Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119084 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aji Subekti
"Kajian ini melestarikan dan menganalisis tipologi memori kolektif para sesepuh, mengenai peristiwa dan pemikiran Bung Karno. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi memori kolektif dari Maurice Halbwachs dan tipologi memori dari Abidin Kusno. Populasi penelitian ini adalah sesepuh yang berada di Blitar dengan kriteria pernah bertemu dan bertemu langsung dengan Bung Karno. Pemilihan informan juga menggunakan teknik snowball sampling, yaitu berdasarkan key informan yang telah ditentukan oleh batas sesepuh di Blitar. Hasil penelitian ini menemukan 4 (empat) perlakuan pada tipologi memori kolektif ini, seperti (1) mengatasi memori, (2) memori tidak menjelajah, (3) memori menaklukkan, dan, (4) memori pemasaran. Berdasarkan tipologi memori, peneliti memperoleh 4 (empat) konsep yang dapat dianalisis. Yang pertama adalah memori kolektif yang membentuk identitas kota. Kedua pemikiran Bung Karno tentang persatuan, dan Trisakti. Ketiga, De-Sukarnoisasi yang berarti upaya menghilangkan pengaruh dan pemikiran Bung Karno serta mengaburkan peran dan kontribusi Bung Karno dalam sejarah. Terakhir adalah upaya Perpustakaan Bung Karno menjadi center of excelence, yakni membuat database memori kolektif para sesepuh tentang Bung Karno. Kesimpulannya, pencatatan dan kajian memori kolektif para sesepuh melengkapi kebutuhan informasi masyarakat mengenai sumber lisan dan tertulis yang tersebar di masyarakat Blitar tentang Bung Karno."
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2021
020 PUS 28:3 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Larasati
"Novel grafis berjudul Meine freie deutsche Jugend (2020) karya Thomas Henseler dan Susanne Buddenderg yang diangkat dari novel biografi karya Claudia Rusch menggambarkan kehidupan sehari-hari dan pengalaman masa kecilnya di Jerman Timur. Penggambaran Jerman Timur oleh Claudia dan juga dampak yang diberikan oleh pemerintah terhadap para tokoh, terutama Claudia, menjadi fokus dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik analisis tekstual dengan menganalisis monolog dan dialog para tokoh. Penelitian ini juga menganalisis simbol dan gambar dengan teori semiotika Roland Barthes sebagai landasannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran Jerman Timur oleh Claudia dalam novel grafis Meine freie deutsche Jugend menggambarkan rasa trauma yang dirasakan oleh warga eks Jerman Timur. Dengan penggambaran yang cukup mendetail, para pembaca juga bisa ikut merasakan dan membayangkan rasanya tinggal dan menjalani kehidupan sehari-hari di Jerman Timur. Dampak yang diberikan oleh pemerintahan Jerman Timur terhadap Claudia dan orang-orang terdekatnya cukup buruk, baik secara fisik maupun psikis.

Graphic novel with the title Meine freie deutsche Jugend (2020) by Thomas Henseler and Susanne Buddenderg which is based on the biographical novel by Claudia Rusch depicts Claudia's daily life and her childhood experiences in East Germany. The depiction of East Germany by Claudia and the impact that was given by the government on the characters, especially Claudia, are the main focus of this research. This study used qualitative methods and textual analysis techniques by analyzing monologues and dialogues of the characters. This study also analyzes symbols and images with Roland Barthes' semiotic theory as the basis. The results of this study indicate that Claudia's depiction of East Germany in the graphic novel Meine freie deutsche Jugend depicts the trauma which was felt by the former East German citizen. With a fairly detailed depiction, readers can also feel and imagine what it's like to stay and live everyday life in East Germany. The impact that the East German government had on Claudia and those closest to her was quite bad, both physically and psychologically."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suporahardjo
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan model mobilisasi Tilly, di Kabupaten Manggarai lebih banyak menggunakan strategi represif dalam kebijakan pemanfaatan sumberdaya hutannya. Disertasi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa demokratisasi melalui desentralisasi tidak berpengaruh terhadap strategi menyelesaikan konflik pemanfaatan sumberdaya hutan, di Kabupaten Manggarai strategi pendekatan represif atas nama konservasi masih dilakukan dan justru yang terjadi, konflik semakin bereskalasi menjadi kekerasan dengan korban lebih besar. Oleh karena itu, untuk mengatasi atau mengurangi kekerasan kolektif dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, direkomendasikan kepada resim pemerintahan Kabupaten Manggarai untuk memberi ruang terjadinya dialog/negosiasi antar pihak yang berkepentingan dengan pemanfaatan sumberdaya hutan melalui penguatan kelembagaan yang berfungsi mengembangkan mekanisme penyelesaian konflik alternatif secara damai. Selain itu, harus ada upaya kebijakan dari pemerintah daerah tingkat kabupaten untuk menegakkan demokratisasi kekerasan, yaitu mengurangi seminimum mungkin menggunakan agen-agen represif negara dalam menyelesaikan potensi kekerasan dalam pemanfaatan sumberdaya hutan di wilayahnya. Penelitian ini memperkuat penelitian yang telah dilakukan Peluso bahwa monopoli penguasaan sumberdaya hutan dengan membolehkan kekerasan dengan melibatkan agen-agen represif telah memarjinalkan hak akses masyarakat sekitar hutan atas manfaat hutan. Penelitian ini juga memperkaya penggunanaan analisis tindakan kekerasan kolektif dari Tilly terkait topik pemanfaatan sumberdaya alam dari sisi perspektif sosio-politik-lingkungan.

