Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juni Astuti
"Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan promotif, kuratif, preventif, dan rehabilitatif. Pelayanan kefarmasian di puskesmas mencakup pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP). Kehadiran apoteker di puskesmas sangat penting untuk meningkatkan mutu dari pelayanan kefarmasian. Penelitian menunjukkan beberapa puskesmas belum memiliki apoteker, sehingga pelayanan farmasi tidak sesuai. Pengelolaan bahan medis habis pakai yang tidak sesuai akan mengakibatkan banyaknya barang yang kadaluwarsa dan tumpang tindih anggaran.  Penelitian ini akan mengevaluasi pengelolaan BMHP di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dan evaluasi. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan observasi dan wawancara terhadap apoteker penanggung jawab yang kemudian dibandingkan dengan pedoman kementerian kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian rata-rata BMHP yang tersedia dari masing-masing unit sebesar 87,745%. Perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, administrasi, dan evaluasi BMHP telah memenuhi aspek standar kementerian kesehatan tentang puskesmas. Pendistribusian ke unit-unit dilakukan berdasarkan permintaan, tetapi belum terjadwal dengan baik. Pengendalian dilakukan untuk mencegah kekosongan atau kelebihan stok, namun belum ada evaluasi langsung ke setiap unit. Pengelolaan BMHP perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan mutu pelayanan.

Puskesmas are health facilities that provide promotive, curative, preventive, and rehabilitative services. Pharmaceutical services at puskesmas include the management of drugs and consumable medical materials (BMHP). The presence of pharmacists in health centers is very important to improve the quality of pharmaceutical services. Research shows that some health centers do not yet have pharmacists, so pharmaceutical services are not appropriate. Inappropriate management of consumable medical materials will result in many expired items and overlapping budgets.  This study will evaluate the management of BMHP at Puskesmas Pasar Rebo District, including planning, receiving, storing, distributing, controlling, destroying, and evaluating. The research was conducted qualitatively with observations and interviews with the pharmacist in charge which were then compared with the ministry of health guidelines. The results showed that the average suitability of BMHP available from each unit was 87.745%. Planning, requesting, receiving, storing, administering, and evaluating BMHP have fulfilled aspects of the ministry of health standards regarding health centers. Distribution to units is carried out based on requests, but not yet well scheduled. Control is carried out to prevent vacancies or excess stock, but there is no direct evaluation to each unit. BMHP management needs improvement to increase efficiency and quality of service.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Tasya Lintang
"Evaluasi penggunaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dalam tindakan Anterior Cruciate Ligament (ACL) di Central Operating Theatre (COT) Rumah Sakit Universitas Indonesia. Tindakan ACL adalah prosedur bedah yang bertujuan mengembalikan fungsi ligamen yang robek. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian penggunaan aktual obat dan BMHP dengan paket standar tindakan ACL. Evaluasi dilakukan dengan mengamati data retrospektif dari bulan April hingga Juni 2023. Data penggunaan obat dan BMHP dari 17 pasien ACL dievaluasi untuk melihat kesesuaian dengan paket standar. Hasil menunjukkan bahwa ada permintaan obat dan BMHP diluar paket standar, mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pengelolaan farmasi. Saran dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi ulang terhadap paket standar tindakan ACL dengan mempertimbangkan item obat dan BMHP yang kurang atau lebih dari paket standar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan farmasi serta meminimalkan ketidaksesuaian penggunaan obat dan BMHP dalam tindakan ACL di COT Rumah Sakit Universitas Indonesia.

