Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 229155 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raditha Cahyani Isty Ningdiyah
"Sampah merupakan sisa dari suatu kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berwujud padat, keberhasilan pengelolaan sampah berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan segala bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah mulai dari proses prencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor sosiodemografi, pengetahuan, dan faktor eksternal terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Batu Ampar, Jakarta Timur pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan metode penelitian cross sectional dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Setelah dilakukan perhitungan besar sampel minimum menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi (Lemeshow, 1990) didapatkan besar sampel minimum sebanyak 114 sampel. 
Hasil penelitian menyatakan bahwa mayoritas rumah tangga di Kelurahan Batu Ampar telah memiliki tingkat partisipasi tinggi dalam pengelolaan sampah rumah tangga yaitu sebanyak 60 responden (52,6%), dimana 54 responden lainnya (47,4%) memiliki tingkat partisipasi rendah dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Pada penelitian juga dinyatakan bahwa terdapat faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi pengelolaan sampah rumah tangga yaitu faktor sosiodemografi dan faktor eksternal. Faktor sosiodemografi yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi masyarakat adalah usia (nilai p 0,009; OR 10,26), sedangkan faktor eksternal yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi masyarakat adalah dukungan tokoh masyarakat (nilai p 0,002; OR 3,39). Untuk faktor sosiodemografi seperti jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan; pengetahuan; dan faktor eksternal berupa sarana prasarana tidak memiliki hubungan dengan partisipasi masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel usia dan dukungan tokoh masyarakat memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

Waste is the residue of daily human activities and natural processes in solid form, the success of waste management is related to the level of community participation. Community participation is all forms of community involvement in waste management starting from the process of planning, implementation, to evaluation. The aim pf this research is to analyze the relationship between sociodemographic factors, knowledge, and external factors on community participation in household waste management in Batu Ampar Subdistrict, East Jakarta, in the year 2023. This study employs an analytic survey method using a cross-sectional research design with stratified random sampling as the sampling technique. After calculating the minimum sample size using the hypothesis test formula for the difference in proportions (Lemeshow, 1990), the minimum sample size was determined to be 114 samples.
The research result indicated that majority of households in Batu Ampar Subdistrict have a high level of participation in household waste management, with 60 respondents (52,6%), while the remaining 54 respondents (47,4%) have a low level of participation. The study also states that there are factors significantly associated with household waste management participation, namely sociodemographic and external factors. Sociodemographic factors significantly associated with community participation are age (p-value 0,009; OR 10,26), while the external factors significantly associated with community participation is community leader support (p-value 0,002; OR 3,39). Sociodemographic factors such as gender, education, occupation, and income; knowledge; and external factors such as facilities do not have significant relationship with community participation. In conclusion, age and community leader support variable are significantly associated with community participation in household waste management.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devika Sari
"Saat ini, permasalahan sampah sudah menjadi permasalahan besar di Ibu Kota Jakarta. Setiap harinya manusia memproduksi sampah sebanyak 0,8 kg dan sampah rumah tangga-lah yang menjadi penyumbang terbesar sampah yang ada. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah padat rumah tangga yang tepat dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat di bantaran sungai terhadap perilaku pengelolaan sampah padat rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif sederhana. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakulcan secara acalc teratur/simple random sampling sebanyak 54 warga di wilayah RW. 02 khususnya pada RT yang dilalui sungai Kalisari (RT 07, 09, 10, 12). Data yang sudah terkumpul dianalisa dengan rumus univariat dan a 0,05 dan didapatkan hasil bahwa masyarakat memiliki tingkat persepsi yang positif (61%) terhadap pengelolaan sampah padat rumah tangga.

