Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109377 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahwan Arfellino Lutnan Azis
"Berkembangnya teknologi di era digitalisasi membuat permintaan atas penggunaan energi listrik semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) permintaan energi listrik pada tahun 2023 mencapai 1.285 kWh/kapita. Hal tersebut dapat memungkinkan permintaan energi listrik yang semakin meningkat setiap tahunnya yang dibarengi dengan penggunaan energi fosil yang semakin meningkat. Maka dari itu, dalam upaya mengurangi penggunaan energi fosil dengan mengganti menjadi penggunaan energi terbarukan seperti pemanfaatan penggunaan Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) Atap pada lingkungan kampus diharapkan dapat menjadi contoh untuk masyarakat dalam penggunaan energi terbarukan seiring berjalannya target pencapaian pemerintah akan bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025. Dalam penelitian ini membahas terkait perancangan sistem PLTS Atap On-Grid pada Gedung Departemen Teknik Elektro FTUI dengan membandingkan dua sudut kemiringan atap untuk mengetahui sistem PLTS yang optimal dan potensi penggunaan listrik yang lebih efisien dengan ditinjau dari aspek teknis dan ekonomi melalui simulasi pada perangkat lunak PVsyst. Perancangan sistem PLTS pada penelitian ini berkapasitas 22.1 kWp dengan luas atap optimal sebesar 108 m2 . Dari hasil simulasi diperoleh sistem PLTS dengan sudut kemiringan 10° dapat memproduksi energi sebesar 31.4 mWh/tahun dan sistem PLTS dengan sudut kemiringan 45° dapat memproduksi energi sebesar 27.4 mWh/tahun. Proyek ditargetkan dengan jangka waktu investasi selama 25 tahun, dilihat dari sisi ekonomi modal awal biaya investasi memiliki selisih sebesar Rp16.200.000,00 karena sudut kemiringan 10° membutuhkan biaya kerangka tambahan, dengan jangka waktu pengembalian modal (payback period) orientasi 1 pada tahun ke-15 dan orientasi 2 pada tahun ke-16. Selain itu, perancangan kedua orientasi sistem tersebut mampu mengurangi penghematan biaya tagihan energi listrik sebesar 24.91% pada sudut kemiringan 10° dan 22.02% pada sudut kemiringan 45° selama 25 tahun.

The development of technology in the digitalization era has made the demand for electrical energy use increase every year. Based on data from the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), the demand for electrical energy in 2023 reached 1,285 kWh/capita. This can allow the demand for electrical energy to increase every year coupled with the increasing use of fossil energy. Therefore, to reduce the use of fossil energy by replacing it with the use of renewable energy such as the use of rooftop solar power plants (PLTS) in the campus environment is expected to be an example for the community in the use of renewable energy along with the government's target of achieving a national energy mix of 23% by 2025. This study discusses the design of an On-Grid rooftop PLTS system in the FTUI Electrical Engineering Department Building by comparing two roof tilt angles to determine the optimal PLTS system and the potential for more efficient electricity use in terms of technical and economic aspects through simulations on PVsyst software. The design of the PLTS system in this study has a capacity of 22.1 kWp with an optimal roof area of 108 m2 . From the simulation results, the PLTS system with a tilt angle of 10° can produce energy of 31.4 mWh/year and the PLTS system with a tilt angle of 45° can produce energy of 27.4 mWh/year. The project is targeted with an investment period of 25 years, seen from the economic side of the initial capital investment cost has a difference of Rp16,200,000.00 because the tilt angle of 10° requires additional frame costs, with a payback period orientation 1 in year 15 and orientation 2 in year 16. In addition, the design of the two system orientations was able to reduce the cost savings of electric energy bills by 24.91% at a tilt angle of 10° and 22.02% at a tilt angle of 45° for 25 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Tasya Aulia Putri
"Perkembangan teknologi yang terus-menerus membuat penggunaan energi listrik menjadi hal krusial dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penggunaan energi listrik yang tiada hentinya membuat sumber energi fosil yang terbatas semakin sedikit. Oleh sebab itu, transisi energi berkelanjutan menjadi isu penting untuk menjaga ketersediaan energi di masa mendatang. Pemerintah Indonesia telah menetapkan taget pencapaian bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025 dengan tujuan dapat mempercepat transisi energi berkelanjutan. Bentuk upaya untuk mencapai target bauran nasional adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Penelitian ini membahas mengenai penerapan sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada gedung pabrik PT. CT untuk mengetahui sistem PLTS atap yang optimal dan potensi penggunaan listrik PLN yang lebih efisien. Sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°mampu memproduksi energi sebesar 1969890 kWh/tahun, sedangkan sudut kemiringan 15°hanya dapat memproduksi sebesar 1949709 kWh/tahun. Dalam 25 tahun, sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11° memiliki potensi penghematan sebesar 34,29%, sedangkan sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 15° memiliki potensi penghematan sebesar 33,94%. Dengan perbedaan modal awal sebesar Rp436.792.000,00 diperoleh payback period dari kedua sistem PLTS atap selama 9 tahun. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada PT.CT yang lebih optimal untuk digunakan adalah sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°.

