Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203461 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Luh Putu Diva Mahastra Putri
"Latar Belakang
Di masa pandemi COVID-19, terjadi peningkatan suatu isu kesehatan yaitu swamedikasi obat bebas di kalangan masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan persepsi sehat yang dimiliki oleh setiap individu sehingga memicu perilaku swamedikasi. Hingga saat ini, belum diketahui hubungan antara persepsi kesehatan umum dengan swamedikasi obat bebas pada subjek pasca COVID-19.
Metode
Di masa pandemi COVID-19, terjadi peningkatan suatu isu kesehatan yaitu swamedikasi obat bebas di kalangan masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan persepsi sehat yang dapat diukur menggunakan The Short Form 36 Health Survei Questionnaire (SF-36) dan dimiliki oleh setiap individu sehingga memicu perilaku swamedikasi. Hingga saat ini, belum diketahui hubungan antara persepsi kesehatan umum dengan swamedikasi obat bebas pada subjek pasca COVID-19.
Hasil
Sebagian besar persepsi kesehatan umum pada subjek pasca COVID-19 di Kelurahan Panjunan, Cirebon adalah baik. Pada penelitian ini diketahui proporsi responden pasca COVID-19 yang pernah melakukan swamedikasi obat bebas selama 6 bulan terakhir adalah 61 responden (71,8%). Analisis antara persepsi kesehatan umum dan perilaku swamedikasi obat bebas subjek pasca COVID-19 di Kelurahan Panjunan Cirebon dan sekitarnya dengan Uji Fisher yang menunjukkan nilai p=0,029 (OR 5,647; 95% CI 0,693- 45,973) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan.
Kesimpulan
Terdapat hubungan signifikan antara persepsi kesehatan umum dan perilaku swamedikasi obat bebas subjek pasca COVID-19 di Kelurahan Panjunan Cirebon dan sekitarnya dengan Uji Fisher yang menunjukkan nilai p=0,029 (OR 5,647; 95% CI 0,693-45,973). Alasan utama responden melakukan swamedikasi adalah karena hemat waktu.

Introduction
During the COVID-19 pandemic, an increasing of a health issue is detected which causes an increasing of self-medication behavior of over-the-counter drugs among the public. This is associated with the decreased quality of life in post COVID-19 patients which can be measured by The Short Form 36 Health Survei Questionnaire (SF-36) about the perception of health that each individual has, thus triggering self-medication behavior. Until now, there is no known relationship between general health perceptions and over- the-counter drug self-medication in post-COVID-19 subjects.
Method
This research was conducted by collecting samples using consecutive sampling method and cross-sectional methods with 85 respondents which fulfilled the inclusion criterias in Panjunan Village, Cirebon, and surrounding areas.
Results
In this study, it was found that the proportion of post-COVID-19 respondents who had self-medicated over-the-counter medications during the last 6 months was 61 respondents (71.8%). Analysis of general health perceptions and over-the-counter self-medication behavior of post-COVID-19 subjects in Panjunan Village Cirebon and its surroundings with Fisher's test showing a p value = 0.029 (OR 5.647; 95% CI 0.693-45.973) which indicates a significant relationship. Overall, the general health perceptions in Panjunan Village, Cirebon and its surroundings is good.
