Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Setiawati H P
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1977
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Dwi Hapsari
"Seledri (Apium graveolens Linn.) di Indonesia telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi hipertensi atau menurunkan tekanan darah, rematik gout, asam urat, keluhan menopause dan menstruasi. Efek hipotensinya disebabkan oleh apigenin, yang merupakan aglikon dari apiin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi apiin. Apiin diisolasi dari fraksi butanol ekstrak metanol herba seledri secara kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak campuran etil asetat-metanol (7:3). Fraksi-fraksi yang memperlihatkan kromatrogram KLT yang sama digabungkan, dan direkristalisasi dengan campuran etil asetat-metanol (1:1), lalu diuji kemurniannya dengan menggunakan KLT. Berdasarkan data spektrum UV-Vis, FTIR, dan massa diketahui isolat adalah apiin.

Celery (Apium graveolens Linn.), in Indonesia was used as traditional medicine for relieving hypertension or reducing blood pressure, gout rheumatism, uric acid, menopause complaint and menstruation. The hypotension effect was caused by apigenin, flavonoid aglycon of apiin. The purposed of this research was to isolate apiin. Apiin is isolated from buthanol fraction from methanolic extract of celery herb by column chromatography with silica gel 60 as stationary phase and ethyl acetate-methanol (7:3) mixture as mobile phase. The fractions which shown the similar TLC chromatogram were mixed and recystalized in ethyl acetate-methanol (1:1) mixture, then the purity was tested using TLC. According UV-Vis, FTIR, and mass spectral data, its suggested as apiin."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roselyndiar
"Herba seledri dan daun tempuyung merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi. Herba seledri bekerja sebgai agen vasorelaksasi dan daun tempuyung bekerja sebagai agen diuretik. Penelitian ini dilakukan untuk membuat sediaan kapsul herba seledri dan daun tempuyung. Herba seledri dan daun tempuyung diekstraksi dengan proses maserasi dengan pelarut etanol 70% dan difraksinasi dengan n-heksan. Senyawa aktif yang berperan sebagai antihipertensi adalah flavonoid. Penetapan kadar flavonoid total dilakukan secara spektrofotometri UV-Vis dengan metode Chang, dengan hasil kadar flavonoid dalam fraksi polar herba seledri adalah 9,16 % dan daun tempuyung 8,03 %. Pembuatan serbuk ekstrak dilakukan melalui pengeringan dengan selulosa mikrokristalin (Vivapur 101) dengan perbandingan ekstrak : Vivapur 101 (1:0,5 ; 1:0,75; dan 1:1). Hasil optimasi dengan kadar air paling kecil adalah pada perbandingan 1:1 dengan bentuk serbuk yang lebih halus akan digunakan dalam formulasi selanjutnya.
Formulasi dilakukan dalam 3 formula berbeda. Formula A merupakan formula yang tidak ditambahkan bahan pengisi tambahan, sedangkan formula B dan C ditambahkan bahan pengisi tambahan, yaitu Vivapur 102 untuk formula B, dan amilum jagung untuk formula C. Pada masing-masing formula ditambahkan Aerosil 3% sebagai adsorben, Mg stearat 1% dan talk 1% sebagai pelincir dan glidan. Ketiga formula memiliki hasil laju alir, sudut istirahat, bulk tapped density dan uji higroskopisitas yang hampir sama. Oleh karena itu formula tanpa pengisi tambahan (formula A) sudah baik digunakan sebagai formula sediaan kapsul.

The celery herb and tempuyung leaf can be used as a treatment of hypertension. They contain flavonoid compounds which have anti hypertension activity. The celery herb works as vasorelaxation agent and the tempuyung leaf as diuretic agent. This study was conducted to prepare the capsule formulation of the celery herb and tempuyung leaf. The celery herb and tempuyung leaf were extracted with maceration process with solvent 70% ethanol and fractionated with n-hexane. Determination of total flavonoid levels performed by UV-Vis spectrophotometre by Chang's method, with the flavonoid?s levels in the polar fraction of the celery herb and tempuyung leaf were 9.16% and 8.03%, respectively. The extracts were dried by adding microcrystalline cellulose (Vivapur 101) with a ratio of the extract - Vivapur 101 were 1:0,5; 1:0,75, and 1:1. The results showed that extract - Vivapur 101 1:1 powder produced the lowest water content, so it was suitable to be used for the subsequent formulations.
