Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50321 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Bustanuddin
"Masyarakat Serawai Bengkulu memiliki tradisi pertunjukan seni dendang yang dipertunjukkan pada upacara adat nundang padi, upacara bimbang adat, dan upacara akikah anak. Pertunjukan seni dendang merupakan kombinasi pertunjukan tuturan, tarian yang iringi alat musik rebana, biola, dan serunai. Pertunjukan seni dendang ini sebagai pertunjukan adat yang ditampilkan oleh sekelompok laki-laki di atas pengujung. Disertasi ini berupaya mengungkapkan pemertahanan ekosistem budaya masyarakat Serawai melalui pertunjukan seni dendang sebagai representasi majelis adat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan sejarah, etnografi, dan antropologi dengan konsep-konsep tradisi lisan. Hasil dan temuan mengungkapkan pertunjukan seni dendang Serawai diinterpretasikan majelis adat yang berkaitan dengan adat budaya lamo yang diwariskan turun-temurun. Pertunjukan seni dendang sebagai pembuka adat dalam ekosistem budaya Serawai yakni upacara adat nundang padi, upacara bimbang adat, dan upacara akikah anak. Penelitian ini menemukan bahwa struktur pertunjukan seni dendang memiliki kebaruan setiap pertunjukannya dengan pola yang tersimpan dalam memori pemain dendang. Sistem pengelolaan dahulunya mengandalkan masyarakat desa beralih pada unsi. Komponen-komponen dalam pertunjukan seni dendang menjadi jaringan adat dalam pemertahanan ekosistem budaya Serawai. Pertunjukan seni dendang merepresentasikan adat pinjam pakai caro dahulu yang masih dipertahankan masyarakat Serawai.

The Serawai Bengkulu community has a tradition of performing seni dendang, which is performed at the nundang padi ceremony, the bimbang adat ceremony, and the aqiqah ceremony. The performance of seni dendang is a combination of speech performances and dances accompanied by tambourine, violin, and trumpet musical instruments. This performance of seni dendang is a traditional performance performed by a group of men at the pengujung. This dissertation seeks to reveal the maintenance of the cultural ecosystem of the Serawai community through the performance of seni dendang as a representation of the traditional assembly. This research uses qualitative research methods through historical, ethnographic, and anthropological approaches to the concepts of oral tradition. The results and findings reveal that the performance of seni dendang Serawai was interpreted by the traditional assembly as relating to the traditional budaya lamo, which has been passed down from generation to generation. The performance of seni dendang is an opening for customs in the Serawai cultural ecosystem, namely the traditional nundang padi ceremony, the traditional bimbang ceremony, and the aqiqah ceremony. This research found that the structure of the performance of seni dendang is novel in each performance, with patterns stored in the memory of the singing performer. The management system that previously relied on village communities has shifted to unsi. The components of the performance of seni dendang form a traditional network for maintaining the Serawai cultural ecosystem. The performance of seni dendang represents the adat pinjam pakai caro dahulu, which is still maintained by the Serawai people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seoul: Korea Foundation, 1994
R KOR 781.629 KOR III (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
A. Sulkarnaen
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai perubahan tradisi Royong Makassar. Penelitian ini bertujuan membahas proses perubahan tradisi royong, menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan, dan untuk mengetahui kesinambungan (pewarisan) tradisi royong. Sumber data diperoleh dari data lapangan dan studi pustaka.
Landasan pemikiran yang digunakan adalah konsep the circuit of cultures. Kerangka teori yang digunakan adalah eklektik-teori yakni menggunakan beberapa teori dalam penelitian ini.
Landasan metodologi adalah pendekatan royong sebagai tradisi lisan dalam pertunjukannya dan Cultural Studies untuk penelitian perubahan budaya (cultural production research), yaitu pendekatan etnografi dan pendekatan teks dan analisis teks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi adalah perubahan sosial politik royong, yaitu sebagai nyanyian politik dan perubahan sosial budaya royong, dari ritual ke seni pertunjukan. Penelitian ini juga menunjukan beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tradisi. Penelitian ini juga membicarakan proses pewarisan tradisi royong. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T37449
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dega Syamsu Nur Adhiyat
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai rekacipta kesenian Kuntulan di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia, yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Tirto Arum. Pengertian rekacipta yang digunakan merujuk pada Hobsbawn 1987:1 , yakni sebuah upaya untuk memunculkan kembali suatu kesenian dengan wajah dan fungsi yang baru. Gambaran mengenai proses rekacipta yang terjadi pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan wawancara secara mendalam. Proses observasi dilakukan dengan mengamati berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Kesenian Kuntulan Tirto Arum dalam kurun waktu enam bulan, sedangkan wawancara secara mendalam dilakukan kepada dua informan kunci dan beberapa informan pendukung. Secara garis besar, proses rekacipta pada kesenian Kuntulan di Banyuwangi dilakukan agar kesenian Kuntulan dapat tetap bertahan dan diterima masyarakat, walaupun proses rekacipta ini ternyata juga mengakibatkan adanya fungsi kesenian Kuntulan yang awalnya digunakan sebagai media dakwah berubah menjadi fungsi hiburan.

