Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faqih Mualim
"Ibukota Nusantara (IKN), merupakan kota dengan prinsip sebagai kota cerdas (smart city) adalah suatu kawasan yang menerapkan penggunaan sumber energi terbarukan sebagai penopang kebutuhan energi listrik bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pada penelitian kali ini, akan dilakukan 1) studi terkait pemilihan konfigurasi pembangkit listrik berbasis energi terbarukan di IKN yang optimum, 2) pengembangan konseptual desain sistem energi berbasis smart grid, 3) analisis siklus hidup ekonomi dari sistem energi terbarukan di IKN, serta 4) analisis pengelolaan tenaga listrik di wilayah IKN. Hasil optimisasi konfigurasi EBT dengan menggunakan HOMER Pro menghasilkan konfigurasi berupa penggunaan PLTS sebesar 12,80 GW; PLTA 800 MW, baterai sebesar 12.008 modul, dan konverter sebesar 4.832 MW. Perancngan desain konseptual smart grid dilakukan dengan membuat konsep desain dari penggunaan smart grid untuk penggunaan listrik berbasis energi terbarukan. Komponen di dalam smart grid terdiri dari komponen pembangkit, kompoenen transmisi dan substation, dan komponen sistem distribusi. Analisis keekonomian didapatkan nilai dari Net Present Cost (NPC) sebesar USD 66,203,478,323, dan nilai LCOE (Levelized cost of Energy) adalah sebesar 0,34 USD/kWh. Untuk mencapai nilai Internal Rate of Return acuan sebesar 8.75%, maka nilai tarif listrik keekonomian yang perlu dikenakan adalah 0,63 USD/kWh, dengan payback period 14 tahun. Analisis skema pengelolaan tenaga listrik dilakukan terhadap skema pengelolaan tenaga listrik dengan opsi pemegang wilayah usaha (wilus) dimiliki oleh Badan Usaha Otorita (BUO) IKN, dan PT. PLN. Dari analisis kedua skema ini, didapatkan skema pemilik wilus oleh BUO IKN memiliki strategi yang lebih baik, karena menghasilkan nilai strategi pencapaian komponen SO (Strength Opportunities) yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai strategi untuk menghilangkan kelemahan dan ancaman, WT (weakness threats). Untuk analisis skema pemilik wilus oleh PLN akan menghasilkan nilai strategi pencapaian komponen SO (Strength Opportunities) yang lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai strategi untuk menghilangkan WT (weakness threats) sehingga akan membutuhkan usaha yang lebih besar.

Ibu Kota Nusantara (IKN), envisioned as a smart city, is a region that implements the use of renewable energy resources to support the electricity needs of its residents. In this study, will conduct 1) a study on the selection of the optimum renewable energy-based power plant configuration in IKN, 2) the development of a conceptual design for a smart grid-based energy system, 3) an economic life cycle analysis of the renewable energy system in IKN, and 4) an analysis of electricity management in the IKN region. The optimization of the renewable energy configuration resulted in a configuration that includes the use of a 12.80 GW solar power plant (PLTS), 800 MW hydropower plant (PLTA), 12,008 battery modules, and a 4,832 MW converter. The conceptual design of the smart grid involves creating a design concept for the use of a smart grid for renewable energy-based electricity usage. The components within the smart grid include generation components, transmission and substation components, and distribution system components. The economic analysis yielded a Net Present Cost (NPC) of USD 66,203,478,323, and a Levelized Cost of Energy (LCOE) of USD 0.34/kWh. To achieve the target Internal Rate of Return (IRR) of 8.75%, the required economic electricity tariff is USD 0.63/kWh, with a payback period of 14 years. The electricity management scheme analysis was conducted on the management schemes with the option of the business area holder (wilayah usaha/wilus) being owned by the Badan Usaha Otorita IKN (BUO) and PT. PLN. From the analysis of these two schemes, it was found that the scheme with BUO IKN as the wilus owner would result in a higher value of the SO (Strength Opportunities) strategy development compared to the value of the WT (Weakness Threats) strategy elimination. For the scheme with PLN as the wilus owner, it would result in a lower value of the SO (Strength Opportunities) strategy component development compared to the value of the WT (Weakness Threats) strategy eliminiation, thus requiring greater effort."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattinaya Irene Francine Debora
"Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh sektor energi menurut pendekatan kategori sumber emisi adalah sebanyak 638.452 Gigagram (Gg) CO2e pada tahun 2019. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, emisi pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 7,13%. Bersamaan dengan visi Ibu Kota Nusantara, ditetapkan dalam salah satu key performance indexnya bahwa instalasi kapasitas energi terbarukan akan memenuhi 100% kebutuhan energi Ibu Kota Nusantara dan target net zero emission untuk Ibu Kota Nusantara di 2045. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi energi terbarukan di Ibu Kota Nusantara tersebut menuju Net Zero Emission berikut dengan biaya siklus hidupnya. Penelitian ini akan dilakukan dengan studi literature dan benchmarking dan akan dianalisis dengan perangkat lunak LEAP untuk mengakomodir simulasi. Strategi yang dihasilkan untuk mencapai net zero emission pada penelitian ini adalah berupa roadmap pengembangan energi terbarukan, berawal dari 27% energi terbarukan pada tahun 2022 oleh pembangkit listrik eksisting di Pulau Kalimantan, 80% energi terbarukan pada 2034, dan 100% energi terbarukan pada 2045, dengan biaya siklus hidup mencapai 9.161 juta USD.

