Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Stephanie Ong
"Kacip Fatima merupakan tanaman yang berasal dari butan tropis Asia Tenggara,
tennasuk Indonesia. Tanaman dengan nama lain Labisia pumila ini memiliki nilai
fenol sebesar 5.454,301100 gram. Kacip fatima dapat digunakan sebagai pereduksi
dalam pembuatan nanopartikel emas. Nanopartikel emas dapat disentesis dengan
metode green synthesis terbukti Iebih aJnan untuk penggllnaan dan lingkungan.
Kandungan fenol pada tanaman kacip fatima dapat memberi keuntungan lain
sebagai anfiaging. Aging sendiri dapat diatasi dengan penggunaan kosmetik, salah
satunya masker, khususnya masker peel-off .Dilakukan pengujian antiglikasi
untuk menghitung persen inhibisi pembentukan Advance Glycation End Products
(AGEs), dimana AGEs sendiri merupakan Salall satu pemicll proses aging yang
menyebabkan timbulnya tanda penuan dini . Hasil pengujian glikasi dilakllkan
untuk menentukan kadar yang sesuai untuk menghambat pembentukan AGEs.
Digunakan dua sample dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu sediaan masker
peel-off dengan konsentrasi 10% memiliki daya inhibisi terhadap AGEs sebesar
64,432±25,651 % dan sediaan masker peel-off dengan kandungan nanopartikel
emas 20% memiliki daya inhibisi sebesar 94,691±30,444%"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T57590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Adya Aripin
"ABSTRAK
Penggunaan nanopartikel emas di bidang kosmetik cukup diminati, salah satunya sebagai antipenuaan. Aktivitas antipenuaan dalam suatu zat dapat diuji menggunakan uji efek anti-replikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti glikasi nanopartikel emas hasil sintesis ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) dan membandingkannya dengan efek anti glikasi ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila). Metode sintesis nanopartikel emas yang aman bagi manusia dan lingkungan adalah metode sintesis hijau dengan menggunakan ekstrak tumbuhan. Kacip Fatimah (Labisia pumila) merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku sintesis nanopartikel emas dan telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Setelah nanopartikel emas disintesis, kemudian nanopartikel emas dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan Particle Size Analyzer (PSA). Terakhir dilakukan uji efek anti glikasi secara in vitro pada nanopartikel emas dan ekstrak Kacip Fatimah dengan menghitung% penghambatan pembentukan AGEs, dimana pembentukan AGEs dapat dideteksi dengan melihat intensitas fluoresensi yang terbentuk. Hasil karakterisasi yang diperoleh adalah serapan nanopartikel emas sebesar 0,668 pada panjang gelombang 535,60 nm dan rata-rata ukuran partikel yang terbentuk adalah 65,46 nm dengan nilai indeks polidispersitas (PdI) 0,443 dan nilai potensial zeta -35,1 mV. Hasil uji efek anti glikasi menunjukkan bahwa nanopartikel emas yang disintesis dengan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) 5% memiliki efek anti glikasi yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) 5%, dimana% penghambatan nanopartikel emas yang disintesis dengan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) 5% adalah 89,94 ± 6,12% dan% penghambatan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) 5% adalah 64,24 ± 5,63%. Dengan demikian, nanopartikel emas yang disintesis dengan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) telah terbukti memiliki efek anti-glikasi dan dapat digunakan sebagai agen antipenuaan.