Conclusion
There is a significant relationship between general health perceptions and self-medication behavior of the post-COVID-19 subjects in Panjunan Village, Cirebon and its surroundings with the Fisher Test showing a value of p=0.029 (OR 5.647; 95% CI 0.693- 45.973). The main reason respondents carry out self-medication is because it saves time.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nurshofiyyah Muslimah
"Latar Belakang Demam menjadi gejala yang paling umum pada individu yang terinfeksi COVID-19. Individu yang mengalami demam seringkali mengambil tindakan swamedikasi. Pengetahuan dan sikap individu dapat menjadi faktor keberhasilan swamedikasi. Dengan demikian, diteliti mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap COVID-19 dengan swamedikasi demam. Metode Penelitian ini menggunakkan studi desain cross-sectional. Intsrumen penelitian berupa kuesioner yang disebarkan secara luring kepada 94 masyarakat di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya yang berisi sosiodemografi, pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19, serta perilaku swamedikasi demam. Kemudian data diolah menggunakkan uji chi-square, uji fisher, dan uji regresi. Hasil Proporsi masyarakat yang memiliki pengetahuan baik dan sikap positif terhadap COVID-19 masing-masing sebanyak 86,2% dan 95,7%. Proporsi masyarakat yang melakukan swamedikasi demam adalah 60,6%. Jenis obat yang paling banyak digunakkan oleh dalam melakukan swamedikasi demam adalah parasetamol. Analisis statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan mengenai hubungan antara pengetahuan (p=0,589; OR 1,382; IK95% 0,425 – 4,494) dan sikap (p=0,645; OR 1,571; IK95% 0,212 – 11,673) masyarakat terhadap COVID-19 dengan swamedikasi demam di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya. Terdapat variabel perancu yang tidak dapat disingkirkan menunjukkan hasil signifikan, yaitu usia (p=0,007) dan sosial ekonomi/penghasilan (p=0,017). Kesimpulan Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap COVID-19 dengan swamedikasi demam di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya.

Introduction Fever is one of the common symptom in individuals infected with COVID-19. Individuals who experience fever often take self-medication. Individual knowledge and attitudes can be factors in the success of self-medication. Thus, the relationship between people's knowledge and attitudes towards COVID-19 and self-medication for fever was studied. Method The study design uses a cross-sectional study. The research instrument was a questionnaire distributed offline to 94 residents in Panjunan Village, Cirebon, and nearby containing sociodemographics, knowledge and attitudes towards COVID-19, and fever self-medication behavior. Then the data was processed using the chi-square test, Fisher test and regression test. Results The proportion of respondents with good knowledge and positive attitudes towards COVID-19 is 86.2% and 95.7% respectively. 60,6% of respondents practicing self-medication. The type of drug most commonly used when self-medicating for fever is paracetamol. Statistical analysis showed insignificant results regarding the relationship between knowledge (p=0.589; OR 1.382; CI 95% 0.425 – 4.494) and attitude (p=0.645; OR 1.571; CI 95% 0.212 – 11.673) towards COVID-19 with fever self-medication in Panjunan Village, Cirebon and nearby. There are confounding variables that can not be excluded which show significant results were age (p=0.007) and socio-economic/income (p=0.017). Conclusion There is no relationship between public knowledge and attitudes towards COVID-19 and fever self-medication in Panjunan Village, Cirebon and nearby."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Riefky Hasan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari implementasi atau penerapan sistem kliring tersentralisi melalui Central Counterparty Clearing House CCP pada produk Over-the-Counter OTC Derivatif terhadap risiko sistemik di negara-negara yang telah menerapkan sistem CCP pada produk OTC Derivatifnya. Negara-negara tersebut termasuk Brazil, Amerika Serikat, Meksiko, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Australia, Korea Selatan, China dan Hong Kong. Penelitian ini menggunakan metode regresi dengan data panel selama kurang lebih tujuh tahun yaitu dari Juli 2009 hingga November 2016 menggunakan data harian. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan proses kliring melalui CCP pada produk OTC Derivatif secara signifikan mempengaruhi risiko sistemik di suatu negara dimana setelah adanya penerapan CCP pada produk OTC Derivatif risiko sistemik di negara tersebut menurun secara signifikan. Penelitian ini juga menemukan bahwa faktor dinamika pasar modal di suatu negara berpengaruh signifikan terhadap risiko sistemik di suatu negara.

ABSTRACT
This study aims to examine the impact of implementation of centralize clering system by Central Counterparty Clearing House CCP on Over the Counter OTC Derivatives product towards systemic risk in countries which implemented the system. These countries are Brazil, United States, Mexio, United Kingdom, France, Germany, Italy, Japan, Australia, South Korea, China and Hong Kong. This study uses panel data methodology, using annual data for a more than 7 years from July 2009 until November 2016 using daily basis data. The results of the study show that the implementation of CCP on OTC Derivatifs product significantly affects country rsquo s systemic risk which after the implementation of CCP on OTC Derivatifs product, country rsquo s systemick risk decrase significantly. This study also finds that dynamics of stock market factor significantly affect country rsquo s systemic risk."