According to the category approach of emission source, in 2019, greenhouse gas emission released by the energy sector has reached 600 giga grams of CO2e. Compared to the previous year, emission in 2019 has increased by 7,13%. Along with the vision of Ibu Kota Nusantara, it is stipulated in one of its key performance index that the installation of renewable energy capacity must meet 100% of energy need of Ibu Kota Nusantara, and net zero emission in Ibu Kota Nusantara by 2045. This research aims to develop a renewable energy strategy in Ibu Kota Nusantara towards Net Zero Emissions along with their life cycle costs. This research will be carried out by means of literature and benchmarking studies and will be analyzed with LEAP software to accommodate simulations. The resulting strategy to achieve net zero emissions in this study is in the form of a roadmap for developing renewable energy, starting with 27% renewable energy in 2022 by existing power plants on Kalimantan Island, 80% renewable energy in 2034, and 100% renewable energy in 2045, with a life cycle cost of USD 9,161 million."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Kurniawan
"Kebijakan energi terbarukan saat ini berperan dalam terhambatnya pengembangan dan pencapaian target bauran energi terbarukan yang telah ditetapkan. Permasalahan tersebut yaitu terkait regulasi sektoral yang inkonsisten, penetapan prioritas pemerintah dalam kebijakan energi, skema kerja sama, serta penetapan harga jual beli tenaga listrik. Penulis menggunakan desain penelitian yuridis-normatif. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Data tersebut disusun kualitatif, melalui uraian teks dan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dan kritis. Kesimpulan, pertama, regulasi pemanfaatan energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik yang mengatur klausul-klausul kunci PJBL sangat dinamis mengalami perubahan dalam waktu yang singkat. Kedua, dalam penyusunan KEN, RUEN, dan RUPTL pemerintah masih memberikan prioritas utama untuk pemanfaatan energi fossil dibandingkan energi terbarukan.
Beberapa hal yang menghambat investasi diantaranya: a) biaya investasi EBT yang tinggi; b) prioritas pengembangan PLTU Mulut Tambang; c) perubahan penentuan biaya pokok produksi; d) terbitnya Permen ESDM 10/2017 mengakibatkan minimnya kesempatan investor untuk Business-to-business dalam PJBL; e) inkonsistensi penerapan pola kerja sama; f) hambatan dalam penyediaan lahan dan hutan. Ketiga, upaya pemerintah dalam mendukung penyediaan energi terbarukan yaitu melalui skema penugasan, kerja sama antara pemerintah dan badan usaha, serta melalui pemberian jaminan kelayakan usaha kepada pengembang. Selain itu untuk memaksimalkan pengembangan energi terbarukan Pemerintah harus mampu mewujudkan: 1) Kepastian Hukum dari Segi Pengaturan Pemanfaatan energi Baru dan Terbarukan; 2) Optimalisasi Kesempatan Ekonomi (economic opportunity) Indonesia dalam Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan; 3) Mengubah Paradigma Pemangku Kebijakan yang menganggap batubara sebagai sumber energi murah; dan 4) Mewujudkan Kebijakan Energi Baru dan Terbarukan yang Berkeadilan (fairness).

