Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83550 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafira Meutia Nadhifa
"Latar Belakang: Sebagai pathogen oportunistik, Candida glabrata merupakan jamur kedua terbanyak penyebab kandidiasis di berbagai negara. Akan tetapi, kemunculan resistansi jamur C. glabrata terhadap obat, terutama flukonazol sebagai obat standar pengobatan kandidiasis, cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, pengobatan alternatif perlu dipertimbangkan. Propolis memiliki berbagai komponen bioaktif yang komposisinya bergantung pada kondisi geografis sekitar. Propolis lombok telah diteliti mengandung komponen fenolik, seperti flavonoid dan asam fenolat, yang merupakan zat antijamur terhadap Candida sp. Maka dari itu, penelitian ini dilangsungkan untuk mengetahui efek antijamur dari propolis lombok terhadap C. glabrata. Metode: Penilitian ini menggunakan desain riset eksperimental secara in vitro melalui metode agar difusi dan dilusi cair (broth microdilution). Perlakuan jamur dibagi menjadi kelompok eksperimental menggunakan propolis lombok dengan tiga konsentrasi (50mg/mL, 70mg/mL, dan 100mg/mL), serta kelompok kontrol menggunakan flukonazol (kontrol positif) dan DMSO (kontrol negatif). Setiap prosedur dilakukan secara triplo. Analisis statistik dilakukan dengan mengolah data menggunakan SPSS. Hasil: Propolis lombok menghasilkan zona hambat dengan rentang 9 sampai 11mm pada metode agar difusi, sedangkan pada kontrol positif flukonazol tidak terbentuk zona hambat. Menggunakan metode dilusi cair, konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan jamur diperoleh pada konsentrasi 50mg/mL. Namun, pada analisis statistik tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terkait kemampuan hambat dari ketiga konsentrasi propolis. Conclusion: Propolis lombok memiliki sifat antijamur terhadap Candida glabrata yang diteliti menggunakan metode agar difusi dan dilusi cair. Akan tetapi, konsentrasi propolis lombok pada penelitian ini tidak mempengaruhi kemampuan hambat tersebut dalam bentuk pola kecenderungan.

Background: In some countries, the opportunistic fungi Candida glabrata was reported as the second most common cause of candidiasis. However, the emergence of the drugresistance phenomenon of C. glabrata, especially fluconazole, has become concerning. Therefore, an alternative treatment needs to be considered. Propolis contains bioactive compounds that vary based on geographical area. Lombok propolis is known to have phenolic compounds, such as flavonoid and phenolic acid, which are recognized as antifungal agents against Candida sp. Thus, this study aims to learn the growth-inhibitory effect of Lombok propolis’ ethanolic extract on C. glabrata. Methods: This study used an in vitro experimental research design using agar welldiffusion and broth microdilution. The fungi were separated into treatment groups using ethanol-extracted Lombok propolis with three concentrations (50 mg/mL, 70mg/mL, and 100mg/mL) and control groups using fluconazole (positive control) and DMSO (negative control). Each experiment was conducted in triplicate. Statistical analysis of the result was conducted using SPSS. Result: Lombok propolis formed inhibition zones with a range of 9 to 11mm with the agar well-diffusion method, while fluconazole formed no inhibition zone. Using broth microdilution, we identify the propolis with 50mg/mL concentrations as the lowest concentration that exhibit an inhibitory effect. However, statistical analysis found no significant difference between the inhibitory power of the three concentrations. Conclusion: Lombok propolis exhibit inhibitory effects against Candida glabrata growth tested with agar well-diffusion and broth microdilution. Regardless, the concentration of Lombok propolis did not affect the inhibitory power in the form of a trend."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shuffa Chilla Mayhana
