin, serta Jacques Derrida dengan ?alat? dekonstruksi, membongkar tradisi maskulin dan menyuarakan feminitas dengan jalan tulisan. Juga melalui konsep subjek tiga filsuf ini, diharapkan tradisi patriarkis dapat terkikis.

Equality and justice is a dream for each and every human being, but in fact, half of the world population never feel it, in this case, women. Through feminism, women smashed the patriarchal domination that still exists. Actually, this fighting not only done by women, because through the thoughts of males philosopher like, John Stuart Mill as the agent of change in women equality with way of suffrage and Jacques Lacan with human figuration phases, in order to make women come out from the masculine?s symbolic order, as well as Jacques Derrida with deconstruction?s ?tool?, breaking the masculine?s tradition and give voice to femininity through the literature. Also through the concept of subject from these three male philosophers, it is hoped that patriarchies tradition could vanish."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S1387
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Karina, auhtor
"Penulisan dalam skripsi ini dilakukan terhadap makna beauty yang dipahami secara berbeda, luas, dan banyak. Adapun metode penulisan yang ditempuh untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini adalah metode kepustakaan, metode dekonstruktif maupun metode analisis kritis. Dalam menganalisa problem beauty untuk mendapati pemahaman ontologis perspektif feminis, digunakan teori Speculum Luce Irigaray. Potret mengenai kecantikan perempuan dalam media ataupun definisi kecantikan tidak mewakili bagaimana perempuan yang 'seutuhnya' melainkan bagaimana perempuan 'seharusnya'. Definisi beauty perempuan yang katanya bersifat subjektif masih terdapat ideologi patriarki dan dikekang. Perempuan dituntut untuk tampil cantik dan menarik demi diakui feminitasnya oleh laki-laki, dalam hal pendefinisian akan cantik atau tubuhnya pun masih melalui sudut pandang laki-laki dan bukan berasal dari dirinya sendiri.

This thesis discuss the meaning of beauty that is understood differently, in wide range, and in many ways. To answer this problem, author use literally method, deconstructive, as well as critical analysis method. To analyze the problem of beauty to get fully understanding about ontological feminist perspective, using the theory of Speculum by Luce Irigaray. The image of women's beauty in media or in the definition of beauty itself does not define women as 'whole' and does not describe what women 'should be'. Definition of beauty which is known as subjective matter, but in the actualization still contains ideology patriarchy. That ideology force women to appeared beautifully and attractive in order to be acknowledge their femininity by social."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S59342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephani Natalia W.
"Ketertindasan yang dialami oleh setengah dari jumlah manusia tidak dapat lagi ditolerir. Penerapan subjektivitas maskulin pada tataran pemikiran yang terletak pada ketidaksadaran manusia telah membuat ketimpangan di mana-mana. Pola pikir atau subjektivitas seseorang di dalam dunia yang ia hidupi sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang ada pada struktur sosial di mana ia berada dan mengada. Subjektivitas yang digunakan akan mencerminkan bagaimana seseorang mencerap dan mendefinisikan dunia. Bagaimana proses pembentukan subjektivitas inilah yang menjadi permasalahan awal. Lewat psikoanalisa, Jacques Lacan mengembangkan teorinya tentang proses pembentukan subjek di dalam tatanan simbolik melalui bahasa yang terstruktur pada tataran ketidaksadaran manusia. Keberlangsungan sistem dan nilai patriarkal dalam bahasa maskulin dan tatanan simbolik yang berpusat pada phallus telah merepresi _yang feminin_ sedemikian rupa. Dalam hal ini, terdapat dominasi hirarkis dalam relasi kekuasaan antara satu dengan yang lain. Untuk keluar dari keterasingan ini, perempuan harus mendapatkan subjektivitasnya sendiri demi terbebas dari subjektivitas yang maskulin. Feminisme berupaya untuk menghapus segala bentuk dominasi yang ada pada kultur kebudayaan manusia yang bersifat patriarkal. Luce Irigaray merupakan salah satu pemikir feminis yang berupaya melakukan hal ini dengan mengkritik _budaya laki-laki_ (phallomorphisme) yang mendominasi dalam segala tataran kehidupan. Tatanan simbolik harus dihilangkan sehingga perempuan dapat menjadi subjek yang berbicara dengan bahasanya sendiri. Hal ini demi memberlangsungkan pluralitas dan keberagaman yang ada pada manusia dan menghindari penekanan dari salah satu pihak saja. Dengan demikian, pihak laki_laki dan perempuan akan mendapatkan keadilan seksual lewat keberagaman yang dilakukan melalui perubahan kaidah bahasa dan konsepsi tentang kebenaran serta nilai-nilai yang mengatur tatanan sosial.