The continuous development of technology makes the use of electricity a crucial part of our daily life. The endless consumption of electricity leads to a decrease in limited fossil energy sources. Therefore, sustainable energy transition becomes an important issue to ensure energy availability in the future. The Indonesian government has set a national energy mix target of 23% by 2025 to accelerate the transition to sustainable energy. One effort to achieve this target is by building a Solar Power Plant. This research discusses the implementation of an on-grid rooftop solar power plant system without batteries in the factory building of PT. CT to determine the optimal rooftop solar power plant system and potential for more efficient use of PLN electricity. The rooftop rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle can produce energy of 1969890 kWh per year, while the 15° tilt angle can only produce 1949709 kWh per year. In 25 years, the rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle has a potential cost savings of 34.29%, while the system with a 15° tilt angle has a potential cost savings of 33.94%. With a difference in initial capital of IDR436,792,000.00, the payback period for both rooftop solar power plant systems is 9 years. Based on these factors, the more optimal on-grid rooftop solar power plant system without batteries to be used in PT.CT is the system with an 11° tilt angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Mikhail Emmanuel Haning
"Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan merupakan salah satu solusi yang ditawarkan dalam upaya mitigasi dampak perubahan iklim. Letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memiliki kesempatan besar dalam pemanfaatan energi matahari. Sistem PLTS atap merupakan sebuah sistem pembangkit yang memanfaatkan teknologi fotovoltaik untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik, yang ditempatkan pada atap sebuah bangunan. Penelitian ini akan membahas perencanaan sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada gedung kantor PLN area Ciputat. Modal awal yang dibutuhkan untuk melakukan investasi pada sistem PLTS yang dirancang bernilai Rp752.470.500,00. Rata – rata energi yang dapat dihasilkan oleh sistem yang dirancang adalah sebesar 171,6 kWh/hari dengan nilai LCOE Rp633,66/kWh dengan potensi penghematan tagihan sebesar Rp8.015.381,00 setiap bulannya.

The use of renewable energy is one of the solutions offered in efforts to mitigate the impacts of climate change. The geographical location of Indonesia, which is on the equator, has a great opportunity in utilizing solar energy. Rooftop Solar System is an electric generating system that utilizes photovoltaic technology to convert solar energy into electrical energy, which is placed on the roof of a building. This study will discuss the planning of an on-grid rooftop solar system without using batteries in the PLN Ciputat office building. The initial capital required to invest in the designed solar system is Rp752,470,500,00. The average energy that can be produced by the designed system is 171,60 kWh/day with an LCOE value of Rp633,66/kWh with a potential bill saving of Rp8.015.381,00 per month."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Restu Pramesti
"ABSTRAK
Pada COP ke-26 tahun 2021 di Glasgow, Pemerintah Indonesia menegaskan komitmen tanah air untuk mencapai net zero emissions (NZE) pada tahun 2060, seiring dengan aksi percepatan dalam rangka Paris Agreement dan United Nations Framework Convention on Climate Change. Fokus utama di sini adalah penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), khususnya energi surya yang memiliki potensi sangat besar di Indonesia dan dianggap menjadi pemegang peran penting dalam mewujudkan serangkaian pilar Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu affordable and clean energy; industry, innovations, and infrastructure; dan climate action. Dalam upaya mencapai target 23% EBT pada bauran energi nasional tahun 2025, Pemerintah Indonesia sedang menggalakkan program pengembangan dari pemanfaatan PLTS atap, terutama untuk daerah perkotaan yang memiliki permasalahan keterbatasan lahan. Penelitian ini akan difokuskan terkait perancangan sistem PLTS atap on-grid pada Gedung Teknologi 3, BRIN yang mana memiliki