Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rama Sahtyawan
"Penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia semakin meningkat. banyak inovasi mulai timbul diantarnya penggunaan bilik/chamber yang diletakkan dijalan, pintu gerbang kampung masih secara manual dengan adanya petugas yang menekan saklar bagi tamu yang masuk, dan ada juga penyemprotan yang dilakukan secara otomatis, membaca tamu yang datang, secara otomatis, Kendala yang dihadapi terkadang kehabisan cairan desinfektannya, menuntut petugas mesti mengecek secara rutin agar tidak kehabisan. penelitian ini akan mengembangkan bilik desinfektan berbasis IoT selain dapat menyemprotkan cairan desinfektan secara otomatis, juga dapat mengisi cairan desinfektan secara otomatis dan dapat dipantau melalui Smartphone. Kebutuhan sistem dan alatnya terdiri dari : NodeMcu Esp 8266, sensor flow water, sensor ultrasonic, Relay, Solenoid Valve, Arduino IDE, Blynk Apps, ThingSpeak Proses pendeteksian ketinggian cairan desinfektan tersebut dibedakan menjadi 2, level aman dengan ketinggian air antara 11-50 cm, Level bahaya dengan ketinggian air antara 0-10 cm, maka nodemcu mengirimkan sinyal output ke relay, relay meneruskan sinyal tersebut yang berfungsi sebagai saklar untuk membuka solenoid, air akan mengalir melalui pipa saat katup solenoid dibuka sehingga kran air terbuka untuk mengisi derigen. Platform Iot Thingspeak digunakan untuk menampilkan grafik level cairan desinfektan. Data output sensor akan dilaporkan secara real time ke admin melalui aplikasi Blynk apps. Dengan perkembangan perangkat ini, diharapkan dapat menekan penyebaran virus covid-19."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2020
620 JIA XII:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Jerry indrawan
"Indonesia’s future Threats, Disturbances, Obstacles and Challenges (TDOC) are nonconventional. Indonesia’s defense paradigm if relying only on the TNI as a major force should be changed. The drastic reduction of the military threats (conventional) from other countries to Indonesia, as well as similar threats around the world, make us have to rethink how the most appropriate formulation of Indonesia’s defense strategy in this era of non-military threats. To that end, the formation of reserve components, previously equipped with competent and knowledgeable knowledge of civic defense, needs to be considered. The consideration is that the formation of this reserve component can be useful as a major defense element supporting the main component, primarily to deal with non-military threats. The use of reserve components is not only prepared for war, but has a primary function of helping TNI deal with TDOC that is non-physical (intangible). This paper will discuss how the reserve component, as part of the nation’s defense force, faces future non-military threats. In addition, this paper also sees that civic defense can be an integral part of the effort of the reserve component to make this happen."
Bogor: Universitas Pertahanan, 2018
355 JDSD 8:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Jerry indrawan
"Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan (AGHT) Indonesia di masa depan sangat bersifat nir-militer (non-konvensional). Paradigma pertahanan Indonesia jika hanya mengandalkan TNI sebagai kekuatan utama sudah seharusnya berubah. Berkurang secara drastisnya ancaman militer (konvensional) dari negara lain terhadap Indonesia, maupun ancaman sejenis di seluruh dunia, membuat kita harus berpikir ulang bagaimana rumusan yang paling tepat untuk strategi pertahanan Indonesia di era ancaman nir-militer seperti ini. Untuk itu, pembentukan komponen cadangan, yang sebelumnya sudah dilengkapi dengan kemampuan dan pengetahuan mumpuni tentang bela negara, perlu dipertimbangkan. Pertimbangannya adalah, pembentukan komponen cadangan ini dapat berguna sebagai elemen kekuatan pertahanan pendukung komponen utama, utamanya untuk menghadapi ancaman nir-militer. Penggunaan komponen cadangan tidak hanya dipersiapkan untuk perang, tetapi mempunyai fungsi utama membantu TNI menghadapi AGHT yang bersifat non-fisik (intangible). Tulisan ini akan membahas bagaimana komponen cadangan, sebagai bagian dari kekuatan pertahanan negara, menghadapi ancaman nir-militer di masa depan. Selain itu, tulisan ini juga melihat bahwa bela negara dapat menjadi bagian integral dalam upaya komponen cadangan mewujudkan hal tersebut."
