Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166097 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firiyaliza Aulianisa
"Penyakit hepatitis C menjadi salah satu penyebab utama kerusakan yang fatal pada organ hati (silent epidemic). World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi pasien hepatitis C kronik sebesar 1,6% dari total populasi dunia atau sekitar 115 juta jiwa dan terdapat penambahan 3-4 juta kasus baru setiap tahunnya. Pengendalian penyakit hepatitis C merupakan strategi yang efektif dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup penderita hepatitis C. Penggunaan obat yang rasional dikatakan apabila pasien menerima obat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, dosis yang tepat, dan waktu pemakaian terukur. Oleh karena itu pentingnya dilakukan evaluasi penggunaan obat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik pasien hepatitis C agar memastikan terapi yang diberikan sesuai. Evaluasi penggunaan obat pada pasien hepatitis C di RSUP Fatmawati dilakukan pada periode Januari sampai dengan Agustus 2023 yang diklasifikasikan berdasarkan karakteristik usia yaitu paling banyak terjadi pada kelompok usia 51 – 60 tahun sebanyak 16 kasus (32,65%), jenis kelamin yaitu paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 30 kasus (61,22%), serta terapi kombinasi obat dan lama pemberian obat yaitu paling banyak digunakan berupa terapi kombinasi Mydekla® (Daclastavir tab 60 mg) dan Myheb® (Sofosbufir tab 400 mg) dengan lama pemberian 24 minggu sebanyak 22 kasus (44.90%).

Hepatitis C disease is one of the main causes of fatal damage to the liver (silent epidemic). The World Health Organization (WHO) estimates the prevalence of chronic hepatitis C patients at 1.6% of the total world population or around 115 million people and there are an additional 3-4 million new cases each year. Controlling hepatitis C disease is an effective strategy and has an impact on improving the quality of life of hepatitis C patients. Rational drug use is said to be when patients receive drugs according to their clinical needs, the right dose, and the time of use is measured. Therefore, it is important to evaluate drug use at Fatmawati Central General Hospital (RSUP) to obtain an overview of the characteristics of hepatitis C patients in order to ensure that the therapy provided is appropriate. Evaluation of drug use in hepatitis C patients at Fatmawati General Hospital was carried out in the period January to August 2023 which was classified based on age characteristics, namely the most prevalent in the 51-60 years age group as many as 16 cases (32.65%), gender, namely the most prevalent in male gender as many as 30 cases (61.22%), as well as drug combination therapy and duration of drug administration, namely the most widely used combination therapy of Mydekla® (Daclastavir tab 60 mg) and Myheb® (Sofosbufir tab 400 mg) with a duration of 24 weeks as many as 22 cases (44.90%). 90%).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Novanti Putri
"Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi dan tidak rasional dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti resistensi. Kejadian resistensi terhadap antibiotik menjadi salah satu ancaman besar kesehatan seluruh dunia dan akan semakin meningkat seiring dengan meluasnya penyalahgunaan antibiotik. Kejadian resistensi dapat dikendalikan dengan adanya penggunaan antibiotik secara bijak, sehingga dibutuhkan evaluasi untuk memastikan dan menilai apakah antibiotik tersebut digunakan secara tepat dan rasional. Terdapat dua metode yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik, yakni secara kualitatif maupun kuantitatif. Evaluasi antibiotik secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode ATC/DDD, dimana klasifikasi penggunaan antibiotik secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification dan pengukuran jumlah penggunaan antibiotik dengan Defined Daily Dose (DDD)/100 patientdays. Metode ini telah direkomendasikan oleh WHO dan Kemenkes RI sebagai standar analisa kuantitas penggunaan antibiotik di Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan DU90% pada pasien rawat inap di Gedung Prof. Soelarto Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode JanuariMaret 2023. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data sekunder berupa rekam medik. Hasil analisis kuantitatif dengan metode ATC/DDD menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik yang paling sering dijumpai adalah ceftriaxone sebesar 40.89 DDD/100 patient-days. Antibiotik yang termasuk ke dalam segmen 90% yaitu ceftriaxone, cefixime, meropenem, metronidazole, amoxicillin-clavulanic acid, dan cefoperazone.