"Pendahuluan: Candida sp. Menyumbang 40.9% dari seluruh kasus di seluruh dunia. Namun, resistensi obat terus meningkat akibat kemampuan jamur ini untuk beradaptasi. Oleh karena itu, obat antijamur alternatif untuk melawan kandidiasis invasive sangat dibutuhkan. Beberapa studi menunjukkan bahwa propolis, sebuah produk dari sarang lebah yang bertekstur seperti lilinn, memiliki sifat antijamut. Walaupun demikian, studi yang menyelidiki efektivitas Propolis Brunei (PB) sebagai obat antijamur alternatif masih langka. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efek PB terhadap pertumbuhan candida albicans (CA). Metode: Studi ini menggunakan metode difusi agar dan mikrodilusi. Melalui difusi agar, peneliti mengevaluasi zona inhibisi. Sedangkan, melalui mikrodilusi, peneliti mengevaluasi optical density difference (ODD), minimum inhibitory concentration (MIC), dan percentage of inhibition (%I). CA ATCC 90028 dipaparkan dengan ekstrak etanol propolis dengan tiga konsentrasi berbeda: 50 mg/ml, 70 mg/ml, dan 100 mg/ml. Flukonazole diguanakan sebagai control positif. Hasil: Rerata zona inhibisi PB 50 mg/ml (10 mm), 70 mg/ml (9 mm), dan 100 mg/ml (11,5 mm) lebih rendah daripada flukonazol (15,5 mm). ODD PB 100 mg/ml lebih tinggi dari tes sampel yang lainnya (0.0703 nm). %I PB 50 mg/ml (79.15%), 70 mg/ml (91.18%), dan 100 mg/ml (92.76%) lebih tinggi daripada flukonazol (21.82%). MIC adalah 50 mg/ml. Kesimpulan: PB memiliki efek antifungal terhadap pertumbuhan CA. Terdapat hubungan yang signifikan antaran zona inhibisi dan ODD PB jika dibandingkan dengan flukonazol. Terdapat korelasi negatif antara zona inhibisi dan ODD ketika membandingkan ketiga konsentrasi PB. Terdapat korelasi positif diantara konsentasi PB dan %I.

Introduction: Among all cases, candida species accounts for 40.9% cases worldwide. However, drug-resistance is rising due to its adaptive nature. Thus, an alternative anti-fungal drug to combat invasive candidiasis is needed. Studies have shown that propolis, a wax-like beehive product, possess anti-fungal properties. Still, studies investigating the effectiveness of Brunei propolis (BP) as an alternative anti-fungal drug are still scarce. This study aims to evaluate the effects of BP against the growth of Candida albicans (CA). Methods: Researcher conducted agar diffusion and micro-dilution method. Through agar diffusion, inhibition zone was evaluated. Meanwhile, through micro-dilution, the author evaluated the optical density difference (ODD), minimum inhibitory concentration (MIC), and percentage of inhibition (%I). CA ATCC 90028 was tested against Propolis extract in three different concentrations: 50 mg/ml, 70 mg/ml, and 100 mg/ml. Fluconazole was the positive control. Results: The mean inhibition zone of BP 50 mg/ml (10 mm), 70 mg/ml (9 mm), and 100 mg/ml (11.5 mm) are lower than fluconazole (15.5 mm). ODD of BP 100 mg/ml is higher than other test samples (0.0703). %I of BP 50 mg/ml (79.15%), 70 mg/ml (91.18%), and 100 mg/ml (92.76%) are higher than fluconazole (21.82%). MIC value is 50 mg/ml. Conclusion: BP possess anti-fungal effects towards CA. There is a significant association between inhibition zone and ODD of BP with respect to fluconazole. There is a negative association between all BP concentrations. There is a positive association between BP concentration and %I."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Silvana Saputri
"Latar Belakang: angka kejadian infeksi jamur di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, diikuti dengan meningkatnya kasus resistensi pada pengobatan standar yang diberikan. Candida albicans Merupakan etiologi infeksi jamur tersering di dunia. Saat ini penemuan pengobatan alternatif sangat penting dilakukan, sebagai upaya untuk menurunkan kasus resistensi terhadap pengobatan standar. Propolis merupakan salah satu bahan alami yang memiliki kandungan flavonoid dan asam fenolik sebagai antifungal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya daya hambat propolis karang asal Sulawesi terhadap Candida albicans.
Metode: Penelitian eksperimental ini dilakukan dengan metode difusi cakram. Melalui 3 konsentrasi propolis yang sudah diemulsi (1%,3%,5%) tempatkan propolis ke dalam disc, diletakkan diatas agar Mueller-Hinton yang sudah terdapat biakan Candida albicans ATCC. Inkubasi dilakukan selama 24-48 jam dan diukur diameter zona hambat yang terbentuk.
