Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Humaira
"Angka kematian jemaah haji Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka tertinggi di dunia, yaitu 91 orang dari total jumlah jemaah haji. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui gambaran antara karakteristik dan penyakit jemaah dengan angka kematian jemaah haji Indonesia tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara variabel usia dengan kematian jemaah haji dan tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dan riwayat merokok terhadap kematian jemaah haji. Penyakit tertinggi yang diderita oleh seluruh jemaah Haji Indonesia pada tahun 2022 adalah gangguan sistem endokrin dan penyakit tertinggi yang diderita jemaah haji yang meninggal adalah gangguan pada sistem sirkulasi. Peneliti menyarankan adanya tindakan preventif keperawatan dan edukasi kesehatan kepada calon jemaah haji. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendalami faktor-faktor risiko kematian jemaah haji, termasuk faktor lingkungan, pola hidup, dan riwayat kesehatan sebelumnya.

The mortality rate of Indonesian Hajj pilgrims in 2022 reached the highest worldwide, with 91 individuals out of the total pilgrims. This study aims to explore the relationship between the characteristics and diseases of pilgrims and the mortality rate among Indonesian Hajj pilgrims in 2022. The research adopts a quantitative descriptive approach with a cross-sectional design. The findings reveal a correlation between age and the mortality rate of Hajj pilgrims, while no significant correlation is found between gender and smoking history with the mortality rate. The prevalent health issue among all Indonesian Hajj pilgrims in 2022 is the endocrine system disorder, and the highest affliction among deceased pilgrims is circulatory system disorders. The researchers recommend implementing preventive nursing measures and health education for prospective Hajj pilgrims. Further research is necessary to delve into the risk factors for the mortality of Hajj pilgrims, including environmental factors, lifestyle patterns, and previous health history."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Sakti
"Pendahuluan: Penyakit kardiovaskular sebagai salah satu masalah kesehatan pada jemaah haji Indonesia dan penyebab tertinggi kematian jemaah haji dalam 3 tahun terakhir. Jemaah haji Indonesia sebagian besar pada stratifikasi kesehatan risiko tinggi. Beberapa faktor risiko diprediksi berhubungan dengan kematian jemaah haji akibat penyakit kardiovaskular.
Metode: Penelitian observasional dengan desain kasus kontrol. penelitian terhadap 876 jemaah haji. Variabel yang berhubungan dengan kematian jemaah haji antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, diabetes mellitus, hipertensi, dislipidemia, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit jantung koroner, penyakit paru obstruksi kronik, waktu keberangkatan jemaah. Dilakukan analisis untuk menentukan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kematian serta membuat skor prediksi untuk mengestimasi risiko mortalitas.
Hasil: Proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah 49,2 % dari seluruh jemaah haji Indonesia tahun 2017. Faktor risiko yang berhubungan dengan kematian jemaah haji antara lain; Usia lebih dari 70 tahun dengan OR 20,51 (IK 95%: 10,238-41,089), penyakit jantung koroner dengan OR 4,236 (IK 95% : 1,292-13,882), hipertensi dengan OR 3,673 (IK 95% :2,555-5,280), diabetes mellitus dengan OR 3,422 (IK 95%: 2,108-5,553), dislipidemia dengan OR 2,067 (IK 95%: 1,366-3,129), indeks massa tubuh overweight dengan OR 0,571 (IK 95%: 0,385-0,848) , indeks massa tubuh obesitas dengan OR 0,239 (IK 95%: 0,134-0,425). Probabilitas risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah risiko ringan dengan skor < 5 (19,47%), probabilitas sedang skor 6-9 (62,94%) dan probabilitas tinggi jika skor > 10 (83,3%).
Simpulan: Proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskular pada jemaah haji Indonesia tahun 2017 adalah 49,2%. Faktor risiko kardiovaskular antara lain; usia tua, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dislipidemia. Nilai skor > 10 dapat memprediksi risiko mortalitas dengan propabilitas 88,53 %.

