Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198230 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adnan Hasyim Malahela
"Backgrounds : Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is a standard procedure for treating renal stones. However, the optimal guidance method between ultrasound (US) and fluoroscopy remains debatable. The principle to reduce radiation exposure through ALARA principle is also heavily considered. This study aims to compare the efficacy and safety of US-guided versus fluoroscopy-guided PCNL in a single center over a 5-year period.
Methods: A retrospective cohort analysis of patients who underwent PCNL between 2018 and 2023 were conducted. Patients were categorized into two groups: US-guided and fluoroscopy-guided PCNL. Outcomes evaluated were stone-free rates (SFRs), fluoroscopy usage duration and intraoperative radiation.
Results: A total of 658 patients (US-guided, n=563; fluoroscopy-guided, n=95) were included. The SFRs were comparable between the two groups (p > 0.05). Meanwhile, significantly lower amounts of fluoroscopy usage duration, effective dose, and radiation exposure was found for the US-guided group (p < 0.05). Additionally, operative time was significantly faster in the US-guided procedure, despite requiring more punctures (p < 0.05). Complication rates were similar between both groups.
Conclusion: US-guided PCNL presents as an effective and safe alternative to fluoroscopy-guided PCNL with the added advantage of avoiding radiation exposure.

Latar Belakang: Nefrolitotomi perkutan (PCNL) adalah prosedur standar untuk tatalaksana batu ginjal. Namun, metode panduan yang optimal antara ultrasound (USG) dan fluoroskopi masih menjadi perdebatan. Prinsip untuk mengurangi paparan radiasi melalui prinsip ALARA juga sangat dipertimbangkan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efikasi dan keamanan PCNL yang dipandu USG versus PCNL yang dipandu fluoroskopi dalam satu pusat selama periode 5 tahun.
Metode: Analisis kohort retrospektif terhadap pasien yang menjalani PCNL antara tahun 2018 dan 2023 dilakukan. Pasien dikategorikan ke dalam dua kelompok: PCNL dengan panduan USG dan PCNL yang dengan panduan fluoroskopi. Hasil yang dievaluasi adalah angka bebas batu/stone free rate (SFR), durasi penggunaan fluoroskopi dan radiasi intraoperatif.
Hasil: Sebanyak 658 pasien (dipandu oleh USG, n = 563; dipandu oleh fluoroskopi, n = 95) diikutsertakan. SFR sebanding antara kedua kelompok (p > 0,05). Sementara itu, jumlah durasi penggunaan fluoroskopi, dosis efektif, dan paparan radiasi yang jauh lebih rendah ditemukan pada kelompok yang dipandu oleh AS (p <0,05). Selain itu, waktu operasi secara signifikan lebih cepat pada prosedur yang dipandu oleh US, meskipun membutuhkan lebih banyak tusukan (p <0,05). Tingkat komplikasi serupa antara kedua kelompok.
Kesimpulan: PCNL dengan panduan USG hadir sebagai alternatif yang efektif dan aman untuk PCNL dengan panduan fluoroskopi dengan keuntungan tambahan untuk menghindari paparan radiasi.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Purnomo
"ABSTRAK
Nyeri pinggang pada pasien batu ginjal dan batu ureter membutuhkan pengobatan yang cepat dan tepat. Banyak obat-obatan yang sudah diteliti sebagai pengobatan nyeri pada pasien batu ginjal dan batu ureter. Kebanyakan pasien dengan nyeri pinggang diberikan obat golongan NSAID. Efek samping NSAID terhadap gastrointestinal, ginjal dan sistem kardiovaskular cukup berbahaya untuk pasien sehingga harus dibatasi penggunaannya. Agropyron repens selain sebagai pengobatan MET juga dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien batu ginjal dan batu ureter.