Hasil: Propolis dengan konsentrasi 1% menghasilkan zona hambatan yang paling besar terhadap biakan Candida albicans ATCC, namun angka ini tidak sebaik obat standar nistatin.
Kesimpulan: propolis tidak memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro dengan konsentrasi terkecilnya.

Background: The incidence of fungal infections in Indonesia is increasing year by year, accompanied by the increasing cases of resistance to standard treatment given. Candida albicans is the most common etiology of fungal infections in the world. Recently, alternative drug discovery is very important to conduct as an effort to decrease the case of resistance to standard treatment. Propolis is one of the natural ingredients that contain of flavonoids and phenolic acids as antifungal. The objective of this study is to find out the inhibitory power of coral propolis from Sulawesi to Candida albicans.
Method: This experimental study was carried out by disc diffusion method. There are 3 concentrations of propolis that have been emulsified (1%, 3%, 5%) and put in to disc, which are then placed on Mueller-Hinton plate that contains Candida albicans ATCC. Incubation phase was carried out for 24-48 hours. Finally, we measured the diameter of inhibitory zone that were formed.
Results: Propolis with a concentration of 1% produced the highest inhibitory zone to inhibit Candida albicans growth, but this number was not as good as the standard which is Nystatin.
Conclusion: Propolis has not the ability to inhibit the growth of Candida albicans in vitro with the smallest concentration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiqueen Dhia Salsabila Firlana Adnan
"Meningkatnya kasus resistensi Candida albicans terhadap pengobatan yang ada membuat penemuan terapi alternatif menjadi penting. Bahan alami menjadi peluang alternatif karena diharapkan menimbulkan efek samping yang lebih sedikit, salah satunya adalah propolis. Propolis memiliki komponen fenol dan flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan jamur, propolis jenis campuran dari Sulawesi, Indonesia memiliki belum pernah diteliti efeknya terhadap pertumbuhan jamur Candida sp. Uji daya hambat dilakukan pada Candida albicans sebagai penyebab tertinggi kandidiasis, diharapkan inovasi dari zat alami dapat ditemukan dengan biaya produksi murah untuk menanggulangi resistensi obat. Pengujian dilakukan dengan meletakkan cakram rendaman emulsi propolis pada biakan Candida albicans ATCC di agar Mueller-Hinton, dengan tiga kelompok uji konsentrasi yaitu 1%, 5%, dan 7%. Setelah inkubasi selama 24-48 jam dilakukan pengukuran zona inhibisi menggunakan jangka sorong. Hasil menunjukkan bahwa 5% merupakan konsentrasi optimal dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans, namun tidak lebih efektif dari nystatin yang merupakan kontrol positif. Sistem imun diduga meningkatkan efek propolis dengan konsentrasi yang sama dalam uji in vivo, sehingga diharapkan hasil riset ini bisa menjadi dasar untuk percobaan selanjutnya.