Bogor: Universitas Pertahanan, 2018
355 JDSD 8:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arfan Fauzi Soffan
"Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan pandemi disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Indonesia diketahui sebagai salah satu negara dengan tingkat infeksi COVID-19 paling tinggi di dunia. Deteksi cepat secara Real Time Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR) merupakan salah satu langkah yang diperlukan untuk menekan laju penyebaran COVID-19. Kit deteksi BioCore 2019-nCoV Real Time PCR Kit adalah salah satu kit dignosis COVID-19 produksi BioCore. Ltd., Korea Selatan. Kit diagnosis BioCore telah beredar di Indonesia dan perlu diuji keakuratan diagnosis yang dihasilkan untuk menghindari hasil negatif palsu. Pengujian dilakukan menggunakan protokol Penjaminan Mutu Eksternal (PME) Kementerian Kesehatan Indonesia dengan melibatkan 30 sampel uji dan membandingkan hasil uji terhadap kit gold standard CDC dengan gen target N1, N2, dan HRP. Alur kerja penelitian dimulai dari proses pengambilan sampel, ekstraksi RNA, persiapan mastermix, adisi template RNA, dan amplifikasi template dengan metode rRT-PCR. Hasil penelitian menunjukkan adanya amplifikasi pada kontrol yang digunakan, sehingga proses diagnosis dapat dilakukan. Nilai Ct IC kit Biocore dan IC CDC menunjukkan perbedaan signifikan (P 0,05; CI=95%). Gen target SARS-CoV-2 tidak terdeteksi pada kit Biocore dengan nilai Ct>35, serta didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas analitik kit Biocore berturut-turut sebesar 75% dan 100%. Hasil uji Kit Biocore terhadap pasien terinfeksi COVID-19 di Indonesia tidak memenuhi standar kit diagnosis yang ditetapkan oleh WHO, yaitu memiliki sensitivitas analitik sebesar 95%. Peninjauan ulang primer pada kit Biocore perlu dilakukan untuk memperbaiki mutu kit dalam deteksi awal virus SARS-CoV-2 di Indonesia.

The Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic is a pandemic caused by the SARS-CoV-2 virus. Indonesia is known as one of the countries with the highest COVID-19 infection rate in the world. Real Time Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR) detection is one of the steps needed to accelerate the spread of COVID-19. The BioCore 2019-nCoV Real Time PCR Kit is one of the COVID-19 diagnosis kits produced by BioCore. Ltd., South Korea. The BioCore diagnostic kit has been circulating in Indonesia and needs to be tested for the accuracy of the resulting diagnosis to avoid false negative results. The test was carried out using the External Quality Assurance (PME) protocol of the Indonesian Ministry of Health involving 30 test samples and test results against the CDC gold standard kit with target genes N1, N2, and HRP. The research workflow starts from the sampling process, RNA extraction, mastermix preparation, RNA template addition, and template amplification using the rRT-PCR method. The results showed that there was amplification of the controls used, so that the diagnosis process could be carried out. The Ct values ​​of the Biocore IC kit and the CDC IC showed a significant difference (P 0.05; CI=95%). The SARS-CoV-2 target gene was not detected in the Biocore kit with a Ct value>35, ​​and the sensitivity and analytical specificity of the Biocore kit were 75% and 100%, respectively. The results of the Biocore Kit test on patients infected with COVID-19 in Indonesia do not meet the diagnostic kit standard set by WHO, which has an analytical sensitivity of 95%. Primary review on the Biocore kit needs to be done to improve the quality of the kit in early detection of the SARS-CoV-2 virus in Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deristisya Zahra
"COVID-19 atau Coronavirus disease adalah penyakit infeksius yang mudah
menular melalui tetesan air liur atau bersin orang yang terinfeksi, sehingga
wabah COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada tanggal 11
Maret 2020. Pencegahan penyebaran virus ini dapat dilakukan dengan tes
diagnostik skala besar dan sejauh ini belum dilaporkan pengembangan metode
elektrokimia sebagai sensor COVID-19. Umifenovir (Arbidol) adalah salah satu
jenis antiviral agent yang dapat berinteraksi dengan spike glikoprotein SARSCoV-
2 sehingga dapat berpotensi digunakan sebagai pendeteksi COVID-19.