Currently, the problem of waste has become a major problem in the capital city of Jakarta. Every day people produce as much as 0.8 kg of garbage and household trash that was the largest contributor to the existing waste. Public perception of household solid waste management right can help overcome these problems. This research aims to reveal people's perception along the river to the behavior of household solid waste management. This is a quantitative research with use simple descriptive method. Sampling in this study were randomly regular/ simple random sampling from 54 residents in the area of RW 02 especially on the RT 07, 09, 10 and 12 that impassable of the Kalisari's river impassable. The data have been collected will be analyzed with univariat pattern and ot 0.05 and the result is that people have a positive perception of the level (61%) of household solid waste management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5866
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andie Pramudita
"Semakin bertambah pesatnya jumlah penduduk di kota, merupakan beban yang semakin berat bagl kota tersebut Apabila pertumbuhan penduduk kota yang sangat pesat jauh meninggalkan pertumbuhan fasilitas pe!ayanan yang disediakan, maka yang akan terjadi adalah kemerosotan kualitas kota. Kondisi yang terjadi saat ini bahwa di sebagian besar kota-kota di Indonesia adalah tidak tertanganinya permasalahan sampah katena rendahnya tingkat pelayanan di bidang kebersihan dan keindahan kota. Permasalahan sampah yang tidak tertangani banyak berakar dari pengelolaan sampah saat ini yang dilakukan dengan sistem terpusat, sehingga perlu dilakukan perubahan paradigma pengelolaan sampah menjadi sistem terdesentralisasl. Pada prinsipnya pengelolaan sampab harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya, rerutama diawali dengan proses pemilahan antara sampah organik dan anorganik di skala rumah tangga.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dekat dengan sumbernya menjadi salah satu alternatif utama bagi pengelolaan sampah di kota. Metode pengelolaan sampah ini sebagian besar keberhasilannya ditentukan oleh partisipasi masyarakat berupa pemilahan sampah darl sumbernya dan daur ulang. Secara garis besar, partisipasi masyarakat pada program pengeloiaan sampah rumah tangga, termasuk kegiatan pemilahan dan mendaur ulang sampah dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yaitu (1) informasi, (2) insetif, (3) Dukungan komunitas, serta (4) Akses ke program daur ulang.
Dari keempat faktor-faktor tersebut dilakukan pengembangan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat, sehingga diperoleh 3 (tiga) faktor yang bersifat internal. yaitu; (i) Persepsi kebersihan warga; (ii) Rasa kepemilikan warga; {iii) Harapan warga ke depan akan keberlanjutan program; dan 3 (tiga) faktor yang bersifat eksternal, yaiiu (i) Peran kepala kampung dan perangkat organisasl: (ii) Transfer pengetahuan pengelolnan sampah berbasis masyarakal; dan (iii} Ketersediaan infrastruktur alat.
Penelitian ini dilakukan sebngai scbuah studi kasus. dcngan lokasi yang rJipilih adalah Rawajati RW 03, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Penelitlan ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasls masyarakat khususnya da!am melakukan pemilihan sampah di skala rumah tangga. Metode penjelasan yang digunakan adalah deskriptif analitis, artinya bahwa temuan-temuan tidak hanya dijelaskan secara deskriptif, namun disertai dengan analisis penjelas, balk itu berupa analisis hubungan sebab akibat, analisis alas teori-teori terkait dan hasil-hasil penelitian sejcnis ataupun ana!isis peneliti berupa penjelasan kualitatif atas data kuantitatif yang diperoleh.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dalam menerapkan pcngelolaan sampah berbasis masyarakat pada suatu komunitas. maka yang lmrus dilakukan adalah: (i) Membentuk persepsi positif warga akan manfaat dari kebersihan melalui transfer pengetahuan: (ii) Menampung seluruh harapan-harapan dan aspirasi warga yang berkaitan dengan motivasi mereka untuk ikut berpartsipasi: (iii) Memperkuat institusi internal formal {RT/RW, PKK, dll} yang berperan sebagai penggerak dan pengendali warga; (iv) Menyediakan infrastrukur pengelo!aan sampah untuk mendukung warga berpartisipasi.

Rapid growth of urban population causes increasing burden to the city, When the
urban population growth goes further beyond the growth of service facilities that can be provided, it will result in the deterioration of urban quality of life. The current condition that happened in most big cities in lndonesia is the unsolved problem of solid waste disposal due to low level of service in urban cleanliness and beauty. The unsolved problem of solid waste is caused by the application of centralized system, so a new paradigm is needed for a decentralized system of solid wasted management. In principle, solid wasre management should be earried out as close as possible to the source, mainly started by segregation process of organics and inorganics materials at domestk leveL
Community-based solid waste management dose to the source becomes one main alternative tbr urban solid wasted management The success of this solid waste management method mostly determined by community participation in on-site solid waste segregation and recycling. Broadly, community participation in household solid waste management program. including solid wasted segregation nnd recycling activities are Influenced by 4 (four) main factors, those are: {I) Information, (2} lncentive, (3) CommuniLy support, also (4) Access to the recycling progmm.