2017
S66535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loll, Leo M.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1973
332.6 LOL o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Bharata
"Latar Belakang Gejala common cold pada COVID-19 dan penyakit respirasi lain menyerupai satu sama lain sehingga seseorang yang mengalami gejala sering kali tidak melakukan perilaku preventif yang sesuai. Untuk mengatasi gejala tersebut, perilaku kesehatan yang sering diterapkan di masa pandemi COVID-19 adalah swamedikasi (self-medication). Swamedikasi ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap karena perilaku kesehatan yang baik umumnya didahului oleh pengetahuan dan sikap yang baik juga. Akan tetapi, belum banyak studi yang meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19 dengan swamedikasi common cold. Metode Penelitian dilakukan secara cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner yang sudah divalidasi oleh penelitian sebelumnya. Kuesioner yang digunakan menilai pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19, serta perilaku swamedikasi masyarakat ketika mengalami gejala common cold. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Panjunan, Cirebon, dan sekitarnya sebagai wilayah binaan Pengabdian Masyarakat FKUI. Data dianalisis dengan uji Fisher dan dihitung rasio odds dengan interval kepercayaan 95%. Hasil analisis signifikan apabila p<0,05. Hasil Dari 94 responden, 86,2% memiliki pengetahuan baik, dan 95,7% memiliki sikap positif terhadap COVID-19. Sebanyak 95,7% responden mempraktikkan swamedikasi common cold. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai COVID-19 dengan swamedikasi common cold di Kelurahan Panjunan, Cirebon dan sekitarnya. Kesimpulan Pengetahuan dan sikap terhadap COVID-19 di Kelurahan Panjunan, Cirebon dan sekitarnya sudah tergolong baik. Selain itu, swamedikasi untuk gejala common cold merupakan perilaku kesehatan yang sering dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut. Maka dari itu, pengaturan kebijakan dan peningkatan kesadaran masyarakat melalui edukasi mengenai swamedikasi yang tepat perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah dan stakeholder kesehatan lainnya.

Introduction Symptoms of the common cold in COVID-19 and other respiratory diseases resemble each other so someone who experiences these symptoms often do not carry out appropriate preventive behavior. In an attempt to alleviate these symptoms, the health behavior that is often practiced in the COVID-19 pandemic is self-medication. This selfmedication behavior can be influenced by knowledge and attitudes because good health behavior is generally preceded by good knowledge and attitudes as well. However, not many studies have examined the relationship between knowledge and attitude towards COVID-19 and self-medication for the common cold. Method The research was done with a cross-sectional design with primary data obtained through questionnaires that had been validated by previous research. The questionnaire used assesses knowledge and attitudes towards COVID-19, as well as people's self-medication behavior when experiencing symptoms of the common cold. The research was done in Kelurahan Panjunan, Cirebon, and surrounding areas as it is one of the areas supported by FKUI. Data were analyzed using Fisher's exact test and odds ratios with 95% confidence intervals were calculated. The results are significant if p value <0.05. Results Of the 94 respondents, 86,2% had good knowledge, and 95,7% had a positive attitude towards COVID-19. 95,7% of respondents practiced self-medication towards common cold. No significant differences were found between knowledge and attitudes about COVID-19 and self-medication for the common cold in Kelurahan Panjunan, Cirebon and its surrounding areas. Conclusion Knowledge and attitude towards COVID-19 in Kelurahan Panjunan, Cirebon and its surrounding areas are good. Self-medication for the common cold is a health behavior that is often carried out by the community in those areas. Therefore, setting regulations and increasing public awareness through education regarding proper self-medication for the common cold needs to be a concern for the government and other health stakeholders."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmadini
"Menurut MDGs pengetahuan komprehensif HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang terdiri dari 5 kategori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dengan perilaku berisiko pada remaja belum menikah usia 15-24 tahun di Indonesia. Desain studi penelitian adalah desain cross- sectional dengan menggunakan data SDKI-KRR tahun 2012. Hasil uji penelitian ini menunjukkan persentase perilaku berisiko pada responden adalah 7,4% sedangkan persentase remaja yang mengetahui pengetahuan komprehensif adalah 27,5%. Analisis multivariabel menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dengan perilaku berisiko HIV pada remaja belum menikah (P = 0,359).

