Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nori Widiowati
"Pendahuluan: Kejadian fraktur menjadi urutan ketiga di dunia dan ekstremitas bawah sebagai angka tertinggi di Indonesia. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) merupakan tindakan fraktur ekstremitas bawah yang sering digunakan. Salah satu latihan yang dapat mencegah komplikasi imobilisasi yaitu isometrik quadricep dengan pressure biofeedback. Dalam penelitian ini pressure biofeedback diberikan pada pasien post ORIF ekstremitas bawah hari I sampai III. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektivitas pressure biofeedback terhadap kekuatan otot quadricep dan nyeri post ORIF ekstremitas bawah.
Metode: Penelitian ini merupakan Randomized Controlled Trial dengan pre and posttest pada pengukuran skala nyeri dan posttest only pada skor kekuatan otot quadricep. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan kriteria inklusi diantaranya post ORIF ekstremitas bawah hari pertama sampai ketiga dan berusia 18-64 tahun. Responden dengan multipel fraktur, fraktur bilateral, neglected, riwayat DM, kelainan neuromuskular, cacat fisik dan penurunan kesadaran dieksklusikan. Perhitungan sampel dengan menggunakan standar deviasi dan derajat kemaknaan diperoleh 30 responden di RSD Idaman Banjarbaru dan Ratu Zalecha Martapura yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Double blind diterapkan pada responden dan pengambil data. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan (APAIS), nyeri (VAS), dan kekuatan otot quadricep (MMT).
Hasil: Penelitian ini melaporkan bahwa pressure biofeedback secara signifikan meningkatkan kekuatan otot quadricep (p value 0,01; α < 0,05). Namun, berdasarkan hasil uji statistik Paired T-test baik pada responden dengan latihan pressure biofeedback maupun tanpa pressure biofeedback, didapatkan hasil yang signifikan dalam penurunan nyeri (p value 0,00; α < 0,05). Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa pressure biofeedback tidak efektif dalam menurunkan nyeri pasien post ORIF ekstremitas bawah. Begitu pula hasil uji Mann Whitney pada selisih rerata skala nyeri yang menunjukkan bahwa penurunan nyeri yang terjadi tidak dipengaruhi oleh pressure biofeedback.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan isometrik kombinasi pressure biofeedback secara signifikan dapat meningkatkan skor kekuatan otot quadricep pada pasien post ORIF ekstrimtas bawah.

Introduction: The incidence of fractures is third in the world and lower extremities are the highest in Indonesia. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) is a frequently used procedure for lower extremity fractures. One exercise that can prevent immobilization complications is quadriceps isometrics with pressure biofeedback. In this study, pressure biofeedback was given to post ORIF lower extremity patients on days I to III.
Objective: The aim of this study was to identify the effectiveness of pressure biofeedback on quadricep muscle strength and post-ORIF lower extremity pain. Methods: This study was a Randomized Controlled Trial with pre and posttest on pain scale measurements and posttest only on quadricep muscle strength scores. The sampling technique used simple random sampling technique with inclusion criteria including post ORIF lower extremities first to third day and aged 18-64 years. Respondents with multiple fractures, bilateral fractures, neglected, history of DM, neuromuscular disorders, physical disabilities and decreased consciousness were excluded. Sample calculations using standard deviation and degree of significance obtained 30 respondents at RSD Idaman Banjarbaru and Ratu Zalecha Martapura who were divided into 2 treatment groups. Double blind is applied to respondents and data takers. Instruments used to measure anxiety (APAIS), pain (VAS), and quadricep muscle strength (MMT).
Results: This study reported that pressure biofeedback significantly increased quadricep muscle strength (p value 0.01; α < 0.05). However, based on the results of the Paired T-test statistical test for both respondents with pressure biofeedback training and without pressure biofeedback training, significant results were obtained in reducing pain (p value 0.00; α < 0.05). However, it can be said that pressure biofeedback is not effective in reducing pain in post-ORIF lower extremity patients. Likewise, the results of the Mann Whitney test on the mean difference on the pain scale showed that the reduction in pain that occurred was not influenced by pressure biofeedback.
