Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111248 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Velarisma Dwi Mardani
"Paduan Al 2024 dikenal sebagai paduan yang memiliki kekuatan tinggi dan mampu diberi perlakuan panas. Densitasnya yang rendah serta sifat mekaniknya yang baik membuat paduan Al 2024 banyak digunakan dalam bidang otomotif. Atas dasar ini, paduan Al 2024 diteliti untuk mengetahui kegunaannya dalam industri otomotif. Penambahan partikel penguat berupa keramik Al2O3 adalah untuk meningkatkan sifat mekanik material seperti kekerasan, kekuatan tarik dan ketangguhan impak yang berkaitan dengan kemampuan proteksi material. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas berupa variasi temperatur artificial ageing T6 terhadap sifat mekanik dan hasil struktur mikro komposit partikel nano Al 2024/Al2O3.

Komposit dibuat dengan metode squeeze casting yang diikuti dengan perlakuan panas T6 pada temperatur 470°C selama dua jam, pendinginan cepat dengan air, dan penuaan buatan pada temperatur 145°C, 175°C, dan 205°C selama kurang lebih satu jam. Penguatan partikel nano ditambahkan ke dalam lelehan paduan aluminium selama proses fabrikasi dengan kadar 0,3 % berat. Selanjutnya, pelat komposit diuji dengan pengujian karakterisasi berupa pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan SEM-EDS, serta pengujian mekanik seperti uji kekerasan, uji tarik, dan uji impak.

Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa perlakuan panas dan penuaan buatan T6 mempengaruhi konstituen dan fasa struktur mikro. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perlakuan panas dan penuaan buatan T6 secara signifikan meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik, tetapi tidak secara signifikan meningkatkan ketangguhan impak, yang secara langsung berkaitan dengan perubahan mikrostruktur yang terjadi selama proses penuaan.


Al 2024 alloy is known as an alloy that has high strength and is capable of being heat treated. Its low density along with good mechanical properties make Al 2024 alloy widely used in the automotive field. On this basis, Al 2024 alloy was studied to determine its usefulness in the automotive industry. The addition of reinforcing particles in the form of Al2O3 ceramics is to improve the mechanical properties of the material such as hardness, tensile strength and impact toughness which are related to the protective ability of the material. This study was conducted to determine the effect of heat treatment in the form of T6 artificial ageing temperature variations on the mechanical properties and microstructure result of Al 2024/Al2O3 nano particle composites.

The composites were fabricated by the squeeze casting method followed by T6 heat treatment at 470 °C for two hours, rapid cooling with water, and artificial ageing at 145°C, 175 °C, and 205 °C for approximately one hour. Nano-particle reinforcement was added to the aluminum alloy melt during the fabrication process at 0.3 wt%. Furthermore, the composite plates were tested by characterization testing in the form of microstructure observation using optical microscope and SEM-EDS, and mechanical testing such as hardness test, tensile test, and impact test.