Background: Cardiovascular disease is one of the health problems in Indonesian pilgrims and the highest cause of death for pilgrims in the last 3 years. Indonesian pilgrims are mostly on high health risk stratification. Some risk factors are predicted to be associated with the death of pilgrims due to cardiovascular disease.
Method: Observational study with case control design. Conducted research on 876 pilgrims. A variable that is associated with the death of pilgrims include age, gender, body mass index, smoking habit, diabetes mellitus, hypertension, chronic kidney failure, heart failure, coronary heart disease, chronic obstruction pulmonary disease , the time of departure. Analysis was done to determine the risk factors which effect on death as well as make score predictions and determination for the risk of mortality.
Results: The proportion of deaths from cardiovascular disease was 49,2 % of all Indonesian pilgrims. Risk factors associated with the death of pilgrims include; Age more than 70 years with OR 20,510 (95% CI 10,238-41,089), coronary heart disease with OR 4,236 (95% CI 1,292-13,882), hypertension with OR 3.673 (95% CI 2,555-5,280), diabetes mellitus with OR 3,422 (95% CI 2,108-5,553), dyslipidemia with OR 2,067 (95% CI 1,366-3,129), overweight with OR 0.571 (95% CI: 0.385-0,848), obesity with OR 0.239 (95% CI 0.134-0.425). The probability of the risk of death from cardiovascular disease is a mild risk with a score <5 (19.47%), a medium probability score of 6-9 (62.94%) and a high probability of a score of > 10 (83.3%).
Conclusion: The proportion of deaths from cardiovascular disease was 49,2 %. Cardiovascular risk factors; old age, hypertension, diabetes mellitus, coronary heart disease, dyslipidemia. A score of > 10 has a high risk of mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfridaningrum
"Penduduk Muslim Indonesia adalah 87 dari total populasi, sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbangkan jumlah jemaah haji terbanyak di dunia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah khususnya Puskeshaji, yaitu masalah kesehatan dan kematian jemaah. Angka kematian jemaah haji dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi kesehatan jemaah sebelum berangkat menunaikan ibadah serta insiden dan penyebab kematiannya pada tahun 2015, 2016, dan 2017. Penelitian ini memiliki rancangan observasional deskriptif menggunakan desain Cross Sectional. Proporsi jemaah haji reguler lansia yang wafat menurun dari tahun 2015 0,40 ke 2016 0,22 dan meningkat pada tahun 2017 0,32 dengan didominasi kelompok usia >=65 tahun sebanyak 49,6 - 62,5.
Tren penyebab utama kematian adalah penyakit kardiovaskular 42,4-52,9 dan penyakit saluran pernapasan 28,2-40,1. Terdapat 52,5-74,0 jemaah haji lansia yang wafat dengan status risiko tinggi MERAH, 35,6-83,3 melakukan vaksinasi meningitis meningokokkus, 18,3-53,4 melakukan vaksinasi influenza, dan hanya 0,6-3,1 yang melakukan vaksinasi pneumokokus. Diperlukan upaya dari pemerintah untuk menegaskan penerapan peraturan yang berlaku, sedangkan masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kondisi kesehatan prima untuk melaksanakan ibadah. Dengan demikian diharapkan angka kematian jemaah haji dapat ditekan.

Indonesia 39s Muslim population constitutes 87 of the total population, which make it is being one of country that give largest number of pilgrims in the world. It becomes a challenge for the government, especially Puskeshaji, which are health problems and mortality of the pilgrims. The death rate of pilgrims in the last 3 years has increased.
The purpose of this study is to know the health condition of pilgrims before leaving for pilgrimage, incidents, and causes of death in 2015, 2016, and 2017. This research is a descriptive observational using Cross Sectional design. The proportion of regular elderly Hajj pilgrims declined from 2015 0.40 to 2016 0.22 and increased in 2017 0.32 with a predominantly 49,6 62,5 age group 65 years.