New and renewable energy utilization is one of the pillars for reaching national energy independence and security by maximizing the usage of renewable energy by considering the economic level. The current renewable energy policy inhibits the development and achievement of the established renewable energy mix target. This is due to inconsistent sectoral regulations, government priority in energy policy, cooperation scheme, and electricity buying and selling price setting. The author used judicial-normative research design. The present study used secondary data, which consisted of primary, secondary and tertiary legal materials. The data was prepared qualitatively through text description and analyzed using descriptive and critical analysis technique. The conclusions are, first, renewable energy utilization regulations for electricity supply that regulate the key clauses of PJBL are very dynamic and change within a brief period of time. Second, when preparing KEN, RUEN, and RUPTL, the government still prioritizes fossil energy utilization over renewable energy.
Some obstacles for investment are: a) high cost of EBT investment; b) priority of PLTU Mulut Tambang development; c) change of cost of production setting; d) the issuance of the Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources 10/2017 that reduces investor's chance for Business-to-business in PJBL; e) inconsistency of cooperation pattern implementation; f) obstacle in land and forest provision. Third, government efforts to support renewable energy provision through assignment scheme, government cooperation with businesses, and provision of business viability guarantee for developer. Moreover, to maximize renewable energy development, the government must: 1) Create Legal Certainty in Terms of New and Renewable Energy Utilization Regulation; 2) Optimize Indonesia's Economic Opportunity in New and Renewable Energy Development; 3) Change the Paradigm of Policy Maker who think of coal as cheap source of energy; and 4) Create Fair New and Renewable Energy Policy (fairness).
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizatul Hasanah Z. Day
"Salah satu strategi untuk mencapai target NDC Indonesia pada tahun 2030 adalah melalui pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan, dan transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel, khususnya di Pulau Buru sebagai satu-satunya penyedia listrik, berkontribusi terhadap produksi emisi, dan meningkatkan Cost of Energy (CoE) sistem utilitas. Di sisi lain, Pulau Buru kaya akan potensi energi terbarukan, seperti panas bumi, tenaga air, bioenergi, dan energi surya. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem pembangkit listrik yang optimal di Pulau Buru dengan mempertimbangkan bauran energi terbarukan, kelayakan finansial, pengurangan CoE sistem kelistrikan lokal, pengurangan emisi CO2, dan potensi pertumbuhan beban industri lokal yaitu industri perikanan. sektor. Penelitian ini memanfaatkan software HOMER untuk mendapatkan skenario pembangkit listrik yang dapat menyuplai beban dengan penetrasi energi terbarukan paling optimal, Levelized CoE (LCOE) terendah, dan emisi CO2 terendah. Tujuh sistem kelistrikan di Pulau Buru diimplementasikan sehingga membentuk 4 sistem, yaitu sistem terintegrasi dari 4 sistem terdistribusi sebelumnya, dan 3 sistem terdistribusi lainnya. Hasil penelitian ini memberikan konfigurasi pembangkit listrik berbasis energi terbarukan hybrid atau lengkap yang paling optimal untuk masing-masing sistem. Konfigurasi tersebut dapat mengurangi CoE hingga 20,17 cUSD/kWh, dan emisi CO2 hingga nol.

One of the strategies to achieve Indonesia's NDC target in 2030 is through the development of renewable energy power plants, and the transition from fossil fuels to renewable energy. The use of diesel power plants, especially with the case on Buru Island as the only electricity supply, contributes to the production of emissions, and increases the Cost of Energy (CoE) of the utility system. On the other hand, Buru Island is rich in renewable energy potential, such as geothermal, hydropower, bioenergy, and solar energy. This study aims to design an optimal power generation system on Buru Island by considering the renewable energy mix, financial feasibility, reduction in the CoE of local electricity system, reduction in CO2 emissions, and the potential load growth of the local industry, i.e. fisheries industry sector. This study utilizes HOMER software to obtain a power generation scenario that can supply the load with the most optimal renewable energy penetration, the lowest Levelized CoE (LCOE), and the lowest CO2 emissions. Seven electrical systems on Buru Island were implemented to form 4 systems, namely an integrated system of 4 previously distributed systems, and 3 other distributed systems. The result of this research gives out the most optimum configuration of hybrid or complete renewable energy-based power plant configuration for each system. The configurations can reduce the CoE up to 20.17 cUSD/kWh, and up to zero CO2 emission."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Giovana Nera De Marsela
"Manggarai Barat adalah kabupaten dengan bentuk kepulauan di Indonesia. Sistem kelistrikan yang ada pada Kabupaten tersebut masih didomunasi oleh pembangkit berbahan bakar fosil. Tujuan studi ini adalah melakukan desain sistem kelistrikan berbasis energi terbarukan hibrida yang terdiri atas Solar PV, angin, panas bumi, dan BESS. Kebutuhan energi listrik akan mencakup sektor residensial, komersial, desalinasi, dan kendaraan listrik. Optimisasi dilakukan dengan piranti lunak HOMER untuk memperoleh Net Present Cost paling rendah tanpa dan dengan adanya skenario interkoneksi untuk 3 pulau. Hasil untuk skenario non interkoneksi menghasilkan NPC sebesar 282,644,479.06 USD dengan sistem kelistrikan hibrida berupa 39.93 MW Solar PV, 56 MW turbin angin, 28.3 MWh BESS, dan impor listrik sebesar 29,194,37MWh panas bumi dari grid (per tahun). Skenario dengan interkoneksi mengasilkan NPC yang lebih tinggi dibandingkan skenario tanpa interkoneksi (299,770,404.04 USD) dengan bauran pembangkit 29.35 MW Solar PV, 59.2 MW turbin angin, 50 MWh BESS, dan impor listrik sebesar 26,566.59 MWh panas bumi dari grid (per tahun). Skenario non-interkoneksi menjadi opsi dengan biaya yang lebih rendah, namun masih relatif tinggi terhadap tarif tenaga listrik yang ada di Indonesia.