The dissertation research investigates collective force violence in forest resources utilization. It is based on a case study in Manggarai District that has relatively high rate of violence in Indonesia. Borrowing Tilly's mobilization model, the study finds that Manggarai District employs repressive strategies in utilizing forest resources. Using Tilly's theory of violence, this dissertation research deploys descriptive qualitative approach to collect data. This research finds that democratization process through decentralization does not bring significant impacts on the strategy to mitigate dispute on forest resources utilization. In Manggarai District, coercive conservation still occurs. In fact, in the context of decentralization, forest related conflicts escalate and transform into bigger violent events that produce more victims. Therefore, to reduce collective resources based violence, it is recommended for the district government to create space for dialogue and negotiation among multi stakeholders through strengthening institutions that are responsible for developing alternative dispute resolution. In addition, local policies on forest management should be developed based consensus. In this manner, it can "democratize" violence through minimally utilize repressive state agents to resolve potential violence in the region. The study findings confirm Peluso's study that shows repressive state's agents monopoly over forest management that uses violence measures has marginalized local people's access to forest resources. Furthermore, this research enriches Tilly's collective violence framework to analyze forest resources utilization in socio-politics of environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D1170
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rizki
"Memori kolektif dan masyarakat sama-sama bersifat dinamis. Berbeda dengan sejarah yang dibentuk secara kronologis dan memiliki akhir, memori kolektif berkembang terus-menerus tergantung dengan situasi yang terjadi di masyarakat. Kedinamisannya turut membentuk identitas masyarakat itu sendiri. Dengan menggunakan konsep pengukuhan identitas dari Jan dan Aleida Assmann, film Груз 200 mencoba merekonstruksi identitas Uni Soviet menjadi tiga kelas sosial (1) kelas aparatur negara; (2) kelas inteligensia; (3) kelas marginal untuk memunculkan narasi-narasi yang heterogen dalam memori identitas nasional Rusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kognisi Balabanov dalam menyampaikan narasi baru melalui film secara tidak langsung merupakan upaya konsolidasi sinema kontemporer dengan memori kolektif untuk terus memperbaharui pengetahuan dan referensi tentang masa lalu. Ini mengungkapkan fakta bahwa memori kolektif tidak hanya terbatas pada representasi masa lalu saja, tetapi juga mendukung koalisi komunitas dan situasi politiknya untuk merangkul suara-suara minoritas sebagai bentuk kritik populis kepada pemerintah saat ini.

Collective memory and society are dynamics. Unlike history whose paths are shaped chronologically and has its ending, collective memory evolves perpetually in the determination on the current state of the society itself. Its dynamic contributes to sculpt the society’s identity. By employing Jan and Aleida Assmann’s concretion of identity concept, Груз 200 tries to reconstruct the identity of the Soviet Union into three social classes (1) state apparatus class; (2) intelligence class; (3) marginal class as they conducive to emerge the heterogeneous narrations in the Russian national memory identity. It shows that Balabanov’s cognition to convey new narratives through film is indirectly an attempt to consolidate contemporary cinema with collective memory in order to continuously renew knowledge and references about the past as well. This bares the fact that collective memory is not limited to the representations of the past, but also supports the community coalitions and their political situation to embrace minority voices as a form of populist criticism to the current government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Tajriatul Muawanah
"Penelitian tinggalan arkeologi melalui memori kolektif dapat digunakan untuk melihat identitas dari suatu individu hingga kelompok baik itu berupa gender, seksualitas, sanak keluarga, politik, religi dan sistem sosial. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi identitas Kecinaan di Batavia abad ke ndash; 20 melalui data inskripsi pada nisan, patung hingga bangunan yang ada di Mausoleum Oen Giok Khouw. Atribut hingga ragam hias yang ada di Mausoleum Oen Giok Khouw memiliki simbol memori pengingat tentang kehidupan Oen Giok Khouw sebagai orang Cina yang dinaturalisasi oleh orang Belanda dan harapan serta doa untuk Oen Giok Khouw atas kehidupan yang sudah dilaluinya.