The main causes of death are cardiovascular disease 42,4-52,9 and respiratory disease 28,2 40,1. There were 52,5 74,0 of elderly pilgrims who died with high risk status of RED, 35,6-83,3 get meningococcal meningitis vaccination, 18,3-53,4 get influenza vaccination, and only 0,6-3,1 who get pneumococcal vaccination. It takes effort from the government to affirm the applicability of the prevailing regulations, while the public needs to raise awareness of the importance of excellent health conditions to perform pilgrimage. Thus it is expected that the mortality rate can be suppressed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Itah Sri Utami
"Latar belakang: Jemaah haji yang berangkat ke tanah suci harus melalui pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan istithaah kesehatan. Namun tingginya jemaah berusia lanjut ikut berpengaruh pada tingginya angka morbiditas dan mortalitas jemaah haji Indonesia di tahun 2017. Studi ini merupakan suatu penelitian untuk mengetahui penyebab kematian jemaah haji dalam penerbangan tahun 2017.
Metode: Desain penelitian ini adalah kualitatif, secara khusus metode ini mengikuti langkah-langkah verbal auotopsy dengan narasumber dokter tenaga kesehatan haji yang menangani kasus kematian di penerbangan, serta data-data pemeriksaan yang ada, serta wawancara dengan pusat kesehatan haji.
Hasil: Sepuluh kematian dalam penerbangan dilaporkan dalam laporan haji 2017, dimana sembilan kematian terjadi saat kembali ke tanah air. Sepuluh kasus kematian penerbangan dilaporkan pada tahun 2017, di mana sembilan kasus terjadi selama penerbangan kembali ke Indonesia. Berdasarkan wawancara dengan narasumber penyebab kematian terjadi hipoksia sebagai akibat dari (1) anemia, yang tidak diobati, (2) penyakit jantung; (3) Penyakit paru obstruktif kronik. Ada kemungkinan satu emboli paru karena trombosis vena dalam yang melepaskan ke aliran darah. Hipoksia sebagai faktor aerofisiologis, terjadi pada jemaah haji dengan risiko tinggi jantung, paru, SSP, DVT. Kurangnya pemahaman terhadap hipoksia dan risikonya termasuk penanganan yang adekuat berkontribusi terhadap terjadinya kematian pada jemaah dipenerbangan haji. Skrining yang dilakukan dalam pemeriksaan I dan II masih belum memperhatikan hal-hal yang terkait tentang penerbangan. Padahal jemaah haji akan terpapar lama dikondisi yang pada dasarnya tidak fisiologis di dalam lingkungan pesawat. Secara khusus pengetahuan petugas kesehatan terhadap risiko dalam penerbangan perlu ditingkatkan.

Background: Pilgrims who went to holy land had to undergo health examination and stated "istitaah". However because of the high number of the elderly that contributed to the morbidity dan mortality of the pilgrims from Indonesia in 2017. This purpose of this study was describe the cause of in flight mortality in 2017.
Method: The study design was qualitative, specifically following the method of verbal autopsy with medical doctor who handle that cases as the resource persons, we assessed the available data of the cases and also interviewed the pilgrim health center at the ministry of health.
Result: Ten cases in flight mortality were reported in 2017, where nine cases occurred during return flight to Indonesia. Based on the interview with the resource person cause of death was hypoxia happened as a result of (1) anemia, which was untreated; (2) heart diseases; (3) Chronic obstructive pulmonary diseases. There was a possibility of one pulmonary embolism due to deep vein thrombosis that release to the blood stream. Hypoxia as an aerophysiological factor, occurs in pilgrims with a high risk of heart, lung, CNS, DVT. Lack of understanding about hypoxia, the risk and adequate treatment, contributed to the in flight mortality among the pilgrims. The first and the second screening had not yet put attention to identify the risk of flying.In fact, the pilgrims were exposed quite long in an nonphysiologic environment inside the cabin. In particular there was a need to improve the knowledge on risks in aviation.