Conclusion: This study shows that isometric training combined with pressure biofeedback can significantly increase quadricep muscle strength scores in lower extremity post ORIF patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliastati
"Keterbatasan fungsi motorik kasar merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak dengan tuna grahita sedang. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan gangguan ini diantaranya adalah dengan melakukan latihan rentang gerak sendi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara latihan rentang gerak sendi pada ekstremitas bawah terhadap kekuatan otot dan luas gerak sendi anak dengan tuna grahita sedang. Desain yang digunakan adalah quasi-experimental dengan control group pretest-postest design. Sampel berjumlah 30 anak di dua sekolah luar biasa di Bogor. Hasilnya menunjukkan ada peningkatan kekuatan otot dan luas gerak sendi lutut dan panggul pada kelompok intervensi. Latihan ini dapat membantu anak tuna grahita meningkatkan fungsi motoriknya dan dapat dikembangkan di sekolah.

Limitations of gross motor function is one problem that often occurs in children with mental retardation. Joint range of motion exercises are one of the efforts that can be done to deal with clients with limited motor function. This study aims to determine the relationship between joint range of motion exercises on lower limb muscle strength and extent of joint motion children with moderate mental retardation. The design used was quasi-experimental with the control group pretest-postest design. Sample are 30 children at two SLB in Bogor. The results showed increase in muscle strength and extent of knee and hip joint motion in the intervention group. This exercise can be used to help children with limited motor function improving their motor function and can be developed into one of the programs in SLB."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meliana Sudirgo
"JuduJ : Mengetahui ketelitian dan ketepatan alat EN Tree dibandingkan dengan alat NK
Table dalam menilai kekuatan otot kuadriseps dengan metoda 10 RM
Tujuao : Membuktikan alat EN Tree dan alat NK Table memiliki kemampuan yang sarna
dalam menilai kekuatan otot kuadriseps.
Disain : Uji diagnostik
Tempat Penelitiao : IRM-RSUPN eM
Peserta : 30 mahasiswi D3 Rehabilitasi Medik FKUI.
Perlakuao : Masing-masing peserta dilakukan penilaian kekuatan otot kuadrisers dengan
metoda 10 RM pada alat EN Tree tiga kali dan alat NK Table tiga kali.
Hasil Penelitian : Dilakukan uji statistik independent samples t test dengan membandingkan
luas di bawah kurva yang mewakili total gaya yang dikeluarkan otot kuadrisep pada alat EN
Tree dengan NK table, dan diperoleh basil significant (2-tailed) = 0,106 (p> 0,05).Nilai ini
menyatakan luas di bawah kurva yang mewakili total gaya yang dikeluarkan otot kuadrisep
pada alat EN Tree tidak berbeda bennakna dibandingkan dengan NK table.
Kesimpulan : alat EN Tree dan alat NK Table memiliki kemarnpuan yang sarna dalam
menilai kekuatan otot kuadriseps."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T58776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimatus Zahroh
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektivitas penggunaan elastic taping terhadap intensitas nyeri, kekuatan otot quadriceps dan status fungsi lutut pada pasien obesitas dengan osteoartritis lutut. Penelitian menggunakan desain uji eksperimental Randomized Control Trial. Subjek penelitian merupakan pasien overweight dan obesitas dengan osteoarthritis lutut, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Semua subjek dari kedua kelompok mendapatkan latihan standar berupa latihan aerobik dengan ergocycle, latihan penguatan otot quadriceps dan hamstring dengan NK table dan latihan keseimbangan dengan balance board sesuai dengan prosedur di Poliklinik Obesitas Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta yang dilakukan 2x/minggu selama 2 minggu. Kelompok perlakuan mendapatkan pemasangan 3 elastic taping dengan tarikan 40- 50%, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pemasangan elastic taping dengan arah pemasangan yang sama namun tanpa penarikan. Pemasangan elastic taping dilakukan sebanyak 3 kali dalam waktu 2 minggu. Hasil keluaran penelitian ini berupa intensitas nyeri berdasarkan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps yang diukur menggunakan handheld dynamometer serta penilaian kuesioner KOOS pada sebelum, setelah 1 minggu dan setelah 2 minggu pemasangan elastic taping. Analisis statistik dilakukan untuk membandingkan perubahan nilai VAS, kekuatan otot quadriceps dan nilai keusioner KOOS sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemasangan elastic taping sebagai terapi tambahan efektif dalam menurunkan nilai VAS, meningkatkan kekuatan otot quadriceps, dan nilai kuesioner KOOS pada pasien overweight dan obesitas dengan osteoartritis lutut setelah diberikan intervensi selama 2 minggu. Perbaikan nilai median VAS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar
3 (1-4) dan 2 (1-3) dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,008. Peningkatan rerata kekuatan otot quadriceps pada kelompok kontrol dan perlakuan masing- masing sebesar 3,44±0,71 kg dan 5,66±1,71 kg, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p< 0,001. Peningkatan rerata nilai kuesioner KOOS pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar 12,92±3,51 dan 17,02±5,59, dan didapatkan perbedaan signifikan dengan nilai p=0,023. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas elastic taping dalam jangka waktu yang lebih lama serta untuk membandingkan efektivitas aplikasi elastic taping pada otot quadriceps antara metode dua taping dengan tiga taping untuk melihat perbandingan penurunan intensitas nyeri.