Evaluation of drug and Medical Consumables Usage in Anterior Cruciate Ligament (ACL) procedures at the Central Operating Theatre (COT) of the University of Indonesia Hospital. ACL surgery is a surgical procedure aimed at restoring the function of torn ligaments. This study aims to evaluate the suitability of actual drug and Medical Consumables usage with the standard ACL procedure package. The evaluation was conducted by observing retrospective data from April to June 2023. Drug and Medical Consumables usage data from 17 ACL patients were evaluated to assess compliance with the standard package. The results showed that there were requests for drugs and Medical Consumables outside the standard package, affecting the efficiency and effectiveness of pharmacy management. The recommendation from this study is to reevaluate the standard ACL procedure package by considering drug and Medical Consumable items that are either less or more than the standard package. This is aimed at improving the efficiency and effectiveness of pharmacy management and minimizing non-compliance in drug and Medical Consumables usage in ACL procedures at the COT of the University of Indonesia Hospital.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizky Shadrina
"Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan guna mendukung pelayanan upaya kesehatan. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 yaitu pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Sebagai salah satu upaya peningkatan pelayanan mutu kesehatan di Puskesmas, maka diperlukan penyediaan obat emergensi. Pelayanan kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan. Obat emergensi merujuk pada obat-obatan yang bersifat life saving dan diperlukan segera untuk pertolongan pasien. Ruang bersalin merupakan salah satu unit pelayanan di puskesmas yang menyediakan obat emergensi, sehingga dalam meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan maka dibutuhkan pengelolaan obat emergensi yang baik. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi pengelolaan obat emergensi di ruang rawat bersalin puskesmas kecamatan pasar rebo dalam aspek perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis obat emergensi yang tersedia di ruang rawat bersalin dan mengetahui pengelolaan obat emergensi di ruang rawat bersalin. Metode yang dilakukan ialah melakukan pendataan jenis-jenis obat emergensi dan melakukan observasi terkait pengelolaan obat emergensi di ruang rawat bersalin. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kegiatan dalam pengelolaan obat emergensi ruang rawat bersalin sudah memenuhi regulasi yang ada namun kegiatan penyimpanan dan pemantauan pengelolaan obat emergensi belum memenuhi kriteria dalam regulasi.

Pharmaceutical services are essential components of health centers, dedicated to enhancing healthcare initiatives. These services encompass direct patient care through pharmaceutical preparations, aiming to tangibly enhance patients' quality of life. The management of pharmaceutical preparations and consumable medical materials is a pivotal activity outlined in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 74 of 2016. Within public health centers, the provision of emergency medicines is paramount to addressing medical crises swiftly. Emergency services encompass urgent medical interventions that save lives and prevent disability, often involving the immediate administration of life-saving drugs. The delivery room, a pivotal unit within health centers, plays a pivotal role in administering such emergency medicines. Efficient management of emergency drugs is crucial for elevating healthcare quality, particularly in emergency scenarios. Effective emergency drug management is pivotal to ensuring swift and sufficient responses to medical emergencies. The study underscores the necessity for enhancing certain facets of emergency drug management, emphasizing compliance with regulations and standards to optimize patient care within Pasar Rebo Health Center's maternity ward. This study evaluates the management of emergency drugs within Pasar Rebo Health Center's maternity ward, focusing on planning, requesting, receiving, storing, distributing, controlling, recording, reporting, monitoring, and evaluating aspects. The study aims to identify available emergency drug types and assess overall management practices. Data collection and observations were employed. While numerous aspects of emergency drug management conform to regulatory standards, deficiencies emerged in storage and monitoring procedures, failing to meet specified criteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sisilia
"Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas memuat berbagai macam aktivitas baik pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta pelayanan farmasi klinik yang harus dilaksanakan. Kegiatan pelayanan kefarmasian mengenai pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP yaitu salah satunya evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP terhadap kesesuaian dan ketersediaannya. Tujuan dari tugas khusus ini adalah memahami peran apoteker dalam melakukan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Puskesmas Pasar Rebo terhadap kesesuaian dan ketersediaan bahan gigi di poli gigi. Hasil menunjukkan bahwa Apoteker dapat berkontribusi memantau dan mengevaluasi kesesuaian bahan gigi di Puskesmas Pasar Rebo, dimana adanya 14 tindakan gigi dan ketersediaan bahan-bahan gigi pernah terjadi kekosongan stok pada 4 bahan gigi. Adanya peran Apoteker dalam mengelola bahan gigi dapat membantu terhindarnya kekosongan atau kelebihan stok.

The Community Health Center is a health service facility that organizes public health efforts and first-level individual health efforts, by prioritizing promotive and preventive efforts in its work area. Pharmaceutical services at the Community Health Center include various activities, both the management of pharmaceutical preparations and Medical Consumables (BMHP) and clinical pharmacy services that must be implemented. Pharmaceutical service activities regarding the management of pharmaceutical preparations and BMHP include the evaluation of the management of pharmaceutical preparations and BMHP for their suitability and availability. The purpose of this special task is to understand the role of pharmacists in evaluating the management of pharmaceutical preparations and medical consumables at the Pasar Rebo Community Health Center for the suitability and availability of dental materials in the dental polyclinic. The results show that pharmacists can contribute to monitoring and evaluating the suitability of dental materials at the Pasar Rebo Community Health Center, where there were 14 dental procedures and the availability of dental materials had experienced stock shortages in 4 dental materials. The role of pharmacists in managing dental materials can help avoid stock shortages or excesses. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Amarta
"Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS- CoV-2) (Shereen, Khan, Kazmi, Bashi, & Siddique, 2020) Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya Kesehatan masyarakat dan upaya Kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif, untuk mencapai derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Tatalaksana pengobatan pasien COVID-19 di Indonesia mengacu pada Pedoman Tatalaksana COVID-19 edisi 4 yang diterbitkan pada bulan Januari 2022. Puskesmas Ps. Rebo memiliki 320 pasien COVID-19 pada bulan Januari hingga Maret 2022. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan penggunaan antimikroba, mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam alur penanganan pasien COVID-19, dan mengevaluasi penatalaksanaan pasien COVID-19 di Puskesmas Ps. Rebo. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa 1. Antimikroba yang digunakan pada pasien COVID-19 di Puskesmas Ps. Rebo adalah favipiravir (80,3%); azitromisin (9,8%); oseltamivir (0,8%); ciprofloxacin (0,8%); amoxicillin (0,8%).