The characterization show that heat treatment and T6 artificial ageing affected the constituent and phase of the microstructure. The results also show that heat treatment and T6 artificial ageing significantly increase the hardness and tensile strength, but doesn’t significantly increase impact toughness, which directly related to the microstructural changes that occur during the ageing process."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Putri Agustianingrum
" ABSTRAK
Paduan aluminum telah dikenal sebagai material utama untuk berbagai aplikasi yang membutuhkan kombinasi antara kekuatan dan massa jenis yang rendah. Paduan aluminium yang sering diaplikasikan yaitu paduan seri 7xxx. Kebanyakan paduan ini digunakan untuk aplikasi pesawat terbang yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan keuletan. Dalam industri penerbangan, paduan Al-Zn-Mg mengalami proses pembentukan untuk menghasilkan produk struktural. Salah satu masalah yang sering muncul dari produk hasil pembentukan adalah peripheral coarse grain PCG dan hot tearing yang dapat mengurangi sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan. Penambahan paduan mikro dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Penambahan kromium Cr pada paduan Al-Zn-Mg dapat menekan pertumbuhan butir dan mengontrol ukuran butir dengan mencegah rekristalisasi lanjutan. Tujuan dari studi ini yaitu untuk mengetahui pengaruh deformasi melalui proses canai dingin pada paduan Al-4.5Zn-1.5Mg-0.9Cr berat dan untuk mengetahui pengaruh kromium terhadap struktur mikro dan sifat mekanik selama rekristalisasi melalui proses anil.Dalam studi ini, paduan dihasilkan melalui squeeze casting. Kemudian, paduan dilakukan homogenisasi selama 4 jam dengan temperatur 400 C. Paduan kemudian dicanai dingin dengan persen deformasi 5, 10 dan 20 . Proses anil dilakukan pada sampel deformasi 20 dengan variasi temperatur 300, 400 dan 500 C selama 2 jam. Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari analisis struktur mikro oleh mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope SEM - Energy Dispersive Spectroscopy EDS dan pengujian sifat mekanik dengan uji keras Microvickers. Hasilnya, terjadi pemipihan struktur diikuti dengan peningkatan reduksi ketebalan 5, 10 dan 20 dengan nilai rasio butir terdeformasi berturut-turut yaitu, 1.6, 2.84 dan 2.99. Struktur yang semakin pipih ini efektif untuk meningkatkan kekerasan. Selain itu, proses anil hasil canai dingin 20 pada temperatur 300 C dan 400 C belum menunjukkan adanya proses rekristalisasi. Proses rekristalisasi baru terjadi pada proses anil dengan temperatur 500 C. Sementara, pada paduan tanpa Cr, rekristalisasi baru terjadi pada temperatur 400 C. Hal ini dikarenakan adanya dispersoid Cr dalam bentuk Al, Zn 7Cr dengan ukuran kurang dari 1 m menghambat pergerakan dislokasi dan proses rekristalisasi. Hal ini ditandai dengan pembentukan butir baru berawal dari intermetalik Al, Zn 7Cr dengan ukuran lebih dari 1 m yang telah terdeformasi melalui mekanisme particle stimulated nucleation PSN .
ABSTRACT Aluminum alloys have been known as the main material for various application which requires the combination of strength and low density. One of the alloys that widely used is 7xxx series aluminum alloy. Most of the alloys are commonly used in aircraft industries for their high strength and ductility. In aircraft industries, Al Zn Mg alloys undergo many kinds of forming processes to create structural product. Problems that are usually found in the forming process include peripheral coarse grain PCG and hot tearing which decrease mechanical properties and corrosion resistance of the alloys. Microalloying element can be used to overcome these problems. The addition of chromium Cr in Al Zn Mg alloys can supress the grain growth and control the grain size by preventing excess recrystallization. The aim of this study is to understand the effect of deformation by cold rolling and Cr addition on the microstructure and mechanical properties of Al 4.5Zn 1.5Mg 0.9Cr wt. during recrystallization by annealing process.The Al 4Zn 1.5Mg 1Cr wt. alloy was fabricated by squeeze casting process and was subsequently homogenized at 400 oC for 4 hours. The samples were cold rolled for 5, 10 and 20 . The 20 deformed samples were then annealed at 300, 400 and 500 oC for 2 hours. The material characterization consisted of microstructure analysis by optical microscope and Scanning Electron Microscope SEM Energy Dispersive Spectroscopy EDS and also mechanical testing by Microvickers hardness test. The results showed that the deformed grain ratio was found to be 1.6, 2.84 dan 2.99 in the 5, 10 and 20 deformed samples, rexspectively. The elongated dendrites were effective to increase the hardness of the alloy. No recrystallization was detected during annealing at 300 oC and 400 oC. Recrystallization was observed in the annealing process at 500 oC. Whereas, for the samples without Cr addition, recrystallization occurred at 400 oC. It means the addition of Cr was found to increase the recrystallization temperature of the alloy. It occurred because Cr dispersoid in Al, Zn 7Cr with size less than 1 m impedes the dislocation motion. However, the presence of Al, Zn 7Cr intermetalics with size more than 1 m promote the formation of new grains around them by particle stimulated nucleation PSN mechanism. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deliana Ramdaniawati
"[Komposit bermatriks aluminium dengan penguat partikel Al2O3 berukuran nano umum digunakan untuk aplikasi dengan performa yang tinggi karena aluminium memiliki sifat ringan dan Al2O3 memiliki performa yang baik pada suhu tinggi. Pada penelitian ini, penambahan Al2O3 dengan fraksi volum 0,2%, 0,5%, 0,7%, 1,0%, and 1,2% dilakukan untuk menentukan titik optimum dari kelima komposisi. Magnesium sebanyak 10 wt.% ditambahkan sebagai wetting agent. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan optimum dicapai dengan penambahan fraksi volum nano-Al2O3 sebanyak 0,2% dengan 200,84 MPa dan keuletan yang baik, didukung dengan rendahnya porositas, rendahnya aglomerasi, dan pembentukan dimple pada permukaan patah.

