Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghiffary Rafif Akmal Tursilo
"

Perubahan tutupan lahan merupakan suatu permasalahan yang terjadi secara global dan tak terkecuali pada wilayah Asia Tenggara. Perubahan tutupan lahan yang terjadi pada wilayah Asia Tenggara ini terjadi sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir tanpa terkecuali pada wilayah Sub DAS Batang Tembesi. Perubahan yang terjadi pada sub DAS Batang Tembesi ini terjadi pada tutupan lahan hutan yang dialih fungsikan menjadi tutupan lahan jenis lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik hydrologic response unit dan pengaruh perubahan penutup lahan terhadap karakteristik hidrologi di sub-das Batang Tembesi. Penelitian ini menggunakan model hidrologi SWAT+ (Soil and Water Assessment Tool+) berdasarkan perubahan penutup lahan untuk mendapatkan pola spasial dan temporal dari HRU dan karakteristik hidrologi sub-das Batang Tembesi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pada kurun waktu 2013 – 2020 terjadi pola perubahan HRU dan karakteristik hidrologi akibat dari berubahnya tutupan lahan di sub-DAS Batang Tembesi. Berubahnya penutup lahan pada sub-das Batang Tembesi berpengaruh terhadap pola spasial dan temporal HRU dan juga berpengaruh terhadap berubahnya karakteristik hidrologi di sub-das Batang Tembesi.


Land cover change is a problem that occurs globally and is no exception in the Southeast Asia region. Land cover changes that have occurred in the Southeast Asia region have occurred very rapidly in the last few decades, including in the Batang Tembesi sub-watershed area. The changes that occurred in the Batang Tembesi sub-watershed occurred in forest land cover which was converted into other types of land cover. This research aims to analyze the characteristics of the hydrologic response unit and the influence of changes in land cover on the hydrological characteristics of the Batang Tembesi sub-basin. This research uses the SWAT+ (Soil and Water Assessment Tool+) hydrological model based on land cover changes to obtain spatial and temporal patterns of HRU and hydrological characteristics of the Batang Tembesi sub-watershed. The results obtained in this research are that in the period 2013 - 2020 there was a pattern of changes in HRU and hydrological characteristics as a result of changes in land cover in the Batang Tembesi sub-watershed. Changes in land cover in the Batang Tembesi sub-basin affect the spatial and temporal patterns of HRU and also influence changes in hydrological characteristics in the Batang Tembesi sub-watershed.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Pranadi
"DAS Cileungsi Hulu adalah salah satu daerah aliran sungai yang terletak di Provinsi Jawa Barat dengan kondisi perkembangan wilayah yang sangat dinamis. DAS Cileungsi Hulu memiliki karakteristik fisik geologi dan topografi yang beragam dan terjadi perubahan penggunaan tanah yang signifikan. Pengaruh karakteristik fisik DAS dan hubungannya dengan perubahan penggunaan tanah dapat diketahui melalui penggunaan pemodelan hidrologi yang tepat. Penelitian ini menggunakan model SWAT yang dapat memberikan fokus pada simulasi jangka panjang berbasis karakteristik wilayah untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai dan prediksi perubahannya sehubungan dengan perubahan penggunaan tanah dengan menggunakan parameter nitrat (NO3). Prediksi dilakukan berdasarkan proyeksi perubahan penggunaan tanah secara temporal tahun 1989-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara perubahan kualitas air dengan perubahan penggunaan tanah. Hasil uji kalibrasi dan akurasi model dengan perhitungan Root Mean Square Error (RMSE) dan Normalized Objective Function (NOF) berada pada rentang 0-1 yang artinya model dikatakan baik dan dapat digunakan. Skenario model yang digunakan untuk prediksi adalah peningkatan luas penggunaan tanah permukiman dan industri serta penurunan luas penggunaan tanah pertanian lahan kering, menghasilkan peningkatan konsentrasi nitrat pada air sungai setiap tahunnya.

