Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74188 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnaini
"Kontaminasi mikroba di industri farmasi adalah suatu permasalahan serius yang dapat membahayakan kualitas dan keamanan produk obat. Faktor - faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi mikroba di industri farmasi meliputi Lingkungan produksi yang tidak sesuai, Bahan baku yang terkontaminasi, Peralatan dan mesin yang tidak bersih, Karyawan yang tidak terlatih, serta Gangguan dalam rantai pasokan. Pembersihan dapat dilakukan dengan sanitasi dan hygiene. Namun kemampuan mikroorganisme untuk dapat bermutasi dan menjadi resisten perlu diwaspadai. Oleh karena itu, mapping dan identifikasi mikroorganisme harus secara rutin dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya mutasi mikroorganisme untuk mengetahui hasil mutasi tersebut masih dapat dikontrol dengan cara pembersihan yang ada. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mengisolasi mikroorganisme yang dan dilanjutkan dengan pengujian menggunakan ID Test mikroorganisme. Studi literatur ini dilakukan dengan melakukan perbandingan berdasarkan kelebihan dan kekurangan penggunaan antara BBL Crystal Kit dengan Remel RapID System. Pemilihan jenis ID Test Mikroorganisme sebaiknya dilakukan berdasarkan kebutuhan. Apabila kebutuhan suatu industri adalah waktu yang cepat, maka Remel RapID system merupakan pilihan yang tepat. Apabila jenis mikroba yang ingin diidentifikasi belum diketahui jenisnya dengan pasti, maka pemilihan BBL Crystal merupakan pilihan yang cukup memungkinkan dikarenakan jenisnya hanya terbagi 2 yaitu BBL Crystal untuk gram positif dan BBL Crystal untuk gram negatif.

Microbial contamination in the pharmaceutical industry is a serious issue that can jeopardize the quality and safety of drug products. Factors contributing to microbial contamination in pharmaceutical manufacturing include inadequate production environments, contaminated raw materials, unclean equipment and machinery, untrained personnel, and disruptions in the supply chain. Cleaning can be performed through sanitation and hygiene practices, but the ability of microorganisms to mutate and develop resistance needs careful consideration. Therefore, routine mapping and identification of microorganisms should be conducted to detect possible mutations, ensuring that these mutations can still be controlled through existing cleaning methods. Microorganism identification involves isolating the microorganism and conducting testing using microbial ID tests. This literature review compares the advantages and disadvantages of using the BBL Crystal Kit versus the Remel RapID System. The selection of microbial ID tests should be based on specific needs. If rapid results are required, the Remel RapID system is suitable. If the exact type of microorganism is uncertain, the BBL Crystal system is advantageous because it categorizes microorganisms into two groups: BBL Crystal for gram-positive and BBL Crystal for gram-negative bacteria.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitria
"Sistem pemaparan sangat dipengaruhi oleh agen-agen lingkungan, khususnya agen yang berasal dari udara, dan merupakan sstem pertahanan tubuh yang terdepan dari pemaparan agen-agen lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil survey kesehatan masyarakat di Kelurahan Cisalak 2001, gangguan pernapasan dianggap merupakan masalah kesehatan masyarakat di kelurahan tersebut, terutama pada bayi dan balita. Faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya gangguan pemapasan pada bayi dan balita adalah kualitas udara di dalam rumah tempat tinggal, mengingat sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh bayi dan balita tersebut adalah di dalam rumah.
Studi ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas udara dalam rumah dan kondisi lingkungan rumah dengan terjadinya gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Desain studi yang diterapkan adalah cross-sectional, dengan pengukuran kualitas udara yang meliputi parameter PM 10 dan Total Plate Count (TPC) Mikroorganisme Udara.
Sebanyak 200 anak diteliti, ditemukan 31,5 persen yang mengalami batuk pilek dengan demam dan 51,5 persen yang mengalami batuk pilek dengan atau tanpa demam dalam dua minggu terakhir. Pangukuran kualitas udara ditemukan sebanyak 52,5 persen dari rumah yang diukur temyata telah melewati ambang batas kadar PM10 sebesar 90 μg/m3, dan 77.8 persen dari rumah yang diukur udaranya mengandung lebih dari 750.000 koloni/m3 total plate count mikroorganisme udara. Analisis statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kualitas udara dengan terjadinya gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Namun demikian, terdapat perbedaan proporsi gangguan pernapasan yang cukup besar antara anak yang tinggal di rumah dengan kualitas udara yang buruk dengan anak yang tinggal di rumah dengan kualitas udara yang baik.
