Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5213 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditia Gunawan
"This article will analyse the distribution of the particle ma in Old Sundanese texts. Based on an examination of fifteen Old Sundanese texts (two inscriptions, eight prose texts, and five poems), we have identified 730 occurrences of ma. We have selected several examples which represent the range of its grammatical functions in sentences. Our observations are as follows: (1) ma not only appears in direct dialogues, but also in narrative texts, both prose and verse; (2) ma functions as a copula in nominal sentences, connecting subject and predicate; (3) in conditional clauses containing the conjunction lamun, ma has a function similar to that of mah in Modern Sundanese but, in the absence of lamun and if the supplementary clauses only consist of verb phrases, ma itself is also capable of expressing conditionality; (4) if this particle is preceded by negations such as hamo ‘not’ or hantə ‘there is not’ in conditional clauses, ma is placed directly after these negations and does not mark the predicate, but serves instead to stress the negation itself; (5) in the cases described in points 1-4, ma can be considered a topic marker, and in some phrases we have even found the dislocations that are characteristic of topic markers; and (6) ma can appear in imperative sentences, placed immediately after verbs to emphasize commands, which does not apply to mah in Modern Sundanese."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
909 UI-WACANA 22:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leiden : KITLV Press, 2006
899.231 TRE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyadi
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993
784.927 ROS p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Anwarudin
"Suku sunda adalah suku yang intensitas migrasinya rendah namun saat ini terjadi peningkatan migrasi suku sunda ke wilayah pinggiran Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola migrasi suku Sunda berdasarkan siklus hidupnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk dapat menjabarkan pengaruh variable - variabel dalam siklus hidup seperti karakteristik keluarga, pertumbuhan karir hidup serta karakteristik daerah tujuan mempengaruhi pola migrasi suku Sunda. Hasil menunjukkan bahwa generasi pertama dan generasi kedua suku Sunda memilih daerah tujuan migrasi dikarenakan adanya sanak saudara. Faktor pendorong yang menyebabkan generasi pertama bermigrasi adalah faktor pernikahan sedangkan faktor pendorong yang menyebabkan generasi kedua bermigrasi adalah hubungan kekerabatan, pernikahan dan pekerjaan.
The Sundanese is an ethnic which has low migration intensity, however lately there is an increase of Migration of Sundanese to suburban area of Jakarta. The purpose of this study is to find out how the Sundanese’s pattern of migration based on their life cycle. This study is used a descriptive qualitative method in order to describe the influence of variables in life cycle such as the characteristic of family, the growth of career and also characteristic of destination which affecting to the Sundanese’s pattern of migration. The result of this study is shown that the first generation’s and the second generation’s choose the destination of their migration due to their family. Push factor that caused the first generation’s migration is marriage and push factor that causes the second generation’s migration is job vacancies, marriage and the linkages to live with parents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S57794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Salmoen
Djakarta: Balai Poestaka, 1949
899.211 SAL d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ki Padmosoesastro
Jakarta: Balai Pustaka, 1950
899.221 PAD s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini mengangkat tema organisasi gerakan petani dalam konteks perubahan kebijakan tentang pertahanan yang memungkinkan perubahan pola penguasaan tanah di tingkat lokal. Secara khusus tulisan ini menjelaskan kondisi tata guna lahan di pemerintahan lokal dan latar belakang munculnya serikat petani Pasundan sebagai organisasi gerakan petani terbesar di Jawa Barat, Indonesia sejalan dengan dikeluarkannya TAP MPR No. IX/2001 tentang reformasi agraria dan pengelolaan sumber daya alam. Penulis mengidentifikasi isu-isu penting yang masih perlu dikonfirmasi berkaitan dengan latar belakang kemunculan organisasi gerakan petani, yaitu: keterkaitan desa-kota, konteks lingkungan agraria, struktur kesempatan politik, sejarah politik dan lingkungan agraris, dan jenis-jenis progam reformasi agraria yang relevan "
JASOS 9:3 (2004)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Najmatullail
"Konstruksi aplikatif adalah sarana untuk mengubah unsur non-inti menjadi unsur inti dalam kalimat dengan pelibatan verba. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan oblik (unsur non-inti) menjadi objek (unsur inti). Namun, beberapa penelitian mengenai konstruksi aplikatif menunjukkan bahwa tidak semua kategori oblik dapat berubah menjadi objek. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi aplikatif Peterson (2007) dan Trask (1993) juga menerapkan teori verba turunan dalam bahasa Sunda (Coolsma, 1985). Pertanyaan dalam penelitian ini adalah (1) Oblik mana saja yang dapat berubah menjadi objek dalam konstruksi aplikatif bahasa Sunda?, (2) Apa saja jenis konstruksi aplikatif bahasa Sunda?. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori yang dapat berubah menjadi objek dalam konstruksi aplikatif, yaitu oblik tujuan, oblik lokatif, dan oblik instrumental. Selain itu, terdapat empat jenis konstruksi aplikatif bahasa Sunda, yakni konstruksi aplikatif benefaktif, aplikatif malefaktif, aplikatif lokatif, dan aplikatif instrumental.