This thesis was aimed to determine the effectiveness of elastic taping on pain intensity, quadriceps muscle strength and knee function status in obese patients with knee osteoarthritis. The study used an experimental randomized control trial design. The subjects were overweight and obese patients with knee osteoarthritis, which was divided into 2 groups: control and intervention groups. All subjects from both groups received standard exercises: aerobic exercise with ergocycle, quadriceps and hamstring muscle strengthening exercises with NK tables and balance exercises with balance board in accordance with procedures at the Obesity Polyclinic, Department of Medical Rehabilitation of RSCM Jakarta, which was conducted 2x/week for 2 weeks. The intervention group received an application of 3 elastic taping with 40-50% stretched, while the control group received an application of elastic taping with the same mounting direction but without stretching. Installation of elastic taping is done 3 times in 2 weeks. The results of this study include pain intensity based on VAS values, quadriceps muscle strength measured using a handheld dynamometer and KOOS questionnaire assessment before, after 1 week and after 2 weeks of elastic taping application. Statistical analysis was performed to compare changes in VAS values, quadriceps muscle strength and KOOS questionnaire values after the intervention in the control and intervention groups. The results stated that the application of elastic taping as an adjunct therapy was effective in reducing the value of VAS, increasing quadriceps muscle strength, and the value of the KOOS questionnaire in overweight and obese patients with knee osteoarthritis after 2 weeks of intervention. Improvements to the median VAS values in the control and intervention groups were 3 (1-4) and 2 (1-3), respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.008. The mean increase in quadriceps muscle strength in the control and intervention groups was 3.44
± 0.71 kg and 5.66 ± 1.71 kg, respectively, and a significant difference was obtained with p value <0.001. The increase in the average value of the KOOS questionnaire in the control and intervention groups was 12.92 ± 3.51 and 17.02 ± 5.59, respectively, and a significant difference was obtained with p value 0.023. Further research is needed to assess the effectiveness of elastic taping over a longer period of time and to compare the effectiveness of the application of elastic taping in the quadriceps muscle between the two taping and three taping methods to see a comparison of the decrease in pain intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
St. Louis Missouri: Elsevier Saunder, 2012
617.58 LOW
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Listyani Herman
"Cedera medula spinalis (CMS) adalah kondisi cedera pada medula spinalis yang ditandai dengan gangguan pada komponen motorik, sensorik, serta otonom. Severitas gangguan yang terjadi sesuai dengan klasifikasi ASIA Impairment Scale (AIS) dan level neurologis. Salah satu gangguan yang biasa ditemui adalah kelemahan otot pernapasan. Kekuatan otot inspirasi digambarkan dengan nilai Maximal Inspiratory Pressure (MIP), diukur dengan manometer otot pernapasan (MicroRPM®), dan  ditingkatkan dengan latihan kekuatan otot inspirasi. Tesis ini disusun untuk mengetahui rerata MIP sebelum dan setelah latihan otot inspirasi menggunakan Threshold Inspiratory Muscle Trainer (threshold IMT®) pada pasien CMS fase kronis. Desain menggunakan studi intervensi one group pre and post-test. Sebelas orang penderita CMS AIS A-D dan level neurologis C5-T6 diberikan latihan otot inspirasi dengan beban sebesar 30% MIP yang disesuaikan berdasarkan pengukuran MIP setiap minggu. Latihan dengan durasi 30 menit/hari dan frekuensi 5 hari/minggu selama 6 minggu. Uji Wilcoxon digunakan untuk membandingkan data MIP sebelum dan setelah latihan selama 6 minggu. Nilai tengah MIP sebelum dan setelah latihan didapatkan sebesar 38 (30-85) cmH2O dan 85 (56-126) cmH2O dengan nilai p<0,05. Simpulan: terjadi peningkatan kekuatan otot inspirasi setelah latihan menggunakan threshold IMT pada pasien CMS fase kronis.