The raising number of resistant Candida albicans has drawn attention to find an alternative treatment. Natural substances like propolis becomes a preferred option because it is expected to have less side effects. Propolis contains phenolic acid and flavonoid that might have antifungal property. Mixed propolis from Sulawesi, Indonesia have never been tested on Candida sp. The test subject is Candida albicans, which is the most frequent etiology of candidiasis. This innovation of natural substance and low production cost are expected to provide a solution for the resistance. Three groups of Candida albicans ATCC in Mueller-Hinton agars were tested to a disk diffusion that contains propolis with different concentrations, 1%, 5%, and 7%. After 24 - 48 hours incubation, inhibitory zones were measured by calipers. The result indicates that 5% propolis has the optimum antifungal potency, although it does not show better result than nystatin as the positive control. Immune system is predicted to enhance the effect of propolis in in vivo test , therefore this research is expected to be the foundation of further studies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Widyantari
"Latar belakang: Infeksi jamur oportunistik oleh Candida sp,. di dunia terus bertambah setiap tahunnya. Candida albicans menjadi jamur dengan tingkat infeksi kandidiasis paling banyak. Penggunaan antibiotik spektrum luas dan kateter urin dalam waktu lama menyebabkan obat standar seperti flukonazol mayoritas menjadi resisten terhadap kandidiasis. Propolis ternyata memiliki senyawa bioaktif yang mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans. Propolis Lombok memiliki zat aktif senyawa fenolik seperti flavonoid yang berperan sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas propolis Lombok dengan flukonazol, serta membandingkan metode well diffusion dengan microbroth dilution. Metode: Penelitian secara in vitro ini menggunakan design penelitian eksperimental yaitu metode well diffusion dan microbroth dilution. Perlakuan dibagi menjadi kelompok kontrol positif: flukonazol, kelompok kontrol negatif: DMSO, serta tiga kelompok propolis dengan kadar 50mg/mL, 70mg/mL, dan 100mg/mL. Setiap prosedur diulang 3 kali. Data dianalisis menggunakan uji statistik Kruskal-walis dan One Way ANOVA. Hasil: Pemberian propolis Lombok menunjukkan zona hambatan dengan rentang rata-rata 7,9 mm–10 mm pada metode agar difusi, sedangkan menunjukkan zona hambatan rata–rata sebesar 15 mm (p < 0,05). Jika dibandingkan dengan metode microbroth dilution ditemukan hasil yang serupa. Pada analisis statistik tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna di antara ketiga konsentrasi propolis Lombok (p > 0,05). Kesimpulan: Propolis Lombok memiliki efek antijamur terhadap pertumbuhan Candida albicans berdasarkan dua metode yang sudah digunakan, namun efektivitasnya masih lebih rendah dibandingkan flukonazol.

Introduction: Opportunistic fungal infection by Candida sp,. in the world continues to grow every year. Candida albicans is the fungus with the highest candidiasis infection rate. The use of broad-spectrum antibiotics and urinary catheters for a long time have caused most of the standard drugs such as fluconazole to become resistant to candidiasis. Propolis turns out to have bioactive compounds that can inhibit the growth of Candida albicans. Lombok propolis has active phenolic compounds such as flavonoids which act as antifungals. This study aims to compare the effectiveness of Lombok propolis with fluconazole, and to compare the well diffusion method with micro broth dilution. Method: This in vitro study used an experimental research design, namely the well diffusion and microbroth dilution methods. The treatment was divided into a positive control group: fluconazole, a negative control group: DMSO, and three groups of propolis with levels of 50mg/mL, 70mg/mL, and 100,g/mL. Each procedure was repeated 3 times. Data were analyzed using the Kruskal-Wallis statistical test and One-Way ANOVA. Result: The provision of propolis in Lombok showed an inhibition zone with an average range of 7.9 mm–10 mm on the agar diffusion method, while the inhibition zone showed an average of 15 mm (p < 0.05). When compared with the microbroth dilution method, similar results were found. Statistical analysis did not find any significant difference between the three concentrations of Lombok propolis (p > 0.05). Conclusion: Lombok propolis has antifungal effect on the growth of Candida albicans based on two methods that have been used, but its effectiveness is still lower than fluconazole."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Putri
"Latar Belakang: Pasta gigi berfungsi dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Propolis adalah salah satu bahan herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut. Propolis memiliki sifat anti bakteria, antifungal, anti viral, anti protozoa, anti inflamasi dan anti oksidan. Karies merupakan salah satu akibat dari terjading penurunan pH mulut yang menjadi asam. Candida albicans dapat memfermentasi glukosa dan maltosa sehingga akan menghasilkan asam dan gas. Maka dari itu Candida albicans bersifat acidogenic dan dapat membentuk biofilm dalam rongga mulut.
Tujuan: Mengetahui efek pasta gigi ekstrak propolis terhadap pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231 secara in vitro.
Metode: Pemaparan pasta gigi ekstrak propolis pada biofilm Candida albicans ATCC 10231 diinkubasi selama 3 jam dan 18 jam, perlakuan dengan pasta gigi tanpa propolis dan juga kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding. Pewarnaan dengan kristal violet dilakukan untuk mengukur nilai optical density yang merefleksikan kuantitas biomassa dari Candida albicans ATCC 10231.