intensitas radiasi matahari cukup tinggi sekitar 4,83 kWh/m2/hari dan potensi pemanfaatan area atap yang luas menggunakan perangkat lunak PVsyst. Selain itu, dilakukan perbandingan atas fixed tilted plane dengan seasonal tilt adjustment terhadap nilai optimum tilt angle (OTA) tertentu dalam rangka memaksimalkan radiasi matahari untuk dimanfaatkan oleh panel surya. Berdasarkan analisis dan evaluasi secara teknis maupun ekonomis melalui empat skenario yang mampu dilakukan berdasarkan kombinasi hasil perhitungan jumlah komponen dengan pengaturan orientasi, dihasilkan perancangan PLTS yang memiliki pembangkitan sebesar 106,015 kWp dengan kebutuhan komponen sebanyak 233 modul surya dan 4 inverter serta melalui pengaturan orientasi berupa seasonal tilt adjustment adalah berkinerja paling optimal. Menurut aspek teknis yang ditinjau, perancangan tersebut mampu memberikan kontribusi terhadap penggunaan energi listrik pada hari kerja sebesar 46% dan hari libur sebesar 61%, menghasilkan Performance Ratio (PR) sebesar 82,74%, dan menyediakan pembangkitan energi listrik sebesar 158.156 kWh per tahun dengan global incident in collector plane sebesar +2,4%, near shadings: irradiance loss sebesar -0,80%, dan IAM factor on global sebesar -1,84%. Sementara itu, menurut aspek ekonomis yang ditinjau, perancangan tersebut mampu memberikan kontribusi terhadap penghematan biaya tagihan listrik sebesar 37% per tahun, membutuhkan biaya investasi awal sebesar Rp2.220.984.249, menghasilkan Payback Period (PP) pada tahun ke-16, menyediakan Net Present Value (NPV) sebesar Rp2.612.851.243, dan membentuk Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,18 dengan umur proyek yang direncanakan selama 20 tahun.

ABSTRACT
At the 26th COP in 2021 in Glasgow, the Government of Indonesia emphasized the country's commitment to achieve net zero emissions (NZE) by 2060, along with accelerated action within the framework of the Paris Agreement and the United Nations Framework Convention on Climate Change. The main focus here is using renewable energy, especially solar energy, which has enormous potential in Indonesia and is considered to be an essential role holder in realizing a series of Sustainable Development Goals (SDGs) pillars, namely affordable and clean energy; industry, innovations, and infrastructure; and climate action. To achieve the 23% renewable energy target in the national energy mix by 2025, the Government of Indonesia is promoting a development program for using rooftop solar power plants, particularly in urban areas with limited land availability. This research will focus on designing an on-grid rooftop solar power plant system at Technology Building 3, BRIN, which has a high solar radiation intensity of around 4,83 kWh/m2/day and the potential to utilize a large roof area using PVsyst software. In addition, a comparison of the fixed tilted plane with the seasonal tilt adjustment to certain optimum tilt angle (OTA) values is carried out to maximize solar radiation to be utilized by solar panels. Based on the analysis and evaluation, technically and economically, through four scenarios that can be done based on the combination of the results of the calculation of the number of components with the orientation settings, the resulting solar power plant design has a generation of 106,015 kWp with a component requirement of 233 solar modules and 4 inverters and through orientation setting in the form of seasonal tilt adjustment is the most optimal performance. According to the technical aspects reviewed, the design can contribute to the use of electrical energy on weekdays by 46% and weekends by 61%, resulting in a Performance Ratio (PR) of 82,74%, and providing electrical energy generation of 158.156 kWh per year with a global incident in collector plane of +2,4%, a near shadings: irradiance loss of -0,80%, and a IAM factor on global of -1,84%. Meanwhile, according to the economic aspects reviewed, the design can contribute to savings in electricity bill costs of 37% per year, requiring an initial investment cost of IDR 2.220.984.249, generating a Payback Period (PP) in year 16, providing a Net Present Value (NPV) of IDR 2.612.851.243, and forming a Benefit Cost Ratio (BCR) of 1,18 with the planned project life of 20 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Aryo Utomo Sudranto