Conclusion: Aerophysiologyc factor that to inflight mortality of pilgrims in 2017 where hypoxia dan pulmonary embolism. The health system was not optimal, The health service system has not been implemented optimally, special training and assistance in aviation medicine is required."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Tiolina Sidjabat
"Setiap tahun, kurang Iebih 200.000 jemaah haji Indonesia menunaikan ibadah haji.. Hingga saat ini,angka mortalitas haji Indonesia masih tinggi, kcmatian pada kelompok usia lanjut lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok jemaah lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyakit pemafasan yang sudah diidap sebelum ibadah haji terhadap kematian jemaah usia lanjut Indonesia pada musim haji 1428 H(2007 - 2008). Subyek pcnelitian ini adalah 42.885 jemaah usia lanjut Indonesia,dengan 311 kasus kematian. Desain penelitian kohort retrospektiiimasa pcngamatan 68 hari sejak 17 November - 23 Januari 2008. Analisis mcnggunakan Iogistik regresi ganda.
Jemaah yang sudah mengidap penyakit pemafasan sebelum ibadah haji secara statistik berpengaruh secaza bermakna tcrhadap kematian jemaah usia lanjut Indonesia (RR= 2,57 ; 95% CI:l,60 - 4,13 ; nilai p=0,00 ). Insiden kematian jemaah pcngidap penyakit pemafasan (2,00%),sedang.ka.': yang tidal; mengidap penyakit pernafasaan sebesar (0,'70%). Jemaah yang mengidap penyakit serebrovaskular mempunyai risiko kematian 2,10 kali dibandingkan jemaah yang tidak mengidap penyakit serebrovaskular (95%CI: 1,44 - 3,04 ; nilai p=0,00). Sedangkan jemaah yang mengidap penyakit endokrin dan metabolik mempunyai risiko kematian 2,05 kali lebih tinggi dibandingkan jemaah yang tidak mengidap penyakit endokrin dan metabolik (95%CI: 1,37 - 3,06 ;nilai p=0,00).
Data rawat jemaah JI-II di Arab Saudi menyebutkan bahwa alasan terbanyak JHI untuk berobat dan dirawat adalah karena penyakit pemafasan. Karena penyakit pemafasan yang berisiko tinggi kematian berkisar 40% pada usia lanjut adalah pneumonia,dan mengingat tahun 1428 H adalah musim dingin, kemungkinan besar JI-II usia lanjut wafat disebabkan oleh pneumonia Hanya saja data rekam medik .THI tidak lengkap untuk menjelaskan keadaan tersebut.
Karakteristik individual jemaah haji yang berkontribusi terhadap kematian adalah faktor usia, jenis kelamin, gelombang pemberangkatann. JH1 dengan usia 2 80 tahun mempunyai risiko kematian 5,10 kali Iebih tinggi (95% Cl : 3,38 - 7,67 ; nilai p 0,00) dibandingkan dcngan jemaah berusia 60-69 tahun, Jemaah berusia 70 - 79 tahun mempunyai risiko kematian 2,13 kali Iebih tinggi (95%CI: 1,88 - 2,67; nilai 0,00). Jemaah laki-Iaki yang berusia 260 tahlm berisiko untuk wafat 1,88 kali (95% CI:I,48 - 2,37 nilai p 0,00) dibandingkan dcngan jemaah perempuan. Jemaah yang tiba lebih awal dengan gelombang pemberangkatan I mempunyai risiko untuk wafat Iebih tinggi 1,31 kali (95% CI: 1,05 - 1,64 ; nilai p 0,02) dibandingkan jemaah yang diberangkatkan dengan gelombang II.
Saran penelitian adalah agar jemaah pengidap penyakit pemafasan, khususnya PPOK menghentikan kebiasaan merokok, melakukan Iatihan pemafasan, dan diberi pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang kemungkinan diderita. Perlu diberikan pelatihan pembekalan khusus untuk para dokter dalam deteksi dini, diaglosis dan penanganan penyakit yang tcpan Juga dianjurkan pemeriksaan faal pam berkala dengan spirometer khususnya calon jemaah yang mengidap asthma dan PPOK.