Hasil: Nilai absorbansi dari Candida albicans ATCC 10231 setelah pemaparan pasta gigi ekstrak propolis, pasta gigi tanpa propolis, dan kelompok kontrol dengan lama waktu inkubasi 3 jam secara berturut-turut yaitu sebesar 0,345; 0,337; 0,634. Pada inkubasi selama 18 jam yaitu sebesar 0,302; 0,243; 0,392. Persentase biomassa yang didapatkan pada lama waktu inkubasi selama 3 jam dari pasta gigi propolis, pasta gigi tanpa propolis, dan kelompok kontrol secara berturut-turut adalah 46% dan 47%. Pada waktu inkubasi selama 18 jam yaitu sebesar 23% dan 38%.
Kesimpulan: Pasta gigi ekstrak propolis mampu menurunkan biomassa dari Candida albicans ATCC 10231 seiring dengan lamanya waktu inkubasi.

Background: Toothpaste helps in maintaining the health of oral cavity. Propolis is one of the herbal ingredients which is often used to cure dental and oral health problems. Propolis has anti-bacterial, antifungal, anti-viral, anti-protozoa, anti-inflammatory and anti-oxidant properties. Caries is a result of the condition of the oral cavity that is too acidic. Candida albicans can ferment glucose and maltose which will produce acid and gas. Therefore Candida albicans is acidogenic and can make biofilms in the oral cavity.
Objective: Determined the effect of propolis extract toothpaste on biofilm formation of Candida albicans ATCC 10231.
Method: The exposure of propolis extract toothpaste on biofilm of Candida albicans ATCC 10231 incubated for 3 hours and 18 hours, the treatment with toothpaste without propolis and also the control group was used as a comparison. Crystal violet staining method is used to see the value of light absorbance or optical density so that the biomass of Candida albicans ATCC 10231 is known.
Result: The absorbance value of Candida albicans ATCC 10231 as a result of exposure to propolis extract toothpaste, toothpaste without propolis, and the control group at 3 hours of exposure time respectively is 0,345; 0.337; 0.634. At an exposure time of 18 hours which is equal to 0.302; 0.243; 0.392. The percentage of biomass obtained at 3 hours exposure from propolis toothpaste, toothpaste without propolis, and control groups was 46% and 47% respectively. At 18 hours time exposure was 23% and 38%.
Conclusion: Propolis extract toothpaste was able to reduce the biomass of Candida albicans ATCC 10231 along with the length of time of incubation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geani Sabrina
"Propolis merupakan resin alami yang dihasilkan lebah tanpa sengat. Kandungan senyawa kimia dari propolis sendiri bergantung pada sumber tanaman, letak geografis, kondisi lingkungan, serta spesies lebah. Propolis yang digunakan dalam penelitian merupakan propolis Brunei dari lebah tanpa sengat G. thoracica, H. itama, dan T. binghami. Propolis memiliki berbagai aktivitas biologis, salah satunya adalah antijamur. Potensi ini dapat diketahui dengan melihat aktivitas antijamur propolis Brunei terhadap jamur Candida albicans dan Cryptococcus neofarmans. Aktivitas antijamur pada penelitian ini diuji dengan menggunakan metode mikro dilusi dan difusi agar. Hasil aktivitas antijamur menunjukkan bahwa propolis Brunei memiliki potensi sebagai agen antijamur, memiliki zona hambat yang lebih besar pada jamur C. albicans dibandingkan dengan C. neoformans, bahkan propolis Brunei memiliki diameter zona hambat lebih besar dibandingkan flukonazol. Kandungan flavonoid dan polifenol dari propolis Brunei diperoleh dengan penggunaan quercetin sebagai standar flavonoid dan asam galat sebagai standar polifenol. Didapatkan propolis dengan kandungan total polifenol tertinggi dari spesies G. thoracica sebesar 78,79±17,06 mgGAE/g propolis dan total kandungan flavonoid tertinggi dari spesies H. itama sebesar 101,10±6,26 mg QE/g propolis. Kandungan senyawa kimia aktif propolis Brunei dapat diketahui dengan metode LC-MS/MS didapatkan sebanyak 21 senyawa aktif dan 3 senyawa marker, antara lain Maslinic acid, D-(-)-Mannitol, dan 18-β-Glycyrrhetinic acid.