 


Spinal cord injury (SCI) is injury of the spinal cord characterized by disorders of the motor, sensory, and autonomic components. The severity depends on the ASIA Impairment Scale (AIS) classification and neurological level. The common problems is respiratory muscle weakness so sufferers tend to experience respiratory complications. Inspiratory muscle strength is illustrated by Maximal Inspiratory Pressure (MIP) value, measured using respiratory muscle manometer (MicroRPM®), and enhanced by inspiratory muscle strength training. This thesis is structured to determine the average MIP before and after inspiratory muscle training using Threshold Inspiratory Muscle Trainer (threshold IMT®) in chronic phase SCI patients. The study design used one group pre and post-test intervention study. Eleven people with SCI AIS A-D and neurological level C5-T6 were given inspiratory muscle training with load 30% MIP adjusted according to weekly MIP measurements. The duration is 30 minutes / day and  frequency is 5 days / week for 6 weeks. The Wilcoxon test was used to compare MIP data before and after exercise for 6 weeks. The median MIP before and after exercise was 38 (30-85) cmH2O and 85 (56-126) cmH2O with p <0.05. Conclusion: increase in inspiratory muscle strength after exercise using threshold IMT in chronic phase SCI.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Hardiansyah Safitri
"Stimulus sensorik merupakan salah satu dari intervensi keperawatan komplementer yang membantu mengatasi masalah gangguan kelemahan (hemiparesis). Hipnoterapi merupakan terapi potensial yang menggunakan sugesti positif sebagai input sensoris dalam merangsang pusat somatosensoris untuk perencanaan dan pemrograman gerakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pengaruh hipnoterapi terhadap peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada ekstermitas. Desain penelitian kuasi-eksperimen dengan pendekatan nonequivalent control group pre?posttest design dengan purposive sampling sebanyak 44 responden. Kelompok kontrol diberikan perlakuan latihan range of motion (ROM) sedangkan kelompok intervensi diberikan latihan ROM dan hipnoterapi.
Terdapat peningkatan kekuatan otot dan rentang pergerakan sendi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah 10 kali intervensi. Namun analisa lebih lanjut juga terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Diperlukan penelitian lanjutan dengan homogenitas sampel yang lebih baik dan situasi yang lebih terkontrol.

Sensory stimulus exercise is one of activity in the complementary nursing interventions to overcome weakness (hemiparesis). Hypnotherapy is a potential therapy utilizes art of persuasive communication as the sensory input to provoke the somatosensory center in planning and programming movement.
This study aimed to identify the effect of hypnotherapy to increase muscle strength and range of motion the joints extremity. Quasi-experimental designs with purposive sampling 44 samples. Control group were given range of motion (ROM) exercise and experiment group were given ROM exercise and hypnotherapy.