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by the severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) virus (Shereen, Khan, Kazmi, Bashi, & Siddique, 2020) Community Health Centers are health care facilities which organizes community health efforts and individual health efforts at the first level, by prioritizing promotive and preventive efforts, to achieve the highest degree of public health in their working area (Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2014). The management of the treatment of COVID-19 patients in Indonesia refers to the 4th edition of the Guidelines for the Management of COVID-19 which was published in January 2022. The Ps. Rebo had 320 COVID-19 patients from January to March 2022. This research was conducted to describe the use of antimicrobials, identify problems that occur in the flow of handling COVID-19 patients, and evaluate the management of COVID-19 patients at the Ps Health Center. Rebo. Based on the research, it can be concluded that 1. Antimicrobials used on COVID-19 patients at the Ps. Rebo is favipiravir (80.3%); azithromycin (9.8%); oseltamivir (0.8%); ciprofloxacin (0.8%); amoxicillin (0.8%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Darylianty Debora
"Menurut data Kementrian Kesehatan (2018), Puskesmas yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai dengan standar sangat minoritas yaitu sekitar 6,89%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengangalisis kondisi pengelolaan limbah B3 medis di Puskesmas Kota Bogor saat ini, mencari kendala yang dihadapi serta membangun perbaikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa potensi perbaikan meliputi prosedur/SOP, sarana prasarana, dan SDM. Terdapat 3 kelompok kendala yaitu keterbatasan lahan, kelemahan prosedural dan internalisasai biaya lain. Dengan menggunakan AHP didapatkan bahwa pencarian dan penunjukkan vendor LB3 paling disukai bagi puskesmas yang belum memiliki lemari pendingin limbah infeksius. Dengan SWOT analisis didapatkan bahwa strategi yang paling direkomendasikan berada pada kuadran III (WO), beberapa strategi yang dapat dipakai untuk melakukan perbaikan berkelanjutan terutama peningkatan kapasitas SDM, perbaikan prosedur maupun sarana prasarana. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pembinaan dan pembiayaan berkelanjutan diperlukan untuk mencapai kinerja operasional puskesmas secara baik dan optimal.

According to data from the Ministry of Health (2018), only 6.89% Puskesmas have proper management of their medical waste. The aim of this research is to analyze current condition of medical waste management in Puskesmas of Bogor City, analyze the root cause problems, and develop corrective actions. This research uses qualitative approach and mix methode analysis. There are findings on several potential improvements including procedures/SOPs, facilities and human resources. There are 3 groups of root cause problems: limited land, procedural weaknesses and internalization of other costs. By using AHP, appointing lisenced vendors was most preferred especially for puskesmas with lack of temporary cold storage for infectious waste. Within SWOT analysis, the most recommended strategy lays on third kuadran (WO), however several strategies can be adopted for continual improvement especially on increasing human resource capacity, improving procedures and facilities. The conclusion of this research is that sustainable development and financing are still needed to achieve good and optimal puskesmas’s medical waste management performancy."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Hanandi
"Pemantauan kepatuhan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai merupakan hal yang perlu dilakukan dan ditingkatkan agar dapat menjamin keselamatan pasien. Pemantauan pengelolaan dilakukan pada Kimia Farma mitra kerja RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Aspek yang perlu diperhatikan, antara lain obat-obatan yang membutuhkan perhatian lebih, seperti HAM (High Alert Medication) dan LASA (Look Alike Sound Alike), lemari pendingin, tempat penyimpanan obat, dan telaah obat. Analisis dilakukan dengan melihat jumlah temuan pada masing-masing aspek pada bulan Januari hingga November tahun 2022. Berdasarkan hasil pemantauan, temuan terbesar terdapat pada aspek tempat penyimpanan obat (57%) khususnya pada aspek suhu dan kelembapan dimana suhu harus dijaga pada rentang 15-25℃ dan kelembapan <60% serta penyimpanan obat di lemari pendingin (22%) khususnya pada aspek pemantauan suhu dan pemeliharaan lemari pendingin yang harus dilakukan secara rutin (dipantau setiap hari, minggu, dan bulan) agar dapat menjamin kualitas dan kestabilan obat yang bersifat termolabil.