ABSTRACT
The use of gold nanoparticles in the cosmetic sector is quite attractive, one of which is as antiaging. Antiaging activity in a substance can be tested using an anti-replication effect test. This study aims to determine the anti-glycation effect of the gold nanoparticles synthesized from Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract and compare it with the anti-glycation effect of Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract. The gold nanoparticle synthesis method that is safe for humans and the environment is a green synthesis method using plant extracts. Kacip Fatimah (Labisia pumila) is a plant that can be used as raw material for the synthesis of gold nanoparticles and has been shown to have antioxidant activity. After the gold nanoparticles were synthesized, the gold nanoparticles were characterized using a UV-Vis spectrophotometer and Particle Size Analyzer (PSA). Finally, an in vitro anti-glycation effect test was carried out on gold nanoparticles and Kacip Fatimah extract by calculating the% inhibition of AGEs formation, where the formation of AGEs can be detected by looking at the intensity of fluorescence formed. The characterization results obtained were gold nanoparticle absorption of 0.668 at a wavelength of 535.60 nm and the average particle size formed was 65.46 nm with a polydispersity index (PdI) 0.443 and a zeta potential value of -35.1 mV. The results of the anti-glycation effect test showed that gold nanoparticles synthesized with 5% Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract had a higher anti-glycation effect than 5% Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract, where% inhibition of gold nanoparticles synthesized with Kacip Fatimah extract (Labisia pumila) 5% was 89.94 ± 6.12% and the% inhibition of Kacip Fatimah extract (Labisia pumila) 5% was 64.24 ± 5.63%. Thus, gold nanoparticles synthesized with Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract have been shown to have anti-glycation effects and can be used as an antiaging agent."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayuwati Waluyo
"Salah satu penyebab penuaan adalah keberadaan advance glycation end products (AGEs) dan nanopartikel emas mampu menghambat pembentukan AGEs. Nanopartikel emas sudah banyak dicoba untuk disintesis menggunakan ekstrak tanaman, pada penelitian ini ekstrak Sida rhombifolia (Sidaguri) dimanfaatkan sebagai agen pereduksi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data keamanan dan manfaat dari nanopartikel emas yang disintesis dengan ekstrak Sidaguri. Penelitian dilakukan dengan menentukan kemampuan anti-aging dari serum mengandung nanopartikel emas dengan metode uji anti-glikasi secara in-vitro dan uji manfaat, serta menentukan keamanannya menggunakan uji iritasi dengan metode hen’s egg chorioallantoic membrane (HET-CAM) dan uji patch. Nanopartikel emas yang disintesis dengan bantuan ekstrak Sidaguri dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV-Vis, Particle Size Analyzer (PSA), Transmission Electron Microscopy (TEM) dan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Koloid nanopartikel emas sebanyak 10%, diperoleh dari uji anti-glikasi secara in-vitro, diformulasikan kedalam serum anti-aging dan diuji keamanannya secara ­in-vitro menggunakan uji HET-CAM. Kemudian, serum ke manusia untuk mengetahui potensi iritasi dan manfaatnya. Nanopartikel emas yang disintesis dengan bantuan ekstrak Sidaguri memiliki panjang gelombang maksimum di 547 nm dengan absorbansi 0,459, ukuran partikel rata-rata 91,29±0,48 nm, indeks polidispersitas rata-rata 0,179±0,01, nilai potensial zeta rata-rata -34,77±1,39 mV, pH rata-rata 2,84±0,08, struktur polikristallin dan mengandung 216,2 ppm emas. Nanopartikel yang diformulasikan ke dalam serum mengandung 10% koloid nanopartikel emas memiliki efek penghambatan glikasi sebesar 68,20±11,67%, tidak mengiritasi dengan nilai RI pada uji HET-CAM 0,0 dan nilai respon 0,0 setelah uji provokatif dan memiliki manfaat sebagai kosmetika anti-aging dengan meningkatkan kadar kolagen (nilai rerata akhir 64,72±27,11%) dan elastisitas kulit (nilai rerata akhir 64,11±11,67%) setelah 8 minggu pemakaian. Dengan demikian, diharapkan nanopartikel emas ini dapat digunakan sebagai salah satu agen anti-aging di kemudian hari.