Applicative constructions is a means to change non-core arguments into core arguments in sentences by involving verbs. The change in question is an oblique change (non-nuclear arguments) into an object (nuclear arguments). However, several studies on applicative constructions show that not all oblique categories can turn into objects. This study uses the applicative constructions theory of Peterson (2007) and Trask (1993) also applies qualitative research methods. The questions in this study are (1) which obliques can be turned into objects in the applicative construction of Sundanese? (2) What are the types of applicative constructions of Sundanese?. The results showed that there are three categories that can turn into objects in applicative constructions, namely objective oblique, locative oblique, and instrumental oblique. In addition, there are four types of applicative constructions in Sundanese, namely benefactive applicative constructions, malefactive applicative, locative applicative, and instrumental applicative."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Irawan
"Penelitian ini bertujuan (1) mencari prototipe intonasi kalimat deklaratif dan interogatif berpola SVO, (2) mencari ambang kontras akustik intonasi kalimat deklaratif dan interogatif, dan (3) mengkaji sejauh mana variasi pola intonasi kalimat deklaratif dan interogatif berterima sebagai tuturan yang baik atau wajar. Di konstituen subjek prototipe intonasi kalimat deklaratif diawali oleh alir nada turun landai kemudian diakhiri oleh alir nada naik. Kontur di konstituen verba ditandai oleh alir nada turun di seluruh konstituen. Kontur di konstituen objek diawali oleh alir nada naik-turun kemudian diakhiri oleh naik-datar. Prototipe intonasi kalimat interogatif di konstituen subjek dikarakterisasi oleh alir nada naik landai-naik-datar. Kontur di konstituen verba ditandai oleh alir nada turun di seluruh konstituen. Kontur di konstituen objek diawali oleh alir nada turun kemudian diakhiri oleh alir nada naik-datar. Ambang kontras deklaratifinterogatif terjadi ketika rentang alir nada akhir kontur (P3 dan P4) sebesar 14,63st hingga 16,63st. Ambang kontras interogatif-deklaratif terjadi ketika rentang alir nada akhir kontur (P2 dan P3) sebesar 7,27st hingga 9,27st. Pola intonasi kalimat deklaratif yang diakhiri oleh alir nada naik, datar dan turun berterima sebagai tuturan yang wajar. Pola intonasi kalimat interogatif yang berterima wajar adalah tuturan dengan alir nada akhir naik. Intonasi kalimat deklaratif dan interogatif yang diakhiri oleh alir nada naik di akhir konstituen subjek berterima sebagai tuturan yang wajar, sedangkan alir nada datar atau cenderung datar kurang berterima sebagai tuturan yang wajar.