Penelitian ini mempelajari perilaku elektrokimia umifenovir pada screen-printed
carbon electrode (SPCE). Hasil pengukuran dengan teknik cyclic voltammetry
pada rentang potensial -0,6 V hingga +0,6 V dengan scan rate 50 mV/s dalam
50 mM PBS pH 7,4 menunjukkan bahwa umifenovir bersifat elektroaktif dengan
puncak oksidasi dan reduksi pada +0,2 V dan -0,19 V. Puncak oksidasi dan
reduksi ini mengalami penurunan arus jika dilakukan penambahan spike
glikoprotein pada larutan umivenovir. Penurunan arus mencapai keadaan
optimum menggunakan umifenovir 170 μM, pH 7,4, dan waktu kontak selama
10 menit. Sejalan dengan studi elektrokimia, studi komputasi juga dilakukan
untuk mengetahui interaksi molekular antara umifenovir dengan spike
glikoprotein SARS-CoV-2. Selektivitas sensor diprediksi melalui simulasi
penambatan molekul umifenovir dengan SARS-CoV dan virus Influenza. Hasil
penambatan molekul (docking) menunjukkan bahwa kompleks umifenovir
dengan SARS-CoV-2 terbentuk spontan dengan nilai ΔGbinding sebesar -7,7306
kcal/mol. Hasil ini tidak jauh berbeda pada kompleks umifenovir dengan SARSCoV
yang memiliki ΔGbinding sebesar -7,7935 kcal/mol. Hasil tersebut
memprediksi adanya kompetisi SARS-CoV-2 dengan SARS-CoV untuk
berinteraksi dengan umifenovir.

COVID-19 or Coronavirus disease is an infectious disease that can be easily
transmitted through droplets of saliva or sneezes of an infected person, so that
the COVID-19 outbreak was declared a pandemic by WHO on March 11, 2020.
The virus spread can be prevented with large-scale diagnostic tests and so far it
has not been reported the development of electrochemical methods as a sensor
for COVID-19. Umifenovir (Arbidol) is a type of antiviral agent that can interact
with the spike glycoprotein of SARS-CoV-2, thus it has the potential to be used
as a COVID-19 detector. In this study, the electrochemical behavior of
umifenovir on a screen-printed carbon electrode (SPCE) is studied.
Measurement results using the cyclic voltammetry technique in a potential range
of -0.6 V to +0.6 V with a scan rate of 50 mV/s in 50 mM PBS pH 7.4 indicate
that umifenovir is an electroactive molecule with oxidation and reduction peaks
at +0.2 V and -0.19 V. Peak current decrease, both in the oxidation and reduction
peak current, occurred when the spike glycoprotein was added in the umivenovir
solution. Current reduction reached the optimum state using umifenovir 170 μM,
pH 7.4, and contact time for 10 minutes. Computational studies were also
conducted to determine the molecular interactions between umifenovir and the
spike glycoprotein of SARS-CoV-2. Sensor selectivity was predicted by docking
simulations of umifenovir molecules with SARS-CoV and influenza viruses.
The docking results showed that the umifenovir complex with SARS-CoV-2
formed spontaneously with a ΔGbinding value of -7.7306 kcal/mol. These results
were not much different with the umifenovir complex with SARS-CoV which
had ΔGbinding of -7.7935 kcal/mol. These results predict SARS-CoV-2
competition with SARS-CoV to interact with umifenovir"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekarpramita Darmaputri
"Latar belakang. Coronavirus disease-2019 (COVID-19) memiliki spektrum penyakit yang sangat luas dari gejala ringan sampai berat, hingga kematian. Reaksi inflamasi berat akibat dari COVID-19 ini menimbulkan gangguan hemostasis yang disebut dengan COVID-19 associated coagulopathy. Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil koagulasi pada pasien dalam pemantauan (PDP) ataupun terkonfirmasi COVID-19 serta hubungannya terhadap mortalitas 30-hari pasien.
Metode. Studi ini merupakan studi kohort retrospektif di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama Maret 2020 hingga Juni 2020. Sebanyak 106 subjek yang sesuai kriteria inklusi dianalisis dari data rekam medis. Dilakukan pengambilan data berupa data demografik, klinis atau hemodinamik pasien, profil koagulasi saat subjek ditentukan sebagai PDP atau terkonfirmasi COVID-19, pemberian terapi tromboprofilaksis heparin, dan status mortalitas 30 hari setelah admisi. Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS) versi 24.0. Profil koagulasi subjek penyintas 30 hari dibandingkan dengan subjek yang mengalami mortalitas. Variabel profil koagulasi yang bermakna kemudian dianalisis dengan analisis bivariat dan regresi logistik multivariat.