Advance glycation end products (AGEs) is one of the cause of aging and gold nanoparticle inhibit the formation of AGEs. Gold nanoparticles (AuNP) has been synthetized using plant extract, in this research Sida rhombifolia (Sidaguri) extract was used. This research aims to acquire the safety and beneficial data of gold nanoparticle synthetized using Sidaguri extract. To obtain the beneficial data, anti-aging properties of gold nanoparticles were determined using in-vitro antiglycation inhibition activity test and efficacy test meanwhile the safety data were obtained using hen’s egg chorioallantoic membrane (HET-CAM) test and patch test. AuNP produced by reducing HAuCl4 solution using Sidaguri extract. AuNP formed were evaluated with spectrophotometer UV-Vis, pH meter, Particle Size Analyzer (PSA), Transmission Electron Microscopy (TEM) and Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Then, AuNP were formulated into serum anti-aging. Optimum dose of colloidal AuNP for anti-aging serum was 10%, obtained from in-vitro anti-glycation test. The irritation potency of serum was tested using HET-CAM method and patch test, then the efficacy test was tested by applying it to the volunteer. The developed AuNP has maximum wavelength (λmax) at 547 nm with 0.459 absorbance, average particle size was 91.29±0.48 nm, polidispersity index (PDI) was 0.179±0.01, average zeta potential was -34.77±1.39 mV, average pH was 2.84±0.08, polycrystalline structure with face-centered cubic and containing 216.2 ppm gold. Serum anti-aging containing 10% colloidal AuNP had anti-glycation effect inhibition of 68.20±11.67%. Serum anti-aging was not irritant with RI value 0,0 and response value 0,0 after provocative test. Serum anti-aging has the ability to increase skin collagen (average 64.72±27.11%) and skin elasticity (64.11±11.67) after 8 weeks of use. Thus, AuNP can be used as an anti-aging agent in the future."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Huda
"Kurkumin merupakan bahan aktif yang diperoleh dari kunyit dan telah dilaporkan memiliki banyak aktivitas biologis, tetapi penggunaannya secara klinis terbatas karena kelarutan dalam air yang rendah dan disolusi yang lambat. Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanopartikel lipid padat (SLN) yang mengandung kurkumin dan mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan laju disolusi kurkumin. Pembuatan SLN menggunakan teknik homogenisasi kecepatan tinggi dan ultrasonikasi. Digunakan surfaktan natrium kaseinat dan lipid virgin coconut oil. Hasil dispersi SLN dikeringkan dengan metode semprot kering. Serbuk SLN dikarakterisasi dan dibandingkan dengan kurkumin standar. Dari hasil uji DSC terlihat penurunan titik lebur yang bermakna. Hasil uji XRD menunjukkan pola difraksi kurkumin yang terjerap dalam inti lipid dari SLN dan mengindikasikan bentuk amorf. Uji disolusi menunjukkan peningkatan laju disolusi kurkumin yang bermakna pada nanopartikel lipid padat.

Curcumin is the active ingredient obtained from the turmeric and its has been reported to have many biological activities, but its clinical use is limited because of its poor solubility in water and slow dissolution. The aim of this research is to prepare solid lipid nanoparticle (SLN) of curcumin and to know its effect on enhancement of dissolution rate of curcumin. SLN was prepared by high speed homogenization and ultrasonic technique. Casseinate sodium used as surfactant and virgin coconut oil as lipid. Dispersion of SLN was then spray dried. SLN powder was characterized and compared with standard curcumin. The result of DSC test showed significantly decrease of melting point. The result of XRD showed diffraction pattern of curcumin that entrapped in the lipid core of SLN and indicated amorphous form. Dissolution test showed significantly enhancement of dissolution rate of curcumin in solid lipid nanoparticle."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1967
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasyithoh Fatimiyah