Cileungsi Hulu Watershed is one of the watershed are located in the province of West Java with the conditions of a very dynamic urban development. Cileungsi Hulu watershed has a physical characteristics of varied geological and topographical with land use changes significantly. The influence of the physical characteristics of the watershed and its relationship with land use changes can be detected through the use of proper hydrologic modeling. This study uses SWAT model that can provide a focus on long-term simulations based on the characteristics of the area to determine the condition of the river water quality and forecast changes in connection with land use changes using the parameters nitrate(NO3). Predictions made based on the projected land use changes temporally years 1989-2014. The results showed that there is a relationship between changes in water quality with land use changes. The results of calibration and accuracy of the calculation model with RMSE and NOF is in the range of 0-1 which means the model is quite good and can be used. Scenario model used for the prediction is increase residential and industrial land use as well as a decrease agricultural land area, resulting in increased concentrations of nitrate in river water annual"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Ratna Puspita Sari
"Sedimentasi merupakan masalah yang cukup besar bagi Waduk Wonogiri, hal ini dapat dilihat dari volume kapasitas tampungan yang selalu menurun. Menurut hasil studi yang dilakukan JICA pada tahun 2007, kurang lebih 114,000,000 m3 atau menyisakan 87% dari zona tampungan efektif untuk digunakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA tersebut, produksi sedimen tahunan rata-rata ke dalam Waduk Wonogiri adalah 3,178,510 m3 dengan sumber erosi yang dominan adalah erosi tanah dari permukaan lahan. Jika sedimentasi pada Waduk Wonogiri ini terus dibiarkan maka akan mengganggu usia waduk dan fungsi bendungan. Perubahan tutupan lahan yang terjadi di DAS Wonogiri akan mempengaruhi besaran dari laju erosi DAS. Prediksi perubahan tutupan lahan DAS Waduk Wonogiri didapatkan berdasarkan hasil analisis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Prediksi laju erosi perlu dilakukan dengan kondisi tutupan lahan eksisting dan RTRW dari DAS Waduk Wonogiri. Penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap laju erosi pada Waduk Wonogiri menggunakan Soil and Water Assessment Tool (SWAT) yang dapat membantu dalam memprediksi laju erosi. SWAT menggunakan metode Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) sebagai dasar perhitungan laju erosi. Parameter yang dibutuhkan dalam menganalisis laju erosi menggunakan extension ArcSWAT yang berbasis SIG untuk mendapatkan Hydrological Response Unit yang berisi mengenai informasi karakteristik DAS, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Hasil analisis laju erosi pada DAS Waduk Wonogiri dengan proyeksi menurut RTRW didapatkan nilai sebesar 294.68 ton/ha/tahun dengan dominasi HRU berupa kawasan pemukiman. Sedangkan analisis laju erosi pada kondisi tutupan lahan tahun 2019, menghasilkan besaran laju erosi 424.90 ton/ha/tahun dan HRU didominasi oleh lahan pertanian. Perubahan tutupan lahan dari dominasi kawasan pertanian menjadi dominasi kawasan pemukiman memiliki pengaruh terhadap besar laju erosi, yang dapat dilihat dari penurunan sekitar 30.65% berdasarkan hasil simulasi. Sehingga disimpulkan bahwa semakin besar tutupan lahan kedap air maka laju erosi akan semakin kecil, akan tetapi perubahan dari hutan menjadi lahan pertanian akan menyebabkan laju erosi DAS meningkat jika tidak disertai dengan upaya konservasi lahan pertanian.