Management compliance monitoring of pharmaceutical dosage forms, medical devices and medical consumables is something that needs to be done and improved to ensure patient safety. Monitoring is carried out at Kimia Farma, a partner of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Aspects that need attention include drugs that require more attention, such as HAM (High Alert Medication) and LASA (Look Alike Sound Alike), refrigerators, drug storage areas, and drug review. The analysis was carried out by looking at the number of findings in each aspect from January to November 2022. Based on monitoring results, the biggest findings were in the aspect of drug storage (57%), especially in the aspects of temperature and humidity where the temperature must be maintained in the range of 15 - 25 ℃ and humidity <60% also drug storage in refrigerator (22%), especially in terms of temperature monitoring and maintenance of the refrigerator which must be carried out routinely (monitored every day, week and month) in order to guarantee the quality and stability of drugs that are thermolabile."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Maureen Wijaya
"Ketidaksesuaian prosedur atau kondisi penyimpanan dapat berakibat pada ketidakefektifan obat yang dapat merugikan bagi perusahaan dan pasien yang mengonsumsi obat tersebut. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk selama penyimpanan yaitu sanitasi, suhu, kelembaban, pencahayaan, ventilasi, segregasi. Kondisi penyimpanan hendaknya disesuaikan dengan sifat produk maupun material. Simulasi penyimpanan diawali dengan melakukan pendataan sediaan topikal di Apotek Roxy Jagakarsa, membuat desain simulasi tempat penyimpanan sediaan topikal, mengganti tempat penyimpanan sediaan topikal dari karton kotak obat bekas menjadi akrilik, membuat etiket, menyusun sediaan secara alfabetis, menempel stiker LASA. Hasil dari simulasi tersebut yaitu rak penyimpanan sediaan topikal dipisahkan antara sediaan setengah padat, sediaan berbentuk cair, dan sediaan fast moving. Sediaan topikal telah disusun berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis sesuai dengan Permenkes. Tidak dilakukan penyimpanan berdasarkan kelas terapi dengan pertimbangan bahwa satu sediaan topikal dapat terdiri dari kombinasi zat aktif dan memiliki banyak kegunaan.

Inappropriate storage procedures or conditions can result in drug ineffectiveness which can be detrimental to the company and patients taking the drug. Some factors that can affect product quality during storage are sanitation, temperature, humidity, lighting, ventilation, segregation. Storage conditions should be adjusted to the nature of the product and material. Storage simulation begins with collecting data on topical preparations at Roxy Jagakarsa Pharmacy, making a simulation design for the storage of topical preparations, changing the storage of topical preparations from used medicine box cartons to acrylic, making etiquette, arranging preparations alphabetically, sticking LASA stickers. The result of the simulation is that the topical preparation storage rack is separated between semi-solid preparations, liquid preparations, and fast moving preparations. Topical preparations have been arranged by dosage form and alphabetically in accordance with the Minister of Health regulations. Storage is not carried out based on therapeutic class with the consideration that one topical preparation can consist of a combination of active substances and has many uses.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana
"Pedagang Besar Farmasi yang disingkat PBF adalah perusahaan berbentuk badan hokum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF melaksanakan berbagai kegiatan mengacu sesuai dengan CDOB yang telah ditetapkan oleh Menteri. Cara Distribusi Obat yang Baik, umumnya disingkat CDOB ialah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Prinsip pada CDOB berlaku untuk aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi. Aspek-aspek tersebut dimuat dalam 12 BAB CDOB. Cara distribusi narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi harus dilakukan dalam rangka pemenuhan CDOB termasuk untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan/atau kehilangan narkotika, psikotropika dan precursor farmasi dari jalur distribusi resmi. Dalam operasional mengenai narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi diperlukan kualifikasi pemasok, kualifikasi pelanggan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, penyaluran, ekspor dan impor. Pemasok yang menyalurkan narkotika wajib memiliki izin khusus sebagai fasilitas ditribusi atau industri farmasi yang memproduksi narkotika. Izin khusus menyalurkan atau memproduksi narkotika diterbitkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam pengadaan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi harus berdasarkan surat pesanan dengan format khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat pesanan dapat dibuat secara elektronik dan manual. Saat penerimaan barang perlu dilakukan pemeriksaan fisik produk dan pemeriksaan kesesuaian produk dengan dokumen surat pesanan. Jika dinyatakan telah sesuai, penanggung jawab fasilitas distribusi harus menandatangani surat pengantar/pengiriman barang dan/atau faktur penjualan dan dibubuhi stempel fasilitas distribusi. Pada evaluasi ini, penanganan obat yang rusak, kadaluarsa, dan tidak layak jual di Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 dianggap telah sesuai pada SOP dan telah memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam CDOB.