Hasil. Pada kelompok yang mengalami mortalitas 30-hari ditemukan adanya peningkatan jumlah leukosit (p: 0,022), penurunan kadar trombosit (p: 0,016), dan waktu protrombin (PT) dan waktu activated partial thromboplastin time (APTT) yang lebih panjang (p: 0,002 dan p: 0,018) dibandingkan pada kelompok penyintas 30-hari. Tidak ditemukan perbedaan fibrinogen dan d-Dimer yang bermakna secara statistik. PT merupakan suatu profil koagulasi tunggal yang dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas 30-hari dengan odds ratio (95% CI) sebesar 1,407 (1,072 – 1,846), nilai p: 0,014.
Simpulan. Terdapat hubungan antara faktor koagulasi pasien COVID-19 dengan mortalitas 30 hari di RSCM, khususnya PT yang dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas 30-hari.

.Background. Coronavirus disease-2019 (COVID-19) has a very broad spectrum of disease from mild to severe symptoms, to death. The severe inflammatory reaction as a result of COVID-19 infection causes a hemostasis disorder called COVID-19 associated coagulopathy. This study aims to assess the coagulation profile of patients under monitoring (PDP) or confirmed COVID-19 and its relationship with 30-day mortality.
Method. This retrospective cohort study was conducted at RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) from March 2020 to June 2020. A total of 106 subjects who met the inclusion criteria were analyzed from medical record data. Data were collected in the form of patient demographic, clinical or hemodynamic data, coagulation profile when the subject was determined as PDP or confirmed as COVID-19, administration of heparin thromboprophylaxis therapy, and mortality status 30 days after admission. Statistical calculations were performed using the Statistical Package of Social Science (SPSS) version 24.0. We compared the coagulation profiles of the survivor group in contrast to the non-survivor group. Significant coagulation profile variables were analyzed using bivariate analysis and multivariate logistic regression.
Results. There was elevated number of leukocytes (p: 0.022), reduced platelet levels (p: 0.016), and longer prothrombin time (PT) as well as activated partial thromboplastin time (APTT) (p: 0.002 and p: 0.018, consecutively) in non-survivor group. There were no statistical differences in fibrinogen and d-Dimer levels in both groups. Additionally, PT is a single coagulation profile which predicted 30-day mortality with an odds ratio (95% CI) of 1.407 (1.072 - 1.846), and p value: 0.014.
Conclusion. This present study shows abnormal coagulation results are associated with 30-day mortality in COVID-19 patients at RSCM. Prolonged PT was an independent predictor for 30-day mortality in COVID-19 patients
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Kustianto
"Pemantauan temperatur air sangat penting dalam memahami perubahan lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan perangkat yang dapat mendeteksi temperatur secara realtime dengan tingkat sensitivitas yang tinggi. Pada penelitian ini, dilakukan karakterisasi terhadap fiber Bragg grating (FBG) sebagai sensor berbasis optik untuk mengukur temperatur dalam rentang yang lebar, yaitu  4  hingga 50 . Hasil eksperimen skala laboratorium dengan air tawar menunjukkan bahwa  terdapat hubungan yang linear antara perubahan panjang gelombang dengan sensitivitas rata-rata 0,0103 , dengan error repeatibility dari 0,96%.  Selanjutnya, untuk mengantisipasi aplikasi pengukuran temperatur air di laut dilakukan simulasi untuk kondisi kedalaman 2000 . Hasil simulasi menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan hidrostatik akan berdampak terhadap bertambahnya peningkatan perubahan panjang gelombang Bragg. Selain itu dilakukan juga integrasi sensor temperatur FBG ini ke dalam sistem Internet of Things (IoT). Perancangan dimulai dengan pengolahan data yang didapat dari sensor temperatur FBG melalui optical interrogator, pembuatan database dan mengirimkannya ke dalam web server, di samping juga pembuatan website IoT dashboard yang berisi data-data yang didapat dari sensor temperatur FBG agar dapat dibaca secara online dan realtime. Dari hasil pengukuran quality of service website tersebut didapatkan nilai pengukuran throughput sebesar  0.73942412 , packet loss 0%, dan delay sebesar 1.3 .