The four influencing factors are developed into J (three) internal factors, those are: 0) Citizen's perception of cleanliness: (ii) Citizen's belonging of the neighborhood~ (iii) Citizen's expectation for the sustainability of the program; and 3 (three) external factors, those are: (i) Role of community leadership and the organization's personels; (ii) Knowledge transfer of community-based solid wasted management; and (iii) Availability of infrastructure and equlpments.
This research is carried out in the tbrm or a case study, and selected Rawajati RW 03, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan as the location of the study. The research investigates tbe the influencing factors of community participation in - community-based solid waste management, especially in solid wasted scgregarion at domestic scale. The explanation method applied in this research descriptive analysis, meaning that the research lindings will not be only explained in description but also followed by explanation analysis, either by causality relation analysis, related theories analysis, end similar study analysis. or qlllllitative analysis of the obtained quantitative data.
The result of this research is that in implementing community-based solid waste management, the measures should be taken arc: (l) Creating citizen·s positive perception on the advantage of cleanliness through transfer of knowledge: (ii) Accepting all citizct1s expectation and nspiration related to their motivation to participate (iii) Strengthening fotmal internal institutions (RT/RW, PKK. etc) that have roles to motivate and control the citizen; (iv) Providing solid wasted infrastructure to support citizen to participate.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutikno Citro
"Untuk mewujudkan hidup yang sehat diperlukan kondisi lingkungan yang sehat pula. Kondisi lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih, tertib, indah, aman dan nyaman. Lingkungan yang bersih dapat terwujud apabila sampah dikelola dengan baik.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dan berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan sampah padat rumah tangga di Kelurahan Khusus Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Pengelolaan sampah yang berhasil dengan baik mempunyai dampak positip terhadap lingkungan (mengurangi proses terjadinya pencemaran lingkungan). Pengelolaan sampah yang tidak berhasil dengan baik dapat berdampak negatip (menambah proses terjadinya pencemaran lingkungan). Partisipasi masyarakat terhadap kebersihan, persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, retribusi kebersihan, tenaga pengelola kebersihan, sarana dan prasarana serta penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan sampah padat rumah tangga, dan berhubungan dengan pencemaran lingkungan.
Dari uraian tersebut, dapat disusun 6 hipotesis seperti tersebut dibawah ini :
  1. Partisipasi masyarakat terhadap kebersihan, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  2. Persepsi masyarakat terhadap kebersihan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  3. Iuran atau retribusi kebersihan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  4. Tenaga pengelola kebersihan yang ada, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  5. Sarana dan prasarana yang ada, dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
  6. Penyuluhan terhadap kebersihan lingkungan dapat membantu berhasilnya pengelolaan sampah.
Selanjutnya pengujian hipotesis menggunakan uji chi-square (X2), sedangkan pengolahan data dilakukan dengan media personal computer (PC) dan dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel ditentukan 2 (dua) RW (RW 01 dan RW 05) dipilih 'secara acak (random) dan dengan cara yang sama masing-masing RW ditentukan 60 (enam puluh) responden (KK), sehingga jumlah seluruhnya 120 (seratus dua puluh) responden (KK). Sampel yang terdiri 120 tersebut diwakili oleh Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga atau anggota keluarga lainnya yang dianggap dewasa dan dianggap dapat mewakili keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial RW. 01 jauh lebih baik dibandingkan dengan di RW 05, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, sarana dan prasarana kebersihan yang dimiliki termasuk rumah tempat tinggal yang mereka tempati. Kondisi sosial berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan kebersihan lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan sampah di RW 01 lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan sampah di RW 05.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengelolaan sampah di wilayah penelitian terdapat dua sistem kegiatan operasional yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta (meliputi pengangkutan sampah dari lokasi penampungan sementara ke lokasi pembuangan akhir), serta kegiatan yang dilakukan oleh Dinas TNI-AU dan swadaya masyarakat (meliputi pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk ke lokasi penampungan sementara).
Pengelolaan sampah tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh swadaya masyarakat. Dan sebaliknya tanpa usaha pemerintah, pengelolaan sampah juga tidak akan berjalan karena usaha tersebut membutuhkan sarana, prasarana, tenaga dan dana yang besar. Dengan demikian kerjasama antara masyarakat dan pemerintah merupakan kunci keberhasilan dalam menangani pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (terciptanya lingkungan yang sehat).
Berdasarkan hasil analisis data. dapat disimpulkan bahwa :
  1. Keenam faktor yang terdiri : partisipasi, persepsi, iuran atau retribusi, tenaga kebersihan, sarana dan prasarana kebersihan dan penyuluhan tentang lingkungan tersebut mempunyai hubungan dengan pengelolaan sampah.