"Nanopartikel emas semakin diminati oleh para peneliti karena sifat elektronik, optik, dan kimia yang unik dari partikel emas berskala nano. Namun, dalam pembuatan AuNP, bahan kimia yang dapat merusak lingkungan digunakan, sehingga dalam beberapa tahun terakhir pendekatan sintesis hijau telah dikembangkan. Dalam penelitian ini, AuNP dibuat dengan menggunakan ekstrak kacip fatimah yang memiliki karakterisasi dan stabilitas yang baik. Sintesis AuNP menggunakan larutan HAuCl4 30% dan ekstrak kernip fatimah dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15%, diaduk selama 5 menit dengan kecepatan 300 rpm, dan ditambahkan larutan natrium sitrat sebagai capping agent. Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan alat pengukur pH, spektrofotometer UV-VIS, Particle Size Analyzer (PSA), dan Transmission Electron Microscopy (TEM). Uji stabilitas dilakukan. AuNP disimpan pada suhu kamar selama 56 hari. Hasil sintesis AuNP dengan konsentrasi ekstrak 5% terbentuk pada 535,50 nm dengan daya serap 0,720 A, pH 3,83, ukuran partikel 59,93 ± 1,35 nm, nilai polidispersitas 0,463 ± 0,06, a Potensi zeta -31,0 ± 7,44 mV, dan ditemukan morfologi berbentuk bola, pentagonal, dan tidak beraturan. Pada uji stabilitas AuNP dengan konsentrasi ekstrak 5%, 10%, dan 15% selama 56 hari yang diamati menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan PSA, ditemukan bahwa AuNP dengan konsentrasi ekstrak 5% memiliki stabilitas yang lebih baik daripada AuNP dengan konsentrasi ekstrak 10% dan 15%. . Sintesis AuNP menggunakan ekstrak kacip fatimah memiliki karakterisasi dan stabilitas yang baik pada konsentrasi ekstrak 5%, diaduk selama 5 menit dengan kecepatan 300 rpm dan ditambahkan natrium sitrat sebagai capping agent.

Gold nanoparticles are increasingly in demand by researchers due to the unique electronic, optical and chemical properties of nanoscale gold particles. However, in the manufacture of AuNP, chemicals that can damage the environment are used, so in recent years a green synthesis approach has been developed. In this study, AuNP was prepared using an extract of the fatimah kacip which has good characterization and stability. Synthesis of AuNP using 30% HAuCl4 solution and kernip fatimah extract with a concentration of 5%, 10%, and 15%, stirred for 5 minutes at a speed of 300 rpm, and sodium citrate solution was added as a capping agent. Characterization was performed using a pH measuring device, UV-VIS spectrophotometer, Particle Size Analyzer (PSA), and Transmission Electron Microscopy (TEM). Stability test was carried out. AuNP was stored at room temperature for 56 days. The results of the synthesis of AuNP with a concentration of 5% extract were formed at 535.50 nm with an absorption capacity of 0.720 A, pH 3.83, a particle size of 59.93 ± 1.35 nm, a polydispersity value of 0.463 ± 0.06, a zeta potential of -31, 0 ± 7.44 mV, and the morphology is spherical, pentagonal, and irregular. In the AuNP stability test with an extract concentration of 5%, 10%, and 15% for 56 days, which was observed using a UV-VIS and PSA spectrophotometer, it was found that AuNP with an extract concentration of 5% had better stability than AuNP with an extract concentration of 10% and 15%. . Synthesis of AuNP using kacip fatimah extract has good characterization and stability at a 5% extract concentration, stirred for 5 minutes at a speed of 300 rpm and sodium citrate is added as a capping agent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrohmaniah
"Emas memiliki efek anti-penuaan melalui mekanisme mereka untuk produk akhir dari proses glikasi, yang banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Beberapa ekstrak tanaman dapat digunakan sebagai bioreduktor dalam sintesis nanopartikel emas, salah satu ekstrak dari kacip fatimah (Labisia pumila) karena sifat antioksidannya yang tinggi. Dalam penelitian ini, kami mengembangkan formulasi serum kosmetik yang mengandung nanopartikel emas hijau yang disintesis dikurangi oleh kacip fatimah (Labisia pumila) dan untuk mengevaluasi sifat dan stabilitasnya. Formulasi serum dilakukan dengan variasi konsentrasi hidroksietil selulosa sebagai agen pembentuk gel dan nanopartikel emas yang dibuat oleh HAuCl4 yang direduksi dengan ekstrak L. pumila sebagai bahan aktif. Nanopartikel emas dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan Particle Size Analyzer (PSA) Zetasizer. Ukuran rata-rata nanogold yang terbentuk dari nanopartikel adalah 69,34 nms dengan potensi zeta -26,1 mVs dan indeks polydispersity 0,463. Konsentrasi zat pembentuk gel yang dipilih adalah 0,5%. Serum kosmetik mengandung berbagai nanogold 0,2%; 0,4%; 0,6%; dan 0,8%. Karakterisasi dan evaluasi dilakukan pada serum kosmetik, yang memberikan hasil viskositas sesuai dengan kisaran 300-400 cPses; pH berada dalam kisaran 5-6,5; diameter daya yang tersebar tergantung pada kisaran 7-10 cm dan memberikan sifat aliran yang mengandung aliran pseudoplastik. Serum kosmetik mengandung nanopartikel emas dapat disiapkan dan uji stabilitas fisik menggunakan tes bersepeda memberikan serum kosmetik yang baik dan stabil karena tidak memiliki perbedaan yang signifikan berdasarkan penampilan fisik, homogenitas, viskositas dan pengukuran pH.