The formulation was prepared in three different formulas. Formula A was not added filler, while the formulas B and C were added filler, Vivapur 102 for formula B, and corn starch for formula C. Each formula was added Aerosil 3% as an adsorbent, Mg stearate 1% and talc 1% as lubricant and glidant. The result showed that the value of the flow rate, the angle of repose, tapped bulk density and hygroscopicity of all three formulas were almost the same. Therefore, the formula without additional filler (formula A) was chosen as the used formula for the capsule of the celery herb and tempuyung leaf extract.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1774
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretta Melviana
"Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan yang sangat banyak dialami akhir-akhir ini. Obat-obatan antihipertensi tradisional telah banyak digunakan, salah satunya adalah Apium graveolens Jacq. dan Sonchus arvensis Linn. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya efek yang tidak dikehendaki dari campuran ekstrak herba A. graveolens dan daun S. arvensis dengan parameter kadar glukosa darah dan kolesterol total. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi ke dalam 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor.
Tikus pada kelompok kontrol perlakuan dan kelompok uji diinduksi dengan natrium klorida 2% selama 2 minggu, kemudian diberi dosis dan natrium klorida 2% sesuai dengan kelompoknya pada hari ke-15 sampai 45. Dosis yang digunakan yaitu: uji ekstrak herba seledri : 0,023 g/200 g bb 2 kali sehari, uji ekstrak daun tempuyung : 0,114 g/200 g bb 2 kali sehari, uji campuran 1 : ekstrak herba seledri 0,023 g/200 g bb + ekstrak daun tempuyung 0,114 g/200 g bb 2 kali sehari, uji campuran 2 : ekstrak herba seledri 0,034 g/200 g bb + ekstrak daun tempuyung 0,171 g/200 g bb 2 kali sehari, dan uji obat pembanding : campuran ekstrak herba seledri + kumis kucing 0,043 g / 200 g bb 2 kali sehari. Pada hari ke-46 dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dan kolesterol total, kemudian dilanjutkan dengan pemberian sediaan uji dan natrium klorida 2% seperti sebelumnya, dan pada hari ke-52 dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
Hasil dinalisis menggunakan uji homogenitas varians menurut Levene, uji normalitas menurut Kormogorov-Smirnov, uji ANOVA satu arah, dan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi kenaikan kadar glukosa darah tetapi terjadi kenaikan kadar kolesterol total secara bermakna pada tikus putih jantan yang dibuat hipertensi dibandingkan dengan kontrol normal pada dosis dimana tekanan darah tikus turun secara bermakna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyntia Oktavia
"Pada tesis ini dibahas mengenai teknologi yang akan digunakan pada sistem radar yaitu berupa self wave rejection. Dengan menggunakan sistem ini, antena dapat berperan sebagai antena pengirim dan penerima. Hal ini dapat menghasilkan suatu keuntungan dari sisi efisiensi fabrikas danteknik instalasi sehingga dapat menekan biaya produksi suatu sistem antena. Untuk merancang sebuah sistem radar yang hanya menggunakan satu antena diperlukan self wave rejection yang memiliki sifat high isolation yang dapat menekan interferensi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan antena baik dari perangkat transmitter maupun dari receiver Besar isolasi yang tinggi yang dimiliki komponen seperti direcetional coupler dan circulator pada frekuensi 9,4 GHz sulit untuk ditemukan dipasaran. Besar isolasi yang dibutuhkan untuk menahan interfrensi perangkat transmitter dan receiver adalah minimal sebesar 60 dB.