ABSTRACT
Flank pain in kidney stone and ureter stone s patient needs a fast and appropriate medication. Most of flank pain patients were prescribed NSAID medicine. The side effect of NSAID in terms of gastrointestinal, kidney, and cardiovascular system is adequately dangerous, thus it needs to be in control. Agropyron repens is not only for medication, but also for decreasing pain in kidney stone and ureter stone."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Indra Pradono
"ABSTRAK
Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) sebagai pendekatan untuk perawatan batu ginjal membutuhkan penggunaan fluoroskopi X-ray C-arm. Namun demikian, pemanfaatan X-ray C-arm sesuai standar sulit untuk dicapai di sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Akses ginjal dengan panduan Ultrasonografi (USG) dalam tindakan PCNL menawarkan solusi untuk mengurangi paparan radiasi selama prosedur. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil operasi prosedur PCNL supine dengan panduan USG di Rumah Sakit Adam Malik, Medan. Sebanyak 13 pasien berturut-turut menjalani prosedur supine PCNL dengan panduan USG di Rumah Sakit Adam Malik Medan, Indonesia, dari bulan April hingga Juni 2018. Pasien dengan riwayat operasi batu ginjal terbuka, gangguan fungsi ginjal, dan urosepsis tidak disertakan dalam penelitian. Penelitian prospektif dilakukan dengan mencatat data pasien yang menjalani PCNL, termasuk karakteristik pasien dan batu ginjal, data intraoperatif, dan status batu sisa. Usia rata-rata pasien adalah 46,00 ± 12,92 tahun. Rasio pria-wanita pada pasien adalah 6 : 7. Lebih dari setengah pasien mempunyai batu ginjal kiri (61,54%). Ukuran rata-rata batu adalah 25,71 ± 13,17 mm. Terdapat 11 pasien (84,62%) yang menerima puncture sebanyak satu kali, sementara yang lain menerima 2 kali (1 pasien; 7,69%) dan tiga kali (1 pasien; 7,69%). Rata-rata waktu puncture hingga tindakan nefroskopi adalah 15,64 ± 3,14 menit. Tindakan dilatasi berhasil dilakukan dengan waktu rata-rata 11,46 ± 1,56 menit. Waktu rata-rata nefroskopi adalah 25 menit (18-62 menit), dan total durasi operasi adalah 85,92 ± 33,95 menit. Tingkat keberhasilan tanpa hidronefrosis, hidronefrosis ringan, sedang, dan berat masing-masing adalah 50%, 100%, 100%, dan 50%. Sepuluh pasien bebas batu setelah prosedur (tingkat keberhasilan 76,92%).USG-PCNL memiliki hasil yang memuaskan. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bahwa USG-PCNL bisa menjadi alternatif yang baik untuk mengurangi paparan radiasi pada pasien dan ahli urologi.

ABSTRACT
Percutaneous nephrolithotomy (PCNL) as an approach to kidney stone treatment requires a C-arm X-ray fluoroscopy application. Nevertheless, the utilization of standardized C-arm X-ray is complicated to achieve in most of our country hospitals. Ultrasound (US)-guided renal access for PCNL offers the solution for reducing the radiation exposure in the procedure. The present study aims to describe the operation outcomes of US-guided supine PCNL procedure at Adam Malik Hospital, Medan.A total of 13 consecutive patients underwent US-guided supine PCNL procedure at Adam Malik Hospital Medan, Indonesia, from April until June 2018. Patients with a history of open renal stone surgery, impaired renal function, and urosepsis were excluded from the study. We prospectively recorded the data of patients undergoing PCNL, including patient and stone characteristics, intraoperative data, and residual stone status. The mean age of the patients was 46.00 ± 12.92 years. The male-to-female ratio of the patients was 6:7. More than half of the patients had left kidney stone (61.54%). The mean stone size was 25.71 ± 13.17 mm. There were 11 patients (84.62%) who received one-time successful puncture attempt, while the others received 2 (1 patient; 7.69%) and three attempts (1 patient; 7.69%). The mean puncture-to-nephroscope time was 15.64 ± 3.14 minutes. All patients had successful dilation with the mean dilation time was 11.46 ± 1.56 minutes. The median nephroscopy time was 25 (18-62) minutes, and the total operation duration was 85.92 ± 33.95 minutes. The success rates for no hydronephrosis, mild, moderate, and severe hydronephrosis were 50%, 100%, 100%, and 50% respectively. Ten patients were stone-free after the procedure (76.92% success rate). US-PCNL has satisfactory outcomes. It should be considered that US-PCNL could be a good alternative for reducing radiation exposure of the patient and urologist."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anatha Chriscilia Selaindoong
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah dengan kekhususan pada sistem perkemihan yang dilakukan di Rumah Sakit Fatmawati merupakan salah satu upaya peningkatan pendidikan dan kompetensi dalam bidang keperawatan. Dalam proses praktik residensi, mahasiswa residensi mengembangkan kemampuan dalam mengkaji, menganalisis, berpikir kritis terkait masalah keperawatan pasien dan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang berbasis bukti ilmiah kepada pasien dengan gangguan sistem perkemihan baik secara individu maupun berkelompok. Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiapkan diri menjadi seorang ners spesialis yang berperan sebagai Clinical Care Manager dan menjalankan tugas dan fungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, peneliti dan innovator. Selama menjalankan praktik residensi, mahasiswa telah melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan utama dengan Staghorn Renal Stone yang mengalami komplikasi hidronefrosis sehingga pasien menjalani tindakan pembedahan nefrektomi. Selain itu terdapat juga 30 kasus resume pasien dengan gangguan system perkemihan. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan dan resume tersebut mahasiswa menggunakan pendekatan teori adaptasi Calista Roy yang menekankan pada proses adaptasi pasien secara holistik terhadap stimulus yang diterima berkaitan dengan kondisi sakit sehingga menghasilkan perilaku yang adaptif. Dalam menjalankan peran sebagai peneliti, mahasiswa melakukan pembuktian efektifitas cryotherapy titik Hegu dalam menurunkan skor nyeri kanulasi AVF dan diperoleh hasil bahwa cryotherapy efektif dalam menurunkan skor nyeri kanulasi AVF. Sebagai innovator, mahasiswa melakukan proyek inovasi di unit dialisis dengan mengembangkan modul pelatihan CAPD dan video pembelajaran pasien yaitu PD SMART modul.