The misery which has been experienced by the half of human species, i.e. women, cannot be tolerate no more. Masculine subjectivity which has been used all along, which is under the human_s unconsciousness, has already made lots of problem everywhere. System of thought or someone_s subjectivity inside the world which they are living in influenced by those elements which are embedded in the social structures where they are exist in. The subjectivity we are using can reflect on how we observe and perceive the world. The first problem is how is the process on the shaping of our subjectivity. Through psychoanalysis, Jacques Lacan developed his theories on how subject exists inside the symbolic order through language system, which structured on the human_s unconsciousness. Patriarchal system and the values upon it inside the masculine language and symbolic order, which centered on phallus, repressed the feminine in some way or another. In this problem, there is a hierarchal domination upon power relation between one with the other. To escape from this isolation, womens must have their own subjectivities so that they can free themselves from the masculine subjectivity. Feminism trying to erase all forms of masculine dominations inside the human_s culture. Luce Irigaray is one of the feminist thinker and she critisize the phallomorphism cultures which dominate all aspects of our lives. Symbolic order must be exclude so that women can become a subject which can speak up with their own language. This has to be this way to continue plurality and diversity among human and to avoid the pressure from one side only. So that is, men and women will attain a sexual justice through diversity which can be achieve with the change of language and truth conception, also the change of values which is embedded in the social structures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16150
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvana Gustin Santoso
"Perilaku seksisme masih dijumpai di negara dengan tingkat kesetaraan gender yang cukup tinggi, salah satunya negara Jerman. Di era feminisme yang cukup baik, perilaku seksisme justru dilakukan oleh sesama perempuan. Sesama perempuan ini membentuk persaingan intraseksual atau feminine rivalry dengan standar yang dibuat laki-laki. Standar tersebut dibuat bukan karena pengaruh langsung dari laki-laki, melainkan melalui proses internalisasi objektifikasi perempuan terhadap diri sendiri dan orang lain. Isu tersebut akan diteliti melalui film Freibad (2022) yang disutradarai oleh Doris Dörrie. Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori Representasi oleh Stuart Hall dan teori film Auteur. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa persaingan antar perempuan banyak terjadi di ruang lingkup feminisme. Kehadiran laki-laki yang minim nyatanya masih memiliki pengaruh besar terhadap pandangan perempuan terhadap sesamanya. Kebebasan perempuan masih terkekang oleh standar laki-laki yang diaplikasikan kepada diri sendiri dan perempuan lain.