Gold nanoparticles have anti-aging effects through their mechanism for the final product of the glycation process, which is widely used in cosmetic preparations. Some plant extracts can be used as bioreductors in the synthesis of gold nanoparticles, one of the extracts from the Fatimah kacip (Labisia pumila) because of their high antioxidant properties. In this study, we developed a cosmetic serum formulation containing green gold nanoparticles that were synthesized reduced by the Fatimah kacip (Labisia pumila) and to evaluate its properties and stability. Serum formulations were carried out with variations in the concentration of hydroxyethyl cellulose as a gel-forming agent and gold nanoparticles made by HAuCl4 which were reduced with L. pumila extract as the active ingredient. Gold nanoparticles were characterized using a UV-Vis spectrophotometer and Zetasizer Particle Size Analyzer (PSA). The average size of the nanogold formed from nanoparticles was 69.34 nms with a zeta potential of -26.1 mVs and a polydispersity index of 0.463. The concentration of the selected gelling agent is 0.5%. Cosmetic serum contains a range of 0.2% nanogolds; 0.4%; 0.6%; and 0.8%. Characterization and evaluation were carried out on cosmetic serum, which gave viscosity results in the range of 300-400 cPses; pH is in the range 5-6.5; the diameter of the scattered power depends on the range of 7-10 cm; and provide flow properties that contain pseudoplastic flow. Cosmetic serum containing gold nanoparticles can be prepared and a physical stability test using a cycling test provides good and stable cosmetic serum because it does not have a significant difference based on physical appearance, homogeneity, viscosity and pH measurement.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Keme
"Emas (Au) merupakan logam transisi yang telah banyak digunakan sebagai komponen aktif dalam produk kosmetik. Bentuk nano dari emas menunjukkan sifat optik baru, tidak beracun, biokompatibel dan aman digunakan. Pada penelitian ini, nanopartikel emas dibuat dengan reduksi HAuCl4 menggunakan NaBH4 dengan atau tanpa natrium sitrat sebagai agen penstabil. Nanopartikel emas dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, TEM, PSA, Zetasizer dan SSA. Hasil karakterisasi menunjukkan ukuran rata-rata nanopartikel emas dengan dan tanpa penstabil natrium sitrat adalah 5,75 ± 1,07 nm dan 4,94 ±1,05 nm. Potensial zeta untuk nanopartikel emas dengan dan tanpa penstabil natrium sitrat adalah -30,5 mV dan -20,48 mV. Nanopartikel emas diformulasikan dalam sediaan serum dan dilakukan uji kestabilan fisik nanopartikel emas. Uji ini dilakukan berdasarkan penampilan fisik, pH dan spektrum serapan dari nanopartikel emas. Uji stabilitas selama 6 minggu menunjukkan nanopartikel emas stabil dalam sediaan serum.