Medical-surgical nursing residency practice with specialty focused on the urinary system at Fatmawati Hospital is one of the educational and competency improvement programs in nursing. During the residency process, students are encouraged to develop the ability to assess, analyze, think critically related to patient's nursing problems and implement nursing interventions based on scientific evidence to patients with urinary system disorders individually or in groups. Students prepare themselves to become a nurse specialist who acts as a Clinical Care Manager and performs roles and functions as a nurse practitioner, educator, researcher, and innovator. While practicing residency, students have carried out nursing care to the main case patient with Staghorn Renal Stone who developed complications due to hydronephrosis so that the patient required nephrectomy surgery. In addition, there are also 30 cases of patient resumes with urinary system disorders. The student uses Calista Roy's adaptation theory approach which emphasizes the holistic patient adaptation process to the stimulus received related to the condition of illness so as to create adaptive behavior. In performing as researchers, students prove the effectiveness of Hegu point cryotherapy in reducing AVF cannulation pain scores and the results showed that cryotherapy is effective in reducing AVF cannulation pain scores. As innovators, students collaborate on an innovation project in the dialysis unit by creating a CAPD training module and video learning , known as PD SMART module."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Octoveryal Aslim
"ABSTRAK
Tujuan utama dari tatalaksana bedah batu ginjal adalah mencapai angka bebas batu maksimal dengan morbiditas yang minimal dan tetap mempertahankan fungsi ginjal. Prosedur atau pilihan tindakan untuk batu ginjal antara lain Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL), Ureterorenoscopy (URS), Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) dan tindakan operasi terbuka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan lama operasi, lama perawatan pasca operasi, jumlah perdarahan, komplikasi dan angka bebas batu pada pasien yang menjalani PCNL dan operasi terbuka pada batu ginjal yang memiliki stone burden lebih dari 2 cm. Data diambil dari rekam medik Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Dari 116 pasien dengan usia antara 22-73 tahun, mayoritas laki-laki, didapatkan hasil perbedaan yang bermakna secara statistik pada lama operasi (p=0,001), lama rawat pasca operasi (p=0,011) dan komplikasi demam pasca operasi (p=0.048), antara PCNL dan operasi terbuka. Sedangkan untuk angka bebas batu dan jumlah perdarahan, tidak didapatkan perbedaan (p=0,245 dan p=0,154). Terdapat hubungan yang bermakna pada lama operasi dengan stone burden (p=0.004; p=0.02) maupun letak batu (p<0.001; p=0.011). PCNL memerlukan lama operasi dan lama rawat pasca operasi yang lebih singkat, serta komplikasi demam pasca operasi yang lebih sedikit, dibandingkan operasi terbuka. Namun demikian, untuk angka bebas batu dan jumlah perdarahan, tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok.