The research intends (1) to look for intonation prototype of declarative and interrogative sentence with the pattern SVO, (2) to look for contrastive acoustic threshold of intonation between declarative and interrogative sentence, and (3) to study intonation variations of declarative and interrogative as a normal speech. Intonation prototype of declarative at subject constituent started by gradual fall pitch movement and closed by rise pitch movement. Verb constituent characterized by fall pitch movement. Object constituent characterized by rise-fall pitch movement and ended by rise-level pitch movement. Intonation prototype of interrogative begins with gradual rise-rise-level pitch movement. Verb constituent characterized by fall pitch movement. Object constituent characterized by riselevel pitch movement. Contrastive acoustic threshold of declarative-interogative occurs when the pitch range (P3 dan P4) of the final pitch movement is 14,63st until16,63st. Contrastive acoustic threshold of interogative-declarative occurs when the pitch range (P2 and P3) of the final pitch movement is 7,27st until 9,27st. Declarative intonation pattern which is ended by rise, level, and fall is acceptable as normal speech. Interrogative intonation pattern of normal speech is ended by rise pitch movement. Declarative and interrogative intonation which ended by rise pitch movement at the end of subject constituent is acceptable as normal speech. However, level or close to level pitch movement is less acceptable as normal speech."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28702
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Triyani
"Indonesia merupakan negara yang kaya dengan bahasa daerah. Banyaknya jumlah bahasa di Indonesia terlihat dari jumlah bahasa yang dikemukakan oleh Badan Pusat Data dan Statistik dan Glottolog. Menurut Badan Pusat Data dan Statistik, bahasa yang ada di Indonesia berjumlah 750 bahasa. Sementara itu, menurut Glottolog, bahasa yang ada di Indonesia berjumlah sebanyak 763 bahasa. Namun, dari banyaknya bahasa yang ada di Indonesia masih belum banyak dilakukan pemetaan bahasa untuk mengetahui berbagai variasi bahasa di setiap daerah seperti di Kotamadya Sukabumi. Oleh karena itu, penelitian mengenai variasi bahasa yang ada di Kotamadya Sukabumi perlu untuk dilakukan. Dalam proses pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan, sedangkan dalam proses pengolahan data digunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Adapun dalam penelitian ini, data penelitian diambil dari hasil wawancara kepada tujuh orang informan di setiap kecamatan yang ada di Kotamadya Sukabumi. Data tersebut terdiri atas 200 kosakata Morris Swadesh, 11 kosakata bidang ganti, sapaan, dan acuan, dan 25 kosakata kekerabatan. Kemudian, data tersebut divisualisasikan dengan peta lambing dan diberikan garis isogloss dan isofon guna mengatahui jarak bahasa antartitik penelitian. Garis isogloss tersebut kemudian disatukan dalam berkas isoglos berdasarkan dengan kelompok kosakatanya. Selanjutnya, dilakukan penghitungan dialektometri dan hasil penghitungannya diubah menjadi jaring laba-laba. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Sunda di Kotamadya Sukabumi adalah bahasa Sunda Loma. Tidak ditemukan bahasa lain selain bahasa Sunda di Kotamadya Sukabumi. Selain itu, tidak ditemukan perbedaan penggunaan bahasa Sunda antara laki-laki dan perempuan di Kotamadya Sukabumi.

Indonesia is a country that is rich in regional languages. The large number of languages in Indonesia can be seen from the number of languages stated by the Central Data and Statistics Agency and Glottologist. According to the Central Bureau of Data and Statistics, there are 750 languages in Indonesia. Meanwhile, according to Glottologist, there are 763 languages in Indonesia. However, of the many languages in Indonesia, language mapping has not been carried out to find out the various language variations in each region, such as in the Municipality of Sukabumi. Therefore, research on language variations in Sukabumi Municipality needs to be carried out. In the data collection process, this study used the field training method, while in the data processing used qualitative and quantitative methods. As for this study, the research data was taken from the results of interviews with seven informants in each sub-district in the Municipality of Sukabumi. The data consists of 200 Morris Swadesh vocabularies, 11 vocabularies of pronouns, greetings, and references, and 25 kinship vocabularies. Then, the data is visualized with a symbol map and isogloss and isophone lines are given to determine the language distance between research points. The isogloss lines are then put together in isogloss files according to the vocabulary groups. Next, dialectometric calculations are performed and the calculation results are converted into spider webs. The findings in this study indicate that Sundanese in Sukabumi Municipality is Loma Sundanese. There are no other languages other than Sundanese in Sukabumi Municipality. In addition, there was no difference in the use of Sundanese between men and women in Sukabumi Municipality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>