Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melati Lestari Negari
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan salah satu pelayanan farmasi klinik yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Pneumonia komunitas kondisi dimana terjadi peradangan akut pada parenkim paru yang didapat di masyarakat, menjadi penyebab kematian nomor delapan dan penyebab kematian pertama di antara penyebab kematian akibat infeksi. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kasus TB di Indonesia sendiri berada pada posisi ke-2 dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia. Drugs Related Problems (DRP) adalah masalah pada efektivitas pengobatan dan keamanan pengobatan. Metode PTO ini dilakukan secara prospektif selama 1 minggu pada kasus pasien yang dipilihkan oleh apoteker. Pengumpulan data pasien dengan cara pengkajian awal melalui rekam medik, profil pengobatan dan catatan penggunaan obat melalui kardeks, Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) serta hasil pemeriksaan penunjang. Selanjutnya, melakukan identifikasi DRP. Kemudian melakukan diskusi dengan apoteker lahan tentang DRP yang ditemukan dan memberikan rekomendasi pengobatan kepada apoteker lahan yang kemudian disampaikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dan melakukan pemantauan terhadap rekomendasi pengobatan. Hasil PTO yang dilakukan selama 1 minggu, Pasien Tn. FL masih dirawat di ruang PSK lantai 2, Kondisi Pasien yaitu kesadaran compos mentis, NGT, Dower Catheter, nasal kanul. Ditemukan Masalah Terkait Obat (MTO) yaitu adanya interaksi obat, Waktu pemberian obat atau interval dosis tidak tepat, Gejala atau indikasi yang tidak diobati, Duplikasi bahan aktif, dan Durasi pengobatan yang terlalu lama. Rekomendasi dan intervensi diajukan kepada apoteker lahan, serta terdapat rekomendasi yang diimplementasikan sepenuhnya dan diimplementasikan sebagian.

Therapy Drug Monitoring (TDM) is one of the clinical pharmacy services that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. Community-acquired pneumonia is a condition in which there is acute inflammation of the lung parenchyma in the community. It is the eighth leading cause of death and the first leading cause of death among infectious causes of death. Tuberculosis is a direct infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. TB cases in Indonesia alone are in the 2nd position with the highest number of TB patients in the world. Drugs Related Problems (DRP) are problems with treatment effectiveness and treatment safety. This TDM method was conducted prospectively for 1 week on patient cases selected by the pharmacist. Collecting patient data by means of initial assessment through medical records, treatment profiles and drug use records through cardeks, Integrated Patient Progress Notes and supporting examination results. Next, identify DRP. Then conduct a discussion with the land pharmacist about the DRP found and provide treatment recommendations to the land pharmacist which are then submitted to the Doctor in Charge of the Patient and monitor the treatment recommendations. The results of TDM carried out for 1 week, Mr. FL is still being treated in the PSK room on the 2nd floor, the patient's condition is compos mentis consciousness, NGT, Dower Catheter, nasal cannula. Drug Related Problems (DRP) were found, namely drug interactions, improper drug administration time or dosage interval, untreated symptoms or indications, duplication of active ingredients, and too long treatment duration. Recommendations and interventions were submitted to the land pharmacist, and there were recommendations that were fully implemented and partially implemented.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Guesvidha Nurhidayat As Putera
"Apoteker bertanggung jawab dalam memantau keamanan penggunaan obat di Puskesmas. Salah satu hal yang perlu dipantau adalah pasien dengan penyakit tidak menular (PTM). Penyakit ini tidak mudah menular dari orang ke orang dan seringkali berhubungan dengan faktor gaya hidup dan lingkungan. Beberapa contoh penyakit tidak menular yang umum meliputi penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit ginjal. Pemantauan obat pada pasien PTM sangat penting dalam pengelolaan penyakit pasien, hal ini terkait oleh efektifitas pengobatan, pengelolaan efek samping, kepatuhan penggunaan obat, pemantauan interaksi obat dan pemantauan kepatuhan gaya hidup. Metode pelaksanaan dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan penelusuran data. Data yang digunakan merupakan data rekam medik pasien poli PTM periode November 2022 – Desember 2022.