Sedimentation is a significant problem for the Wonogiri Reservoir, which can be seen from the volume of the storage capacity continuously decreasing. According to a study by JICA in 2007, the total capacity only has 87% of the effective storage zone for use. Based on the research conducted by JICA, the average annual sediment production in the Wonogiri Reservoir is 3,178,510 m3, with the dominant source of erosion being soil erosion from the land surface. If sedimentation in the Wonogiri Reservoir is allowed to continue, it will disrupt the reservoir's storage and the dam's function. In addition, changes in land cover in the Wonogiri watershed will affect the magnitude of the erosion rate. This research uses the Regional Spatial Plan (RTRW) to predict land cover change in the Wonogiri Reservoir. Therefore, the erosion rate simulation will use the existing land cover condition and the RTRW of the Wonogiri Reservoir watershed. This study aims to evaluate the effect of land use change on the erosion rate in the Wonogiri Reservoir using the Soil and Water Assessment Tool (SWAT), which can assist in predicting erosion rates. SWAT uses the Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) method to calculate the erosion rate. Parameters are needed to analyze erosion rates using the GIS-based ArcSWAT extension to obtain a Hydrological Response Unit that contains information on watershed characteristics, soil types, and land use. The analysis of the erosion rate in the Wonogiri Reservoir watershed projected using the RTRW obtained a value of 294.68 tons/ha/year with the dominance of HRU in the form of residential areas. Meanwhile, the analysis of the erosion rate in 2019 land cover conditions resulted in 424.90 tons/ha/year, and agricultural land dominates the HRU. Therefore, changes in land cover from agricultural to residential areas decrease the erosion rate by 30.65% based on the simulation results. So it can be concluded that the greater the impervious land cover, the lower the erosion rate, but the change from forest to agricultural land will cause the watershed erosion rate to increase if there are no efforts to conserve agricultural land."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randhi Atiqi
"Pemodelan merupakan metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan manajemen daerah aliran sungai (DAS) yang baik karena memungkinkan untuk dilakukan peramalan terhadap dampak-dampak yang mungkin akan terjadi. Model SWAT secara ekstensif telah digunakan di Amerika Serikat dan dunia internasional untuk mempelajari debit sungai, hasil sedimen, dan muatan nutrien. Penelitian ini dilakukan pada Kali Gede, Ci Putat, Kali Caringin, dan Kali Angsana yang tersebar di Kecamatan Bojongsari dan Sawangan Kota Depok.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil simulasi model SWAT terhadap persebaran konsentrasi nitrat dalam air sungai sehubungan dengan penggunaan tanah dan membuat simulasi persebaran konsentrasi nitrat dengan skenario wilayah permukiman mengalami perluasan sebesar 1,2% per tahun. Hasil simulasi model dikalibrasi dengan data konsentrasi nitrat hasil pengukuran langsung yang dilaksanakan pada bulan April 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model SWAT dapat menghasilkan simulasi yang baik pada wilayah dengan topografi dan jenis tanah yang homogen, dan jenis penggunaan tanah yang berbeda. Selain itu, meluasnya wilayah permukiman akan meningkatkan konsentrasi nitrat dalam air sungai di Kecamatan Bojongsari dan Sawangan.

Modelling approaches is widely used to get best management in watershed because it’s possibility to do forecasting of impacts could be happened in feature. SWAT model has been used extensively in USA and world to study run off, sediment yield, and nutrient load. This research is take place at Kali Gede, Ci Putat, Kali Caringin, and Kali Angsana located in Kecamatan Bojongsari and Sawangan, Depok.
The objectives of this research are knowing how SWAT model performance to simulates nitrate concentration in river related with distinguish landuse and to make simulation nitrate concentration base on scenario residential area become larger 1,2% per year. Model is calibrated using observe nitrate concentration data which was taken from river in April 2013.