"Secara letak geografis, Indonesia terletak tepat pada garis ekuatorial sehingga paparan sinar mataharinya memiliki intensitas yang optimal selama 12 jam sepanjang tahunnya. Dengan memiliki letak geografis yang cukup strategis untuk menangkap paparan sinar matahari, Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 207.898 MW. Besarnya potensi tersebut, energi surya dapat dimanfaatkan dalam pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menghasilkan energi listrik Pada skripsi ini akan dibahas perancangan PLTS atap on-grid pada bangunan apartemen Ariama Service Residence yang memiliki kapasitas listrik sebesar 81,6 kVA. Salah satu metode untuk mengurangi biaya energi listrik pada apartemen tersebut adalah dengan melakukan pemasangan PLTS atap yang dapat berkontribusi untuk menyuplai energi listrik sehingga biaya listrik apartemen dapat berkurang. Perancangan PLTS atap dilakukan dengan dua perancangan, yaitu perancangan PLTS atap on-grid tanpa baterai dan PLTS atap on-grid dengan battery back-up. Hasil dari kedua rancangan tersebut akan dianalisis secara teknis dan ekonomi untuk dilihat kelayakan dari perancangan yang telah dilakukan. Dari hasil perancangan yang dilakukan, PLTS atap on-grid tanpa baterai dikatakan layak untuk dilakukan pemasangan. PLTS atap on-grid tanpa baterai dapat melakukan pembangkitan energi sebesar 54 kWh per hari dan berkontribusi sebesar 27,8% dari total rata-rata kebutuhan energi apartemen 81,6 kVA sebesar 194,16 kWh. Dari aspek ekonomi, PLTS atap on-grid tanpa baterai memiliki nilai LCOE sebesar Rp.880,266/ kWh di mana nilai tersebut di bawah nilai LCOE dari PT. PLN (Persero) sebesar Rp.1.119/kWh dan modal investasi yang diperlukan adalah sebesar Rp.309.099.000 yang dapat dikembalikan dalam waktu 11 tahun. Penghematan biaya energi listrik dari hasil pembangkitan dalam jangka waktu 20 tahun adalah sebesar Rp.926.119.656 dengan rata-rata penghematan biaya energi listrik per tahun sebesar Rp.46.309.982,8.

Geographically, Indonesia is located right on the equatorial line so that the sun's exposure has an optimal intensity for 12 hours throughout the year. By having a strategic geographical location to capture sun exposure, Indonesia has a solar energy potential of 207,898 MW. Given the large potential, solar energy can be utilized in the installation of Solar Power Plants to generate electrical energy. This study will discuss on the design of on-grid rooftop solar power plants in the Ariama Service Residence apartment building which has an electrical capacity of 81.6 kVA. One method to reduce the cost of electrical energy in the apartment is to install rooftop solar power plants that can contribute to supplying electrical energy so that the apartment's electricity costs can be reduced. The design of the rooftop solar power is carried out with two designs, the on-grid rooftop solar power plants without a battery and the on-grid rooftop solar power plants with a battery back-up. The results of the two designs will be analyzed technically and economically to see the feasibility of the designs that have been carried out. From the results of the design, the on-grid rooftop solar power plants without batteries are said to be feasible for installation. The on-grid rooftop solar power plants without batteries can generate energy of 54 kWh per day and contribute 27.8% of the total average energy requirement of an 81.6 kVA apartment of 194.16 kWh. From the economic aspect, the on-grid rooftop solar power plants without batteries have a LCOE value of Rp.880,266/ kWh where the value is below the LCOE value from PT. PLN (Persero) of Rp.1,119/kWh and the required investment capital is Rp.309.099.000 which can be returned within 11 years. The savings in electrical energy costs from the generation of a 20-year period is Rp.926,119,656 with an average electricity cost savings of Rp.46,309,982.8 per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, David