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah terjadi interaksi obat yang diterima oleh pasien poli PTM (Penyakit Tidak Menular) yang berfokus pada pasien lanjut usia atau geriatri (≥60th). Didapatkan distribusi usia pada pasien yang masuk kriteria inklusi beragam, dimana jumlah pasien yang paling banyak berada di rentang 60-64 tahun sebesar (45,23%). pasien yang menerima obat sebanyak 3-4 macam berjumlah 23 pasien (54,76%), 5-7 macam berjumlah 17 pasien (40,47%) dan 8-10 macam berjumlah 2 pasen (4,76%). pasien yang mengalami interaksi obat sebanyak 20 orang (47,61%). Berdasarkan signifikasi interaksi obat atau tingkat keparahan interaksi mayor berjumlah 3 pasien (15%) dan interaksi moderat berjumlah 17 pasien (85%). Interaksi yang terjadi antara amlodipin dan simvastatin tidak dimasukkan kedalam kategori dikarenakan pada waktu pemberian jeda waktu sudah tepat, selain itu interaksi minor juga tidak dimasukkan kedalam kategori karena dianggap tidak berbahaya bagi pasien. potensi kejadian interaksi obat pada pasien lansia poli PTM di puskesmas kecamatan kalideres periode bulan November 2022 sampai Desember 2022 yang diambil dengan metode sampling random didapatkan sebanyak 20 pasien mengalami interaksi (74,61%) sedangkan 22 pasien tidak mengalami interaksi (52,38%) atau hanya mendapatkan interaksi minor. Berdasarkan persentase signifikasi klinis, didapatkan interaksi mayor berjumlah 3 pasien (15%) (diluar interaksi antara amlodiphine+simvastatin) dan interaksi moderat berjumlah 17 pasien (85%). Pasien dengan interaksi minor tidak dimasukkan kedalam kategori dikarenakan dianggap tidak memiliki bahaya yang signifikan terhadap pasien.

Pharmacists are responsible for monitoring the safety of drug use at the Community Health Center. One of the things that needs to be monitored is patients with noncommunicable diseases (NCDs). This disease is not easily transmitted from person to person and is often related to lifestyle and environmental factors. Some examples of common non-communicable diseases include heart disease, stroke, diabetes, and kidney disease. Drug monitoring in NCD patients is very important in managing the patient's disease, this is related to the effectiveness of treatment, managing side effects, compliance with drug use, monitoring drug interactions and monitoring lifestyle compliance. The implementation method was carried out descriptively qualitatively by tracing data. The data used is medical record data from NCD polyclinic patients for the period November 2022 – December 2022. This research aims to find out overall whether there are drug interactions received by NCD (Non-Communicable Disease) polyclinic patients which focus on elderly or geriatric patients (≥60 years old). ). It was found that the age distribution of patients who met the inclusion criteria varied, with the largest number of patients being in the 60-64 year range (45.23%). There were 23 patients who received 3-4 kinds of medication (54.76%), 17 patients (40.47%) with 5- 7 kinds and 2 patients (4.76%) with 8-10 kinds. There were 20 patients who experienced drug interactions (47.61%). Based on the significance of drug interactions or the severity of major interactions, there were 3 patients (15%) and moderate interactions, there were 17 patients (85%). The interactions that occurred between amlodipine and simvastatin were not included in the category because the time interval for administration was appropriate, apart from that, minor interactions were also not included in the category because they were considered not dangerous for the patient. The potential for drug interactions in elderly patients with PTM polyclinics at the Kalideres sub-district health center for the period November 2022 to December 2022, taken using a random sampling method, found that 20 patients experienced interactions (74.61%) while 22 patients did not experience interactions (52.38%) or only get minor interactions. Based on the percentage of clinical significance, major interactions were found in (15%) (excluding the interaction between amlodiphine+simvastatin) and moderate interactions in 17 patients (85%). Patients with minor interactions are not included in the category because they are not considered to pose a significant danger to the patient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Felix Leonard A.M
"Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit menyatakan bahwa salah satu contoh pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit adalah Pemantauan Terapi Obat. Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, calon Apoteker memperoleh kesempatan untuk melakukan PTO pada pasien TBC. Tugas khusus ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman calon Apoteker mengenai pelaksanaan dan pembuatan laporan PTO pada pasien TBC. Kegiatan PTO dilakukan secara retrospektif pada salah satu pasien di Ruang Lily Gedung A. Kajian ini menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien dan hasil laboratorium. Pemantauan terapi obat pada pasien TBC dapat dilakukan dan dapat diidentifikasi masalah terkait obat, yaitu semua obat yang diberikan kepada pasien telah tepat indikasi dan tepat dosis. Terdapat beberapa obat yang memiliki interaksi, sehingga direkomendasikan agar penggunaan obat-obatan yang memiliki interaksi tersebut dipisah dan dilakukan pemantauan terapi.

Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 72 of 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards in Hospitals states that one example of clinical pharmacy services in hospitals is Drug Therapy Monitoring. Drug Therapy Monitoring (PTO) is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. The goal of PTO is to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of Adverse Drug Reactions (ROTD). In this Pharmacist Professional Work Practice (PKPA), prospective pharmacists have the opportunity to carry out PTO on TB patients. This special assignment aims to increase the understanding of prospective pharmacists regarding the implementation and preparation of PTO reports for TB patients. PTO activities were carried out retrospectively on one of the patients in the Lily Room, Building A. This study used secondary data in the form of patient medical records and laboratory results. Monitoring drug therapy in TB patients can be carried out and drug-related problems can be identified, namely that all drugs given to patients have the correct indications and the correct dosage. There are several drugs that have interactions, so it is recommended that the use of drugs that have interactions be separated and therapy monitored.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Ratna Shabrina
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah kegiatan yang memastikan pengobatan yang diberikan kepada pasien efektif, aman, dan rasional. Pemantauan terapi obat bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), meminimalkan biaya pengobatan dan menghormati pilihan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis drug related problems (DRPs) yang terjadi pada pengobatan pasien dan memberikan rekomendasi tindak lanjut menggunakan metode SOAP. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi langsung, pengambilan data, dan studi literatur. Kesimpulan Drug Related Problems (DRPs) yang ditemukan pada pasien Tn. BJP adalah Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) dan interaksi obat. ROTD yang dialami pasien adalah hipokalemia yang dapat disebabkan karena penggunaan diuretik (furosemide dan spironolactone) yang berkepanjangan sehingga menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit pada pasien. Terdapat tiga obat yang memiliki resiko interaksi obat, yaitu: Spironolactone + Valsartan (Kategori interaksi: major); Phenytoin + Amlodipine (Kategori interaksi: major); dan Aspirin + Clopidogrel (Kategori interaksi: moderate).

Monitoring (PTO) is an activity that ensures the treatment given to patients is effective, safe, and rational. Drug therapy monitoring aims to improve the effectiveness of therapy and minimize the risk of Unwanted Drug Reactions (ROTs), minimize treatment costs and respect patient choice. The purpose of this study is to analyze drug related problems (DRPs) that occur in the treatment of patients and provide follow-up recommendations using the SOAP method. The data collection method used in this study is by direct observation, data collection, and literature study. Conclusion Drug Related Problems (DRPs) found in Mr. BJP's patients are Unwanted Drug Reactions (ROTDs) and drug interactions. The ROTD experienced by patients is hypokalemia which can be caused due to prolonged use of diuretics (furosemide and spironolactone) that causes electrolyte imbalance in the patient. There are three drugs that have a risk of drug interactions, namely: Spironolactone + Valsartan (Interaction category: major); Phenytoin + Amlodipine (Interaction category: major); and Aspirin + Clopidogrel (Interaction category: moderate).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Salma Mutmainah
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan kegiatan kritis yang dilakukan oleh Apoteker untuk memastikan keamanan, efektivitas, dan rasionalitas terapi obat bagi pasien. PTO berperan dalam meningkatkan efektivitas terapi pasien serta mengurangi risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) (Kemenkes, 2016). Di RSUD Tarakan, PTO dilakukan pada pasien Tn. S dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) dan Tuberkulosis (TB) Paru, dua kondisi medis yang kompleks. AIHA jarang terjadi dan ditandai oleh hemolisis akibat autoantibodi, sementara TB Paru merupakan penyakit menular kronis yang dapat mempengaruhi sistem hematologi. Berdasarkan hasil PTO, pengobatan pasien Tn. S terbukti sesuai dengan indikasi penyakitnya dengan identifikasi satu Masalah Terkait Obat (MTO), yaitu interaksi obat dengan kontraindikasi sedang. Analisis dilakukan dengan metode SOAP untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut yang sesuai.