Perancangan perangkat self wave rejection terdiri dari directional coupler dan circulator. Simulasi yang dilakukan pada tesis ini dilakukan dengan menggunakan software berupa Advanced Design System. Pada perancangan pertama sistem self wave rejection, yang digunakan coupler tipe directional dan akan dimodifikasi pada simulasi kedua dengan menggabungkan suatu komponen pasif berupa circulator. Perancangan yang difabrikasi adalah hasil dari perancangan pertama, yaitu dengan menggunakan directional coupler.
Hasil dari perancangan pertama diperoleh isolasi S41 = -60,1 dB dengan S11= -19 dB, S21 = -0.01 dengan bandwidth > 100 MHz. Nilai S41 ketika telah ditambah komponen circulator adalah sebesar ?65,1 dB, bandwidth>100 MHz dengan S11= -24,6 dB dan transmission loss sebesar -0,079 dB. Setelah dilakukan pengukuran, S11= -18 dB dengan S41= -55 dB dengan S21 = - 13 dB.Hasil pengukuran nilai S41= -54,1 dB dan S11= 18 dB, dan S21= -13 dB, and bandwidth > 100 MHz.

This thesis discusses self wave rejection device (SWRD) for Radar system technology. In this system, one antenna can be used to transmit and receive signal. It delivers many benefits such as efficiency in fabrication and installation technique so it can suppress production costs in Radar system. To design a Radar system that only uses one antenna, SWRD is required. SWRD must have high isolation characteristic, because it can be used to suppress electromagnetic wave interference between transmitter and receiver. The high isolation of directional coupler and circulator in 9,4 GHz is hard to find. The high isolation value of minimum 60 dB is required to restrain the interference of electromagnetic wave in radar system among the transmitter, receiver, and antenna.
The design of SWRD consists of directional coupler and circulator. Advanced Design System is used for simulation. In the first simulation, directional coupler is designed to create self wave rejection device. In the second simulation of self wave rejection device, directional coupler will be combined with a circulator. The design which only used directional coupler was fabricated.
The simulation results of the first simulation are S41= - 60,2 dB, S11= -19 dB, S21 = -0.01 dB and bandwidth > 100 MHz. After circulator was added in the second simulation, isolation was improved. The result values are S41= -65,1 dB, bandwitdh > 100 MHz and S11= -24,6 dB with transmission loss = -0,079 dB. The fabrication result obtained S41= -54,16 dB, S11= - 18 dB, S21= -13 dB, and bandwidth >100 MHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T44863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Winiati
"Serbuk kering talus lichen Ramalina Javanica Nyi, yang dikumpulkan dari Kebun Raya Nasional Cibodas, Jawa Barat, pertama-tama diekstraksi sinambung dengan n-heksana menggunakan soklet. Ekstraks dari hasil ekstraksi pertama kemudian dipisahkan melalui kromatografi kolom menggunakan campuran n-heksana : chloroform = 1 : I (v/v). Dan pemisahan ini dapat diisolasi 90 mg kristal murni jingga dengan titik leleh 203°C (Senyawa A).
Ampas kering dari ekstraksi pertama itu, kemudian melalui cara yang sama, diekstraksi lebih lanjut dengan aseton. Hasilnya kemudian dipisahkan melalui kromatografi lapis tipis preparatif (sebagai fasa mobil: campuran n-heksana : etil asetat = 3:2). Dan pemisahan ini dapat dihasillcan 27 mg serbuk kuning dengan titik leleh = 153°C (Senyawa B).
Berdasarkan pada sifat fisik (titik leleh dan putaran optis) dan data perbandingan spektroskopi dapat ditentukan struktur dua senyawa yang diisolasi itu. Senyawa A dikenal sebagai parietin (C16 H12 Os). Sementara senyawa B merupakan suatu senyawa baru golongan antrakuinon
Dari jenis jenis senyawa yang diketemukan di dalam lichen. Kerangka dasarnya mirip parietin, tetapi rantai sampingnya lebih panjang daripada gugus yang terdapat pada parietin, dengan satu pusat asimetrik pada C-1?. Oleh karena itu diusulkan senyawa B sebagai R- (+}- 1,8- dihidroksi -3- (1'- hidroksi -3'-butanoil) -6-metoksi antrakuinon (C19 H16 O7).