Comprehensive knowledge of HIV/AIDS is a knowledge about transmission and prevention of HIV/AIDS are elaborated based on 5 things, namely: HIV can be prevented by having sex only with husband/wife, do not needles sharing, using condom when having sex with risky partner, HIV can?t be spread by eating within on plate with the people effected by HIV, and HIV can?t be spread through mosquito bites. This study was conducted to know how the relationship between comprehensive knowledge of HIV/AIDS with risk behavior of HIV in unmarried adolescent age 15 ? 24 years old in Indonesia. Study design is observational study with cross-sectional design, using the Indonesia Demographic and Health Survey ? Adolescent Reproductive Health in 2012. Total respondents are 17.194 adolescents. Chi-squared test result of this study demonstrate is percentage of risky behavior unmarried adolescent was 7,4% while the percentage of comprehensive knowledge was 27,5%. Multivariate analysis showed there no significant relationship between the comprehensive knowledge of HIV/AIDS with risk behavior of HIV in unmarried adolescent (P = 0,359).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Saraswati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai penanganan obat kedaluwarsa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bagaimana pertanggungjawaban Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Dinas Kesehatan atas pengawasan dan penanganan obat kedaluwarsa. Pembahasan dilakukan melalui analisis kasus penyalahgunaan obat kedaluwarsa yang terjadi di Bantargebang pada tahun 2016. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis-normatif dan tipe penelitian yang termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Kesimpulan atas permasalahan tersebut adalah belum ada peraturan perundang-undangan yang secara komprehensif mengatur mengenai penanganan obat kedaluwarsa dan pertanggungjawaban badan pemerintah khususnya Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM dan Dinas Kesehatan dalam pengawasan dan penanganan obat kedaluwarsa belum terlaksana dengan baik padahal kebijakan dan strategi yang dikeluarkan oleh BPOM sudah baik dan menyeluruh. Dalam hal ini BPOM dan Dinas Kesehatan perlu mengawasi dan menangani obat kedaluwarsa secara ketat agar tidak terus-menerus terjadi penyalahgunaan.

ABSTRACT
This thesis discusses about handling of expired drugs based on the law and regulations and how is Food and Drug Supervisor Agency BPOM and Health Agency Dinas Kesehatan rsquo s responsibility to handle the expired drugs. The discussion is done through case analysis about expired drugs occurring in Bantargebang on 2016. The writer uses juridical normative research methods and the type of this study is descriptive. Conclusion over these problems is there has been no law and rule that comprehensively regulate the handling of expired drugs and government agency especially Food and Drug Supervisor Agency BPOM and Health Agency Dinas Kesehatan rsquo s responsibility to supervise and handle expired drugs has not run well whereas the policies and strategies issued by BPOM are good enough and thorough. In this case, BPOM and Dinas Kesehatan need to watch and handle the expired drugs tightly to prevent it happening continuously. Keywords Supervise, Handle, Expired Drugs, Food and Drug Supervisor Agency, Health Agency. "
2017
S69565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Asti Rahmawati
"Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan penyelenggaraan dan pengembangan upaya kesehatan. Suku Dinas Kesehatan Kota memiliki tugas pokok untuk melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelayanan kesehatan, termasuk sarana pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan. Apoteker memiliki peran dan fungsi di Suku Dinas Kesehatan yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi mengenai kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, khususnya untuk pelaksanaan teknis kefarmasian. Untuk dapat menjalankan seluruh tanggung jawab Apoteker di Instansi Pemerintahan, seorang Calon Apoteker perlu dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman mengenai profesinya, salah satunya melalui pelaksanaan Praktek Kerja Profesi. Tujuan utama dalam praktek kerja profesi calon Apoteker adalah agar mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab Apoteker di salah satu instansi pemerintahan, yaitu Suku Dinas Kesehatan. Penulis melakukan praktek kerja profesi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat selama 3 minggu pada program Farmasi, Makanan dan Minuman. Kesimpulan dari praktek kerja profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Adminitrasi Jakarta Barat ini adalah memahami peran dan tanggung jawab Apoteker dalam melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana farmasi, makanan dan minuman di wilayah Jakarta Barat serta melakukan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan pakai habis.