Annually, about 200.000 Indonesian pilgrims come to perform the ritual Haji.'I`ilI now, mortality rate of Indonesian pigrims is still high , and old age death is relative higher compared to group pilgrims of other age. The aim ofthe study is to know the iniluence of respiratory disease that is suffered before pilgrimace to the number of the d th of old Indonesian hajj pilgrims in haji season 1428 H (2007 - 2008). This study conducted 42.885 old Indonesian pilgrims with 311 numbers of death. The study design is retrospective cohort, to observe subject about 58 days from 17 November 2007 to 23 January 2008. The method used in this study is multiple logistic regressions.
The influence of respiratory disease that is suffered before pilgrimage has statistic significantly to the death of old Indonesian pilgrims in hajj season 1428 H ( RR= 2,57 ; 95% CI:1,60 - 4,13 ; p value =0,00).The incidence mortality rate in pilgrims who have a respiratory disease that is suffered before pilgrimace (2,00%) is much the same to pilgrims in normal health condition (0,70 %). Pilgrims who have cerebrovascular disease have 2,10 times risk of death (95%CI: 1,44 - 3,04 ; p value 0,00), and pilgrims who have endocrine and metabolic disease have 2,05 times tisk of death ( 95% CI : 1,37 - 3,06 ; p value 0,00).
From data which is taken by taking care of Indonesian pilgrims in Arab Saudi mention that mostly the reason to cure and taken care of Indonesian pilgrims is because of respiration system disease. Because respiration disease which has a high risk of death approximately 40% for the elderly people is pneumonia and to keep in mind that 1428 H is winter time it’s quite possible that old age Indonesian pilgrims pass away caused by pneumonia. But record data medic Indonesian pilgrims is incomplete to explain that situation.
Individual characteristic of hajj pilgims factors that contribute to the death of ordinary old age Indonesian hajj pilgirns are age, sex, and length of stay in Arab Saudi. The pilgrims of the ages 2 80 years have 5,10 times higher risk of death ( 95% CI : 3,38 - 7,67 ; p value 0,00) compared to the pilgrims of 60 to 69 years old. The pilgrims of 70 to 79 years old have 2,13 times risk of death (95%CI: 1,88 - 2,67; p value 0,00). The men of the ages 2 60 years have 1,88 times risk of death ( 95% CI: 1,48 - 2,37 ; p value 0,00) compared to the women. Pilgrims who arrived earlier in the iirst tum have 1,31 times higher risk of death (95% CI: 1,05 - 1,64 ; p value 0,02) compared to those who arrive in the second tum.
The suggestion is in order that pilgrims who have respiratory disease that is suifered before pilgrimage, especially with COPD is to stop the habit of smoking, conduct exhalation practice, and given the science of diseases that will possible be suifered. Special trainning must be given to doctors in early detection, diagnosis and handling disease correctly. Also is suggested that physiological respiratory examination must carried out periodically with spirometer especially pilgrim candidate with asthma bronchiale and COPD.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34233
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Medistianto
"Angka Kematian Jemaah Haji Provinsi Jambi Tahun 2017/1438H sebesar 0,84 merupakanyang tertinggi di Indonesia. Sebanyak 22 dari 2609 jemaah haji Provinsi Jambi Tahun2017/1438 H meninggal saat melaksanakan ibadah haji. Riwayat Hipertensi sebelummelaksanakan ibadah haji merupakan faktor risiko kematian saat menunaikan ibadah haji.Penelitianinibertujuan mengetahui hubungan antara riwayat hipertensi sebelum menunaikanibadah haji dengan kematian jemaah haji saat melaksanakan ibadah hai di tanah suci. Desainyang digunakanadalahcross sectional potong lintang .Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh jemaah haji Provinsi Jambi Tahun 2017/1438 H. Metode pengambilan sampel yangdigunakan adalah total populasi jemaah haji Provinsi Jambi Tahun 2017/1438 H sebanyak2615 orang. Hasil penelitian menunjukkan hipertensi berpengaruh kepada kematian jemaahhaji asal Provinsi Jambi Tahun 2017/1438 H dengan nilai Prevalence Ratio PR sebesar0,473 95 CI 0,158 ndash; 1,405 setelah di kontrol oleh variabel umur, jenis kelamin,pekerjaan, tingkat pendidikan, Diabetes Melitus, Indeks Massa Tubuh IMT Anemia,Penyakit Infeksi, Penyakit Kardiovaskular dan Penyakit Pernafasan.