"Biaya operasional di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) cukup tinggi, hal ini disebabkan biaya bahan bakar genset dan biaya listrik yang besar dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang terus meningkat setiap tahun. Salah satu solusi untuk menekan biaya opersional sekaligus mengurangi emisi karbon dari sektor pembangkit adalah dengan memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap sistem grid-connection. Sekarang ini penggunaan sel surya makin giat dikembangkan terus sebagai salah satu alternatif sumber pembangkit energi listrik, walaupun biaya energinya masih tergolong mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi penggunaan dan penyerapan energi fotovoltaik sebagai sumber energi listrik ramah lingkungan dan mendapatkan kelayakan investasi PLTS atap sistem on-grid di SPBU. Kapasitas PLTS yang dipasangkan 15,36 kWp dengan pemanfaatan area atap SPBU. Dengan metoda pengukuran teknis dan perhitungan ekonomi maka berdasarkan data profil beban dan daya PLTS, biaya-biaya pengembangan sistem PLTS, dan konsumsi energi listrik pada SPBU diperoleh hasil energi yang diserap dari PLTS rata-rata sebesar 63%, NPV adalah Rp. 36.271.255,63; IRR sebesar 9,2% dan PBP selama 12,94 tahun, serta biaya energi PLTS Rp. 1.448,72 lebih rendah dibandingkan daripada TDL. Dengan pemasangan PLTS atap sistem yang terhubung dengan jaringan listrik PLN dapat diterapkan maka memberikan manfaat bagi pelanggan, biaya listrik menjadi lebih murah dengan penghematan tagihan 26%. Sehingga secara tekno ekonomi penerapan PLTS atap sistem on-grid layak dilaksanakan pada SPBU di Bekasi.

The operational costs of the gas stations (SPBU) are great, which is because of the cost generator fuel and the great electricity costs with the annual rise in electricity tariffs. One solution to cut operational costs and hence cut down the system's carbon emissions is to install rooftop solar power generation on-grid systems (solar PV). Nowadays, the use of solar cells is raised as an alternative energy source; Still, the energy cost of solar PV is costly. This study purposes to optimize the use and absorption of photovoltaic energy as an environmentally friendly source of electrical energy and to look at the feasibility of installing in solar power systems on-grid roofing at gas stations. They settled in the size of the PV of 15.36 kW with to plant the gas station's rooftop space. Through the scientific assessment and computation methods IRR, NPV, and PBP then based on the capacity chart and energy of PV, solar power system costs, and electrical energy utilization of the gas station are supplying the power absorbed of the PV is 63%, the NPV is equal to Rp. 36,271,255.63; the IRR is 9.2% and the PBP is during 12.94 years and COE is Rp 1,448.72 lower than the electricity tariff. By this system drop out, so it delivers benefits to consumers; electricity costs become tighter than that before by bill savings is 26%. Therefore, it is useful to define technical economical solar PV at the gas station in Bekasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Risky Mirwandhana
"Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit yang memanfaatkan energi matahari untuk membangkitkan tenaga listrik. Energi matahari termasuk energi terbarukan yang ramah lingkungan dibandingkan energi fossil. Pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2014, membuka peluang bagi pelaku industri, bisnis, komersial, hingga pemerintahan turut berperan dalam penggunaan energi yang ramah lingkungan, salah satunya adalah energi surya. Salah satu industri yang turut menggunakan energi surya adalah PT. Kahatex, yang menggunakan PLTS atap on-grid. Secara umum, PLTS terdiri atas 3 peralatan utama, yang terdiri atas: modul surya, inverter, dan panel distribusi. Energi dari matahari ditangkap oleh modul surya dan mengubah energi tersebut menjadi energi listrik. Proses pembangunan PLTS atap di PT. Kahatex mengikuti tahap-tahap mulai dari pengumpulan data, instalasi PLTS, pengujian, hingga serah terima dengan pengguna barang dan jasa. Dalam pelaksanaannya, faktor keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) merupakan faktor utama. Sehingga diperlukan analisis terhadap resiko menggunakan metode HIRA. Persiapan pekerjaan diperlukan sebelum memulai eksekusi pembangunan PLTS atap, berupa: penempatan kantor kerja, pemasangan scaffolding, dan peralatan alat angkut barang. Setelah persiapan selesai, maka proses instalasi modul surya, inverter, dan panel distribusi dapat dilakukan. Selama proses instalasi PLTS, para personel wajib mengutamakan prinsip K3L dalam eksekusinya.