The relatively high and irrational use of antibiotics can lead to various health problems such as resistance. Antibiotic resistance is one of the major global health threats and will continue to increase with the widespread misuse of antibiotics. Resistance can be controlled by the prudent use of antibiotics, necessitating evaluations to ensure and assess whether antibiotics are used appropriately and rationally. There are two methods to evaluate antibiotic use: qualitative and quantitative. Quantitative evaluation of antibiotics can be conducted using the ATC/DDD method, which classifies antibiotic use according to the Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification and measures the amount of antibiotic use with Defined Daily Dose (DDD) per 100 patient-days. This method has been recommended by the WHO and the Indonesian Ministry of Health as the standard for analyzing the quantity of antibiotic use in hospitals. This study aims to evaluate antibiotic use quantitatively using the ATC/DDD and DU90% methods in inpatients at the Prof. Soelarto Building, Fatmawati Central General Hospital, for the period of January-March 2023. Data collection was carried out retrospectively using secondary data from medical records. The quantitative analysis results using the ATC/DDD method showed that the most frequently used antibiotic was ceftriaxone at 40.89 DDD/100 patient-days. The antibiotics included in the 90% segment were ceftriaxone, cefixime, meropenem, metronidazole, amoxicillin-clavulanic acid, and cefoperazone.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shellinna Kurniawati
"Asma merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada pada masyarakat hampir di dunia. Menurut data yang didapatkan dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2019 terdapat 262 juta pasien di seluruh dunia yang menderita asma, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut perkiraan WHO, terdapat 455.500 orang meninggal akibat asma pada tahun 2019. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kefarmasian dimana diselenggarakannya praktik kefarmasian oleh apoteker guna memberikan pelayanan kesehatan, termasuk penyediaan obat yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau. Apoteker harus dapat memahami dan menganalisa pengobatan yang diterima oleh pasien akan kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan, masalah terkait obat, masalah farmakoekonomi, dan memberikan edukasi kepada pasien mengenai tahapan terapi farmakologi dan non-farmakologi asma agar kualitas hidup dari pasien pengidap asma dapat meningkat dan menurunkan morbiditasnya. Metode pengkajian resep dilakukan dengan studi literatur dari ketentuan perundang- undangan dan monografi obat. Pengkajian resep dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan, meliputi telaah administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pencatatan informasi penting harus diberikan kepada pasien selama Pemberian Informasi Obat (PIO) atau konseling. Selama bulan Januari 2023, resep untuk indikasi penyakit asma masih belum memenuhi aspek pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis sesuai yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan terutama dalam aspek kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis sehingga informasi dalam resep dinyatakan belum lengkap dan pengobatan yang diberikan belum terjamin keefektifan dan rasionalitasnya. Edukasi yang diberikan untuk pasien asma dapat diberikan berdasarkan terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi. Selain itu, juga diperlukan kerjasama yang baik dengan pasien maupun keluarga agar pengobatan dapat tercapai dengan optimal.