  2. Disamping 6 (enam) faktor tersebut di atas faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, (penghasilan), lingkungan tempat tinggal dan lingkungan tempat kerja mempunyai hubungan dengan persepsi dan berhubungan dengan berhasilnya pengelolaan sampah.
  3. Di wilayah yang kondisi pengelolaan sampahnya belum berhasil dengan baik, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berperan dan berhubungan dengan pengelolaan sampah belum berfungsi dengan baik.
  4. Proses pengelolaan sampah dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.

For the realization of a healthful living, a healthy environmental condition is needed. An environmental condition that is healthy is that environment which is clean, ordered, beautiful, safe and comfortable. A clean environment can be realized when waste is managed properly.
This study is descriptive in nature, conducted to know the factors which play a role and related to the successful management of domestic solid waste at the special subdistrict of Halim Perdanakusuma, East Jakarta.
Waste management that is successful has positive impact towards the environment (reducing the process of environmental pollution occurence).Solid waste management that is not successful can have. negative impact (increase the process of environmental pollution occurence).
Community participation in cleanliness, community perception towards cleanliness regulations, cleanliness retribution, cleanliness manager, infrastructure, facilities and cleanliness communication, information and education on environmental cleanliness are related to the successful domestic solid waste management and in turn is also related to environmental pollution.
The elaboration above can be formulated into 6 hypothesis as follows:
  1. Community participation in cleanliness can help waste management to succeed.
  2. Community perception towards cleanliness can help waste management to succeed.
  3. Contribution or cleanliness manager can help waste management to succeed.
  4. The available cleanliness manager can help waste management to succeed.
  5. The available infra-structure and facilities can help waste management to succeed.
  6. Communication, information and education towards environmental cleanliness can help waste management to succeed.
In addition, hypothesis testing was carried out by using the Chisquare test, whereas data processing was undertaken by Personal Computer (PC) media analyzed descriptively. Two Hamlets (RW 01 and RW 05) were chosen randomly as samples. In a similar manner, 60 respondents (household heads) were determined for each RW, making up some 120 respondents. The sample of some 120 respondents were represented by the household head or house-wife or other members of the family who are considered as adults and can represent the respective family in question.
The results of the study showed that, the social condition of RW 01 is far better if compared with RW 05. This can be seen from the level of education, type of occupation, level of income, cleanliness infra-structure which are owned including the houses they are occupying. Social condition is related to successful environmental cleanliness management. Based on the above elaboration, a conclusion can be drawn that waste management in RW 01 is better than that in RW 05.
The study results disclosed that there are 2 operational activities' systems of waste management in the study area, namely activities conducted by government and non-government (covering the transportation of waste from the temporary disposal location to the final disposal site), as well as activities carried out by the TNI-AU (Indonesian Air force) service and community self-help (covering the collection and transportation of waste from the inhabitants' homes to the temporary disposal location).
Waste management cannot function properly without the support of community self-help. The reverse is true, without government effort, waste management cannot function also, because the Endeavour needs infra structure, facilities, manpower and funds. Thus, cooperation between community and government is the key towards success in handling waste management. Waste management constitutes a part of development which has as' objective to promote community welfare (the realization of a healthy environment).
Base on the result of data analysis, it can be concluded that :
  1. The 6 factors consisting of participation, perception, contribution or retribution, cleanliness hands, cleanliness infra-structure-and facilities and communication, information and education on environment have associations with waste management.
  2. Besides the 6 factors, age, educational level, occupation, income, living quarters environment and occupational 'environment have associations with perception and is related to the success of waste management.
  3. In areas where waste management conditions are not yet successful showed that factors which play a role and associated with waste management are not yet functioning properly.
  4. Waste management process can reduce the occurrence of environmental pollution.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamka Hendra Noer
"Tingginya aktivitas manusia dan lajunya pembangunan fisik oleh Pemerintah akan berdampak terhadap lingkungan hidup. Salah satu dampak yang dihasilkannya adalah hasil buangan dalam bentuk peningkatan jumlah sampah. Akumulasi kuantitas sampah di Kotamadya Gorontalo meningkat terus seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk baik disebabkan oleh tingkat kelahiran maupun oleh urbanisasi dari desa ke kota, dengan angka pertumbuhan penduduk 0,87 % per tahun. Jika permasalahan sampah ini tidak segera ditanggulangi, maka akan menimbulkan pencemaran dan akhirnya akan merusak lingkungan. Rusaknya lingkungan dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan dalam penanganan masalah kebersihan ini, karena masalah kebersihan lingkungan bukan saja menjadi tugas dan kewajiban pemerintah daerah tetapi juga menjadi tugas dan kewajiban masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu partisipasi masyarakat sang at dibutuhkan dalam pelaksanaan, pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah ke tempat penampungan sementara, terutama di daerah-daerah permukiman dengan kondisi jalan yang sempit dan hanya bisa dilalui gerobak sampah saja.
Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk (1) mengetahui pola pengelolaan sampah yang dilakukan di Kotamadya Gorontalo, (2) mengetahui tingkat partisipasi masyarakat Kotamadya Gorontalo dalam pelaksanaan program kebersihan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah permukiman, dan (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarkat terhadap pelaksanaan program kebersihan, khususnya pengelolaan sampah permukiman. Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Gorontalo di Kecamatan Kota Barat (Kelurahan Tornulabotao), Kecamatan Kota Selatan (Kelurahan Limba U - I dan Limba U - Il), dan Kecamatan Kota Utara (Kelurahan Pulubala). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis sebanyak 348 responden Kepala Keluarga. Dalam penentuan banyaknya jumlah responden pads tiap-tiap kelurahan, faktor pendidikan kepala keluarga di tiap kelurahan dijadikan acuan. Adapun variabel yang diteliti yaitu 'l variabel tidak bebas dan 7 variabel bebas. Variabel tidak bebas adalah partisipasi masyarakat dalam program kebersihan khususnya pengelolaan sampah. Sedangkan variabel babas (1) umur, (2) tingkat pendidikan, (3) pendapatan, (4) keadaan Iingkungan permukiman, (5) lamanya tinggal, (6) keberadaan halaman, serta (7) bimbingan dan penyuluhan.
Untuk mendapatkan data primer di lokasi penelitian, selain wawancara dengan kepala keluarga, juga dilakukan wawancara dengan instansi terkait yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian ini. Sedangkan data yang dikumpulkan selain data primer, juga data sekunder yang ada hubungannya dengan penelitian. Pengolahan data primer dilakukan dengan 3 metode yaitu uji X2 (chi-square) untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel babas dengan variabel tidak babas. Uji korelasi spearman (rs) untuk mengetahui keeratan hubungan antara faktor-faktor pada variabel babas dan tidak babas. Selanjutnya untuk melihat signifikansi dari korelasi spearman (rs) dilakukan uji t. Tingkat signifikansi yang dipakai adalah 1 % (0,01) dan 5 % (0,05). Sedangkan data sekunder dipakai sebagai analisis komparatif penunjang pada data primer.
Dari basil penelitian terhadap 348 responden terhadap tingkat partisipasi masyarakat terhadap program kebersihan didapatkan reaksi terhadap halaman kotor, sang at tinggi (93,4 %); reaksi melihat orang membuang sampah sembarangan, tinggi (86,2 %); keikutsertaan dalam kerja bakti, sangat tinggi (94,3 %); mendukung gagasan mengenai kebersihan, sangat tinggi (89,7 %); kehadiran rapat untuk kegiatan kebersihan, sangat tinggi (96,0 %); membersihkan saluran 1 got, sangat tinggi (92,0 %); dan membayar retribusi, sangat tinggi (93,7 %). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan di Kotamadya Gorontalo adalah sangat tinggi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dari hasil perhitungan nilai chi-square (X2) dapat disimpulkan bahwa umur (13,391**), tingkat pendidikan (65,509**), pendapatan masyarakat (41,960**), keadaan Iingkungan permukiman (19,208**) berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman di Kotamadya Gorontalo. Sedangkan lama tinggal (8,361), keberadaan halaman rumah (2,839) serta bimbingan dan penyuluhan (3,361) tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman.
Dari hasil perhitungan nilai korelasi Spearman (rs) dapat disimpulkan bahwa umur (0,120*), tingkat pendidikan (0,408**), pendapatan masyarakat (0,304**) dan keadaan Iingkungan permukiman (0,208**) berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat, sedangkan lama tinggal (0,081), keberadaan halaman rumah (0,090) serta bimbingan dan penyuluhan (0,010) tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat.