Drug Therapy Monitoring (DTM) is a critical activity conducted by Pharmacists to ensure the safety, effectiveness, and rationality of drug therapy for patients. DTM plays a role in improving patient therapy effectiveness and reducing the risk of Adverse Drug Reactions (ADRs) (Ministry of Health, 2016). At Tarakan Regional General Hospital (RSUD Tarakan), DTM was performed on Mr. S, diagnosed with Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) and Pulmonary Tuberculosis (TB), two complex medical conditions. AIHA, characterized by rare hemolysis due to autoantibodies, and Pulmonary TB, a chronic infectious disease affecting the hematologic system. Based on the DTM results, Mr. S's treatment was found appropriate for his conditions, with identification of one Drug-Related Problem (DRP), namely a moderate contraindication drug interaction. Analysis was conducted using the SOAP method to provide appropriate follow-up recommendations.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhona Irani
"Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Teknis Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan kegiatan yang meliputi pemastian terapi pengobatan yang efektif, aman, dan rasional bagi pasien dan pencegahan terhadap kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang dilakukan oleh Apoteker di rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan untuk pengobatan kasus penyakit yang memerlukan perhatian khusus dengan mengevaluasi masalah terkait obat. Stenosis mitral, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium dan insufisiensi trikuspid dengan komplikasi aki serta peningkatan transaminase merupakan salah satu kasus penyakit di RSUD Tarakan Jakarta. Metode analisis pemantauan terapi obat menggunakan kombinasi PCNE dan Hepler-Strand. Berdasarkan hasil analisis, masalah terkait obat yang diidentifikasi yaitu interaksi obat, efek samping, dan dosis obat berlebih. Masalah terkait obat yang muncul dapat direkomendasikan penyelesaian berupa pemberian obat yang sesuai, pemantauan efek terapi obat melalui hasil laboratorium dan gejala yang ditimbulkan, pemberian jeda konsumsi obat, dan penyesuaian dosis sesuai tatalaksana dan kondisi pasien.

In the Regulation of the Minister of Health Number 72 of 2016 concerning Technical Standards for Pharmaceutical Services in Hospitals, Drug Therapy Monitoring is an activity that includes ensuring effective, safe and rational medication therapy for patients and prevention of unwanted drug reaction performed by pharmacists in hospitals. This activity is carried out for the treatment of disease cases that require special attention by evaluating drug-related problems. Mitral stenosis, congestive heart failure, atrial fibrillation and tricuspid insufficiency with battery complications and increased transaminases are one of the cases of disease in Tarakan Hospital, Jakarta. The analytical method for monitoring drug therapy uses a combination of PCNE and Hepler-Strand. Based on the results of the analysis, drug-related problems were identified, namely drug interactions, side effects, and drug overdosage. Drug-related problems that arise can be recommended for solutions in the form of administering appropriate drugs, monitoring the effects of drug therapy through laboratory results and the symptoms caused, giving pauses in drug consumption, and adjusting doses according to the management and condition of the patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Adinda Rahmania
"Pelayanan kefarmasian oleh seorang apoteker yang beriorientasi pada pasien di rumah sakit lebih dikhususkan pada pemberian pelayanan farmasi klink dengan tujuan untuk meminimalkan terjadinya permasalahan terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs). Salah satu kegiatan pelayanan farmasi klinis yang tertuang dalam PMK No. 72 Tahun 2016, yaitu Pemantauan Terapi Obat (PTO). Kegiatan PTO mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak diinginkan, serta rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melakukan kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) pada pasien rawat inap di RSUD Tarakan selama 29 September – 24 Oktober 2023. Metode penelitian dengan observasi dan studi literatur, kegiatan observasi dilakukan dalam bentuk visite kepada pasien, kemudian pengambilan data dilakukan berdasarkan data rekam medis pasien, pemantauan terapi yang diberikan dari awal masuk RS hingga obat pulang, catatan perkembangan pasien, dan hasil laboratorium. Hasil penelitian yang diperoleh Pemilihan terapi tidak tepat yaitu pada pemberian cetirizine, tidak tepat dosis yaitu pada pemberian terapi rifampisin dosis yang diberikan kurang dan sucralfate diberikan dengan dosis yang lebih, dan potensi interaksi obat yaitu pada ceftriaxone dan ca glukonat, bicnat dan rifampisin, bicnat dan isoniazid. RSUD Tarakan sudah menerapkan pelayanan farmasi klinis sesuai dengan Peraturan Meteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 dengan baik dan tepat.