Hubungan yang bermakna terdapat antara variabel rasio luas lubang angin/luas kamar dan variabel kebiasaan merokok dengan gangguan pernapasan. Pada anak yang tidur di kamar dengan ventilasi yang kurang. peluangnya untuk mengalami gangguan pernapasan adalah 3 - 3,589 kali lebih besar dari anak yang tidur di kamar dengan ventilasi yang cukup. Anak yang tinggal di rumah dengan perokok berpeluang untuk mengalami gangguan pernapasan 1,997 kali lebih besar daripada anak yang tinggal di rumah tanpa perokok. Variabel-variabel lingkungan rumah yang lain, walaupun tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, namun memperlihatkan adanya perbedaan proporsi gangguan pernapasan yang cukup besar antara anak yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungna rumah yang buruk dibandingkan anak yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungan rumah yang baik.
Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis obat nyamuk, suhu dan kelembaban relatif udara, jumlah perokok dalam tiap rumah, serta jumlah rokok yang dihisap per hari dengan kadar PM10 di dalam rumah. Analisis linier ganda menghasilkan sebuah persamaan yang menjelaskan variasi kadar PM10 melalui variabel-variabel rasio luas lubang angin/luas rumah, kepadatan hunian rumah, kelembaban relatif udara, dan jumlah perokok dalam tiap rumah. Antara kelembaban relatif udara dengan TPC mikroba udara terdapat hubungan yang bermakna.
Analisis regresi linier ganda menghasilkan persamaan yang menjelaskan variasi jumlah koloni mikroorganisme udara melalui variabel suhu dan kelembaban relatif udara dalam rumah. Secara keseluruhan, terdapat beberapa variabel yang patut mendapat perhatian karena secara konsisten berhubungan ataupun menunjukkan kecenderungan untuk berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah dan dengan gangguan pemapasan pada bayi dan balita. Yaitu rasio luas lubang angin/luas kamar, rasio luas lubang angin/luas rumah, kepadatan hunian rumah, penggunaan obat nyamuk, dan kebiasaan merokok.

The respiratory system is commonly affected by environmental agents and is often the body's first line of defense against them. According to the public health survey conducted in Kelurahan Cisalak in year 2001. respiratory disease was one of public health concern, especially in infants and voting children. Factors that influence the disease seemed to be indoor air quality, since infants and young children spent almost all of their time in home.
The purpose of this study was to analyze the relationship between indoor air quality, housing environment, and respiratory disease in infants and young children. Study design was cross-sectional survey, including the measurement of PM to and total plate count (TPC) of airborne microorganisms as parameters of indoor air quality.
A number of 200 hundred children were randomly selected. As much as 31.5 percents of the children had runny nose and cough with fever and 51.5 percents had runny nose and cough with or without fever in the last two weeks. The measurement of indoor air quality showed that 52.5 percents of houses had indoor PMI0 concentration over 90 µglm3, and 77.8 percents of the houses had more than 750.000 CFU/m3 of total plate count of airborne microorganisms. Bivariate analysis showed that there were no relationship between indoor air quality and respiratory disease in infants and young children. But the proportions of respiratory diseases were different between children who lived in bad indoor air quality and children who lived in good indoor air quality,
Significant relationship was showed between bedroom ventilation and smoking with respiratory disease. Probability of having respiratory disease in children sleeping in inadequate bedroom ventilation was 3 - 3.589 times higher compared with children sleeping in adequate bedroom ventilation. Probability of having respiratory disease in children living with smokers was 1.997 times higher compared with children living in a house with no smoker. Although there were no significant relationship showed by other housing environment variables, the proportions of respiratory diseases were different between children who lived in bad housing-environment and children who lived in good housing environment.
There were significant correlations between the use of mosquito killer, indoor air temperature and relative humidity, number of smoker in a house, and number of cigarrete per day with indoor PMi0 concentration. Multiple linear regression analysis showed a formula that could explain the variation of indoor PMio concentration from variables of house ventilation, living density in a house, relative humidity, and number of smoker in a house. There was a significant correlation between indoor relative humidity and total plate count of airborne microorganisms.
Multiple linear regression analysis showed a formula that could explain the variation of total plate count of airborne microorganisms from variables of indoor air temperature and relative humidity. Some variables were important to be our concern because consistently showed significant relationships or tend to be related with indoor air quality and respiratory diseases in infants and young children. The variables were bed room ventilation, house ventilation, living density in a house, the use of mosquito killer, and smoking.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Paramita Ayuningtyas
"Penelitian ini merupakan randomized, single blind controlled trial yang bertujuan untuk menilai keamanan pemakaian ulang vitrektor single-use. Penelitian ini menilai proporsi, jumlah koloni dan spesies mikroorganisme yang tumbuh pada vitrektor bekas pakai satu kali yang menjalani reprocessing dengan dan tanpa pembilasan povidone-iodine 5%. Sebanyak 88 sampel vitrektor 23G dirandomisasi menjadi dua kelompok yaitu kelompok I yang menjalani reprocessing saja dan kelompok II yang menjalani pembilasan povidone-iodine 5% dan reprocessing. Kultur mikroorganisme dilakukan pada bagian tip dan bilasan lumen tip-connector-extension cairan. Pada kelompok I, ditemukan pertumbuhan bakteri Staphylococcus hominis pada satu tip (2,3%), sedangkan semua bilasan lumen steril. Pada kelompok II, semua kultur tip dan bilasan lumen steril. Walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan proporsi pertumbuhan mikroorgansime di kedua kelompok (p=1,000), pertumbuhan bakteri pada kelompok I dapat berpotensi memiliki dampak klinis dan mikrobiologi yang berarti.