There were significant effect in both experiment and control group to increase muscle strength and range of motion. Further analysis also getting significant differences between control and experiment group (p value < 0,05). Require further research with better homogeneity sample and more controlled situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45499
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Miranda
"Tesis ini disusun untuk mengetahui data profile MEP dan APB serta efek latihan penguatan otot ekspirasi dengan perangkat PEP terhadap MEP dan APB pada lansia sedentary. Penelitian menggunakan desain uji acak terkontrol (randomized control trial) dengan latihan PLB sebagai kontrol. Subjek penelitian adalah lansia berusia lebih dari 60 hingga 75 tahun, sedentary, MocaINA ≥ 26, tidak merokok dalam 5 tahun terakhir, memiliki care giver, dapat berbahasa Indonesia, nilai spirometri normal atau abnormal, dapat memahami dan mempraktekkan dengan benar penggunaan alat PEP dan latihan PLB, bersedia mengisi log book dengan benar dan teratur dan bersedia mengikuti penelitian secara sukarela serta menandatangani lembar persetujuan. Semua subjek penelitian (n=72) yaitu 35 orang dari kelompok PEP dan 37 orang dari kelompok PLB dilakukan penilaian MEP dan APB pada awal minggu pertama serta penentuan intensitas latihan yaitu 50% 1 RM pada kelompok PEP. Latihan dilanjutkan sebagai home program selama 4 minggu dengan kelompok PEP melakukan kunjungan setiap minggu untuk menentukan intensitas latihan yaitu 50% dari 1 RM yang baru sedangkan kelompok latihan PLB melakukan kunjungan pada minggu ketiga untuk evaluasi. Selama penelitian terdapat 6 subjek penelitian yang drop out, 2 dari kelompok PEP dan 4 dari kelompok PLB. Pada awal minggu kelima dilakukan kembali penilaian MEP dan APB pada kedua kelompok didapatkan kenaikan MEP dan APB yang secara klinis dan statistik signifikan ( p < 0,001) dengan kenaikan yang lebih besar pada kelompok PEP dan secara statistik kenaikan pada kelompok PEP jika dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada kelompok PLB adalah signifikan (p < 0,001). Kesimpulan penelitian ini adalah data profile MEP lansia sedentary adalah rata-rata 48,73 ± 19,14 cmH2O pada kelompok PEP dan 40,61 ± 14,49 cmH2O pada kelompok PLB sedangkan data profile APB pada kelompok PEP rata-rata 268,64 ± 97,28 l/m dan 274,15 ± 79,25 l/m pada kelompok PLB. Latihan pernafasan dengan menggunakan perangkat PEP dapat meningkatkan nilai MEP dan APB pada lansia sedentary dimana didapatkan nilai median Δ MEP adalah 23 (10 – 38) cmH2O dan nilai median Δ APB adalah 40 (15 – 135) l/m dan secara statistik bermakna dengan nilai p < 0,001.

This Thesis was aimed to determine the profile data of MEP and PCF as well as the effect of expiratory muscle strength training with PEP to MEP and PCF in sedentary elderly. The design was randomized control trial with PLB exercise as control. The subjects were eldery, ages more than 60 to 75 years old who were sedentary with MocaINA ≥ 26, no active history of cigarette smoking in the last 5 years, had assistance of care giver, actively speaking in Bahasa Indonesia, had normal or abnormal spirometry value, understood and were able to practice PEP or PLB exercise correctly, filling out log book regularly and correctly and voluntarily willing to join the research and signed signed inform consent form. All subjects (n=72) consisted of 35 subjects in PEP group and 37 subjects in control group (assigned to do PLB exercise). In the beginning of the first week the subject’MEP and PCF values were obtained and the intensity of exercise using PEP was determined at 50% of 1 RM. Exercise was continued as a home program for 4 weeks with the PEP group asked to come weekly to cardiorespiratory outpatient clinic in rehabilitation department to determine a new exercise intensity of 50% of the new 1 RM. While subjects in the PLB group came to cardiorespiratory outpatient clinic at the beginning of the third week to be evaluated. During this research 6 subjects dropped out, 2 subjects from PEP group and 4 subjects from PLB group. At the beginning of fifth week, MEP and PCF values were reassessed and the result demonstrated an increase in both MEP and PCF values (clinically and statistically) in both groups with a greater increase in PEP group. The increase in MEP and PCF values in PEP group was significant in comparison to the PLB group (p < 0,001. The study concluded that average profile data of MEP in sedentary elderly were 48,73 ± 19,14 cmH2O in PEP group and 40,61 ± 14,49 cmH2O in PLB group whereas average profile data of PCF in sedentary elderly were 268,64 ± 97,28 l/m and 274,15 ± 79,25 l/m in PLB group. Expiratory muscle strength training with PEP could increase MEP and PCF values in sedentary elderly with median Δ MEP was 23 (10 – 38) cmH2O and median Δ PCF was 40 (15 – 135) l/m and the increase was statistically significant with p < 0,001."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Simvastatin dan atorvastatin sebagai obat penurun kolesterol memiliki berbagai efek
samping, terutama nyeri otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek
samping nyeri otot pada pasien yang menggunakan simvastatin dan atorvastatin di
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan yang dianalisis dengan algoritma Naranjo.
Desain penelitian ini adalah kohort prospektif dengan pengambilan data secara
deskriptif dari rekam medis dan wawancara pasien dengan menggunakan kuesioner.