Aluminium Matrix Composites (AMCs) reinforced with nano-sized Al2O3 particles are widely used for high performance application because aluminium has light weight and alumina has good performance at high temperature. In this study, the percentage of nano-sized Al2O3 with volume fraction 0.2%, 0.5%, 0.7%, 1.0%, and 1.2% are performed to determine the optimum point of the fifth variation. Magnesium with 10 wt.% are added as a wetting agent. The result showed the optimum strength was reached by 0.2 %Vf nano-Al2O3 reinforced composite with 200.84 MPa and enough ductility, supported by evidence low porosity, low agglomeration, and dimples formation on SEM image.
, Aluminium Matrix Composites (AMCs) reinforced with nano-sized Al2O3 particles are widely used for high performance application because aluminium has light weight and alumina has good performance at high temperature. In this study, the percentage of nano-sized Al2O3 with volume fraction 0.2%, 0.5%, 0.7%, 1.0%, and 1.2% are performed to determine the optimum point of the fifth variation. Magnesium with 10 wt.% are added as a wetting agent. The result showed the optimum strength was reached by 0.2 %Vf nano-Al2O3 reinforced composite with 200.84 MPa and enough ductility, supported by evidence low porosity, low agglomeration, and dimples formation on SEM image.
]
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Pratamawansyah Putra
"Penggunaan paduan aluminium terus berkembang khususnya dalam industri penerbangan yaitu untuk badan dan sayap pesawat. Densitasnya yang rendah dan sifat mekanisnya yang bisa ditingkatkan melalui pemaduan unsur lain serta perlakuan panas menjadi alasan aluminium digunakan di industri penerbangan. Paduan aluminium 7xxx dengan kandungan Zn dan Mg dapat ditingkatkan kekerasannya melalui pengerasan pengendapan dengan tahapan laku pelarutan, pencelupan, dan penuaan. Salah satu kunci peningkatan kekuatan saat penuaan adalah seberapa banyak atom paduan dapat larut dan kekosongan yang terbentuk saat laku pelarutan. Oleh karena itu, pada penelitian ini diamati pengaruh temperatur laku pelarutan terhadap kekerasan dan struktur mikro paduan Al-5.1Zn-1.9Mg berat hasil squeeze casting 76 MPa selama 10 menit.
Paduan hasil pengecoran dilakukan homogenisasi pada temperature 400 oC selama 4 jam. Selanjutnya dilakukan pelarutan pada temperatur 220, 420, dan 490 oC selama 60 menit dan dilanjutkan dengan pencelupan cepat. Paduan disimpan pada temperatur -10 oC untuk menghindari penuaan alami dan kemudian dilakukan karakterisasi berupa pengujian kekerasan, pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan SEM-EDS Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy , pengujian XRD X-Ray Diffraction, dan STA Simultaneous Thermal Analysis. Setelah itu, paduan dilakukan penuaan pada temperatur 130 oC selama 48 jam untuk kemudian dilakukan pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan temperatur laku pelarutan meningkatkan pelarutan fasa kedua ke dalam matriks dan jumlah kekosongan yang terperangkap. Namun, pelarutan fasa kedua hampir tidak terjadi pada laku pelarutan temperatur 220 oC. Hal ini ditunjukkan oleh fraksi volume dari fasa kedua setelah homogenisasi yaitu sebesar 7.13 dan turun menjadi 7.06, 4.80, dan 4.19 setelah laku pelarutan pada temperatur 220, 420, dan 490 oC berturut-turut. Penurunan fasa kedua menyebabkan kenaikan nilai kekerasan setelah penuaan pada temperatur 130 oC selama 48 jam yaitu sebesar 11.54, 42,1, dan 66.7 HRB secara berurutan untuk laku pelarutan temperatur 220, 420, dan 490 oC.