This research tells us that SWAT model can make good simulation in watershed with homogeneous topography, soil, and distinguish landuse. This research also tells us that hugging of residential area will cause increasing nitrate concentration in these rivers.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilvi Fauziyah Cahyaningtiyas
"

Sungai Cilutung merupakan salah satu potensi sumberdaya air yang berperan penting dalam memenuh kebutuha air terutama di Kabupaten Sumedang dan Majalengka. Kekeringan yang terjadi di DAS Cilutung pada beberapa tahun terakhir menandakan bahwa perlu adanya pemautauan ketersediaan air di DAS tersebut. Perubahan pola tutupan lahan selama sepuluh tahun terakhir serta faktor curah hujan memungkinkan berpengaruh terhadap ketersediaan air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan air tahunan, musim kering dan musim pancaroba di DAS Cilutung pada tahun 2009 dan 2019 terkait dengan dinamika perubahan tutupan lahan. Peta tutupan lahan pada tahun 2009 dan 2009 diperoleh dari Citra Landsat series yang diklasifikasikan menjadi 6 (enam) kelas tutupan lahan. Metode yang digunakan dalam perhitungan ketersediaan air dan kebutuhan air adalah Model InVEST Water Yeild yang merupakan motode hidrologi dengan pendekatan neraca air. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa curah hujan dan tutupan vegetasi berkorelasi positif terhadap ketersediaan air, sedangkan peningkatan lahan terbangun berkorelasi positif dengan kebutuhan air. Pada tahun tahun 2009 Sub DAS 7 mempunyai hasil air tinggi dibanding Sub DAS lainnya, namun pada tahun 2019 hasil air tertinggi dihasilkan oleh Sub DAS 6, hal itu disebabkan oleh meningkatnya lahan terbangun yang cukup signifikan di Sub DAS 7 sehingga meningkatkan nilai kebutuhan air di Sub DAS tersebut. Sub DAS dengan hasil air tinggi dapat digunakan sebagai masukan dalam memilih daerah prioritas konservasi sumberdaya air untuk mempertahankan pasokan air di DAS Cilutung.


Cilutung River is one of the potential water resources that plays an important role in meeting water needs, especially in Sumedang and Majalengka Districts. The drought that has occurred in the Cilutung watershed in recent years indicates that there is a need for monitoring of water availability in the watershed. Changes in land cover patterns during the last ten years as well as rainfall factors may affect water availability. The purpose of this study was to determine the annual water availability, dry season and transition seasons in the Cilutung watershed in 2009 and 2019 related to the dynamics of land cover change. Land cover maps in 2009 and 2009 were obtained from the Landsat series imagery which is classified into 6 (six) land cover classes. The method used in calculating water availability and water demand is the InVEST Water Yeild Model which is a hydrological method with a water balance approach. The calculation results show that rainfall and vegetation cover have a positive correlation with water availability, while the increase in built-up land has a positive correlation with water demand. In 2009 Sub DAS 7 had high water yields compared to other sub-watersheds, but in 2019 the highest water yield was produced by Sub DAS 6, this was due to a significant increase in built-up land in Sub DAS 7 thus increasing the value of water needs in Sub-watershed. The watershed. Sub-watersheds with high water yield can be used as input in selecting priority areas for water resource conservation to maintain water supply in the Cilutung watershed.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arin Anggiarini
"Seiring dengan dinamika aktivitas perkotaan, dampak negatif dari alih fungsi lahan mengakibatkan pada meningkatnya limpasan permukaan. Low Impact Development (LID) merupakan serangkaian praktik yang menirukan proses drainase alami dan mengelola limpasan sedekat mungkin dengan sumbernya dalam mengurangi limpasan. Pemanfaatan LID diyakini mempengaruhi perencanaan kota dalam pengembangan zonasi untuk mengelola limpasan hujan. Pemahaman mengenai proses, besarnya limpasan permukaan serta pemanfaatan LID sangat diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan manajemen pada kawasan perkotaan yang lebih baik. Studi ini dilakukan di DAS Mampang yang sebagian besar areanya masuk dalam Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tujuan dari studi ini adalah mengevaluasi pemanfaatan LID pada DAS Mampang terhadap skenario Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dalam pengelolaan limpasan hujan menggunakan model SWAT (Soil and Water Assesment Tool). Data input yang digunakan dalam pemodelan SWAT yaitu Digital Elevation Model (DEM), peta tanah, peta penggunaan lahan (eksisting dan RDTR), data iklim, konfigurasi LID serta debit observasi untuk keperluan kalibrasi dan validasi menggunakan perangkat lunak SWAT-CUP. Rentang waktu simulasi adalah selama 12 tahun, dimulai dari 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desembr 2021. Hasil studi ini menunjukkan bahwa rata-rata limpasan tahunan eksisting, skenario RDTR dan pemanfaatan LID berturut turut adalah sebesar 1697 mm/tahun, 1667 mm/tahun dan 1659 mm/tahun. Koefisien limpasan untuk kondisi eksisting, skenario RDTR dan pemanfaatan LID berturut turut adalah sebesar 0.60, 0.59 dan 0.58. Pola reduksi limpasan menunjukkan bahwa pemanfaatan LID bekerja lebih baik pada musim kemarau (Bulan Juni sampai dengan Bulan September). Meskipun reduksi limpasan relatif kecil, namun pemanfaatan LID berfungsi sebagai konservasi, menyimpan air pada periode hujan untuk dipergunakan pada musim kemarau. Pemanfaatan LID berbasis guna lahan dapat menjadi bagian dari usaha mengoptimalkan produktivitas pemanfaatan ruang dalam melestarikan lingkungan untuk mengembalikan fungsi hidrologis.