Propolis is a natural resin produced by bees without stinging. The content of chemical compounds from propolis itself depends on the source of the plant, geographical location, environmental conditions, and bee species. The propolis used in this study was Brunei propolis from the stingless bees G. thoracica, H. itama, and T. binghami. Propolis has various biological activities, one of which is antifungal. This potential can be determined by looking at the antifungal activity of Brunei propolis against the fungi Candida albicans and Cryptococcus neofarmans. The antifungal activity in this study was tested using micro dilution and agar diffusion methods. The antifungal activity results showed that Brunei propolis has potential as an antifungal agent, has a larger inhibition zone for C. albicansthan C. neoformans, and Brunei propolis has a larger diameter of inhibition zone than fluconazole. The flavonoid and polyphenol content of Brunei propolis was obtained by using quercetin as a flavonoid standard and gallic acid as a polyphenol standard. The propolis with the highest total polyphenol content from G. thoracica was 78.79±17.06 mgGAE/g propolis and the highest total flavonoid content from H. itama species was 101.10±6.26 mg QE/g propolis. The content of active chemical compounds in Brunei propolis can be determined by using the LC-MS/MS method. There are 21 active compounds and 3 marker compounds, including Maslinic acid, D-(-)-Mannitol, and 18-I²-Glycyrrhetinic acid"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chloe Shada Nareswari
"Latar belakang: Resistensi flukonazol pada Candida krusei semakin menjadi perhatian dalam pengobatan kandidiasis superfisial dan kandidemia. Propolis Lombok yang kaya akan flavonoid merupakan alternatif yang memiliki potensi. Penelitian ini mengeksplorasi aktivitas antijamur propolis Lombok terhadap pertumbuhan Candida krusei. Metode: Eksperimen in vitro ini menggunakan metode difusi agar sumuran (untuk pengukuran diameter zona hambat), dan mikrodilusi (untuk perubahan densitas optik) yang dilanjutkan dengan kultur jamur (untuk penentuan nilai KHM). Kelompok perlakuan pada metode difusi agar sumuran terdiri dari ekstrak etanol propolis Lombok pada konsentrasi 500.000 ppm, 700.000 ppm, dan 1.000.000 ppm, flukonazol (kontrol positif), dan DMSO 10% (kontrol negatif), serta penambahan kontrol pertumbuhan dan kontrol media pada metode mikrodilusi. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok pada metode difusi agar sumuran (p = 0,025) dan mikrodilusi (p = 0,001), dengan rata-rata zona hambat terbesar pada 700.000 ppm (9,67 mm) dan rata-rata penurunan densitas optik terbesar pada 500.000 ppm (0,2308). Tes post hoc untuk metode difusi agar sumuran tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Untuk metode mikrodilusi, perbedaan densitas optik secara signifikan lebih rendah untuk 500.000 ppm dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol medium, serta untuk 700.000 ppm dibandingkan dengan kontrol positif, kontrol pertumbuhan, dan kontrol medium. Kultur jamur menunjukkan pertumbuhan Candida krusei pada semua konsentrasi propolis. Kesimpulan: Propolis Lombok yang didapatkan dari Trigona clypearis berpotensi menghambat pertumbuhan Candida krusei. Namun, untuk dapat dijadikan sebagai pengobatan alternatif, efeknya harus dioptimalkan. Nilai KHM tidak dapat ditentukan.