Dari hasil uji pendahuluan aktivitas antibakteri dengan menggunakan metoda Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) dan metoda difusi agar terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, menunjukkan bahwa ekstraks dari fraksi n-heksana dan aseton mempunyai aktivitas yang rendah dibandingkan dengan antibiotik ampisilin (memberikan hasil negatif).

The dried powder of thallus lichen Ramalina Javanica Nyl_ which collected from the National Botanical Garden, Cibodas, West Java, first continuously extracted with n-heksane by using sohxlet apparatus. The raw extract from the first extraction was then separated over coloumn chromatography by using mixture of n-heksane : chloroform = 1: 1 (vlv) as eluent. From this separation can be isolated 90 mg pure orange crystal with melting point = 203°C (Compound A).
The dried residu from the first extraction, was then by same way, continuously extracted with acetone. The resulted extract was then separated over preparative thin layer chromatography (mixture of n-heksane : ethyl acetate = 3 : 2 as mobile phase). From this separation can be yielded 27 mg yellow powder with melting point = 253°C (Compound B).
Based on the physical properties (melting point and optical rotation), spectroscophical and comperative data can be elucidated the structure both isolated compounds. Compound A was identified as (C16H12O5), meanwhile compound B was proposed as new compound at the anthraquinone's class of the lichen constituent types. Its base skeleton likes parietin, but its side chain is longer than side chain of parietin, with one assyrnetric center at the C-1'. Therefore it is proposed that compound B as R- (+) -1,8-dihidroxy -3- (1' -hidroxy -3' -butanoyl) -6-methoxy anthraquinone (C 19H16 O7).
The result of antibacterial activity pretest using concentration minimum inhibition and gel diffuse method against Staphylococcus aureus and Escherichia coli showed that raw extract from n-heksane and acetone fraction has low activity compared with amphicylin antibiotic (given negative result)."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washila Nurlaila
"ABSTRACT
Isolasi dan penapisan kapang dan khamir dari lima jenis ragi tapai asal beberapa kota di Jawa Barat telah dilakukan. Berdasarkan hasil isolasi, didapatkan tiga belas isolat kapang dan tujuh isolat khamir. Penapisan kapang amilolitik dilakukan secara kualitatif menggunakan uji iodin. Uji kualitatif dilakukan dengan mengukur zona bening pada medium starch agar yang telah ditumbuhi kapang dan kemudian ditetesi iodin. Hasil uji menunjukkan isolat (ZC1, ZC2, ZGJ2) memiliki diameter zona bening sebesar (69,95 mm, 58,73 mm, 56,85 mm). Aktivitas amilase ketiga isolat kapang terpilih diukur menggunakan metode DNS (Dinitrosalicylic Acid). Hasil uji menunjukkan bahwa isolat ZGJ2 merupakan isolat kapang dengan aktivitas tertinggi (6,30 U/mL) sedangkan isolat kapang dengan aktivitas terendah (3,03 U/mL) dihasilkan oleh isolat ZC2. Penapisan khamir penghasil alkohol dilakukan berdasarkan pertumbuhan sel dan gas  yang terperangkap dalam tabung Durham, dalam medium PDB yang ditambah glukosa 5%, 10%, dan 15%. Ketiga isolat mampu tumbuh dengan baik pada medium dengan konsentrasi glukosa 15%. Namun pembentukan gas  hanya terjadi pada penambahan 10% glukosa oleh isolat YC1 (4+) dan YC3 (3+)  serta penambahan 5% glukosa oleh isolat YC2 (2+). Hasil pengamatan karakter makroskopis dan mikroskopis isolat ZC1 dan ZGJ2  diduga merupakan genus Rhizopus, sedangkan isolat ZC2 masuk ke dalam genus Mucor. Isolat khamir terpilih diduga termasuk ke dalam filum Ascomycota berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi.