The intense human activity and the rapid physical development by the government will have an impact to wards the environment. One of such an impact is the augmenting quantity of solid waste. The accumulating quantity of solid waste in Gorontalo is increasing along with the growing number of population caused both by birth rate as well as by urbanisation from village to town, and ended up with a population growth rate of 0,87 percent annually. If the solid waste problem is not immediately solved, it will cause pollution and finally destroy the environment. The destroyed environment will result in a decline in environmental quality Community awareness has to .be developed in order to handle this sanitation problem, because it is not only the local government responsibility but also the community in general. Therefore, community participation is highly needed in the implementation of collecting and transporting solid waste from houses to the nearest temporary disposal site particularly in residential areas with narrow roads where only waste carts could pass.
Based on the above mentioned matter, this research was carried out : (1) to ascertain the pattern of solid waste management in Gorontalo city, (2) to comprehend the level of community participation in Gorontalo city in implementing environmental sanitation programme, especially settlement solid waste management, and (3) to recognize the factors influencing the level of community participation with regard to the implementation of the sanitation programme, especially in settlement solid waste management. This research took place in Gorontalo city, Kota Barat sub district (Tomulabotao village), Kota Selatan sub district (Limba U - I and Limba U - II village), and Kota Utara sub district (Pulubala village). The sampling technique used was systematic random sample of 348 heads of families as respondents. In determining the number of respondents in every village, the education level of every head of family in each village became the determinant factor. The variables studied include 1 dependent variable and 7 independent variables. The dependent variable is community participation in the sanitation programme especially in solid waste management. Whereas the independent variables include (1) age, (2) education level, (3) income, (4) settlement environmental condition, (5) length of stay, (6) house yard, and (7) guidance and counselling.
To obtain the primary data in the research location, apart from interview with the heads of families, an interview with the institutions concerned is also undertaken and it could support the research process. In addition to the primary data, secondary data related to this research were also collected. The processing of primary data was carried out by 3 methods, including the X2 test (chi-square test) to recognize the influence of each independent variable to the dependent variable. Spearman correlation test is done to identity the solid relation between the factors included in independent variables and dependent variable. Furthermore, t test was undertaken to notice the significance of spearman correlation. The significance level used is 1 percent (0,01) and 5 percent (0,05). Whereas the secondary data is used as the supporting comparative analysis to the primary data.
The research results of 348 respondents with regard to the level of community participation concerning the hygiene programme, showed that there is a very high reaction towards dirty yard (93,4 percent), a high reaction of seeing people throwing solid waste at will (86,2 percent), a very high participation in cooperative work (94,3 percent), a very high response in supporting hygienic ideas (89,7 percent), a very high response in attending community meetings towards the implementation of the hygiene programme (96,0 percent), a very high activity in cleansing the canals (92,0 percent) and a very high awareness in paying retribution (93,7 percent).
Therefore, it can be concluded that the communityparticipation level in implementing the hygiene programme in Gorontalo is very high. In addition there are some factors influencing the community participation level as seen from the chi square (x) test results. And it can be affirmed that age (13,391**), education level (65,509**), income (41,960**), residential environmental condition (19,208**), give impact to the community participation level in managing domestic solid waste in Gorontalo. Whereas the length of stay (8,361), house yard condition (2,839) as well as guidance and information dissemination (3,361) don't give any impact to the community participation level in managing residential solid waste.
The spearman correlation (rs) test result disclosed that age (0,120*), education level (0,408**), income (0,304**), and residential environmental condition (0,208**) have obvious correlations with the community participation level. Whereas, length of stay (0,081), house yard (0,090) as well as guidance and counselling (0,010) don't have obvious correlations with community participation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T5202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fajrianti
"Penelitian ini membahas mengenai proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Komunitas Warga Peduli Lingkungan melalui program garbagepreneurship dan mendeskripsikan perubahan perilaku pengelolaan sampah warga RW 13 Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok yang mengikuti program garbagepreneurship. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat oleh Yayasan Komunitas Warga Peduli Lingkungan dilakukan melalui tahap persiapan, pengkajian, pelasanaan dan evaluasi dan terdapat perubahan perilaku pengelolaan warga baik dari domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

This thesis discuss about community empowerment process that been held by Komunitas Warga Peduli Lingkungan Foundation using their garbagepreneurship program and describe behavior changing in waste management RW 13 society, Kelurahan Pancoran Mas, Depok City who following garbagepreneurship program. This research using qualitative approach and descriptive type.