Aluminum alloys are widely used in aviation industries, especially for the body and wings of aircraft. This is due to their low density and mechanical properties which can be enhanced by microalloying and heat treatment. The heat treatment for 7xxx series aluminum alloys is precipitation hardening which consists of solution treatment, quenching, and ageing. One key for successful ageing process is the amount of solute elements and vacancies dissolve in the matrix during solution treatment. Therefore, this research is aimed to study the effects of solution treatment temperature on the hardness and microstructure of Al 5.1Zn 1.9Mg wt. alloy which produced by squeeze casting.
The alloys was squeeze cast at 76 MPa for 10 minutes and then homogenized at 400 oC for 4 h. Solution treatment temperatures were varied to 220, 420, and 490 oC for 60 minutes, followed by quenching. The samples were then stored at 10 oC to prevent natural ageing. Characterization included hardness testing and microstructural observation by using OM Optical Microscope and SEM EDS Scanning Electron Microscope Energy Dispersive Spectroscopy , XRD X Ray Diffraction , and STA Simultaneous Thermal Analysis . Ageing was conducted at 130 oC for 48 h followed by hardness testing and microstructural observation.
The results showed that increasing solution treatment temperature induced enhancement of second phase dissolution and the amount of trapped vacancies in the matrix. However dissolution of second phase was hardly detected at solution treatment temperature of 220 C. It was shown by the volume fraction of the second phase found after homogenizing was 7.13 and decreased to 7.06, 4.80, and 4.19 after solution treatment at temperatures 220, 420, and 490 oC respectively. Therefore the increase in hardness after ageing at 130 oC for 48 hours was 11.54, 42,1, and 66.7 HRB for solution treatment temperatures of 220, 420, and 490 oC respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiin Zhakiah
"[Komposit paduan aluminium A356 berpenguat silikon karbida memiliki potensi untuk memiliki sifat mekanik yang baik dengan massa yang rendah. Pada penelitian ini, pengecoran dilakukan melalui metode pengecoran aduk dengan menambahakan silikon karbida dengan presentase 2%, 5%, 8%, 10% dan 15% fraksi volume ke dalam matriks, serta penambahan magnesium 10% fraksi berat sebegai agen pembasahan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kekuatan tarik mencapai nilai optimum pada penambahan 8%. Selain itu, sifat kekerasan meningkat seiring dengan penambahan partikel penguat yang juga menyebabkan turunnya laju keausan. Karakterisasi struktur mikro menunjukkan terbentuknya huruf cina serta Mg2Si utama dan eutektik.

Aluminium alloy A356 composite strengthened by silicon carbide particles has the potential to have good mechanical properties with low mass. In this study, casting was done by stir casting method by added silicon carbide 2%, 5%, 8%, 10% dan 15% volume fraction, also magnesium 10% weight fraction as a wetting agent. The results showed that the increase in tensile strength reach optimum point on the 8%. In addition, the nature of hardness increased with the addition of silicon carbide which also cause a decrease in the wear rate. Microstructure characterization showed the presence of chineese script, primary and eutectic Mg2Si.
, Aluminium alloy A356 composite strengthened by silicon carbide particles has the potential to have good mechanical properties with low mass. In this study, casting was done by stir casting method by added silicon carbide 2%, 5%, 8%, 10% dan 15% volume fraction, also magnesium 10% weight fraction as a wetting agent. The results showed that the increase in tensile strength reach optimum point on the 8%. In addition, the nature of hardness increased with the addition of silicon carbide which also cause a decrease in the wear rate. Microstructure characterization showed the presence of chineese script, primary and eutectic Mg2Si.
]
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raina Diva Callista
"Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur cetakan dan temperatur tuang terhadap hasil pengecoran piston pada material aluminium AC8A menggunakan metode gravity die casting dengan program simulasi Z-Cast. Penelitian ini menggunakan simulasi pengecoran. Simulasi ini menggunakan software Z-Cast Pro 3.0 dan desain pada penelitian ini menggunakan software Solid Works 2021 untuk menghasilkan gambar 3D. Penelitian ini menggunakan produk piston dengan variasi variabel temperatur cetakan dan temperatur tuang. Variasi variabel temperatur cetakan yang digunakan adalah 250°C, 300°C, dan 350°C. Variabel yang digunakan untuk variasi temperatur tuang adalah 660°C, 700°C, dan 750°C. Shrinkage karena adanya proses pembekuan atau solidifikasi yang tidak merata pada produk, disebabkan oleh penyusutan volume logam cair pada proses pembekuan serta tidak mendapatkan pasokan logam cair dari riser. Pada penelitian tidak menggunakan riser dengan keadaan optimal pada temperatur cetakan 250°C dan temperatur tuang 660°C, penggunaan riser berukuran 40 mm didapatkan hasil temperature cetakan 350°C dan temperatur tuang 750°C , ukuran riser 50 mm dengan keadaan optimal pada temperatur cetakan 250°C dan temperatur tuang 660°C. Upaya untuk mengurangi cacat dengan membesarkan ukuran riser, dengan ukuran riser 50 mm akan menghasilkan produk coran denga temperatur cetakan dan temperatur tuang yang rendah. Shrinkage pada riser 50 mm lebih sedikit dibandingkan ukuran 40 mm dan tidak menggunakan riser.