Monitoring water temperature is crucial in understanding environmental changes. For this purpose, a device capable of detecting temperature in real-time with high sensitivity is required. In this research, characterization of Fiber Bragg Grating (FBG) was conducted as an optical-based sensor to measure temperature over a wide range - from 4  to 50 . Laboratory-scale experiments with freshwater revealed a linear relationship between wavelength changes and an average sensitivity of 0.0103 , with a repeatability error of 0.96%. Furthermore, to anticipate the application of water temperature measurement in the sea, simulations were carried out for conditions at a depth of 2000 . The simulation results indicated that higher hydrostatic pressure impacts the increase in Bragg wavelength changes. In addition, integration of the FBG temperature sensor into the Internet of Things (IoT) system was also performed. The design began with processing data obtained from the FBG temperature sensor through an optical interrogator, creating a database, and sending it to a web server. This was complemented by the development of an IoT dashboard website displaying data from the FBG temperature sensor, accessible online and in real-time. The quality of Service measurements of this website showed a throughput value of 0.73942412 , 0% packet loss, and a delay of 1.3 "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mirza Antrayasa
"Skripsi ini dibahas karena pengemudi mobil seringkali mengalami kesulitan untuk memparkir mobilnya di lokasi sempit, disebabkan lahan parkir yang semakin berkurang, ataupun pengemudi sulit untuk mengetahui apakah mobil yang dikendarainya terlalu dekat dengan kendaraan sekitarnya. Tidak sedikit pengemudi yang menabrak tiang listrik atau menggores tembok ketika memundurkan mobilnya.
Tujuan dari pembuatan skipsi ini adalah untuk merancang Prototipe sistem pendeteksi jarak aman pada mobil dengan sensor ultrasonik berbasis mikrokontroller AVR sebagai pengendali utamanya. Sebagai input digunakan modul sensor ultrasonic yang terdiri TX (transmitter) dan RX (receiver). Sebagai output digunakan sebuah LCD (Liquid Crystal Display) untuk menampilkan jarak aman, lampu LED sebagai indikator jarak waspada dan bahaya serta buzzer untuk indikator bunyi.
Hasil yang didapat dari pembuatan prototipe sistem pendeteksi mobil berbasis mikrokontroler AVR adalah alat tersebut dapat digunakan untuk mengukur jarak aman pada kendaraan. Mikrokontroler AVR berfungsi sebagai pengendali utama pada pemrosesan data jarak parkir yang dihasilkan dari sensor ultrasonik. Penggunaan modul sensor ultrasonic dapat menghasilkan data yang lebih akurat. Jarak parkir ditampilkan melalui LCD dengan satuan ukur centimeter. Buzzer dan LED dapat digunakan sebagai indikator keadaan jarak aman waspada dan jarak bahaya.

Focus of this study because the car driver is often difficult to park his car in a narrow location, parking lots due to diminishing returns, or the driver is difficult to know whether the car he was driving too close to the surrounding vehicles. Not least the driver who hit a utility pole or scraping the wall when backing the car.
The purpose of creation is to design skipsi Prototype safe distance detection system on the car with AVR microcontroller based ultrasonic sensors as the main controller. As input use ultrasonic sensor module consisting TX (transmitter) and RX (receiver). As output used an LCD (Liquid Crystal Display) to display a safe distance, the LED light indicator and hazard alert distance and speakers for audible indicator.
The results obtained from the manufacture of car detection system prototype is based on microcontroller AVR tools can be used to measure a safe distance to the vehicle. AVR microcontroller serves as the main control on the processing of data generated from parking distance sensors ultrasonic. The use of ultrasonic sensor module can generate more accurate data. Park Distance displayed via the LCD unit of measurement centimeter. Speaker and LED can be used as an indicator of the state of safe distance and distance alert danger.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Tri Wibowo
"Penelitian pada skripsi ini bertujuan untuk merancang, membuat dan menganalisis sistem Smart Monitoring Room dengan mengunakan Sensor PIR (Passive Infrared), Sensor LDR (Light Dependent Resistor), Mikrokontroler Arduino, dan Router dengan sistem operasi OpenWrt. Sistem ini berfungsi untuk memantau kondisi ruangan dengan fungsi khusus hasil pemantauan ditampilkan dalam bentuk web interface. Untuk menjalankan sistem dapat menggunakan mode otomatis dan mode manual.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa jangkauan maksimal sistem untuk menangkap objek yang bergerak adalah 7 meter. Semakin jauh jarah objek ke perangkat, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi objek tersebut. Sedangkan resource perangkat keras minimal yang dibutuhkan untuk melakukan proses pemantauan adalah 28,8 MB RAM router, 100 MHz Prosesor router, dan 32,646 byte flash memory mikrokontroler. Selain itu tegangan listrik yang dibutuhkan untuk mengaktifkan perangkat adalah 5 volt dan arus listrik minimal 3 ampere.