Result of this research are community empowerment process by Komunitas Warga Peduli Lingkungan foundation are readiness stage, assessment, implementation and evaluation also behavior changing in waste management happened in several domain such as cognitive, affective and psychomotoric.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Permatasari
"Penelitian ini membahas mengenai perilaku pengelolaan sampah rumah tangga berkelanjutan pada masyarakat RT 01 RW 13, Kampung Pitara, Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pengelolaan sampah rumah tangga berkelanjutan diwujudkan dengan perilaku mandiri dalam mengelola sampah rumah tangga. Masyarakat menggunakan metode 3R reduce, reuse dan recycle dan pengolahan sampah organik menggunakan ember organik dari Pemerintah Kota Depok. Selain itu, faktor pembentuk perilaku berkelanjutan yang berbasis aset komunitas terdiri dari faktor predisposisi, penguat, dan modal sosial dan spiritual.

This thesis discussabout the sustainable household waste management behavior in community of RT 01 RW 13, Pitara, Pancoran Mas, Depok City. This research uses qualitative approach with descriptive research type. Result of this research showed that the sustainable household waste management behaviormanifested by independent behavior in managing household waste. The community use the 3R reduce, reuse and recycle method and organic waste management use organic bucket from Depok Governement. Beside that sustainable behavior forming factors that are based on community assets consist of predisposition, reinforcing, and social and spiritual capital factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Maryanto Abdullah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan pengelolaan sampah dan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode sampling yang digunakan adalah non random sampling dengan teknik sampling insidental. Sampel yang digunakan sebanyak 34 orang siswa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 12 Jakarta. Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari 3 kategori, pertama kemampuan berpikir kreatif setiap siswa dijaring menggunakan Tes Kreativitas Figural (TKF) dari Torance. Kedua, data pengetahuan tentang pengelolaan sampah di jaring menggunakan tes pilihan berganda (multiple choice). Ketiga, data perilaku kreatif didapatkan dari guru Pembimbing KIR, nilai tersebut adalah nilai keterampilan siswa dalam hal membuat keterampilan berbahan dasar sampah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, pertama hubungan pengetahuan pengelolaan sampah dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan. Kedua, hubungan berpikir kreatif dengan perilaku kreatif siswa pada pengelolaan sampah sangat lemah dan tidak signifikan.

ABSTRACT
This study aimed analyzing the relationship of trash management knowledge and creative thinking with creative behavior. The research method was quantitative method. The sampling method used was non-random sampling with saturated sampling techniques. The number of samples that had been used in this study was 34 high school students who are registered as the members of Trash Management
Scientific Group Teenagers in SMAN 12 Jakarta. The data collected in this research include 3 categories. First, students? creative thinking abilities were tested using figural creativity tests from Torance. Second, the data about trash management knowledge were tested using multiple-choice tests. Third, creative behavioral data
related to the value of students' trash management skills were obtained from the teacher of Scientific Group Teenagers in SMAN 12 Jakarta. The conclusions of this study are the first relationship of trash management knowledge with creative behavior of students on trash management is very weak and not significant. Second, the relationship of creative thinking with creative behavior of students on trash management is very weak and not significant."
2011
T30189
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Erpina Santi Meliana
"Kondisi saat ini sebagian besar pedesaan di negara berkembang, termasuk Indonesia, belum terjangkau oleh layanan pengumpulan sampah formal. Akibatnya, praktik pembuangan dan pembakaran sampah secara liar lebih banyak terjadi di pedesaan yang menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat. Permasalahan di hulu adalah timbulan sampah organik rumah tangga di pedesaan belum terolah dengan baik. Pedesaan membutuhkan solusi penanganan sampah rumah tangga melalui penerapan ekonomi sirkular dalam rangka urgensi pencapaian SDGs Desa. Upaya pengelolaan sampah dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya, salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF). Tujuan penelitian adalah membangun model implementasi ekonomi sirkular berbasis masyarakat menggunakan teknologi BSF pada pengelolaan sampah rumah tangga di pedesaan. Penelitian ini menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-3964-1994 untuk mengukur timbulan dan komposisi sampah rumah tangga; desain eksperimen pengolahan sampah menggunakan teknologi BSF skala komunal pada lahan seluas 40 m2 dengan sampel 100 rumah tangga; dan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: desa memiliki ketersediaan sampah organik yang cukup (72,50%) dan sesuai untuk habitat BSF; pengaturan eksperimental pengolahan sampah dengan teknologi BSF skala komunal menghasilkan waktu pengembalian 13,1 bulan; terdapat kemauan dan kemampuan masyarakat desa untuk menggunakan teknologi BSF. Model dibangun berdasarkan hubungan antara kondisi lokal pedesaan, desain eksperimental pengolahan sampah organik rumah tangga menggunakan teknologi BSF pada skala komunal, dan tingkat keterlibatan masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kondisi lokal pedesaan dapat memfasilitasi penerapan ekonomi sirkular berbasis masyarakat melalui adopsi teknologi BSF dan model ini dapat menjadi solusi yang layak untuk mengelola sampah rumah tangga yang berasal dari pedesaan.