Asthma is one of the health problems that exist in the world. According to data obtained from the World Health Organization (WHO), in 2019 there were 262 million patients worldwide who suffer from asthma, especially in low- and middle-income countries. According to WHO, there are apporximately 455,500 people died from asthma in 2019. Pharmacy provides pharmaceutical service facility where pharmacists provide health services, including the provision of safe, quality, useful and affordable medicines. Pharmacists must be able to understand and analyze the treatment received by patients about the possibility of medication errors, drug-related problems, pharmacoeconomic problems, and provide education to patients regarding the stages of pharmacological and non- pharmacological therapy for asthma so that the quality of life can increase and reduce morbidity. The prescription review method is carried out by literature study of statutory provisions and drug monographs. Prescription review is carried out based on statutory provisions, including administrative review, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. A record of important information should be provided to the patient during the Drug Information Administration or counselling. During January 2023, prescriptions for asthma did not meet the aspects of prescription review including administration, pharmaceutical suitability, and clinical considerations as stipulated in laws and regulations, especially in pharmaceutical suitability and clinical considerations because the prescription was declared incomplete and treatment effectiveness and rationality have not been guaranteed. Education for asthma patients can be given based on pharmacological therapy and non-pharmacological therapy. In addition, good cooperation with patients and families is needed for an optimized treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Metanoia Simarmata
"Penyakit stroke adalah penyebab kematian utama di dunia dengan 15,2 juta kematian pada tahun 2016 dan tetap menjadi penyebab utama kematian secara global dalam 15 tahun terakhir. Di Negara Indonesia, Kementrian Kesehatan RI mengemukakan bahwa Survei Sample Regristration System (SRS) pada tahun 2014 di Indonesia menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian tertinggi dan disusul oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebanyak 12,9% kematian dalam. Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini membuat para tenaga medis lebih berhati - hati dalam melakukan pengobatan dan perawatan karena kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO) terhadap pasien secara berkala yaitu untuk menurunkan resiko masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respons pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat.

Stroke is the leading cause of death in the world with 15.2 million deaths in 2016 and has remained the leading cause of death globally in the last 15 years. In Indonesia, the Indonesian Ministry of Health stated that the 2014 Sample Registration System (SRS) survey in Indonesia showed that stroke was the highest cause of death and was followed by Coronary Heart Disease (CHD) with 12.9% of deaths. The high mortality rate caused by this disease makes medical personnel more careful in carrying out treatment and care due to drug administration errors. The purpose of conducting Drug Therapy Monitoring (PTO) for patients on a regular basis is to reduce the risk of drug-related problems. The complexity of the disease and the use of drugs, as well as the highly individualized patient responses increase the emergence of drug-related problems."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Syarifah
"Kusta merupakan penyakit yang menyerang sel saraf tepi dan organ tubuh dalam jangka panjang sehingga mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi dengan normal. Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit kusta. Menurut data WHO tahun 2020, Indonesia masih menjadi negara dengan kasus baru Kusta nomor 3 terbesar di dunia dengan jumlah berkisar 8% dari kasus dunia. RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit yang melayani pengobatan untuk penyakit kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan obat kusta dan sekaligus mengetahui jumlah pasien yang melakukan pengobatan selama periode Mei – Agustus 2023. Pengambilan data dilakukan dengan melihat arsip data resep fisik dan nantinya data akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia dan terapi yang digunakan serta lama pengobatannya. Terdapat 84 pasien yang mengidap kusta pada periode Mei – Agustus 2023 yang terdiri dari 26 wanita dan 58 pria dalam rentang usia anak anak hingga lansia. Jenis obat yang digunakan juga beragam dari jenis MB (multibasiller) sampai PB (pausibasiller).