Gold (Au) is a metal transition element that has been widely used as an active component in cosmetic products. Nanoscale of gold shows new optical properties,non-toxic, biocompatible and safe. In this study, gold nanoparticles prepared by reducing HAuCl4 using NaBH4 with or without sodium citrate as a stabilizer. Gold nanoparticles were characterized by UV-Vis spectrophotometer, TEM, PSA,Zetasizer and SSA. The results showed the average size of gold nanoparticles with and without sodium citrate as stabilizer were 5,75 ± 1,07 nm and 4,94 ± 1,05 nm. Zeta potential of gold nanoparticles with and without sodium citrate as stabilizer were -30,5 mV and -20,48 mV. Gold nanoparticles were formulated in serum and the physical stability of gold nanoparticles had been tested. The test was done based on physical appearance, pH and absorption spectra. Stability test in 6 weeks showed that gold nanoparticles stable in serum."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahayaningsih
"Satu seri nanopartikel TiO2 didop Ni dengan variasi konsentrasi Ni dibuat dengan metode kopresipitasi. Komposisi elemen, sifat strukFtur, dan optik dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction, Electron Dispersive X-Ray dan UV-VIS diffuse reflectance spectroscopy. Identifikasi spesies paramagnetik dilakukan menggunakan Electron Spin Resonance. Berdasarkan pola difraksi XRD, hanya fase tunggal anatase yang muncul karena radius ionik Ni2+ dan Ti4+ yang hampir sama sehingga dapat menggantikan ion-ion Ti4+ pada kristal TiO2. Ukuran kristal rata-rata menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi Ni.
Fenomena ini kemungkinan terjadi akibat kehadiran ion-ion Ni2+ yang menghambat pertumbuhan kristal. Spektrum reflektansi difus UV-VIS menunjukkan bahwa penyerapan UV bergeser ke arah panjang gelombang sinar merah dan celah pita energi menurun. Hal ini disebabkan oleh atom-atom Ni yang membentuk levellevel energi localized dibawah pita konduksi pada kristal TiO2. Studi ESR pada nanopartikel TiO2 didop Ni menunjukkan adanya kehadiran Ni+, Ti3+, dan defek oksigen pada semua sampel.

A series Ni doped TiO2 nanoparticles with different Ni dopant concentration were facricated by coprecipitation method. The element composition, structural, and optical properties were characterized using X-Ray Diffraction, Electron Dispersive X-Ray and UV-VIS diffuse reflectance spectroscopy. Identification of paramagnetic species are conducted using Electron Spin Resonance. Based on XRD pattern, only single phase of anatase were appeared because the almost similar ionic radius of Ni2+ to that of Ti4+ which was found to replace some portion of Ti4+ ions in TiO2 lattice. The crystallite size decreases with increasing Ni content.
This phenomena probably arisen from introducing of Ni2+ ions which decrease crystalline growth. The UV-VIS diffuse reflectance spectra showed that the UV absorption moved to a longer wavelength (red shift) and the band gap energy was decreased. It caused the doped Ni atoms formed a localized energy states below conduction band of TiO2 lattice. ESR studies of Ni doped TiO2 nanoparticles revealed the presence of Ni+, Ti3+, and oxygen defects in all samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Sokoidanto
"Nanopartikel TiO2 didop Cu telah berhasil disintesis dengan metode kopresipitasi dengan reagen TiO2 sebagai material dasar dan CuSO4.5H2O sebagai pemberi dopant. Karakterisasi komposisi, struktur, optik, dan spesies paramagnetic dilakukan dengan spektroskopi Energy Dispersive X-ray, X-ray Diffraction, Fourier Transform Infrared, Diffuse Reflectance UV-Visible, dan Electron Spin Resonance. Nanopartikel yang terbentuk memiliki struktur kristal tetragonal anatase dengan ukuran grain antara 52 nm hingga 54 nm. Munculnya fase CuO pada sampel dengan konsentrasi 6% dan 12% menunjukkan adanya batas kelarutan Cu pada TiO2 yang juga memengaruhi parameter kisi TiO2. Penambahan unsur Cu pada TiO2 memberikan efek penyempitan celah pita energi (energy gap) dengan adanya redshift pada spektrum reflektansi UV-vis. Pensubstitusian unsur Ti dengan Cu mengakibatkan munculnya spesies paramagnetik yang terdeteksi pada spektroskopi ESR.