This final project presents our work on designing making and analyzing Smart Monitoring Room system using PIR Passive Infrared sensor LDR Light Dependent Resistor sensor Arduino Microcontroller and Router with Open WRT Operation system The system is used to monitor room condition and the result will be displayed using web interface The system can be run using automatic mode and manual mode
Based on the test result the maximum system range for getting the moving object is 7 meters The further the object is the longer the time needed to detect that object The minimum hardware requirement for the monitoring process is a 28 8 MB RAM router 100 MHz Prosesor router and 32 646 byte flash memory Microcontroller The voltage needed to activate the system is 5 volts and the minimum current is 3 amperes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Riantoko
"Kebijakan alih komando dan pengendalian pada Yonzipur 11/DW sebagaimana Keputusan Kasad Nomor Kep/683/IX/2020 merupakan langkah penting untuk melengkapi Kodam Jaya yang tidak memiliki satuan Zeni setingkat Batalyon. Akan tetapi, kebijakan ini masih belum mencapai kondisi ideal yang ditentukan. Tesis ini bertujuan menganalisis apa faktor yang mempengaruhi dan bagaimana hasil dari penerapan kebijakan tersebut. Proses penelitian menggunakan pendekatan positivisme dan metode kualitatif, dengan model implementasi Grindle (1980). Penelitian ini menunjukkan enam dimensi dari variabel isi kebijakan yaitu kepentingan terhadap kebijakan, manfaat, derajat perubahan yang diinginkan, letak pengambilan keputusan, pelaksana kebijakan dan sumber daya, menjadi faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan alih kodal tersebut. Pada variabel konteks implementasi, tingkat kewenangan dan strategi yang dijalankan, karakteristik institusi serta kepatuhan dan daya tanggap juga menjadi faktor yang turut mempengaruhi implementasi kebijakan ini. Konteks lingkungan militer memperbesar kemungkinan terlaksanakanya kebijakan ini karena adanya rantai komando yang kuat, sehingga menjadikan kebijakan ini berjalan ke arah progresif ditunjukkan dengan peningkatan persentase pemenuhan validasi organisasi sesuai ketentuan Organisasi dan Tugas Yonzipur. Dari segi hasil penerapan kebijakan, kebijakan ini memberikan dampak gelar kekuatan yang ideal di tingkat Kodam Jaya sehingga meningkatkan optimalisasi penugasan pengamanan di wilayah Kodam Jaya. Dari penelitian ini, terdapat dua hal penting untuk menjadi perhatian peneliti dan pengambil kebijakan. Penelitian lanjutan dapat melihat sejauh mana karakter satuan validasi organisasi memberikan pengaruh terhadap berhasil atau tidaknya kebijakan tersebut. Di sisi lain, pengambil kebijakan perlu mempertimbangkan validasi organisasi dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan dan kemungkinan kendala dan hambatan yang dapat terjadi.

The policy of command and control transferring of Yonzipur 11/DW as stated in Kasad Decree Number Kep/683/IX/2020 is an important step to complement the Jayakarta Military Command (Kodam Jaya), which has not had an Engineer unit at the Battalion level so far. However, this policy still has not reached the specified ideal conditions. This thesis aims to analyze what factors influence and how the results of the implementation of these policies. The research process uses a positivism approach and qualitative methods, with the Grindle (1980) implementation model. This study shows that the six dimensions of the policy content variables are interest in the policy, types of benefits, desired degree of change, location of decision making, policy implementers and resources, are factors that influence the implementation of the capital transfer policy. In the implementation context variable, the level of authority and strategy implemented, the characteristics of the institution as well as compliance and responsiveness are also factors that influence the implementation of this policy. The context of the military environment increases the possibility of implementing this policy because of a strong chain of command, so that this policy moves in a progressive direction as indicated by an increase in the percentage of fulfilling organizational validation according to Yonzipur's Organization and Duties. In terms of the results of implementing the policy, this policy has the effect of creating an ideal force at the Kodam Jaya level so that it increases the optimization of security assignments in the Kodam Jaya area. From this research, there are two important things to be noticed by researchers and policy makers. Further research can see to what extent the character of the organizational validation unit influences the success or failure of the policy. On the other hand, policy makers need to consider organizational validation by considering the level of readiness and possible obstacles and obstacles that may occur."
Jakarta: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>