This research aims to determine the effect of mold temperature and pouring temperature on the results of piston casting on AC8A aluminum material using the gravity die casting method with Z-Cast simulation program. This research uses casting simulation. This simulation uses Z-Cast Pro 3.0 software and the design in this research uses Solid Works 2021 software to produce 3D images. This research uses piston product using variable variations in mold temperature and pouring temperature. The variable of mold temperature variations used are 250°C, 300°C, and 350°C. The variables used to vary the pouring temperature are 660°C, 700°C, and 750°C. Shrinkage is due to the uneven solidification process in the product, due to the shrinkage of the liquid metal volume during the solidification process and not getting a supply of liquid metal from the riser. In the research without using a riser with optimal conditions at a mold temperature of 250°C and a pouring temperature of 660°C, using a 40 mm riser resulted in a mold temperature of 350°C and a pouring temperature of 750°C, a riser size of 50 mm with optimal conditions at the mold temperature 250°C and pouring temperature 660°C. Efforts to reduce defects by increasing the riser size, with a riser size of 50 mm will produce cast products with low mold temperatures and casting temperatures. Shrinkage on a 50 mm riser is less than the 40 mm size and does not use a riser."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardjuki
"Tesis ini merupakan hasil penelitian proses ekstrusi semi-solid paduan Al 2008 dengan tujuan mempelajari teknologi ekstrusi kondisi semi-solid, penelitian dimulai dengan membuat cetakan, pemilihan bahan cetakan, bahan produk, pemilihan parameter proses. Hasilnya dipelajari sifat mekanik dan strukturmikronya. Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah paduan Al 2008. Ingot paduan aluminium 2008 dipanasi dalam dapur hingga mencair dan diaduk, selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan ekstrusi sambil dilakukan pemanasan dan pengadukan. Pada variasi terperatur pemanasan 400°C ski 600°C, aluminium ditekan dengan cara ekstrusi.
Dari hasil penelitian didapat bahwa makin tinggi temperatur ekstrusi diperlukan tekanan yang kecil dan kondisi semi-solid berada pada temperatur pemanasan 600°C dan 550°C. Dari hasil pengujian tarik pada temperatur pemanasan 550°C hingga temperatur pemanasan 450°C hasilnya relatif sama, karena masih dalam daerah batas antara cair dan padat, untuk temperatur pemanasan 550°C kondisi semi-solid kekuatan tarik yang didapat lebih rendah dibandingkan dengan temperatur pemanasan 400°C kondisi solid, disebabkan pada temperatur pemanasan 400 °C terjadi proses pengerasan regangan. Pada kondisi semi-solid kekerasan yang didapat 34 VHN dan 31 VHN, kekerasan ini masih relatif sama dengan kondisi awal sebesar 33 VHN, sedangkan bila dibanding dengan kondisi solid nilai kekerasannya 37 VHN sampai 45 VHN, hal ini disebabkan karena adanya segregasi mikro yang mengelompok pada fasa intermetalik yang tidak menyebar secara merata dalam matriknya, tetapi tertumpuk pada batas butir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhil Dzulfikar Rojalih
"Metode pengecoran dengan tekanan rendah (Low Pressure Die Casting) adalah proses yang digunakan untuk menghasilkan komponen logam dengan kualitas yang tinggi dan presisi yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tekanan terhadap hasil produk pengecoran dengan metode Low Pressure Die Casting menggunakan casting simulator Z-cast. Dalam penelitian ini, dilakukan serangkaian eksperimen dengan memvariasikan tekanan yang diterapkan pada proses pengecoran yaitu; 20Kpa, 40Kpa, 60Kpa, 80Kpa, 100Kpa. Produk yang dihasilkan kemudian dievaluasi berdasarkan hasil simulasi menggunakan Z-cast. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan pengecoran memiliki pengaruh terhadap hasil produk. Peningkatan tekanan menyebabkan Flow time yang menjadi lebih singkat, velocity yang semakin meningkat, solidification time yang meningkat, dan juga keberadaan shrinkage. Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pengaruh tekanan pada proses Low Pressure Die Casting dan dapat digunakan sebagai panduan dalam mengoptimalkan parameter produksi. Dengan memilih tekanan yang tepat, produsen dapat menghasilkan komponen logam dengan kualitas yang lebih baik dan efisiensi produksi yang lebih tinggi.