ABSTRACT
Isolation and screening of molds and yeasts from five types of ragi tapai from several cities in West Java had been done. Based on the results of isolation, thirteen mold isolates and seven yeast isolates were obtained. Screening of amylolytic mold was done by qualitative assay using iodine. Iodine assay was done by measuring clear zones on starch agar medium which had been grown with mold and then flooded with iodine. The results of iodine assay showed that three isolates (ZC1, ZC2, ZGJ3) formed clear zones diameter (69.95, 58.73, 56.85). Amylase activity of the three selected mold isolates were measured using the DNS (Dinitrosalicylic Acid) method. The results showed that ZGJ2 had highest activity (6.30 U / mL) meanwhile the mold isolate with the lowest activity (3.03 U / mL) was ZC2. Alcohol-producing yeasts were screened based on cell growth and  trapped in Durham tubes, in the medium of PDB added with glucose 5%, 10%, and 15%. The best three isolates were able to grow in a medium with 15% glucose concentration. However the formation of  only occurs in the addition of 10% glucose by YC1 (4+) and YC3 (3+) and the addition of 5%  glucose by YC2 (2+). Based on observation of the macroscopic and microscopic characters, ZC1 and ZGJ2 assumed belong to the Rhizopus genus, meanwhile ZC2 belongs to the Mucor genus.The selected yeasts are assumed to belong to the Ascomycota phylum based on morphological and physiological characters."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi
"Antioksidan digunakan untuk meredam reaksi pembentukan radikal bebas di dalam tubuh. Quercetin dari ekstrak daun Keji Beling dapat dijadikan sebagai sunber antioksidan alami. Ekstraksi senyawa quercetin dari daun Keji Beling dengan metode sonikasi menghasilkan rendemen sebesar 10,67%. Berdasarkan uji fitokimia ekstrak daun Keji Beling didapatkan perubahan warna dari coklat menjadi jingga kecoklatan yang menunjukkan adanya kandungan flavonoid. Isolasi quercetin dilakukan dengan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Eluen yang digunakan dalam isolasi quercetin dari ekstrak daun Keji Beling adalah methanol-etil asetat (4:1). Dari hasil pengujian dengan FTIR dan NMR didapatkan gugus-gugus senyawa yang umumnya terkandung dalam senyawa quercetin yaitu fenol, aromatic, karbonil, alkana, dan eter.

Antioxidant is used to prevent free radical forming in body. Quercetin from Keji Beling leaves extract can be used as natural antioxidant source. The extraction of quercetin from Keji Beling leaves with sonication method produce a yield of 10,67%. Based on phytochemical test of Keji Beling leaves extract obtained changes color from brown to reddish brown that indicates the flavonoid. Isolation of quercetin was conducted by using colomn chromatography and thin layer chromatography. The eluent that used for isolation of quercetin is methanol-etil acetate (4:1). From the test result of FTIR and NMR were obtained the function groups from sampel and also obtained in quercetin are phenol, aromatic, carbonil, alkane, and ether.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Poerwanto
"Salah satu cara untuk mengisolasi minyak atsiri dari tanaman penghasil minyakatsiri adalah degan melakukan penyulingan. Penyulingan adalah pemisahan komponen yang berupa cairan terdiri dari dua macamcampuran
atau lebih berdasarkan perbedaant itikdidih. Proses tersebut dilakukan pada minyak atsiri yang tidak larut dalam air.Proses penyulingan yang selama ini
digunakan adalah dengan menggunakan uap dan air,karena konstruksi peralatan lebih murah dan lebih sederhana. Namun penyulingan dengan uap dan air memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan uap air lebih banyak. Hal tersebut akan berakibat sejumlah uap akan mengembun didalam jaringan tanaman sehingga bahan akan bertambah basah sehingga akan menambah penggunaan bahan bakar dan akan menurunkan produktifitas hasil proses penyulingan.Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan sistem