ABSTRACT
The objective of surgical management of kidney stone is to reach maximum stone free rate with minimum morbidity while maintaining renal function. Several procedures for kidney stones are Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL), Ureterorenoscopy (URS) flexible, Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL), and open surgery. We collected data from medical record of patients with stone burden > 2cm who underwent PCNL or open surgery in Gatot Soebroto Indonesia Army Central Hospital from 2011 until 2014. 116 patients were included in this study with the range of age was 22-73 years old and the majority of patients were man. Our study found statistically significant association between length of operation (p=0.001), postoperative length of stay (0=0.011), and postoperative complication (p=0.048) between PCNL and open surgery. No statistically significant association on stone free rate (p=0.245), amount of bleeding (p=0.154) between the two groups. There was a statistically significant association between lengths of operation with stone burden (p=0.004; p=0.02) and stone location (p<0.001; p=0.011). PCNL had shorter length of operation and postoperative length of stay, fewer postoperative complication compared with open surgery. No difference found in stone free rate and amount of bleeding outcome. There was statistically significant association between length of operation and stone burden.;"
2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ragil Aprilia Astuti
"Batu ginjal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di daerah perkotaan. Pasien yang sudah pernah mengalami batu ginjal memiliki risiko kekambuhan batu ginjal sekitar lima puluh persen pada lima tahun pertama dan tujuh puluh persen pada sepuluh tahun berikutnya. Tingginya angka kekambuhan tersebut dapat dicegah sejak dini yakni melalui discharge planning. Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai discharge planning terutama mengenai terapi diet dalam upaya pencegahan batu ginjal berulang. Hasilnyanya pasien memiliki peningkatan kognitif dan juga psikomotor yang baik dalam upaya pencegahan batu ginjal berulang. Rekomendasi kepada pasien dengan batu ginjal untuk memberikan discharge planning sejak pasien dirawat.

Nephrolithiasis is one of the problems in urban health nursing. Patient with nephrolithiasis have a risk recurrent nephrolithiasis about fifty percent in five year and seventy percent in ten year. It can be prevent early by using discharge planning. This article has purpose to analysis evidence based about discharge planning to prevent recurrent nephrolithiasis. The result of discharge planning showed that this can increase patient’s cognitive and good pshycomotor for preventing recurrent nephrolithiasis. Recommendation for next writer is using discharge planning take care patient since first day they are in hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Sovian
"Kasus batu ginjal di Indonesia sangat tinggi menginduksi kerusakan jaringan sehat sekitarnya atau komplikasi penyakit lain. Batu ginjal di Indonesia sebagian besar merupakan campuran kristal Ca oksalat dan Ca fosfat. Berbagai ion Ca+2, P-3, Mg+2, Na+ dan senyawa makromolekul dalam urine berpengaruh pada proses pertumbuhan dan epitaksi.
Telah dilakukan penelitian : analisis senyawa oksalat dan fosfat dalam batu staghorn dari pusat sampai permukaan. Presipitasi Ca oksalat dan Ca fosfat pada nidus senar dalam berbagai medium. Penumbuhan senyawa oksalat dan fosfat pada batu staghorn tanpa material organik dalam medium urine penderita batu. Sifat kelarutan Ca batu staghorn dalam berbagai medium, bubuk batu staghorn, Ca oksalat dan Ca fosfat sintetik didalam medium urine. Karakterisasi sampel menggunakan X-Ray Difraktometer, Scanning Electron Microscope, X-ray Fluorescence Spectrometry, dan Atomic Absorption Spectrometry. Penelitian in vitro ini menggunakan metode perendaman dan gravimetri.
Hasil karakterisasi batu staghorn dari pusat ke permukaan ditemukan lapisan radial. Setiap lapisan umumnya COM (calcium oxalate monohydrate), dan Struvite. Presipitan dalam nidus senar umumnya COM dan Struvite. Batu staghorn tanpa material organik terjadi penumbuhan Struvite lebih tinggi dibanding COM. Batu staghorn larut dalam medium air melalui proses difusi pada Ca grain boundary, dan dalam medium urine terjadi epitaksi. Sedangkan bubuk batu staghorn, Ca oksalat sintetik, dan Ca fosfat sintetik terjadi penurunan konsentrasi Ca dalam medium urine.
Kesimpulan. Komposisi batu staghorn yang diteliti, serta presipitan pada nidus senar umumnya senyawa oksalat dalam bentuk COM dan fosfat dalam bentuk Struvite. Kalsifikasi pada permukaan batu tanpa material organik dalam urine penderita batu fraksi fosfat naik dan fraksi COM turun. Dalam medium urine normal dengan konsentrasi Ca(1,10%-25,65%) bubuk batu staghorn, bubuk Ca oksalat sintetik dan bubuk Ca fosfat sintetik konsentrasi Ca (4,70%-35,25%) menginduksi terjadinya presipitasi. Sifat kelarutan batu ginjal dipengaruhi oleh konsentrasi Ca, P, dan Mg dalam medium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
D1546
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manuel Dwiyanto Hardjo Lugito
"Penelitian ini bertujuan mengetahui manifestasi oral, status kesehatan rongga mulut HIV anak dan hubungannya dengan status supresi imun di RSCM. Penelitian potong-lintang terhadap 70 anak HIV yang diterapi HAART di RSCM pada bulan April dan Mei 2014. Hasilnya, frekuensi manifestasi oral rendah. Yang terbanyak lesi SAR minor ditemukan pada 4 anak. Lebih separuh subyek memiliki tingkat kebersihan mulut baik (53,5%). Nilai rerata deft < 6 tahun, nilai DMFTdeft > 6 tahun lebih dari 1 gigi per individu. Tidak dijumpai hubungan antara manifestasi oral dengan supresi imun pada HIV anak yang mendapat terapi HAART.