Solar power plant is a power plant which utilize solar energy to generate electricity. Solar energy is part of renewable energy which is environment friendly compared to fossil energy. Indonesian Government through Peraturan President No. 79 Tahun 2014, provides opportunity for industry, commercial, business, and also governance sectors to participate in utilization of green energy, such as solar energy. One of the industry sectors that utilizes solar energy is PT. Kahatex which implements rooftop on-grid solar power plant. Generally, there 3 main equipments used in solar power plant, such as: solar module, inverter, and distribution panel. Solar energy is absorbed by solar module and convert it to electrical energy. The process of rooftop solar power plant construction based on following steps: data collections, solar power plant installation, testing, and finally handover to end user. During construction process, environment, health, and safety (EHS) are crucial factors. Analysis of EHS is needed by using HIRA method. Preparation before the construction consists of: placement of work office, scaffolding installation, and lifting equipment preparation. After that, installation of solar module, inverter, and distribution panel are performed. During installation process, all teams must follow safety procedures."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syauqi
"Indonesia sebagai Negara tropis memiliki potensi energi surya yang tinggi dengan radiasi harian rata-rata sebesar 4.5 kWh/m2/hari (Muhammad Bachtiar, 2006). Pembangunan PLTS atap pada gedung fasilitas kesehatan dapat dijadikan sebagai salah satu solusi guna membantu gedung agar dapat bekerja selama 24 jam melayani masyarakat. Penelitian dilakukan untuk mengetahui besar kapasitas PLTS atap beserta jumlah komponen-komponennya dan besar modal biaya yang diperlukan pada awal pendirian PLTS atap. Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa sistem PLTS atap yang optimal untuk didirikan pada Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok memiliki kapasitas sebesar 9,28kW dengan produksi listrik tahunan mencapai 12.712kWh. Perincian komponen-komponen pada sistem yang dibangun antara lain, 30=3 modul PV dengan daya 300Wp, 22 baterai Li-ion 12V-100ah, 4.37kW konverter. Adapun lahan yang diperlukan untuk memasang modul PV seluas 64,03m2 derta modal yang dibutuhkan untuk membangun PLTS atap berkapasitas 9,28kW tersebut adalah senilai Rp223.229.232,10.

Indonesia as a tropical country has a high solar energy potential with an average daily irradiance of 4.5kWh/m2/day (Muhammad Bachtiar, 2006). The establishment of rooftop solar power plant on healthcare center can be considered as one of the solution to help the building work 24 hour a day to serve the people in need of medical assistance. This study conducted to determine the optimal rooftop solar power plant capacity along with the components and the amount of capital investment needed at the start of the rooftop solar power plant establishment. The result of the study shows that the optimal rooftop solar power plant system to be built at the Tanjung Priok Sud-district Healthcare Center has a capacity of 9,28kW with annual electricity production reaching 12.712kWh. Te details of the components needed for the system included 33 PV module with 300Wp capacity, 22 12V-100ah Li-ion batteries, and 4,37kW converter. The area of land required to install the PV modules is an area of 64,03m2 as well as the capital investment needed to build the 9,28kW rooftop solar power plant is worth IDR223.229.232,10."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Suhendra
"Tesis ini membahas kajian model bisnis jual beli listrik on-grid yang sejalan dengan regulasi dan kondisi di Indonesia untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diharapkan bisa membangkitkan minat masyarakat atau swasta untuk
membangun dan meringankan beban PLN yang memiliki keterbatasan dalam
penyediaan listrik untuk seluruh rakyat Indonesia.
Tesis ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan berbagai batasan untuk
memberikan kejelasan atas cakupannya.
Beberapa kajian dilakukan atas model bisnis PLTS dan perubahannya yang mungkin
dilakukan untuk model bisnis yang lebih prospek. Dengan memakai Perangkat
Evaluasi Model Bisnis (PEMB) dan menerapkan Strategi Samudera Biru, diajukan
perubahan model bisnis yang bisa dikembangkan di Indonesia, meliputi penghapusan
power wheeling, regulasi atas TKDN dalam tahap rantai suplai, infrastruktur menjadi
tanggung jawab PLN, tingkat inflasi (inflation rate) perlu dihitung dalam model
finansial, asuransi untuk menggantikan extra account yang harus disetor pengembang,
FiT yang perlu berlaku untuk semua kementerian dengan acuan tarif plafon, atribut
pasar seperti kredit energi terbarukan surya (S-REC/solar renewable energy credits)
yang perlu diregulasikan dan pembebasan lahan yang diharapkan menjadi
tanggungjawab pemerintah daerah.