Study of archaeological remains by means of reconstructing collective memory can be used to identify of the past social structure such as gender, sexuality, inter familial roles, politics, religions and social systems. This research aims to reconstruct the identity of Chinese people in Batavia at 20th Century based on the inscription data on the Mausoleum Oen Giok Khouw. Data of this research are inscriptions, gravestone, and statues. The results of this research show the decorations and the shape of the building of Mausoleum Oen Giok Khouw indicate that its have a memorial symbolic about the social status of Oen Giok Khouw during his life. Most of the Mausoleum attributes were using western style that pointed out he wanted to be remembered as a Dutch people rather than a Chinese people because he was naturalized as a Dutch citizen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhekti Merina
"Tesis ini membahas tentang tindakan kolektif yang dilakukan oleh kelompok nelayan non rumpon di komunitas nelayan Puger. Tindakan kolektif ini merupakan hasil atau bagian dari konflik rumpon yang terjadi dikomunitas nelayan Puger, yaitu konflik antara nelayan yang tidak memiliki rumpon dengan yang memiliki rumpon. Tindakan kolektif yang dilakukan oleh kelompok nelayan non rumpon ini berupa aksi protes kepada pemerintahan lokal yaitu Dinas Perikanan dan Peternakan Jember. Dalam aksi protes tersebut nelayan mengorganisir diri kemudian melakukan suatu mobilisasi dengan mengumpulkan berbagai sumber daya yang ada. Tindakan protes tersebut dipicu oleh beberapa aspek yaitu aspek kepemilikan sumber daya laut, ekonomi, alat tangkap, iklim/cuaca, personal, keluarga, kepentingan, rumpon bantuan, serta ketidaktegasan Dinas Perikanan dan Peternakan kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Maksud pemilihan pendekatan ini adalah untuk memahami, mendalami, mengambarkan dan menganalisa bagaimana aksi kolektif dari konflik rumpon antara nelayan non rumpon dengan nelayan rumpon.

The focus of this study is about collective action that had done by fisherman as a collective group who does not have rumpon as their tools for fishing. Those collective actions are contributed by the conflict between non rumpon and rumpon fishermen concerning rumpon that took place in the community. Among other forms of collective actions is protest organized by the non-rumpon fishermen. The protest was directed to Dinas perikanan dan peternakan (fishery and agriculture office at the government level). By the protest, the non-rumpon fishermen organized and mobilized themselves using various kinds of resources. Various factors had stimulated the protest, such as property, access to resources in the fishing field, tools for fishing, climates, personal issues and rumpon aid. This study applied a qualitative research method to gain data in the field."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28009
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Yolanda Clara
"Fokus dalam skripsi ini adalah bagaimana interaksi dan kegiatan yang terjadi pada sebuah tempat melahirkan memori kolektif, dan bagaimana keberadaannya pada tempat tersebut. Karena satu dan lain hal seiring dengan berjalannya waktu, memori tersebut dapat memudar. Yang menjadi pertanyaan adalah ada atau tidaknya usaha untuk melestarikannya dan bagaimana bentuk usaha tersebut, sebab ada atau tidaknya usaha berpengaruh terhadap keberadaan dari memori. Pasar Baru dan Shek Kip Mei, Hong Kong menjadi studi kasus dalam skripsi ini. Pembahasan dilakukan dengan cara studi literatur, studi lapangan dan mencari referensi dari jurnal-jurnal serta artikel terkait.