Leprosy is a disease that affects the peripheral nerves and internal organs in the long term, resulting in some of the patient's body parts being unable to function normally. Leprosy is caused by the bacterium Mycobacterium leprae. Currently, Indonesia still faces various challenges in the prevention and control of leprosy. According to WHO data in 2020, Indonesia remains the third largest country in terms of new leprosy cases globally, comprising approximately 8% of worldwide cases. RSUP Fatmawati is one of the hospitals that provides treatment for leprosy. This study aims to identify the usage of leprosy drugs and simultaneously determine the number of patients undergoing treatment during the period from May to August 2023. Data collection was conducted by examining physical prescription records, which will later be categorized by gender, age, type of therapy used, and duration of treatment. There were 84 leprosy patients during the period from May to August 2023, consisting of 26 women and 58 men spanning from children to the elderly. The types of drugs used varied from multibacillary (MB) to paucibacillary (PB).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Anggasta Paulika Tunggal
"Hepatitis B adalah penyakit yang telah menjadi permasalahan global. Hingga saat ini, pengobatan yang ada hanya dapat memperlambat perkembangan sirosis, mengurangi resiko kanker hati, dan meningkatkan tingkat kesempatan hidup. Maka dari itu, butuh adanya suatu solusi untuk permasalahan tersebut. Daun sambiloto atau Andrographis paniculata mengandung senyawa andrografolida yang memiliki aktivitas penghambatan enzim ?-glukosidase yang pada akhirnya akan membuat virus mati. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi andrografolida dari daun sambiloto dengan metode sonikasi menggunakan etanol 70 sebagai pelarut. Ekstrak tersebut dinanoenkapsulasi dengan penyalut kitosan-STPP menggunakan metode gelasi ionik. Pada proses nanoenkapsulasi, dilakukan variasi terhadap suhu dan waktu pengadukan. Penelitian ini menghasilkan nanokapsul dengan ukuran terkecil pada suhu pengadukan 40?C dan waktu pengadukan 2 jam, yaitu dengan ukuran 1052 nm, kapasitas penjerapan 81,87 , serta efisiensi penyalutan sebesar 95,34 . Nanokapsul yang dihasilkan memiliki morfologi tidak sferis, tidak berpori, dan teraglomerasi. Hasil FTIR menunjukkan bahwa kitosan, STPP, dan ekstrak telah membentuk ikatan yang sesuai. Profil rilis yang dihasilkan telah sesuai dengan target pelepasan yaitu di usus halus, dengan persentase rilis kumulatif sebesar 60,85 pada jam ke-7.

Hepatitis B is a disease that has become a global problem. Until now, existing treatment can only slow the progression of cirrhosis, reduce the risk of liver cancer, and improve the chance of survival. Therefore, needs a solution to these problems. Sambiloto or Andrographis paniculata contains compounds named andrographolide that has inhibitory activity of glucosidase enzyme that can make the virus die eventually. In this research will be conducted extraction of andrographolide from Sambiloto leaf with sonication method using 70 ethanol as a solvent. The extract will be nanoencapsulated with a coating of chitosan STPP using ionic gelation method. There will be a temperature and mixing time variation in nanoencapsulation process. The smallest nanocapsul produced by this reseach at 40C stirring temperature and 2 hours stirring time, with the size of 1052 nm, 81,87 of loading capacity, and 95,34 of entrapment efficiency. The nanocapsul has an not spherical, non porous, and agglomerated morphology. The interaction between chitosan, STPP, and crude extract was confirmed by FT IR spectrum. The result of release test corresponds to the release target which is intestines, with a cumulative release percentage of 60,85 at 7th hour. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tendean, Meriell Jade Eugenia
"Hepatitis B merupakan penyakit endemik di Indonesia. Pengobatan hepatitis B yang sedang dikembangkan adalah pengobatan herbal menggunakan senyawa aktif. Salah satu zat yang telah diteliti dan dapat menghentikan perkembangan virus Hepatitis B adalah zat andrografolida yang terdapat dalam tanaman sambiloto. Penelitian ini mengekstraksi zat andrografolida tersebut dari daun sambiloto dengan metode sonikasi. Dilakukan juga nanoenkapsulasi ekstrak dengan nanoenkapsulator kitosan-STPP sodium tripolifosfat menggunakan metode gelasi ionik dengan memvariasikan berat molekul kitosan dan jenis surfaktan. Kapasitas penjerapan tertinggi dihasilkan oleh kitosan HW sebesar 89,1 dan oleh surfaktan TWEEN 80 sebesar 88,2 . Efisiensi enkapsulasi terbaik dihasilkan oleh kitosan MW dan TWEEN 80 sebesar 96,6 . Ukuran partikel terkecil yang diperoleh dihasilkan kitosan MW sebesar 979,5 nm dan kombinasi surfaktan TWEEN 80 dan PEG 6000 sebesar 1128,2 nm. Profil rilis yang dihasilkan berupa slow release pada kondisi lambung kemudian burst release pada kondisi usus halus.