ABSTRACT
This study is a qualitative research with ethnography approach that aims to describe about the reinvention of Kuntulan art in Banyuwangi, East Java, Indonesia, spesifically who conducted by Tirto Arum Kuntulan Art Group. The definition used is referred to Hobsbawn 1987 1 , an attempt to bring back an art with a new face and function. The description of Kuntulan art reinvention in Banyuwangi is obtained by using the method of observation and indepth interview. The observation process was done by observing various activities from Tirto Arum Kuntulan Arts Group within six months, while indepth interviews were conducted to two key informants and some supporting informants. In general, this study suggest that the process of Kuntulan art reinvention is done for get the accepted from society, so Kuntulan art can be survive, although the process of this invention of tradition also resulted in a Kuntulan art function that was originally used as a medium of da 39 wah turned into a function of entertainment."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allisa Meinada
"Keberadaan penyanyi rap Jerman berlatar belakang imigran turut menyukseskan popularitas budaya Hiphop Jerman, khususnya industri musik rap di Jerman. Latar belakang budaya para penyanyi rap Jerman dengan latar belakang imigran yang beragam menciptakan ciri khas tersendiri dalam kancah musik rap di Jerman. Musik rap tidak hanya menjadi medium untuk ekspresi diri tetapi juga untuk menyampaikan pesan-pesan terkait kondisi sosial yang ada. Keberhasilan multikulturalisme di Jerman yang masih menjadi wacana hingga saat ini turut menjadi permasalahan sosial yang kerap kali diangkat sebagai tema musik rap Jerman. Diskriminasi terhadap imigran di Jerman atas perbedaan etnis dan ras sebagai penentu identitas merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada seorang penyanyi rap Jerman-Turki, Eko Fresh. Usahanya dalam mengklarifikasi identitas dirinya sebagai seorang Jerman menimbulkan permasalahan, bahwa ia dihadapkan dengan lingkungan yang tidak memandang dirinya sebagai seorang Jerman. Persoalan identitas yang dialami Eko Fresh sesuai dengan pernyataan Stuart Hall 1996, bahwa identitas seseorang tidak selalu ditentukan oleh hal-hal yang bersifat tetap seperti etnis ras seseorang, melainkan dapat dikonstruksi. Di sisi lain, Eko Fresh menunjukkan atribut-atribut Turki dan Timur Tengah dalam video klip musiknya. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana Eko Fresh membentuk identitasnya dengan menganalisis atribut Turki dan Timur Tengah dalam video klip. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis tekstual dengan pendekatan semiotika. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa latar belakang budaya merupakan sesuatu yang tidak dapat hilang begitu saja dan dapat mempengaruhi identitas yang seseorang miliki. Seseorang dapat memiliki lebih dari satu identitas secara bersamaan. Dengan demikian, identitas Eko Fresh dalam video klip menunjukkan bahwa identitas seseorang tidak bersifat tunggal dan mutlak.

The existence of German rappers with immigrant background has succeed the popularity of German Hip hop culture mdash especially rap music industry mdash in Germany. The cultural background of German rappers with immigrant backgrounds create its own characteristic in the German rap scene. Rap is not only a medium of a self expression but also a medium to convey messages related to the social conditions that happen in a country. The success of multiculturalism in Germany which still remains a discourse until today has also become a social problem that is often used as a theme of German rsquo s rap music. The discrimination towards immigrants based on various ethnic and racial groups in Germany as identity determination is one of the problems that happened to a German rapper with Turkish descent named Eko Fresh. His effort to clarify his identity as a German shows that he is facing the surroundings who don rsquo t see him as a German. The issue of identity that he has experienced is in accordance with Stuart Hall rsquo s 1996 statement that identity is not always defined by something fixed like ethnicity and race, however it is something that can be constructed. On the other hand, Eko Fresh shows Turkish and Middle Easterns attributes in his music video. This thesis is aimed to show how Eko Fresh forms his identity by analyzing the Turkish and Middle Easterns attributes in the music video. The research method that used in this thesis is textual analysis with semiotic approach. Based on this research, it can be concluded that cultural background is not something that can easily disappear and it can influence someones identity. Anyone can have more than one identity at a time. Hence, Eko Freshs identity in the music video shows that identity is not singular and absolute. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI), 1999
R 792.09598 DIR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: IKJ Press, 2017
781.6 BUN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Madulara
Melaka: Majlis Kebudayaan Negeri Melaka dengan kerjasama Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, 2004
781.620 MAD d (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vera V. Syamsi
"Ketika The Beatles mulai dikenal Iuas dan menjadi idola banyak kaum muda di Inggris, kaum mapan di sana mengecamnya dan melarang pemutaran lagu dari kelompok tersebut. Larangan itu terjadi karena kaum mapan merasa adanya ancaman atas otoritas dan wibawa mereka, sementara -sebaliknya- bagi kaum marjinal (dalam hal ini kaum muda dan kelas pekerja) The Beatles merupakan tempat menaruh harapan untuk mendapat kebebasan dan kesempatan yang pada akhirnya adalah perhaikan taraf hidup. Tetapi ternyata sikap `permusuhan' clari kaum mapan itu tidak berlangsung lama dan bahkan pada akhirnya The Beatles di kooptasi dan dipergunakan oleh mereka (dalam hal ini pemerintah) sebagai identitas budaya bangsa tersebut. Selain itu, kelompok musik rock 'n roll itu menimbulkan banyak perubahan dan mengilhami banyak hal Baru tidak saja di Inggris tetapi juga di banyak negara lain di dunia. Karena itu menjadi sangat menarik untuk dianalisa dan diteliti lebih lanjut ideologi apa saja yang berkontestasi dibalik perubahan yang terjadi. Untuk itu penelitian ini dilakukan melalui perspektif kajian budaya dengan pusat perhatian pada momen representasi dan produksi budaya / budaya produksi serta konsumsi. Sedangkan perangkat yang dipergunakan adalah Semiotik yang termuat dalam konsep Mitos yang dikemukakan oleh Roland Barthes.