Perubahan model bisnis harus terus dilakukan sejalan dengan perubahan kondisi, baik
itu kondisi ekonomi, teknis dan infrastruktur maupun regulasi.

This tesis is discussing about the power purchase business model review on which in
line with regulations and conditions in Indonesia for distributed PV Solar Power
Generation and is expected to generate public or private interest to build and ease the
burden of PLN that have limitations in providing electricity to the entire people in
Indonesia.
This tesis is a qualitative descriptive study with a variety of constraints to provide
clarity on the scope.
Some review is conducted on the solar PV model business and its changes that may
be applied for more prospective business model. Using the Business Model
Evaluation Tools (BMET) and applying Blue Ocean Strategy, it is proposed that
business model change can be thrived in Indonesia include the elimination of power
wheeling, regulation of local content in the stage of the supply chain, infrastucture
become the responsibility of PLN, inflation rate should be calculated in financial
model, insurance to replace the extra accounts that must be paid by the developer,
feed-in tariff need for all ministries with ceiling tariff as reference, regulations for
market atributes like solar renewable energy credits (SREC) and land acquisition
become the responsibility of local government.
Business model change shall be done in line with the conditions change, by the
economic condition, technical concerns, infrastructure and regulation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Prakasa Anom Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aspek ekonomi berbagai konfigurasi proses tenaga surya terkonsentrasi diterapkan di Nusa Tenggara. Penggunaan sistem penyimpanan energi diteliti penerapannya terhadap tenaga surya yang dikonsentrasikan karena penggunaannya pada sumber energi yang berselang, seperti energi surya, dinilai mampu mengatasi permasalahan pasokan dan permintaan energi listrik. Sistem tangki ganda (panas dan dingin) menjadi yang konvensional pada tenaga surya terkonsentrasi, sementara tangki jenis termoklin masih berada dalam tahap penelitian.. Penelitian ini akan dilakukan dengan menyimulasikan enam jenis skenario pembangkitan dengan kedua jenis tangki tersebut dan skenario tanpa menggunakan sistem penyimpanan energi. Skenario dilakukan dengan menjalankan siklus termodinamika Rankine dan Brayton. Seluruh data yang berkaitan akan menggunakan data yang tersedia di Nusa Tenggara Timur dengan WACC sebesar 10% dan umur guna proyek selama 25 tahun. Hasil penelitian menyatakan bahwa di penerapan siklus Brayton menghasilkan energi lebih besar, tetapi efisiensi keseluruhannya kecil dibandingkan siklus Rankine. Hal tersebut menuntun kepada lebih besarnya LCOE skenario yang menjalankan siklus Brayton dibandingkan siklus Rankine. Penggunaan tangki jenis termoklin mampu untuk menekan biaya investasi, sehingga sistem yang menggunakan sistem tangki termoklin memperoleh LCOE lebih rendah dibandingkan dengan sistem tangki. Di antara semua jenis skenario, sistem yang menjalankan sistem tangki termoklin dengan siklus Rankine mampu menghasilkan LCOE paling rendah. Hasil LCOE tersebut sebanding dengan LCOE sumber energi lain di Indonesia.

This study aims to determine how the economic aspects of various configurations of concentrated solar power processes are applied in Nusa Tenggara. The employment of energy storage systems is investigated for its application to concentrated solar power because its use in intermittent energy sources, such as solar energy, is able to overcome problems of supply and demand for electrical energy. The double tank system (hot and cold) is becoming the conventional one on concentrated solar power, while the thermocline type tank is still in the research stage. This research will be carried out by simulating six scenarios by incorporating both types of tanks, without using energy storage systems, and is running with Rankine and Brayton thermodynamic generation cycles. All related data will use Nusa Tenggara Timur availability with WACC of 10% and 25 project lifetimes. The results of the study state that the application of the Brayton cycle produces more energy, yet the overall efficiency is lower than the Rankine cycle. This leads to a larger LCOE of scenarios running the Brayton cycle than the Rankine cycle. The use of a thermocline tank can reduce investment costs so that a system using a thermocline tank system obtains a lower LCOE than the double tank system. Among all types of scenarios, the system with thermocline tank and Rankine cycle were able to produce the lowest LCOE. The results of the LCOE are comparable to the LCOE of other energy sources in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>