Interaction and activities happen among people in a place that create collective memory and also its presence at that place, become the focus of this paper. Since time goes by and many things happen, memory of a place can be decrease. Were there any efforts or not, and if any, how it was done to continue and maintain the memory, become one of the question because any efforts or no effort will influent the presence of memory. This study was done by literature study, surveying the area and looking for any related journals and articles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42457
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erlita Putranti
"Perkembangan internet memicu munculnya bentuk-bentuk baru dari kecerdasan kolektif, sebuah aplikasi yang dikembangkan pula oleh cosmopedia sesuai dengan butuhan mereka. Salah satunya adalah fandom atau komunitas fans yang kini berkembang di ranah online, seperti komunitas fans "Shinhwa Changjo Indonesia", yang memiliki kecerdasan kolektif berbasis internet yang mencakup informasi selama tujuh belas tahun serta memiliki budaya pengelolaan informasi yang tidak ditunjukkan oleh fandom K-Pop lain. Penelitian ini kemudian ingin mengetahui bagaimana budaya fandom mempengaruhi pembentukan kecerdasan kolektif berbasis internet, dan bentuk-bentuk seperti apa yang diciptakan fandom sebagai komunitas pengetahuan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif yang menggunakan metode etnografi virtual berupa wawancara virtual dan observasi partisipatif. Hasil penelitian mengungkapkan adanya perkembangan budaya komunitas fans menjadi lebih lokal dan memiliki hierarki sosial. Terdapat pula budaya partisipatoris yang ditunjukkan melalui sharing, kolaborasi, dan koordinasi sebagai bentuk kecerdasan kolektif berbasis internet milik fandom, yang pada gilirannya turut berperan dalam proses pembelajaran sosial baru mengenai budaya komunitas.

An online form of collective intelligence has emerged along the rise of internet, an application that have also been developed by cosmopedia according to their needs. One of these cosmopedia is online fandom or fans community, like "Shinhwa Changjo Indonesia", a fans community that own an online collective intelligence encompassing knowledge of seventeen years and a fandom culture of information management that no other K-Pop fandom showcased. This study aims to discover how fandom culture affect the formation of online collective intelligence, and the form that fandom as cosmopedia created. This research is a qualitative research with interpretativ paradigm, utilizing virtual ethnography in the form of virtual interview and participatory observation. This study found that fandom culture evolved into a more localized one with a social hierarchy. The participatory culture was also found, shown through sharing, collaboration, and coordination as the form of fandom's online collective intelligence, which later on take part in the new social learning about community's culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S59387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melodya Apriliana
"Penelitian etnografi ini bertujuan untuk menganalisis respons masyarakat Pulau Gili, Bawean, terhadap rencana masuknya proyek infrastruktur listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Meski proyek tersebut pada faktanya tidak riil (fiksi), masyarakat membangun narasi tentang rencana proyek tersebut sebagai sebuah kenyataan. Respons masyarakat ini perlu dipahami dengan melihat relasi sosial yang terbentuk di antara mereka dan sejarah konflik yang ada. Lewat proyek PLN yang fiksi, kita dapat mengungkapkan fragmentasi yang terjadi dalam masyarakat Gili akibat adanya perbedaan agensi dan sejarah konflik masa lalu yang terekam dalam memori kolektif. Studi kasus ini menunjukkan bahwa masyarakat memaknai kehadiran listrik dari negara sebagai hal yang dapat membebaskan mereka dari keterikatan sosial terhadap sejumlah tokoh yang mereka anggap merugikan. Keinginan kuat masyarakat untuk mendapatkan listrik agar terbebas dari jeratan hubungan sosial yang tidak diinginkan berkontribusi pada munculnya konstruksi sosial yang membayangkan proyek PLN yang fiksi sebagai sebuah realitas. Dari kasus ini, kita dapat belajar bahwa proyek infrastruktur bukanlah sebuah objek fisik belaka, tetapi juga sesuatu yang dapat menciptakan imajinasi dan harapan tertentu bagi masyarakat, serta terkadang membuka kembali luka lama sejarah konflik yang dikenang oleh masyarakat secara kolektif.