Hepatitis B is an endemic disease in Indonesia. One of the developments of hepatitis B treatment is herbal treatment using active compounds from plants, one of which is andrographolide that is found in abundance in sambiloto Andrographis paniculata . This research will extract andrographolide from sambiloto leaf by sonication and encapsulate the extract. Encapsulation is done using chitosan STPP sodium tripholiphosphate by ionic gelation with variations of chitosan molecular weight and surfactant type. The highest loading capacities are obtained by high molecular weight chitosan chitosan HW and TWEEN 80 as a surfactant with the values of 89,1 and 88,2 respectively. The optimum encapsulation efficiency with the value of 96,6 is obtained by medium molecular weight chitosan chitosan MW . Encapsulation using chitosan MW resulted in an optimum particle size of 979,5 nm, and the combined use of TWEEN 80 and PEG 6000 resulted in an optimum particle size of 1128,2 nm. The surfactant combination of TWEEN 80 and PEG 6000 led to a release profile of initial slow release in the stomach condition and burst release when in the small intesines. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Wulandari
"Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah Sakit memiliki formularium rumah sakit yang berisikan daftar obat yang disepakati oleh staf medis dan disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) serta ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Formularium rumah sakit terdiri dari daftar obat-obatan yang mengacu pada formularium nasional dan tidak mengacu pada formularium nasional atau yang disebut dengan obat non fornas. Obat yang mengacu pada formularium nasional digunakan pada pasien yang menggunakan asuransi kesehatan pemerintah seperti BPJS Kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yululano (2020) pada pasien BPJS rawat jalan di Rumah Sakit Bhayangkara Manado diketahui kesesuaian peresepan obat dengan formularium nasional sebesar 58,68%. Nilai ini masih di bawah indikator yang telah ditetapkan yaitu lebih dari 80%. Ketidaksesuaian peresepan obat dengan formularium nasional ini akan mempengaruhi mutu instalasi farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rumah sakit memiliki kepatuhan untuk meresepkan obat sesuai dengan formularium nasional khususnya pasien BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif. Sampel penelitian ini 50 resep obat pasien BPJS Kesehatan periode September – Oktober 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian peresepan obat terhadap formularium nasional di Rumah Sakit Universitas Indonesia (90,45%) sudah memenuhi standar kesesuaian menurut indikator mutu pelayanan kesehatan rumah sakit (≥80%).

Pharmaceutical services are an integral part of the healthcare system in hospitals. Hospitals have a hospital formulary that contains a list of drugs agreed upon by medical staff, compiled by the Pharmacy and Therapeutics Committee (PTC), and approved by hospital management. The hospital formulary consists of a list of drugs that either reference the national formulary or do not (known as nonnational formulary drugs). Drugs referenced in the national formulary are used for patients covered by government health insurance such as BPJS Kesehatan. Based on research conducted by Yululano (2020) on outpatient BPJS patients at Bhayangkara Hospital Manado, the compliance of drug prescriptions with the national formulary was found to be 58.68%. This value is below the established indicator of 80%. Non-compliance with the national formulary in drug prescriptions can affect the quality of the pharmacy installation. This study aims to determine whether hospitals adhere to prescribing drugs according to the national formulary, especially for BPJS Kesehatan patients at Universitas Indonesia Hospital. This research is a non-experimental study with retrospective data collection. The study sample consists of 50 drug prescriptions for BPJS Kesehatan patients from September to October 2023. The research findings indicate that the compliance of drug prescriptions with the national formulary at Universitas Indonesia Hospital (90.45%) meets the standard of healthcare service quality indicators for hospitals (≥80%).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Wulandari
"World Health Organization memperkirakan bahwa 50% lebih dari seluruh obat di dunia dijual, diberikan, atau diresepkan dengan cara yang tidak tepat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2019, Penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) non pneumonia dan diare non spesifik di puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah masih melewati batas toleransi yang telah ditetapkan yaitu 38,52% dan 24,92%. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menjadi faktor penyebab timbulnya resistensi antibiotik dan hilangnya efektivitas antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik. Pengambilan data secara retrospektif menggunakan desain cross-sectional dengan subjek penelitian pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati selama periode 1 April – 30 Juni 2023. Sampel penelitian yang digunakan yang berjumlah 126 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati memenuhi standar POR Nasional (<8% diare, <14% ISPA non pneumonia). Namun, rerata item obat tiap lembar resep pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (<2,6 item obat) dan Wold Health Organization (1,8 – 2,2 item obat per satu resep).