Along with the dynamic of urban activities, the negative impact of land use change is the increasing of the runoff. Low Impact Development (LID) is a series of practices imitating natural drainage process and manage the runoff to be as closest to the source to reduce the runoff. The use of LID is believed to influence urban planning in zoning development to manage stormwater. The understanding of the process, the amount of the runoff and the LID utilization are really crucial to a better implementation in urban area. This study has been conducted in Mampang watershed which mostly located in Southern Jakarta District. The purpose of the study is to evaluate the LID implementation in Mampang watershed towards spatial plan (RDTR) scenario to manage stormwater using SWAT Model. The input data used in the SWAT modeling are the Digital Elevation Model (DEM), soil maps, land use maps (existing and RDTR), climate data, LID configuration and observation discharge for calibration and validation purposes using the SWAT-CUP software. The simulation period is 12 years, starting from 1st January 2010 to 31st December 2021. The results of this study show that the annual average existing runoff, RDTR scenario and LID utilization are respectively 1697 mm/year, 1667 mm/year dan 1659 mm/year. Runoff coefficients for existing conditions, RDTR scenarios and LID utilization are 0.60, 0.59 and 0.58, respectively. The runoff reduction pattern shows that LID utilization works better in the dry season (June to September). Although the reduction in runoff is relatively small, the utilization of LID serves as a conservation function, storing water during the rainy season for use in the dry season. Utilization of land-use-based LIDs can be part of an effort to optimize spatial use productivity in preserving the environment to restore hydrological functions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Karim
"Daerah aliran sungai (DAS) Citanduy adalah salah satu dari enem DAS kritis dan prioritas penanganan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Sub-Das Citanduy Hulu dengan luas 270.918,26 ha terdapat permasalahan sedimen dan peneurunan kualitas air yang semangkin hari semangkin meningkat, sehingga memicu permasalahan lain seperti banjir. kekeringan dan kekurangan air baku serta permasalahan kesehatan penduduk sekitaryng memanfaatkan aliran air tersebut. Studiinin menerapkan model soil and water assessment tool (SWAT)..."
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air - Badan Penelitian dan Pengembangan - Kementerian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syal Syabila Az-zahra
"Sub DA Ci Widey yang terletak di Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah yang memiliki lokasi objek wisata yang cukup diminati oleh masyarakat Bandung maupun di luar Bandung. Objek wisata tersebut membuat wilayah Sub DA Ci Widey menjadi strategis dan mendorong investasi dan kegiatan ekonomi sehingga memicu bertambahnya jumlah pendatang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perubahan kerapatan kehijauan vegetasi dan suhu permukaan pada tiap tutupan lahan dan mengkaji hubungan antar keduanya. Metode yang digunakan adalah metode pengindraan jauh yang terdiri dari NDVI, Mono-window Brightness Temperature, Supervised Classification, dan Raster Correlation. Hasil dari penelitian ini adalah kerapatan kehijauan vegetasi dan suhu permukaan pada tahun 1990-2020 mengalami perubahan. Perubahan kerapatan kehijauan vegetasi yang mengalami peningkatan adalah kebun campuran dan lahan terbangun, serta perubahan yang mengalami penurunan adalah sawah dan tegalan/ladang. Kemudian, perubahan suhu permukaan yang mengalami sangat terlihat jelas perbedaannya. Semua tutupan lahan mengalami perubahan suhu permukaan. Nilai kerapatan kehijauan vegetasi dan suhu permukaan pada tahun 1990, 2005, dan 2020 memiliki hubungan berbanding terbalik yang ditunjukkan dengan tanda negatif (-) di depan koefisien regresi, artinya apabila kerapatan kehijauan vegetasi menurun maka suhu permukaan akan meningkat, begitupun sebaliknya.