The current condition is that most rural areas in developing countries, including Indonesia, are not yet reached by formal waste collection services. As a result, the practice of illegal waste disposal and burning is more common in rural areas which causes environmental and public health problems. The problem in the upstream is that household organic waste generation in rural areas has not been properly processed. Rural areas need solutions for handling household waste through the implementation of a circular economy in the framework of the urgency of achieving Village SDGs. Efforts to manage waste by turning waste into a resource, one of which can be done using Black Soldier Fly (BSF) technology. The research objective is to build a community-based circular economy implementation model using BSF technology for household waste management in rural areas. The research applies the Indonesian National Standard (INS) 19-3964-1994 to measure household waste generation and composition; experimental setup of waste processing using communal-scale BSF technology on 40 m2 land with a sample of 100 households; and interview method. The research results show that: the village has sufficient availability of organic waste (72.50%) and is suitable for BSF habitat; experimental setup of waste processing with communal-scale BSF technology yielded a payback period of 13.1 months; there is a willingness and ability of the village community to use BSF technology. The model was built based on the relationship between local rural conditions, experimental setups for household organic waste processing using BSF technology on a communal scale, and the level of community engagement. This research concludes that local rural conditions can facilitate the implementation of community-based circular economy through the adoption of BSF technology and this model can be a viable solution for managing household waste originating from rural sources."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Arfia Utami
"Di era globalisasi saat ini, persoalan sampah memiliki dimensi persoalan yang luas seiring dengan perkembangan sosial ekonomi dan pertumbuhan perkotaan. Berdasarkan hasil observasi peneliti, Kota Bekasi selain menjadi kota percontohan dalam pengelolaan sampah tahun 2012, Kota Bekasi juga memiliki sarana TPA sampah utama yang juga disewa oleh Pemprov DKI Jakarta. Peraturan Daerah tentang pengelolaan sampah Kota Bekasi juga diatur dalam Perda No.15 Tahun 2011.
Berdasarkan beberapa fakta di atas, Kota Bekasi diharapkan dapat menjadi ikon Kota bersih dan sehat bagi kota-kota lainnya. Namun, realita yang ada saat ini menunjukkan bahwa kondisi persampahan Kota Bekasi masih jauh dari harapan terlebih rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan pengelolaan sampah seperti kegiatan Sabtu Bersih khususnya di wilayah Perumahan Jatibening Permai Kelurahan Jatibening.
Pelaksanaan program Sabtu Bersih kini dinilai kurang efektif melihat rendahnya partisipasi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah Perumahan Jatibening Permai meskipun wilayah perumahan tersebut menjadi wilayah titik pantau pelaksanaan program Sabtu Bersih oleh Pemkot Bekasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mengungkap faktor-faktor apa saja yang memengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat Jatibening khususnya yang berada di Perumahan Jatibening Permai dalam pelaksanaan Program Sabtu Bersih tersebut.

In the current era of globalization, the waste problem has a wide dimension of the problem along with the socio-economic development and urban growth. Based on the observation of the researcher, Bekasi in addition to being a pilot city for waste management in 2012, Bekasi City also has a major landfill facilities that also hired by the city government. Regulation on waste management Bekasi also set out in Local 15 in 2011.
Based on some of the facts above, Bekasi is expected to become an icon of clean and healthy for other cities. However, the reality today shows that the condition of Bekasi City garbage is still far from expectations especially low community participation in the following activities such as waste management activities in the region's Net Saturday Jatibening Permai Village Housing Jatibening.
Net Saturday program implementation is now considered less effective look low community participation, especially people who live in the area Permai Housing Jatibening though the housing area to the area of program implementation monitoring points Saturday Clean by Bekasi city administration. The purpose of this study is to investigate and uncover any factors that affect low community participation Jatibening especially those in Jatibening Permai Housing in the implementation of the Clean Program Saturday.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>