Sampel adalah pasien yang baru mendapatkan simvastatin dan atorvastatin periode
Agustus-November 2014. Pengamatan dilakukan pada 70 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi. Setelah pengamatan berlangsung, 13 pasien masuk ke dalam kriteria
dropout sehingga tersisa 57 pasien. Berdasarkan analisis dengan algoritma Naranjo,
18 pasien dari kelompok atorvastatin dan 20 pasien dari kelompok simvastatin
kemungkinan besar mengalami efek samping nyeri otot dari obat statin., Simvastatin and atorvastatin as cholesterol-lowering drugs have many side effects,
especially muscle pain. This study is aimed to evaluate the muscle pain’s side effect
in patients that was administered with simvastatin and atorvastatin at Tarakan
Provincial General Hospital. The side effect was analyzed with Naranjo’s algorithm.
The research design was cohort prospective using medical record and patient
interview with a questionnaire as data collections descriptively. Samples were
patients who have just received simvastatin and atorvastatin in the period of August
to November 2014. Observations were made on 70 patients who met the inclusion
criteria and after the observation, 13 patients were entered into the dropout criteria so
that the remaining were 57 patients. By Naranjo’s algorithm, the observation showed
that 18 patients from atorvastatin and 20 patients from simvastatin have probable
muscle pain’s side effect from statin drug]"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S58023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Prasetyanto
"ABSTRAK
Hemiparesis pasca stroke merupakan kondisi yang memengaruhi gaya berjalan pada
penderita stroke. Akupresur merupakan metode noninvasif yang prinsip kerjanya
didasarkan pada prinsip akupunktur dan telah digunakan untuk terapi pada nyeri, mual
dan kekuatan pada otot ektermitas atas .Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui
pengaruh terapi akupresur terhadap kekuatan otot ektermitas atas dan bawah pasien post
stroke yang mengalami hemiparese. Desain penelitian ini menggunakan quasi
experiment, pretest-posttest with control, intervensi berupa akupresur yang dilakukan
dalam 14 hari dan diukur pada hari ke 10 dan hari ke 14. 30 responden berpartisipasi
dalam penelitian ini. Dan pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel non
probability sampling. Uji statistik Perbedan kekuatan otot sesudah dilakukan intervensi
pada hari ke 10 dan 14 digunakan uji wilcoxon tes yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna pada kekuatan otot sesudah dilakukan intervensi
Akupresur.(p<0,003;0,005;α 0,05). Hasil selisih kekuatan otot antra kelompok kontrol
dan perlakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney yang menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna pada kekuatan otot antara kelompok intervensi dan kontrol
sesudah dilakukan intervensi akupresur (p<0,000; α 0,05). Rekomendasi dari hasil
penelitian ini menunjukkan terapi akupresur selama 14 hari lebih baik dibandingkan
pada terapi selama 10 hari, dan akupresur diharapkan bisa dijadikan terapi alternative
dalam peningkatan kekuatan otot pasien stroke yang mengalami hemiparese.

ABSTRACT
Post-stroke hemiparesis is a condition that affects gait in stroke patients. Acupressure is
a noninvasive method whose working principle is based on the principle of acupuncture
and has been used to treat pain, nausea and strength in the upper ecstatic muscles. This
study aims to determine the effect of acupressure therapy on muscle strength of upper
and lower ecstatic post-stroke patients who have hemiparese. The design of this study
used quasi experiment, pretest-posttest with control, intervention in the form of
acupressure performed in 14 days and measured on day 10 and day 14. 30 respondents
participated in this study. And sampling with non probability sampling techniques.
Statistical test of the difference in muscle strength after intervention on day 10 and day
14 was used Wilcoxon test which showed that there was a significant difference in
muscle strength after the acupressure intervention was performed (p <0.003; 0.005; α
0.05). The results of the difference in muscle strength between the control and treatment
groups using the Mann Whitney test showed that there was a significant difference in
muscle strength between the intervention and control groups after the acupressure
intervention (p <0,000; α 0,05). Recommendations from the results of this study show
that on 14 days acupressure therapy is better than 10-day therapy, and acupressure is
expected to be an alternative therapy in increasing the muscle strength of stroke patients
who experience hemiparese.

"
2019
T53236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>