penyulingan yang lebih efektif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pembakaran pada proses penyulingan tanaman atsiri
yaitu sereh wangi,sehingga diharapkan akan meningkatkan produktifitas hasil penyulingan.Penelitian ini dilaksanakan dengan mengubah sistem penyulingan menggunakan sistem kohobasi.Penelitian ini dilaksanakan untuk
mendukung kegiatana groindustri di Desa Guli Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi sitem penyulingan tungku kohobasi 0.9% lebih tinggi jika dibandingkan sistem penyulingan sistem kukus,hasil tersebut seiring juga dengan tingkat produktifitas proses produksi penyulingan minyak sereh wangi, sehingga
untuk program kerja Pemerintah Desa Guli direkomendasikan untuk menggunakan sistem penyulingan tungku kohobasi ."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2022
620 JIA XIV:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Munawar
"Penelitian isolasi bertahap telah dilakukan untuk mendapatkan bakteri pendegradasi fraksi jenuh, aromatik, resin, dan aspal. Isolasi dilakukan terhadap lima sampel tanah terkontaminasi minyak dari Sumatera Selatan. Medium isolasi menggunakan soil extract diperkaya oil recovery atau oil recovery sisa degradasi (OSD) sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi sesuai tahapan isolasi. OSD setiap akhir tahap isolasi difraksinasi menggunakan analisis SARA untuk mengetahui fraksi jenuh, aromatik, resin dan aspal. Hasil penelitian mendapatkan enam isolat bakteri terpilih berdasarkan kecepatan degradasi tertinggi pada setiap tahap, satu isolat bakteri pendegradasi fraksi jenuh yaitu Mycobacterium sp. T1H2D4-7 dengan laju degradasi 0,0199 mg/jam dan kepadatan 8,4x10 6cfu/g dari tahap I. Isolat T2H1D2-4 teridentifikasi sebagai Pseudomonas sp. merupakan bakteri pendegradasi fraksi aromatik dengan laju degradasi 0,0141 mg/jam dan kepadatan 5,1x10 6cfu/g diperoleh pada tahap II. Dua isolat yaitu Micrococcus sp. T3H2D4-2 dan Pseudomonas sp. T1H1D5-5 merupakan bakteri pendegradasi fraksi resin yang masing-masing mempunyai laju degradasi 0,0088 mg/jam dengan kepadatan 5,6x10 6cfu/g, dan 0,0089 mg/jam dengan kepadatan 5,7x10 6cfu/g diperoleh dari tahap III. Isolasi tahap IV diperoleh dua isolat yaitu Pseudomonas sp. T4H1D3-1 dan Pseudomonas sp. T4H3D5-4 yang merupakan bakteri pendegradasi fraksi aspal, masing-masing mempunyai kecepatan degradasi 0,0057 mg /jam dengan kerapatan 5,6x10 6cfu/g, dan 0,0058 mg/jam dengan kerapatan 5,7x10 6cfu/g.

Sequential isolation has been conducted to obtain isolates of saturated, aromatic, resin, and asphaltene fractions degrading bacteria from oil contaminated sites. Five soil samples were collected from South Sumatera. These bacterial isolates were obtained using soil extract medium enriched with oil recovery or remaining-oil recovery degradated (ROD) as sole carbon and energy sources according to the isolation stage as the isolation medium. ROD at the end of every isolation stage analyzed oil fractions by use of the SARA analysis method. Six isolates of bacteria have been selected, one isolate was fraction satu rates degrading bacteria that are Mycobacterium sp. T1H2D4-7 at degradation rate 0.0199 mgs/h with density 8.4x10 6cfu/g from stage I. The isolate T2H1D2-4, identified as Pseudomonas sp. was fraction aromatics degrading bacteria at accelerate 0.0141 mgs/h with density 5.1x10 6cfu/g are obtained at stage II. Two isolates namely Micrococcus sp. T3H2D4-2 and Pseudomonas sp. T1H1D5-5 were fraction resins degrading bacteria by accelerate 0.00 88 mgs/h at density 5.6x10 6cfu/g and 0.0089 mgs/h at density 5.7x10 6 cfu/g are obtained at stage III. Isolation of stage IV has been obtained two isolates Pseudomonas sp. T4H1D3-1 and Pseudomonas sp. T4H3D5-4 were fraction asphaltenes degrading bacteria by accelerate 0.0057 mgs/h at density 5.6x10 6cfu/g and accelerate 0.0058 mgs/h at density 5.7x10 6cfu/g."
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya, 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>