Pharmaceutical Wholesaler abbreviated as PBF is a company in the form of a legal entity that has a license to procure, store, distribute drugs and/or medicinal materials in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF carries out various activities in accordance with the CDOB that has been determined by the Minister. The Good Drug Distribution Method, commonly abbreviated as CDOB, is a method of distribution/channeling drugs and/or medicinal materials that aims to ensure quality along the distribution/channeling route in accordance with the requirements and intended use. The principles in CDOB apply to aspects of procurement, storage, distribution including the return of drugs and/or drug ingredients in the distribution chain. These aspects are contained in 12 chapters of CDOB. The distribution of narcotics, psychotropic substances and pharmaceutical precursors must be carried out in order to fulfill CDOB, including to prevent irregularities and/or loss of narcotics, psychotropic substances and pharmaceutical precursors from official distribution channels. The operation of narcotics, psychotropic substances and pharmaceutical precursors requires supplier qualification, customer qualification, procurement, receipt, storage, destruction, distribution, export and import. Suppliers who distribute narcotics must have a special license as a distribution facility or pharmaceutical industry that produces narcotics. Special licenses to distribute or produce narcotics are issued by the Minister of Health. In the procurement of narcotics, psychotropic substances and pharmaceutical precursors must be based on an order letter with a special format in accordance with the provisions of laws and regulations. The order letter can be made electronically and manually. When receiving goods, it is necessary to conduct a physical inspection of the product and check the suitability of the product with the order letter document. The person in charge of the distribution facility must sign the delivery letter and/or sales invoice and stamp the distribution facility. In this evaluation, the handling of damaged, expired, and unsaleable drugs at Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 is considered to be in accordance with the SOP and has fulfilled the requirements contained in CDOB.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elesenda May Gita
"Apoteker dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek wajib mengikuti standar pelayanan kefarmasian yang tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016, yaitu salah satunya standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP). Hal tersebut dilakukan agar menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau sehingga masyarakat terlindungi dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan/atau kemanfaatan. Oleh karena itu, calon Apoteker harus memahami dan memiliki keterampilan pengelolaan perbekalan farmasi di apotek melalui analisis pengelolaan tersebut dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy Galaxy. Pelaksanaan analisis dilakukan dengan metode bimbingan dalam beberapa tahap, yaitu orientasi, observasi, diskusi, simulasi, kerja mandiri, dan hasil pengamatan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016. Hasil yang diperoleh adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di Apotek Roxy Galaxy mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, dan pencatatan dan pelaporan. Kegiatan pengelolaan tersebut menggunakan sistem informasi apotek yang terintegrasi secara terpusat dan telah banyak mengikuti ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Pharmacist in providing pharmaceutical care at pharmacy is required to comply with standard of pharmaceutical care that stated in the Minister of Health Regulation Number 73 year of 2016, one of which is standard of management for pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials. Management activity is done for ensure the pharmaceutical supplies are safe, had a standard, useful, and affordable that leads the public to be protected from the hazard due to the pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials which non compliance of the standard regulation. Therefore, the undergraduate pharmacist should have understand and have skills to manage pharmaceutical supplies at the pharmacy in the way of analyzing the management activity at pharmacy by Internship of Pharmacist Study Program at Apotek Roxy Galaxy. The analysis was carried out with the mentoring method by preceptor at Apotek Roxy Galaxy in several stages, namely orientation, observation, discussion, simulation, independent work. After that, result is compared to the Minister of Health Regulation Number 73 year of 2016. The results obtained is the management activities of pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials at Apotek Roxy Galaxy are planning, procuring, receiving, storing, destroying, controlling, and recording and reporting. These management activities use a pharmacy information system that is centrally integrated and has followed the provisions of the laws and regulations"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>