Cu-doped TiO2 nanoparticles have been synthesized by coprecipitation method using chemical TiO2 as base material and CuSO4.5H2O as a dopant precursor. Several characterization was used to obtain compositional, structural, optical, and paramagnetic properties using Energy Dispersive X-ray spectroscopy, X-ray Diffraction, Fourier Transform Infrared, Diffuse Reflectance UV-Visible and Electron Spin Resonance. The sample possessed tetragonal anatase structure with grain size between 52 to 54 nm. Secondary CuO phase on 6% and 12% sample showed solubility limit of Cu in TiO2 lattice that also influence the lattice parameters. Bandgap narrowing has occurred as concentration of Cu dopant was increased, showed by redshift on band edge of reflectance. Substitution Ti with Cu atoms led to detection of paramagnetic species by ESR spectroscopy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imalia Nurrachma Ayuningtyas
"Biji melinjo Gnetum gnemon L. mengandung trans-resveratrol dan derivat resveratrol lainnya, yang bermanfaat sebagai pencerah kulit, karena memiliki mekanisme menghambat tirosinase dalam proses melanogenesis. Aplikasi metode ekstraksi mikrowave dengan ionik likuid [Bmim]Br dikembangkan untuk mendapatkan kandungan trans-resveratrol dari biji melinjo. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan parameter kondisi ekstraksi biji melinjo yang optimum untuk menarik trans-resveratrol, serta mengevaluasi uji iritasi dan uji efikasi pencerah kulit dari gel nanopartikel ekstrak biji melinjo. Respon surface methodology dengan desain Box-Behnken terhadap empat faktor digunakan untuk menentukan kondisi ekstraksi yang optimum. Uji iritasi kulit dilakukan dengan metode uji tempel tertutup tunggal selama 24 jam, sedangkan uji efikasi dilakukan pada 32 orang wanita dengan memakai gel nanopartikel ekstrak biji melinjo selama 28 hari yang dibandingkan dengan gel kontrol. Hasil optimasi ekstraksi yaitu konsentrasi pelarut [Bmim]Br 2,5 mol/L, rasio pelarut/serbuk 15 mL/g, power 10 , dan waktu ekstraksi 10 menit. Ekstrak biji melinjo mengandung trans-resveratrol sebesar 3,33 mg/g. Hasil analisis uji iritasi kulit menunjukkan bahwa gel nanopartikel ekstrak biji melinjo tidak menimbulkan iritasi. Hasil uji efikasi dengan analisa uji-t menunjukkan penurunan indeks melanin yang signifikan secara statistik p = 0,01 , dimulai sejak 14 hari pemakaian gel nanopartikel ekstrak biji melinjo. Ekstrak biji melinjo yang mengandung trans-resveratrol memiliki manfaat untuk mencerahkan kulit.

Melinjo Gnetum gnemon L. seed contains trans resveratrol and resveratrol derivatives with beneficial effect as skin lightening because of their mechanism to inhibit tyrosinase in the melanogenesis process. The application of microwave assisted extraction method with ionic liquid Bmim Br as a selected solvent was developed for extraction of trans resveratrol from Melinjo seeds. The objective of this research was to obtain optimum extraction condition of Melinjo seeds to extract trans resveratrol and to evaluate the skin irritation and skin lightening efficacy of nanoparticles of Melinjo seeds extract on a gel formulation in human subjects. The response surface methodology with Box Behnken design on four factors is used to optimize extraction conditions. The skin irritation study was conducted using single application closed patch test for 24 hours. The efficacy study was performed on 32 women, who applied the nanoparticle gel of Melinjo seeds extract for 28 days and compared with gel control. The optimization result was Bmim Br concentration 2.5 mol L liquid powder ratio 15 mL g microwave power 10 and extraction time 10 min. Melinjo seeds extract contains trans resveratrol of 3.33 mg g extract. The skin irritation result with closed patch test indicated that the nanoparticle gel of Melinjo seeds extract did not cause any skin irritation. A t test analysis of the efficacy test result showed a statistically significant decrease of melanin index p 0.01 , which the changes began to appear after 14 days of use. Therefore, Melinjo seeds extract containing trans resveratrol has a benefit as a skin lightening agent.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T48851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>