At the time of its emergence, The Beatles was received with two different reactions; a very enthusiastic and warm welcome by the youth and a very strong objection by parents, teachers and government. The Beatles brought to the surface many things that people didn't realize before and caused many changes. To the youth, it symbolizes freedom, an outlet of expression, a time to be the center of the attention; to the working class people The Beatles was a hope for the eradication of the invisible restriction wrapping them (known as class division) and a medium to go to the higher plane in the society; and to the Establishment The Beatles was an alarm of threat to the power and authority they possessed. With so many interests and ideologies took part behind the sky rocketing popularity of the band, it is very interesting to observe further the phenomenon which later involved many people in the United Kingdom and also the world. More interestingly, the attitudes first showed by the elite group of people called the Establishment has eventually changed. Not only did they accept the group but also now they co-opt the group as nation's cultural identity. Clearly there has been a big change in the society, and this thesis would like to investigate the contesting ideologies behind the change and the circumstance in Britain's present society through cultural studies approach with the focus on moments of Representation and Production / Consumption using Semiotics theory in the concept of Mythology set forward by Roland Barthes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Cinthya Gani
"Menjadi suatu keunikan bagi bangsa Indonesia sendiri, alat musik yang beragam saat dimainkan dapat terdengar baik oleh pengunjung tanpa harus menambahkan alat akustik. Elemen apa saja yang dapat mempengaruhi sehingga musik tradisional Indonesia dapat menghasilkan suatu pertunjukkan yang baik, apakah dari tata letak alat tersebut, ataukah ada elemen lain yang mendukung.
Kajian secara langsung tentang akustik pada penelitian ini yaitu membandingkan tata letak panggung pertunjukkan dengan jenis musik yang dimainkan dalam pertunjukan tersebut. Jenis tata letak pertunjukkan berdasarkan sejarah pertunjukkan musik tradisional Indonesia yang sering kali ditampilkan pada kegiatan adat tersebut.
Pengukuran kenyamanan terhadap elemen akustik tidak berdasarkan dari subyek (pendengar) melainkan lebih ditekankan dari obyektifnya. Perhitungan dan pengkajian yang dilakukan tidak hanya berdasarkan reveberation time (RT) melainkan berdasarkan response impulse (tiap titik dari tempat duduk pengunjung). Dengan menghitung response impulse maka dapat dilihat seberapa besar gelombang suara yang sampai pada pendengar dibandingkan dengan gelombang suara yang dihasilkan dengan dari sumber suara. Metode untuk penyelesaian penelitian ini menggunakan sofware akustik yang disebut CATT-Acoustic. Dengan simulasi tersebut kita dapat mengetahui tata letak yang optimal bagi pertunjukkan musik tradisional di Indonesia.

Become a uniqueness for the Indonesian traditional music, diverse musical instrument can sound good when played by the visitors without having to add an acoustic instrument. What kind of element that can affect traditional music of Indonesia can produce a good performance, whether from the layout of stage, or whether there are other elements that support.
Studies about acoustics in this research is to compare the layout of the stage performances with the type of music played in the show. This type of layout based on the historical performance of Indonesian traditional music performances that are often displayed on the customary activities.
Measurement of acoustic comfort against the elements not on the basis of the subjects (listeners), but with more emphasis than objectives. Calculations and assessments are conducted not only by reverberation time (RT) but by the impulse response (each point of the booth visitors). By calculating the impulse response can then be seen how big the sound waves to the listener than the sound waves generated by the sound source. Methods for completion of this research using acoustic software called CATT-Acoustic. With this simulation we can find the optimal layout for performances of traditional music in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30151
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>