Introduction: Candida krusei’s fluconazole resistance is a growing concern in superficial candidiasis and candidemia treatment. Lombok propolis, rich in flavonoids, is a potential alternative. This research explores the antifungal activity of Lombok propolis against Candida krusei growth. Method: In vitro experiments used Agar well diffusion (for inhibition zone diameter measurement), and Broth microdilution (for optical density changes) followed by fungal culture (for MIC determination). Groups in Agar well diffusion included Lombok propolis ethanol extracts at concentrations of 500.000 ppm, 700.000 ppm, and 1.000.000 ppm, fluconazole (positive control), and 10% DMSO (negative control), with the addition of growth control and medium control in Broth microdilution. Result: This study found significant between-group differences in Agar well diffusion (p = 0,025) and Broth microdilution (p = 0,001), with the largest average inhibition zone at 700.000 ppm (9,67 mm) and the greatest average optical density decrease at 500.000 ppm (0.2308). Post hoc tests for Agar well diffusion revealed no significant difference and for Broth microdilution the optical density difference was significantly lower for 500.000 ppm compared to negative control and medium control, as well as for 700.000 ppm compared to positive control, growth control, and medium control. Fungal culture showed Candida krusei growth at all propolis concentrations. Conclusion: Lombok propolis collected from Trigona clypearis has the potential to inhibit the growth of Candida krusei. However, to be established as an alternative treatment, its effect has to be optimized. MIC value determination was inconclusive."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redita Noviana Putri
"Latar belakang: Kandidiasis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang sebagian besar disebabkan oleh Candida albicans. Pengobatan antifungal yang ada meningkatkan kemungkinan relaps sehingga dibutuhkan terapi alternatif yang bekerja lebih efektif dan ekonomis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pertumbuhan Candida albicans dapat dihambat oleh propolis jenis reguler.
Metode: Terdapat 3 konsentrasi emulsi propolis jenis reguler yang dibuat triplo, yaitu konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Sampel propolis diambil dari Sulawesi. Jamur yang diteliti adalah Candida albicans ATCC. Aktivitas propolis terhadap jamur diamati secara in vitro dengan difusi cakram.
Hasil: Rata-rata diameter zona hambat propolis jenis reguler terhadap pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 1%, 3%, dan 5% berturut-turut adalah 3,33 mm, 7,33 mm, dan 5 mm. Kontrol positif dengan nistatin menghasilkan zona hambat sebesar 19 mm. Sedangkan kontrol negatif dengan alkohol menghasilkan zona hambat sebesar 8 mm.
Kesimpulan: Propolis jenis reguler konsentrasi 1%, 3%, dan 5% tidak dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro karena besar zona hambat pada ketiga konsentrasi propolis tidak ada yang memberikan hasil lebih besar dari zona hambat pada kontrol negatif.

Background: Vulvovaginal candidiasis is a vaginal infection that is mostly caused by Candida albicans. Antifungal treatments that need to be improved relapse require alternative therapies that work more effectively and economically. Candida albicans can be inhibited by regular types of propolis.
Methods: There were 3 concentrations of ordinary propolis emulsion made by triplo, namely concentrations of 1%, 3% and 5%. Propolis sample was taken from Sulawesi. The fungus that was published was Candida albicans ATCC. Propolis activity against fungi in tubes by disk diffusion.
Results: The average diameter of regular type propolis inhibition zone on the growth of Candida albicans at concentrations of 1%, 3%, and 5% compound contributed was 3.33 mm, 7.33 mm, and 5 mm. Positive control with nystatin produces a inhibition zone of 19 mm. Whereas negative control with alcohol produces an inhibition zone of 8 mm.
Conclusion: Regular type of propolis concentration of 1%, 3%, and 5% cannot inhibit the growth of Candida albicans in vitro because large inhibitory zones based on the concentration of propolis concentration do not produce more than inhibitory zones on negative controls.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amatul Firdaus Ramadhan
"Latar belakang: Permen hisap propolis madu (buatan Universitas Indonesia) diduga dapat mempengaruhi pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231.
Tujuan: Menganalisis Efek permen propolis madu terhadap viabilitas biofilm Candida albicans ATCC 10231.
Metode: Candida albicans ATCC 10231 dikultur pada 96-wellplate yang sebelumnya diberikan coating saliva dan coating serum pada masing-masing wellplate. Kemudian pada kelompok perlakuan diberikan larutan permen propolis madu, permen X dan permen madu dengan konsentrasi larutan permen 50%. Wellplate diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam lalu diuji dengan MTT Assay.
Hasil: Pada coating saliva maupun coating serum, kelompok permen X menunjukkan peningkatan pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231 terhadap kelompok kontrol (P,0.05). Tidak ada perbedaan bermakna pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231 antara kelompok permen propolis madu dan permen madu terhadap kelompok kontrol baik pada coating saliva maupun coating serum.
Kesimpulan: Permen hisap propolis madu (buatan Universitas Indonesia) memiliki kecenderungan menurunkan pembentukan biofilm Candida albicans ATCC 10231. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>