A randomized, single blind controlled trial was done to evaluate the safety of reusing a single-use vitrector. This study evaluated the proportion, number of colony, and the species of microorganism growth from vitrectors, which underwent reprocessing with and without 5% povidone-iodine flushing. Eighty-eight samples of 23G vitrector were randomized into two groups; Group I undergone direct reprocessing (cleaning, disinfection, repackaging, and ethylene oxide sterilization), whereas Group II were flushed with 5% povidone-iodine before undergone reprocessing. Microorganism culture of vitrector was performed for the tip and flushing of the tip-connector-fluid extension lumen. In Group I, Staphylococcus hominis was found on culture of one tip (2,3%), whereas all lumen cultures were negative or sterile. In Group II, all tip and lumen cultures were negative or sterile. Although no significant difference in proportion of microorganism growth between groups (p=1.000), microorganism growth found in Group I might have a clinical and microbiological effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Menurut data IQVIA Thyroid data tahun 2022 menunjukkan prevalensi hipotiroid mencapai 12,4 juta orang dengan tingkat penanganan 1,9%. Sedangkan prevalensi hipertiroid sebanyak 13,2 juta dengan tingkat penanganan sekitar 6,2% (Perkeni, 2022). Pasien dengan peningkatan kadar hormon tiroid yang tidak diobati akan beresiko menurunnya kualitas hidup. Oleh karena itu, diperlukan terapi untuk mengontrol kadar hormon tiroid pada batasan normal. Dalam alur pelayanan resep, apoteker melakukan skrining resep yang meliputi skrining administratif, kesesuaian farmasetik, dan kesesuaian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep dan meminimalkan kesalahan pengobatan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi literatur dan pengkajian resep pasien tiroid di Apotek Roxy Jakasampurna. Kajian administratif meliputi data pasien (nama, usia, jenis kelamin, dan berat badan), data dokter (nama, SIP, alamat, nomor telpon, dan paraf), dan tanggal penulisan resep. Kajian farmasetik meliputi bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas dan inkompatibilitas. Kajian klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat, cara pakai obat, polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontraindikasi, dan interaksi. Setelah dilakukan pengkajian, aspek pengkajian administratif: identitas dokter yang tidak terpenuhi adalah No. SIP dokter dan identitas pasien tidak terpenuhi adalah usia, alamat dan berat badan pasien. Sedangkan aspek farmasetik dan klinis lengkap dan sesuai.

According to IQVIA Thyroid data, data for 2022 shows that the prevalence of hypothyroidism has reached 12.4 million people with a treatment rate of 1.9%. Meanwhile, the prevalence of hyperthyroidism is 13.2 million with a treatment rate of around 6.2% (Perkeni, 2022). Patients with untreated elevated thyroid hormone levels are at risk of reduced quality of life. Therefore, therapy is needed to control thyroid hormone levels within normal limits. In the prescription service flow, pharmacists carry out prescription screening which includes administrative screening, pharmaceutical suitability, and clinical suitability to ensure the legality of a prescription and minimize medication errors. Based on this, the author is interested in conducting a literature study and reviewing prescriptions for thyroid patients at the Roxy Jakasampurna Pharmacy. Administrative studies include patient data (name, age, gender, and weight), doctor data (name, SIP, address, telephone number, and initials), and the date the prescription was written. Pharmaceutical studies include dosage form, dosage strength, stability and incompatibility. Clinical studies include the accuracy of drug indications and doses, how to use drugs, polypharmacy, unwanted drug reactions, contraindications and interactions. After carrying out the review, the administrative review aspect: the identity of the doctor who is not fulfilled is No. The doctor's SIP and the patient's identity are not met, namely the patient's age, address and weight. Meanwhile, the pharmaceutical and clinical aspects are complete and appropriate.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hudson, William Henry
Boston; New York D.C. : Heath, 1913
807 HUD i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Carter, Ronald
Harlow: Longman, 1991
807.11 CAR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rosenblatt, Louise M.
New York: Appleton-Century-Crofts, 1938
807 ROS l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Longman, 1992
807 REA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chamberlain, Rudolph W.
New York: Iroquois, 1940
820.7 CHA b I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lerner, Laurence D.
London: Oxford University Press, 1954
820.7 LER e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>