Pharmaceutical services provided by a patient-oriented pharmacist in hospitals are specifically aimed at delivering clinical pharmacy services with the goal of minimizing Drug Related Problems (DRPs). One of the clinical pharmacy activities outlined in Regulation No. 72 of 2016 is Drug Therapy Monitoring (DTM). DTM activities include assessing drug selection, dosage, administration methods, therapy response, adverse drug reactions, and recommendations for therapy changes or alternatives. This research aims to conduct Drug Therapy Monitoring (DTM) activities for inpatients at Tarakan Regional General Hospital from September 29 to October 24, 2023. The research method involves observation and literature review. Observation activities consist of patient visits, followed by data collection based on patient medical records, monitoring therapy from admission to discharge, patient progress notes, and laboratory results. The research findings indicate inappropriate therapy selection, such as the administration of cetirizine, incorrect dosages, such as under-dosing rifampicin and over-dosing sucralfate, and potential drug interactions involving ceftriaxone with calcium gluconate, bicarbonate with rifampicin, and bicarbonate with isoniazid. Tarakan Regional General Hospital has effectively implemented clinical pharmacy services in accordance with Regulation No. 72 of 2016."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien dengan cara pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Penelitian dilakukan di RSUD Tarakan Jakarta pada bulan Agustus 2023 dengan menggunakan metode studi deskriptif non-analitik. Data penelitian diambil dengan metode purposive sampling dari data rekam medis. Data dianalisis secara univariat dengan menganalisa profil pengobatan pasien sesuai dengan DRPs kemudian disajikan dalam bentuk persentase yang memuat tabel, angka, dan narasi. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan pemantauan terapi obat pada pasien dengan gangrene, anemia gravis, hipertensi, dan diabetes melitus. Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap pemantauan terapi obat pada pasien, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terapi pengobatan yang diterima oleh pasien cukup rasional. Namun, pemberian insulin yang terlalu tinggi perlu dipertimbangkan untuk diturunkan karena terjadi efek samping hipoglikemia

Therapeutic Drug Monitoring (TDM) is a process aimed at ensuring safe, effective, and rational drug therapy for patients by assessing drug selection, dosage, drug administration method, therapy response, adverse drug reactions (ADRs), and providing recommendations for changes or alternative therapy. This research was conducted at Tarakan Jakarta Regional General Hospital in August 2023 using a non-analytical descriptive study method. Research data were collected using purposive sampling method from medical record data. The data were analyzed univariately by analyzing the patient's medication profile according to Drug Related Problems (DRPs) then presented in the form of percentages containing tables, figures, and narratives. This study aims to conduct medication therapy monitoring in patients with gangrene, myasthenia gravis, hypertension, and diabetes mellitus. From the analysis of therapeutic drug monitoring in patients, it was concluded that the medication therapy received by the patients was quite rational. However, the administration of excessive insulin doses needs to be considered for reduction due to the occurrence of hypoglycemia side effects.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fionna Christie Emmanuela
"Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, peresepan obat menggunakan kombinasi beberapa jenis terapi hingga polifarmasi yang rasional sangat umum terjadi dan seringkali dibutuhkan dalam perawatan pasien di rumah sakit, khususnya pada pasien geriatri atau pada pasien dengan multidiagnosa. Namun, penggunaan kombinasi beberapa jenis terapi dalam jangka panjang atau penggunaan obat yang tidak rasional mungkin saja menyebabkan Acute kidney injury (AKI) atau gangguan ginjal akut. Maka dari itu, peran farmasis dalam ruang lingkup rumah sakit, khususnya dalam pelayanan rawat inap sangat diperlukan. Pada laporan ini akan dibahas mengenai peran apoteker dalam melaksanakan telaah informasi obat yang berpotensi menyebabkan Drug Induced AKI (DI-AKI), serta pemantauan terapi obat (PTO) di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode bulan Maret tahun 2023. Berdasarkan literatur, beberapa golongan obat dapat memicu AKI, yaitu antibiotik (khususnya golongan aminoglikosida), antifungal, antiviral, kemoterapi, analgesik (khususnya golongan NSAID), antimaniac, calcineurin inhibitor, bifosonat, antidiabetes, antihipertensi, dan golongan lain misalnya proton pump inhibitor (PPI), dan diuretik. Penggunaan beberapa obat tersebut secara bersamaan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya DI-AKI. Berdasarkan hasil PTO, dugaan DI-AKI pada pasien dapat disebabkan oleh efek samping penggunaan ramipril (golongan ACEI). Namun, hal ini perlu dikonfirmasi kembali menggunakan Algoritma Naranjo.

In the process of providing healthcare services, prescribing drugs using combinations of various therapies up to rational polypharmacy is a common occurrence and often necessary in-patient care at hospitals, especially for geriatric patients or those with multiple diagnoses. However, the prolonged use of a combination of therapies or irrational drug use can potentially lead to Acute Kidney Injury (AKI) or acute kidney dysfunction. Hence, the role of pharmacists within the hospital setting, particularly in inpatient care, is crucial. This report will discuss the role of pharmacists in conducting reviews of drug information that may potentially lead to Drug-Induced AKI (DI-AKI), as well as Drug Therapy Monitoring at the Universitas Indonesia Hospital on March 2023. Based on literature, several classes of drugs can induce AKI, including antibiotics (especially aminoglycosides), antifungals, antivirals, chemotherapy, analgesics (particularly NSAIDs), antimaniacs, calcineurin inhibitors, bisphosphonates, antidiabetic medications, antihypertensives, and other groups such as proton pump inhibitors (PPIs) and diuretics. Concurrent use of some of these drugs can increase the risk of DI-AKI. Based on the Drug Therapy Monitoring results, the suspicion of DI-AKI in patients could be attributed to the side effects of using ramipril (an ACE inhibitor). However, this needs to be confirmed using the Naranjo Algorithm."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Firly Nur Fadlila
"Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa seluruh obat yang beredar di masyarakat memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu pada masa pasca pemasaran. Salah satu bentuk upaya pemantauan keamanan adalah dengan cara Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Kegiatan MESO di Puskesmas Kecamatan Ciracas sebelumnya dilakukan secara manual dengan menuliskan kejadian ESO pada buku secara tertulis. Pemantauan MESO selanjutnya dilakukan secara elektronik menggunakan sistem pelaporan e-MESO BPOM yang dilakukan dengan cara mengunggah template microsoft excel pada laman e-meso.pom.go.id. Pengisian data MESO yang ditemukan disesuaikan dengan formulir pelaporan ESO dengan media google form. Kejadian ESO yang ditemukan pada bulan April 2023 adalah nihil sehingga dilakukan pelaporan dengan nihil kejadian.

Indonesian Food and Drug Authority is an institution that has the responsibility to ensure that all drugs circulating in the community meet the requirements for safety, efficacy, and quality in the post-marketing period. One form of safety monitoring efforts is by adverse drug reaction monitoring (ADR Monitoring). ADR monitoring activities at the Ciracas Public Health Center were previously carried out manually by writing down ADR events in a written book. ADR monitoring is then carried out electronically using the BPOM e-MESO reporting system which is carried out by uploading Microsoft Excel templates on the e-meso.pom.go.id page. The MESO data that has been found filled out to microsoft excel is adjusted to the ARD report form using google form. The ADR events found in April 2023 are nil so zero incidents are reported."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>