Mortality Rate Jamaah Haji Jambi Province Year 2017 1438 H by 0.84 is the highest inIndonesia. A total of 22 of the 2609 pilgrims of Jambi Province in 2017 1438 H died whileperforming the pilgrimage. Hypertension history before performing the pilgrimage is a riskfactor of death when performing the pilgrimage. This study aims to determine therelationship between history of hypertension before performing the pilgrimage with the deathof pilgrims when performing worship in the holy land. The design used is cross sectional. Thepopulation in this study is all pilgrims Jambi Province 2017 1438 H. The sampling methodused is the total population of pilgrims Jambi Province in 2017 1438 H as many as 2615people. The results showed that hypertension influenced the death of Hajj pilgrims fromJambi Province in 2017 1438 H with PR value of 0.473 95 CI 0.158 1.405 aftercontrolled by age, sex, occupation, education, diabetes Melitus, Body Mass Index IMT Anemia, Infectious Diseases, Cardiovascular Disease and Respiratory Disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zaenab
"Setiap tahun jemaah haji indonesia pergi ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh jemaah haji Indonesia yang berangkat ke tanah suci. Provinsi Banten merupakan provinsi dengan jumlah jemaah terbanyak ke empat di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran kejadian hipertensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada jemaah haji reguler Provinsi Banten tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 9.510 orang. Prevalensi jemaah haji Provinsi Banten tahun 2018 yang menderita hipertensi adalah 24,8%. Jemaah kelompok umur >80 tahun berisiko 20 kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada jemaah haji kelompok umur <40 tahun (p= 0,00 OR 20 dan 95% CI 11,58-34,56), jemaah haji perempuan berisiko 1,10 kali lebih besar untuk terkena hipertensi (p= 0,00 OR 1,10 dan 95% CI 1,00-1,21), jemaah pada kelompok pensiunan berisiko 26,38 kali lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada jemaah pada kelompok pelajar/mahasiswa (p= 0,00, OR= 26,38 dan 95% CI 11,3-61,4), jemaah kelompok pekerjaan pegawai swasta berisiko 13,5 kali lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada jemaah pada kelompok pekerjaan pelajaar/ mahasiswa (p= 0,000, OR 13,5 dan 95% CI 5,99-30,57), jemaah dengan tingkat pendidikan rendah 1,164 kali lebih besar menderita hipertensi (p= 0,014, OR 1,164 dan 95% CI 1,03-1,32), jemaah dengan tingkat pendidikan sedang 0,88 lebih rendah untuk terkena hipertensi dari pada orang dengan pendidikan tinggi (p=0,026, OR 0,88 dan 95% CI 0,79-0,98), jemaah yang merokok berisiko 0,69 kali lebih rendah untuk terkena hipertensi (p=0,00, OR 0,69 dan 95% CI  0,60-0,78), jemaah haji yang obesitas berisiko 1,43 kali lebih besar untuk terkena hipertensi (p=0,00, OR 1,43, 95% CI 1,30-1,57) dan jemaah haji yang menderita diabetes berisiko 1,98 kali lebih besar untuk terkena hipertensi (P=0,00, OR 1,98 dan 95% CI 1,68-2,33). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadi hipertensi terdiri atas umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, status merokok, IMT dan status diabetes. Bagi calon jemaah yang sudah memiliki karakteristik yang berhubungan dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan pola hidup sehat guna meminimalisir peluang untuk terkena hipertensi. 