This ethnographic research aims to analyze the response of the people of Gili Island, Bawean, towards the presence of an electricity infrastructure project from Perusahaan Listrik Negara (PLN or state electricity company). While the project itself is in fact unreal (fictional), Gili people develop the narrative of the project plan as a reality. The response needs to be understood by looking at the social relations formed between them and the history of the existing conflicts. Through the fictional PLN project, we can uncover the social fragmentation which occurs due to differences in social agencies and the history of the past conflicts that are recorded in their collective memory. This case study shows that society interprets the presence of electricity from the state as something that can liberate them from social attachment to figures which they consider detrimental. The community's strong desire to access electricity to be free from unwanted social relations has contributed to the emergence of social construction that imagines the fictional PLN project as something real. From this case, we can conclude that an infrastructure project is not a mere physical object, but also something that can generate a certain imagination and hope in the community, and sometimes reopen old wounds of the history of the past conflicts that are collectively remembered by the people."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iron Fajrul Aslami
"Tindak kekerasan kolektif setiap tahunnya terus saja bertambah secara kuantitas di seluruh Indonesia, dan khususnya di Provinsi Banten. Kekerasan kolektif baik yang merupakan kejahatan murni ataupun kekerasan kolektif sebagai reaksi sosial (memperoleh legitimasi dari masyarakat) di Provinsi Banten, tetap saja menimbulkan kerugian yang serius bagi masyarakat Banten itu sendiri. Pengaruh faktor budaya, ekonomi dan lemahnya penegakan hukum menjadi pemicu kekerasan yang dilakukan secara kolektif. Permasalahan utama dalam penulisan tesis ini adalah bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap para pelaku kekerasan kolektif, baik sebagai individu atau kolektif. Hal tersebut berkaitan dengan bentuk kolektivitas massa sebagai pelaku, apakah yang jelas siapa pemimpinnya dan dapat dihitung atau massa yang muncul dengan spontanitas. Penelitian ini berbentuk deskriptif analistis. Metode penulisan tesis ini dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu menganalisis permasalahan dari sudut pandang atau menurut ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku sekarang dan dikaitkan dengan data empiris (kenyataan di lapangan). Peneliti menggunakan data sekunder dengan alat pengumpul data berupa studi kepustakaan dan data primer melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap penyidik, penuntut umum, advokat, hakim dan masyarakat. Salah satu kendala yang dihadapi ialah karena dalam hukum positif saat ini tidak mengatur secara khusus kejahatan kolektif. Meskipun demikian tidak berarti bahwa KUHP maupun Hukum Pidana di luar KUHP tidak dapat diterapkan terhadap kasus kekerasan kolektif. Berbagai ketentuan yang dapat diterapkan misalnya adalah Pasal 170 KUHP, Pasal Penyertaan (Deelneming) dan juga aturan lainnya yang menyangkut tindakan kekerasan di depan umum. Dengan memperhatikan keadaan dengan penyesuaian yang tepat, ketentuan yang ada dapat diterapkan maksimal. Untuk mengantisipasi tindakan kekerasan kolektif, perlu dilakukan perumusan dalam Konsep KUHP Baru yang mengatur masalah perbuatan kekerasan kolektif secara khusus. Formulasi melalui RUU KUHP dengan melihat perkembangan kejahatan kekerasan dalam masyarakat; eksistensi peraturan perundang-undangan hukum pidana yang berkaitan dengan kejahatan kekerasan kolektif dan praktik penerapannya; kebijakan pengaturan kejahatan kekerasan kolektif di berbagai negara dan pandangan atau harapan masyarakat sehubungan dengan kekerasan kolektif.

Collective violence each year continues increasing in quantity throughout Indonesia, and especially in Banten Province. Collective violence in which as a purely criminal or collective violence as a social reaction (gain legitimacy from the public) in Banten Province, is still causing serious losses for Banten society itself. The influence of cultural, economic and weak of law enforcement stimulate the violence collective occurrence. The main problem in the writing of this thesis is about positive Indonesian criminal law responsibility in collective violence. This research is descriptive analytical form. The method of this thesis using a normative juridical approach, namely to analyze the problem from the viewpoint of or in accordance with applicable laws and regulations now and is associated with empirical data (reality on the ground). Researchers used secondary data with the data collection tool in the form of literature studies and primary data through in-depth interviews using interview guidelines to Police investigators, Prosecutors, Lawyers, Judges and the public. One of the obstacles encountered is that the current positive law does not specifically regulate collective crime. Although this does not mean that the Criminal Code and Special Criminal Act is not applicable to cases of collective violence. Various provisions that can be applied for example is Article 170 of the Criminal Code In Indonesian law, Article Complicity (Deelneming) and also other rules relating to acts of violence in public. By considering the circumstances with appropriate adjustments, the existing provisions applicable maximum. To anticipate the actions of collective violence in forward time, need to be formulated in the concept of the New Penal Code or by entering a new provision the issue of collective acts of violence in particular. Through the draft Penal Code formulation by looking at the development of violent crime in society; the existence of legislation relating to criminal law crime of collective violence and its implementation practices; policy setting collective violent crime in various countries and the views or expectations of society in relation to collective violence."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T30537
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>