Government and Local Government is responsible for health execution and development. Suku Dinas Kesehatan Kota has a fundamental duty carry out health care development, supervision and control, including health care facilities and health care provider. Pharmacist has role and function at Suku Dinas Kesehatan related to knowledge, comprehension and application for development, supervise and control health care facilities and health care provider, especially for pharmaceutical care. To be able to undertake all of the Pharmacist responsibilities at Government agency, a Pharmacist candidate need to be provided with knowledge and comprehension about this responsibilities through internship activities. The internship main purpose to understand Pharmacist role, duties, and responsibilities at one of government agencies, such as Suku Dinas Kesehatan. The author has undertook the internship at Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat for 3 weeks, in Pharmacy, Food and Beverages program. The conclusion from the intership is understand Pharmacist role and responsibilities in development, supervise and control Pharmacy, Food and Beverages facilities at Jakarta Barat, and also perform drug and medical supplies management.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rahmawati
"Latar Belakang: Kasus COVID-19 telah meningkat sejak penyakit ini pertama kali ditemukan dan dinyatakan sebagai pandemi global. Pemerintah Indonesia telah menetapkan situasi tersebut sebagai bencana nasional melalui Keputusan Presiden RI No 12 Tahun 2020. Physical distancing merupakan salah satu tindakan yang direkomendasikan untuk mencegah COVID-19. Hasil survei perilaku individu selama masa pandemi COVID-19 menyebutkan bahwa tindakan menjaga jarak cenderung lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan masker dan mencuci tangan. Bagi masyarakat yang memiliki ikatan sosiologis yang seringkali dimanifestasikan melalui sentuhan fisik seperti beribadah secara berjamaah, bersalaman, berpelukan, cium pipi, hidup bersama serta terbiasa berkumpul dan semacamnya, physical distancing dapat dimaknai sebagai kontradiksi dengan nalar kemasyarakatan yaitu kebiasaan bersosialisasi.
Tujuan: mengetahui hubungan persepsi masyarakat tentang COVID-19 dengan penerapan physical distancing.
Metode: menggunakan data primer dengan pendekatan kuantitatif desain cross sectional.
Hasil: Sebagian masyarakat (60,9%) menerapkan physical distancing. Sebagian masyarakat mempunyai persepsi kerentanan negatif (54,8%), persepsi keseriusan negatif (53,2%), persepsi manfaat positif (52,6%), persepsi hambatan negatif (55,8%), dan isyarat bertindak negatif (56,4%). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan penerapan physical distancing adalah persepsi hambatan dengan OR 5,9 (95% CI: 2,376-14,828).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan, pendapatan, persepsi kerentanan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, dan isyarat bertindak dengan penerapan physical distancing.

Background: COVID-19 cases have increased since this disease was first discovered and declared a global pandemic. The Indonesian government has designated the situation as a national disaster. Physical distancing is one of the recommended actions to prevent COVID-19. The results of individual behavior survey during the COVID-19 pandemic that social distancing measures tend to be lower than using masks and washing hands. For people who have sociological ties that are often manifested through physical touch, and living together, physical distancing can be interpreted as a contradiction with social reason, namely the habit of socializing.
Aim: knowing the correlation of public perception about COVID-19 of physical distancing.
Method: using primary data with quantitative approach withdesign cross sectional.
Result: Some people (60.9%) apply physical distancing. Some people have negative perceive suscepbility (54.8%), negative perceive seriousness (53.2%), positive perceive benefit (52.6%), negative perceive barriers (55.8%), and negative cues to action (56, 4%). The most dominant variable related to the implementation of physical distancing is the perceive barriers with an OR of 5.9 (95% CI: 2,376-14,828).
Conclusion: There is a significant correlation of education, income, perceived suscepbility, perceived benefits, perceived barriers, and cues to action with physical distancing
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>