Every year Indonesian pilgrims go to Saudi Arabia. Hypertension is the most common disease suffered by Indonesian pilgrims who go to the holy land. Banten Province is the fourth largest number of pilgrims in Indonesia. The purpose of this study is to describe the incidence of hypertension and the factors associated with the incidence of hypertension in Banten Province regular Hajj pilgrims in 2018. This study used a cross sectional design samples of 9,510 people. The prevalence of Banten Province pilgrims in 2018 who suffer from hypertension is 24.8%. pilgrims at age >80 years old 20 times more likely to suffer from hypertension than pilgrims age <40 years old (p= 0.00 OR 20 and 95% CI 11.58-34.56), female pilgrims had risk 1.10 times greater of being affected hypertension (p= 0.00 OR 1.10 and 95% CI 1.00-1.21), retirees pilgrims were 26.38 times more likely to develop hypertension than students (p= 0 , 00, OR= 26.38 and 95% CI 11.3-61.4), private employees pilgrims has risk 13.5 times greater to develop hypertension than students (p= 0,000, OR 13.5 and 95% CI 5.99-30.57), pilgrims with a low education level 1.164 times more likely to suffer from hypertension (p= 0.014, OR 1.164 and 95% CI 1.03-1.32 ), pilgrims with medium education level had 0.88  lower risk to develop hypertension than pilgrims with higher education level (p = 0.026, OR 0.88 and 95% CI 0.79-0.98), the pilgrims who smoked had 0.69 times lower risk to develop hypertension (p = 0.00, OR 0.69 and 95% CI 0.60-0.78), obese pilgrims were 1.43 times more likely to develop hypertension (p= 0.00, OR 1.43 , 95% CI 1.30-1.57) and pilgrims who suffered from diabetes had 1.98 times greater risk to develop hypertension (P= 0.00, OR 1.98 and 95% CI 1.68-2.33). Factors that associated with hypertension include age, sex, type of work, level of education, smoking status, BMI and diabetes status. For pilgrims who already have characteristics related to hypertension, it is recommended to make a healthy lifestyle in order to minimize the chance for getting hypertension. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirsal Picasso
"Penelitian bertujuan untuk menggali faktor determinan yang mempengaruhi kelelahan jemaah haji Provinsi DKI Jakarta tahun 1443 H/ 2022M. Desain studi yang digunakan Kohort retrospektif dari data hasil kuesioner revised- piper fatigue scale (R-PFS) Jemaah haji dan data Siskohatkes Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2022 M/ 1443 H. Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor determinan yang mempengaruhi kelelahan Jemaah haji adalah Tingkat Kebugaran (HR: 1,3; CI 95%:  1,07-1,5) dan Pendidikan (HR:1,3; CI 95%: 1,03-1,6). Disarankan untuk mewajibkan seluruh Jemaah haji melakukan pengukuran dan pembinaan kebugaran secara rutin dan berkala, mengoptimalkan kondisi kebugaran Jemaah haji dan senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengaplikasikan Gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) selama masa tunggu dan masa keberangkatan ibadah haji.