The World Health Organization estimates that more than 50% of all medicines worldwide are sold, administered, or prescribed inappropriately. According to data from the Ministry of Health in 2019, the use of antibiotics among patients with non-pneumonic Acute Respiratory Tract Infections (ARI) and non-specific diarrhea in health centers in Central Kalimantan Province still exceeds the established tolerance limits, specifically 38.52% and 24.92% respectively. The irrational use of antibiotics can contribute to the emergence of antibiotic resistance and a decline in their effectiveness. This study aims to evaluate antibiotic usage in patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea. Retrospective data collection utilized a cross-sectional design, with research subjects comprising patients with these conditions at the Kramat Jati District Health Center between April 1 and June 30, 2023. The study sample included 126 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The results indicated that antibiotic usage among patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea at the Kramat Jati District Health Center complied with the National POR standards (<8% for diarrhea, <14% for non-pneumonic ARI). However, the average number of drug items per prescription for patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea did not meet the standards established by the Ministry of Health (<2.6 drug items) and the World Health Organization (1.8 – 2.2 drug items).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shellinna Kurniawati
"Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat dimana di dalamnya terdapat Instalasi Farmasi (IF) sebagai sebuah unit yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang organ tubuh, terutama paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ lain seperti tulang, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak. Indonesia adalah salah satu negara dengan beban TB tertinggi di dunia dengan prevalensi sekitar 214 kasus per 100.000 penduduk. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesadaran, pencegahan, diagnosis dini, pengobatan, dan pemantauan TB melalui program-program yang lebih efektif. Oleh sebab itu, dilakukan analisis terhadap pola peresepan obat pasien tuberkulosis sensitif obat (TB SO) di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) periode Januari – Maret 2023. Dari 107 pasien TB SO, terdapat 57 pasien laki-laki dan 52 pasien perempuan. Berdasarkan kategori usia, terdapat 18 pasien anak dan 91 pasien dewasa. Jumlah minimum obat sebagai titik pemesanan kembali untuk paket OAT kategori I pasien dewasa 4 KDT adalah 404 tablet dan 2 KDT saat stok tersisa 705 tablet. Sedangkan stok minimum untuk paket OAT anak 3 KDT adalah 38 tablet dan 2 KDT sebanyak 127 tablet. Jumlah maksimum obat untuk paket OAT kategori I pasien dewasa 4 KDT adalah saat stok mencapai 6.455 tablet dan 2 KDT saat stok mencapai 11.277 tablet. Sedangkan stok maksimum untuk paket OAT anak 3 KDT adalah 606 tablet dan 2 KDT sebanyak 2.027 tablet.

Hospital is a health service institution that provides complete individual health services including inpatient, outpatient, and emergency services with a pharmacy installation as a unit that organizes all pharmaceutical service at the hospital. Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which attacks organs, especially the lungs, and also other organs such as bones, lymph nodes, kidneys, and brain. Indonesia is one of the countries with the highest TB patients in the world with a prevalence of around 214 cases per 100,000 population. The government continues to increase awareness, prevention, early diagnosis, treatment, and monitoring of TB through more effective programs. Thus, an analysis was carried out on the pattern of drug prescribing in patients with sensitive drug-susceptible tuberculosis (TB SO) at the University of Indonesia Hospital during January - March 2023. Of the 107 TB SO patients, there were 57 male patients and 52 female patients. Based on age, there were 18 pediatric patients and 91 adult patients. The minimum number of drugs as the reorder point for category I OAT for adult patients with 4 KDT is 404 tablets and 2 KDT is 705 tablets. Meanwhile, the minimum stock for OAT packages for children with 3 KDT is 38 tablets and 2 KDT is 127 tablets. The maximum number of drugs for category I OAT packages for adult patients 4 KDT is 6,455 tablets and 2 KDT is 11,277 tablets. Meanwhile, OAT packages for 3 KDT children is 606 tablets and 2 KDT is 2,027 tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>