Low Pressure Die Casting is a process used to produce high-quality metal components with precise accuracy. This study aims to analyze the influence of pressure on the casting results using the Low Pressure Die Casting method with the Z-cast casting simulator. A series of experiments were conducted varying the applied pressures during casting: 20 kPa, 40 kPa, 60 kPa, 80 kPa, 100 kPa. The produced products were then evaluated based on simulation results using Z-cast. The research findings indicate that casting pressure significantly affects the product outcomes. Increasing pressure results in shorter flow times, increased velocities, prolonged solidification times, and the presence of shrinkage. These findings provide a better understanding of the pressure effects in the Low Pressure Die Casting process and can be used as a guide to optimize production parameters. By selecting the appropriate pressure, manufacturers can produce metal components with higher quality and higher production efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sergi Andiva
"Pembuatan material komposit dengan matriks Aluminium 6061 (Al-Mg-Si) dengan penambahan partikel Al2O3 sebagai penguat dan juga penambahan Stronsium sebesar 0,02% sebagai modifier dan penambahan TiB sebesar 0,03% sebagai grain Refiner dan juga penambahan Mg sebesar 10% digunakan metode pengecoran aduk karena mudah dilakukan dan juga ekonomis. Penambahan Al2O3 sebagai penguat dapat meningkatkan sifat mekanis dari komposit. Pada penelitian ini, variasi penambahan volume fraksi dari Al2O3 sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% untuk mengetahui nilai optimum penambahan penguat Al2O3 terhadap sifat mekanis dari komposit Al/Al2O3.
Hasil yang didapatkan dari pengujian ini, menunjukkan bahwa penambahan partikel penguat Al2O3 sebesar 6 wt.% memiliki nilai kekuatan tarik dan elongasi yang paling tinggi dengan nilai mencapai 22,4 MPa dengan %elongasi sebesar 7%. Lalu pada nilai kekerasan dan harga impak, penambahan volume fraksi Al2O3 sebesar 10 wt.% memiliki nilai kekerasan paling tinggi mencapai 54,98 HRB dan untuk harga impak mencapai nilai tertinggi dengan harga impak sebesar 0,0275 J/mm2. Penambahan volume fraksi alumina dapat meningkatkan %porositas yang terbentuk pada material komposit.

The making of composite material with aluminum 6061 (Al-Mg-Si) as matrix with the addition of Al2O3 particulate as reinforcement and also with the addition of strontium 0,02% as modifier and addition of TiB 0,03% as grain refiner and addition of Mg 10% as wetting agent using stir casting method because its easy and economist. The addition of Al2O3 as reinforcement can improved the mechanical properties of the composite. In this study, addition of volume fraction of Al2O3 variated by 2%, 4%, 6%, 8%, and 10% to know the optimum addition of particulate Al2O3 as reinforcement to the mechanical properties of composite Al/Al2O3.
The results show that addition of 6wt% reinforcement particulate Al2O3 has highest UTS with value 22,4MPa and the %elongation reach to 7%. Then on hardness value and impact value, 10wt% addition of particulate Al2O3 has the highest hardness value reach to 54,98 HRB and for impact value reach to 0,0275 J/mm2. And the addition of alumina can cause the increasing of %porosity formed in the composite material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Yudharma
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>