This study aims to explore the determinant factors that affect the fatigue of pilgrims in DKI Jakarta Province in 1443 H/ 2022M. The study design used a retrospective cohort based on data from the revised-piper fatigue scale (R-PFS) questionnaire for pilgrims and Siskohatkes data from the DKI Jakarta Provincial Health Office in 2022 M/1443 H. The results of this study found that the determinant factors affecting the fatigue of pilgrims are Fitness Level (HR: 1.3; 95% CI: 1.07-1.5) and Education (HR: 1.3; 95% CI: 1.03-1.6). It is recommended to oblige all pilgrims to carry out regular and periodic fitness measurements and coaching, optimize the fitness conditions of pilgrims and always apply clean and healthy living behaviors, and apply the Community Movement for Healthy Living (GERMAS) during the waiting period and departure for the pilgrimage"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zolaiha
"Latar belakang: Pada pelaksanaan ibadah haji ada ketentuan yang harus dipenuhi oleh setiap jemaah agar pelaksanaan ibadah haji dilaksanakan secara dan sempurna memenuhi syarat, rukun, dan wajib haji. Kebugaran fisik untuk meningkatkan kapasitas pelaksanaan ibadah pada jemaah haji Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat kebugaran fisik (VO2maks) terhadap ketidaklengkapan pelaksanaan ibadah haji pada jemaah Indonesia tahun 2016 / 1437 H. Metode: Desain penelitian adalah kohort retrospektif, menggunakan cox regression, STATA versi 13.00, untuk menganalisa pengaruh kebugaran terhadap ketidaklengkapan pelaksanaan ibadah haji setelah mengendalikan variabel kovariat, dan mengukur insiden masalah kesehatan. Variabel independen adalah tingkat kebugaran fisik (prediksi VO2maks), variable dependen adalah ketidaklengkapan pelaksanaan ibadah haji, variabel kovariat adalah: karakteristik individu; status Risti, status Istithaah, gelombang keberangkatan, perilaku merokok, pre-existing diseases. Penelitian ini menggunakan data sekunder Siskohatkes Kementerian Kesehatan 2016. Data meliputi data awal hasil pemeriksaan jemaah haji tahap 1 di Puskesmas dalam bentuk Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) dan data rawat inap jemaah di Saudi Arabia. Hasil: Hasil analisis multivariat memperlihatkan interaksi antara kebugaran fisik dengan gelombang keberangkatan terhadap ketidaklengkapan ibadah haji. Interaksi Kebugaran cukup dengan gelombang keberangkatan II terhadap ketidaklengkapan ibadah haji berisiko sebesar 3,17 (CI-95% = 1,68-5,97). Interaksi kebugaran kurang dengan gelombang keberangkatan II terhadap ketidaklengkapan ibadah haji berisiko sebesar 7,15 (CI-95% = 3,66-13,96). Kesimpulan: Tingkat kebugaran fisik berpengaruh terhadap ketidaklengkapan pelaksanaan ibadah haji jemaah Indonesia tahun 2016/ 1437 H setelah mengendalikan variabel umur, jenis kelamin, faktor risiko, merokok, gelombang keberangkatan, dan penyakit yang ada sebelumnya

Background: To complete the Hajj pilgrimage and fulfill the religious obligations, there are conditions which must be met by every hajj pilgrim. Physical fitness is one of the important factors that influence the capacity of Hajj pilgrims to complete the Hajj. The aim of this study is to determine the relationship of physical fitness level based on maximal oxygen consumption VO2max associated with incompleteness pilgrimage amongs Indonesian Hajj pilgrims. Methods: A retrospective cohort design study was designed on it. Descriptive statistics were performed on health incidents issues related with sirculatory, respiratory, syndrom metabolic, mental illness, neoplasm, musculoskletal and infectious diseases. Secondary statistical data were gathered from Siskohatkes (the Ministry Of Health’s Hajj surveillance database). The Hajj surveillance database contained data on the preliminary stage of Hajj health assessments from the community health center. Cox regression was used to study the physical fitness effects on the Hajj incompletion. The analysis was done in STATA version 13.00 after all covariate variables were adjusted. The physical fitness levels to be independent variable and incompleteness of hajj pilgrimage to be dependent variable. Covariates include demographic characteristics, refer to such variables as smoking behaviours, pre-existing co-morbidities, inpatients were hospitalized with a focus on the high risk status group. Result: Results from the multi-variable analysis shown an interaction between physical fitness, routes 2 covariate with incompleteness to hajj pilgrimage. The risk of average physical fitness status influences to incompleteness to hajj pilgrimage shown with RR 3.17 (CI-95%: 1.68-5.97). while the risk of less physical fitness status on the outcome was RR 7.15 (CI-95%: 3.66-13.96). Conclusion: The physical fitness levels influence on incompleteness of hajj pilgrimage amongs Indonesia hajj pilgrims."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>