The purpose of this cross-sectional study was to determine oral manifestations, oral health status of HIV in children and their relationships with immune suppression status at RSCM. Seventy children treated with HAART at RSCM in April and May 2014 had low frequency of oral manifestations with RAS minor as the frequent lesions consist of 4 lesions. More than half of children had good oral hygiene (53.5%). The mean score of deft < 6 years, DMFT-deft > 6 years were more than 1 tooth per individual.There is no relationship between oral manifestations with immune suppression status of children treated with HAART.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Rahmadi
"Pendahuluan dan tujuan: Percutaneus Nephrolithotomy (PCNL) adalah prosedur invasif minimal yang digunakan untuk mengangkat batu ginjal dengan mengakses sistem pelviokalises secara perkutan. Penelitian ini dirancang untuk membandingkan efikasi dan keamanan posisi terlentang dan tengkurap dalam Percutaneus Nephrolithotomy (PCNL) yang digunakan untuk pengobatan batu ginjal pada pasien Indonesia.
Metode: Studi ini adalah uji coba terkontrol acak samar tunggal dari pasien yang menjalani PCNL dari Februari hingga Mei 2018. Terdapat 19 subjek pada kelompok supine dan 19 pada kelompok prone dengan total 38 subjek penelitian. Hasil penelitian yang dibandingkan meliputi waktu operasi, lama rawat inap, angka bebas batu, kehilangan darah, konversi ke operasi terbuka, transfusi darah, dan komplikasi. Hasil ini dievaluasi menggunakan uji T independent dan uji chisquare.
Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan pada demografi pasien atau lokasi batu antara kedua kelompok. Selain itu, rata-rata waktu operasi, LOS, kehilangan darah, dan transfusi darah tidak berbeda secara statistik. Ada tingkat bebas batu yang lebih tinggi pada kelompok terlentang dibandingkan kelompok rawan (70,0% vs 47,4%, masing-masing, p = 0,151). Subyek lebih banyak ditransfusikan pada kelompok terlentang (30,0%) dibandingkan kelompok rawan (15,8%), tetapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (p = 0,292). Satu-satunya komplikasi adalah laserasi infundibular, yang terjadi pada 20% subjek pada kelompok terlentang dan 15,8% subjek pada kelompok telungkup (p = 0,732).
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa posisi supine dan prone untuk PCNL memiliki hasil efikasi dan keamanan yang serupa.

Introduction: The percutaneous nephrolithotomy (PCNL) is a minimally invasive procedure used to remove kidney stones by accessing the pelvicalyceal system percutaneously. This study was designed to compare the efficacy and safety of the supine and prone positions in percutaneous nephrolithotomies (PCNLs) used for the treatment of kidney stones in Indonesian patients.
Methods: This was a single-blinded randomized controlled trial of those patients undergoing PCNLs from February to May of 2018. There were 19 subjects in the supine group and 19 in the prone group for a total of 38 study subjects. The study outcomes that were compared included the operative time, length of hospital stay (LOS), stone-free rate, blood loss, conversion to open surgery, blood transfusion, and complications. These outcomes were evaluated using the Student's t test and the chi-squared test.
Results: There were no significant differences in the patient demographics or stone locations between the two groups. Additionally, the medians of the operative times, LOSs, blood losses, and blood transfusions were not statistically different. There was a higher stone-free rate in the supine group than in the prone group (70.0% vs. 47.4%, respectively, p = 0.151). More subjects were transfused in the supine group (30.0%) than in the prone group (15.8%), but this difference was not statistically significant (p = 0.292). The only complications were infundibular lacerations, which occurred in 20% of the subjects in the supine group and 15.8% of the subjects in the prone group (p = 0.732).
Conclusion: This study showed that the supine and prone positions for PCNLs had similar efficacy and safety outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In menopausal women, there are physiological changes as a consequence of the decrease in the secretion of oestrogen and ovary function that produce oestrogen. Numerous metabolic, psychological and physical changes have been associated with this event. In this paper we described oral discomfort in menopausal women. Dentist should know about oral discomfort in menopause including oral dryness, burning sensation, altered taste perception and ulceration, because this symptoms could become a reason for menopausal women to see a dentist. In the management of oral discomfort in menopausal women dentist should collaborate with gynecologist."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>