Sexist behavior is still found in countries with high gender equality index, such as Germany. In the feminism era, sexist behavior is actually carried out by fellow women. These women form an intrasexual competition or feminine rivalry with standards made by men. These standards are no longer made because of direct influence of men, but through the internalization process of women’s objectification of themselves and others. This issue will be researched through the film Freibad (2022) directed by Doris Dörrie. This study is conducted using the qualitative method through Representation theory by Stuart Hall and Auteur film theory. The results of this study show that competition between women occurs in the scope of feminism. The insignificant presence of men still has big influence on women’s view towards each other. Women’s freedom is still limited by male standards applied to themselves and other women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tampilan feminisme dan purity pada idola K-Pop perempuan terhadap intensi fanship dari fans laki-laki. Partisipan dalam penelitian ini adalah 93 individu laki-laki yang mengidentifikasi diri sebagai fans K-Pop dengan rentang umur 15–35 tahun (M = 20.88, SD = 4,02). Partisipan diberikan stimulus berupa vignette fiktif berupa foto, biodata fiktif, dan deskripsi kepribadian dari model dengan variasi pada tampilan ideologi feminisme dan pelanggaran purity. Hasil analisis Repeated Measures ANOVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tampilan Feminisme (F(2,184) = 7,74, p = 0,001, ηp2 = 0,08) dan Purity (F(2,184) = 14,26, p < 0,001, ηp2 = 0,13) pada idola K-Pop perempuan terhadap intensi fanship, serta tidak terdapat interaksi yang signifikan antara feminisme dan purity pada idola K-Pop perempuan dalam mempengaruhi intensi fanship pada fans laki-laki (F(2,184) = 1,62, p > 0,05, ηp2 = 0,02). Post-hoc paired samples t-test dilakukan dan ditemukan bahwa perbedaan tingkatan intensi fanship lebih tinggi secara signifikan pada perlakuan feminisme dibandingkan dengan non-feminisme dan pada perlakuan tampilan purity dibandingkan dengan perlakukan purity violation. Penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki tidak ingin menjadi fans dari idola K-Pop perempuan yang menampilkan pelanggaran purity dan beridentitas feminis dengan menggunakan label feminis, tetapi justru memiliki preferensi terhadap idola yang menampilkan ideologi feminisme tanpa label.

This research aims to examine the influence of the display of feminist ideology and purity in female K-Pop idols on the fanship intentions of male fans. The participants in this study were 93 male individuals who identified themselves as K-Pop fans, ranging in age from 15 to 35 years (M = 20.88, SD = 4.02). Participants were presented with stimuli in the form of fictional vignettes containing ‘idol’ photos, fictional biodata, and personality descriptions of a model with variations in the display of feminist ideology and purity violation. The results of the Repeated Measures ANOVA analysis show that there is a significant influence between the display of Feminism (F(2,184) = 7.74, p = 0.001, ηp2 = 0.08) and Purity (F(2,184) = 14.26, p < 0.001, ηp2 = 0.13) on female K-Pop idols towards fanship intention, and there is no significant interaction between feminism and purity in influencing fanship intentions for male fans (F(2,184) = 1.62 , p > 0.05, ηp2 = 0.02). Post-hoc paired samples t-test was carried out and it was found that the difference in fanship intention levels was significantly higher in the feminism treatment compared to non-feminism and in the display of purity treatment compared to the purity violation treatment. This findings indicate that men do not intend to be fans of female K-Pop idols who display purity violations and feminist labels, instead males prefer idols who display feminist ideology without labels."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilla Silvianty Alamsyah
"Penelitian ini bertujuan memperlihatkan ide representasi tokoh perempuan dalam alih wahana dari buku memoar ke film Eat Pray Love. Metode deskriptif analisis dengan teori feminisme tentang gender dan patriarki digunakan untuk melihat bagaimana tokoh-tokoh perempuan tersebut merepresentasikan ide perempuan sebagai bentuk perempuan modern. Dari hasil analisis tampak bahwa tokoh perempuan-perempuan modern dengan sengaja menampilkan tokoh-tokoh mandiri, pintar, berani bersuara dan tampil di depan umum, serta bersama-sama kaum laki-laki melakukan berbagai perjuangan dalam dunia ini.

This analysis aims to show the representation of an independent woman in the adaptation from memoir book to film Eat Pray Love. Descriptive analytical method and feminism theory about gender and patriarchal are used to see how the woman character represent her ideas as to form representation. From the characters who are intelligent and courageous women and men can be shown how important to work together and become independent and modern people in this world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28708
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>