The Sub-Watershed which is located in Bandung Regency, is one of the areas that has tourism objects that are quite attractive to the Bandung citizens and outside Bandung. This tourist attraction makes the Sub-Watershed Ci Widey area strategic and encourages investment and economic activity, thus triggering an increase in the number of migrants. The purpose of this study was to analyze changes in vegetation greenness and surface temperature at each land cover and to examine the relationship between the two. The method used is a remote sensing method consisting of NDVI, Mono-window Brightness Temperature, Supervised Classification, and Raster Correlation. The results of this study were the vegetation density greenness and surface temperature changes in the years 1990-2020. Changes in the vegetation density greenness that have increased are mixed gardens and constructed lands, and changes that have decreased are rice fields and moor/field. Then, the change in surface temperature is very clear. All land cover changes in surface temperature. The value of vegetation density greenness and surface temperature in 1990, 2005, and 2020 has an inversely proportional relationship which is indicated by a negative sign (-) in front of the regression coefficient, meaning that if the vegetation density greenness decreases, the surface temperature will increase, and vice versa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nonik Eko Wahyuning Tiyas
"ABSTRAK
Permasalahan kondisi tata guna lahan DAS Ciliwung dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami degradasi lingkungan sebesar 7,14 0,7 per tahun Bhakti, 2015 . Implikasi perubahan tata guna lahan suatu DAS mengakibatkan sumber daya air terganggu, yaitu dapat menurunkan resapan air ke dalam tanah dan meningkatkan limpasan permukaan. Tujuan penelitian ini menganalisa pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap hidrograf banjir pada Sub-DAS Ciliwung Tengah hingga Pintu Air Manggarai dengan memperhitungkan karakteristik sempadan sungai dan diskretisasi spasial dengan menggunakan model hidrologi HEC-GeoHMS. Data inflow dari debit Bendung Katulampa tahun 2017, sedangkan data outflow menggunakan debit Pintu Air Manggarai tahun 2017. Metode analisa dengan 3 skenario yaitu skenario 1 stream threshold area 174,39 km2 menghasilkan 1 sub-DAS, skenario 2 stream threshold area 25 km2 menghasilkan 3 Sub-DAS dan skenario 3 stream threshold area 15 km2 menghasilkan 9 Sub-DAS. Debit puncak hasil simulasi pada skenario 1 sebesar 142,80 m3/dt, skenario 2 sebesar 142,50 m3/dt dan skenario 3 sebesar 135,6 m3/dt. Dari ketiga skenario, skenario 3 yang lebih mendekati data observasi dengan nilai koefisien Efisiensi Nash-Sutcliffe NSE 0,764. Selanjutnya skenario 3 digunakan untuk menghitung hidrograf banjir dengan menggunakan peta RTRW, dihasilkan debit puncak di Pintu Air Manggarai kala ulang 2 tahun sebesar 465,5 m3/dt, kala ulang 5 tahun sebesar 612,7 m3/dt dan kala ulang 10 tahun sebesar 722,6 m3/dt. Semakin kecil diskretisasi spasial, semakin banyak Sub-DAS yang di delineasi dan semakin banyak reach yang dianalisa, sehingga semakin kecil bentangan dan detail karakristik sempadan sungai yang diamati yang dapat mempengaruhi nilai koefisien kekasaran saluran n Manning . Oleh karena itu, semakin kecil diskretisasi spasial Sub DAS, maka akan semakin menurunkan debit puncak banjir dan memperpanjang waktu puncak banjir.

ABSTRACT
The problem of Ciliwung Watershed Landuse condition in the last 10 years has environmental degradation of 7.14 0.7 per year Bhakti, 2015 . The implications of land use change in a watershed result in disturbed water resources, which can decrease water absorption into the soil and increase surface runoff. The aims of this study are to analyze the effect of land use change on flood hydrograph in Middle Ciliwung Sub watershed to Manggarai Weir by taking into account the characteristics of riparian and spatial discretization using HEC GeoHMS hydrological model. Inflow data from discharge of Katulampa Weir in 2017, while outflow data using Manggarai Weir discharge in 2017. The analysis method with 3 scenarios namely scenario 1 stream threshold area 174,39 km2 yield 1 sub watershed, scenario 2 stream threshold area 25 km2 yield 3 Sub watersheds and scenario 3 stream threshold area 15 km2 yielding 9 Sub watershed. The peak discharge simulation result in scenario 1 is 142,80 m3 s, scenario 2 is 142,50 m3 s and scenario 3 is 135,6 m3 s. From the three scenarios, scenario 3 is closer to the observation data with the value of the Nash Sutcliffe Efficiency coefficient NSE 0,764. Further scenario 3 is used to calculate the flood hydrograph using the Land Use Plan map, resulting in peak discharge at the Manggarai Weir when the 2 year return period is 465.5 m3 s, 5 year return period is 612,7 m3 s and 10 years return period is 722,6 m3 s. The smaller spatial discretization, the more delineated sub watersheds and the more reaches being analyzed, the smaller the expanse and the observed limits of riparian that can affect the value of the roughness coefficient n Manning . Therefore, the smaller spatial discretization of sub watershed, the more it will decrease the peak flood discharge and extend peak time. "
2018
T51439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Ridansyah Apan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh tutupan lahan kedap air dan kepadatan penduduk terhadap kondisi ekosistem akuatik DAS di Indonesia berdasarkan hasil analisis hubungan antara tutupan lahan kedap air dan kepadatan penduduk dengan kualitas lingkungan perairan menggunakan metode regresi linear berganda. Penelitian terdahulu menemukan bahwa kondisi tutupan lahan dan kepadatan penduduk merupakan parameter yang dapat mempengaruhi kualitas air. Pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, memiliki kualitas air yang lebih buruk dibandingkan dengan daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang rendah, meskipun kondisi tutupan lahannya relatif sama. Ekosistem akuatik yang dipakai pada penelitian ini diwakili oleh indeks biotik FBI (Family Biotic Index). Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu persentase tutupan lahan kedap air dan kepadatan penduduk serta variabel terikatnya adalah ekosistem akuatik DAS. Sumber data sekunder diolah berdasarkan artikel/laporan penelitian yang dapat diunduh dari internet dan untuk kepadatan penduduk menggunakan data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Alat bantu untuk pengolahan dan analisis data menggunakan aplikasi ArcGIS dan SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi dan seberapa besar pengaruh tutupan lahan kedap air dan kepadatan penduduk terhadap ekosistem akuatik DAS di Indonesia melalui persamaan yang dihasilkan.

This study aims to evaluate the effect of land cover and population density on the condition of aquatic watershed ecosystems in Indonesia based on the results of the analysis of the relationship between land cover and population density with the quality of the aquatic environment using multiple linear regression methods. Previous researches found that land cover conditions and population density are parameters that can affect water quality. Areas with high population density have poorer water quality than areas with low population density, even though the land cover conditions are relatively the same. The aquatic ecosystem used in this study is represented by the FBI (Family Biotic Index). This study uses the independent variables, namely the percentage of impermeable land cover and population density and the dependent variable is the aquatic ecosystem of the watershed. Secondary data sources are processed based on research articles/reports that can be downloaded from the internet and for population density using population data from the Central Statistics Agency (BPS). Tools for data processing and analysis using ArcGIS and SPSS applications. The results of this study indicate the correlation and how big the effect of land cover and population density on the aquatic ecosystem of watersheds in Indonesia through the resulting equation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>