West Manggarai is a multi-island regency in east Indonesia. The existing electricity system is still dominated by fossil based-power systems. The aim of the study is to design 100% Hybrid Renewable Energy System of Solar PV, wind, geothermal, and BESS. The electricity demand covers residential, commercial, desalination, and electric vehicle. Optimization is conducted by using HOMER software with the objective function to obtain the lowest Net Present Cost (NPC) in 2025 with and without an interconnection scenario among the three main islands. The result of hybrid system for the nointerconnection scenario has the lowest NPC of 282,644,479.06 USD with 39.93 MW Solar PV, 56 MW Wind power, 28.3 MWh BESS, 29,194,37MWh of of net import from geothermal grid and also 14.02 MW inverter. The interconnection scenario has a higher NPC of 299,770,404 USD with 29.35 MW Solar PV, 59.2 MW Wind power, 50 MWh BESS, 26,566.59 MWh geothermal grid net (yearly), and also 35 MW inverter. No Interconnection scenario prived lower cost, but the tariff is still higher than the existing regulated electricity tariff in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Salsabila
"ABSTRAK
Energi merupakan lsquo;bahan bakar rsquo; penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan masyarakat. Sayangnya, rasio elektrifikasi nasional baru mencapai 92,75 . Nusa Tenggara Timur NTT merupakan provinsi dengan rasio elektrifikasi rendah 78,29 , dan persentase desa tertinggal terbesar di Indonesia 74,8 . Padahal, NTT memiliki sumber energi terbarukan yang potensial untuk dimanfaatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model desa dengan integrasi pemanfaatan energi terbarukan yang layak dari sisi teknis dan ekonomi untuk pengembangan Zona Produktivitas Desa yaitu pengembangan Produk Unggulan Kawasan Pedesaan: pemrosesan pascapanen kakao di Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Metodologi yang digunakan adalah analisis tekno-ekonomi, di mana pemodelan dan optimisasi dari pembangkit listrik hybrid mini-grid surya fotovoltaik-angin-diesel dengan penyimpan baterai dilakukan menggunakan perangkat lunak HOMER Pro dan simulasi produksi biogas skala rumah tangga dilakukan menggunakan simulator proses SuperPro Designer . Beberapa skema pendanaan diajukan untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi dari model desa. Analisis komparatif dari sisi lingkungan mitigasi emisi gas rumah kaca juga dievaluasi. Didapatkan hasil bahwa semua sistem layak secara teknis, namun untuk beberapa sistem diperlukan skema pendanaan yang tepat agar sistem layak secara ekonomi. Skenario terintegrasi relatif meningkatkan daya tarik ekonomi sistem. Hasil penelitian dipercaya dapat menjadi solusi alternatif bagi elektrifikasi daerah terpencil dan strategi pengembangan desa tertinggal melalui penyediaan akses terhadap energi dan peningkatan pendapatan melalui aktivitas produktif secara bersamaan.

ABSTRACT
Energy is the important lsquo fuel rsquo to economic growth and social development. Unfortunately, national electrification ratio has not yet reached 100 . East Nusa Tenggara NTT is a province with low electrification ratio 78.29 and high number of underdeveloped villages 74.8 , despite its abundant renewable energy resources potential. The objective of this study is to obtain technically and economically feasible village model with integrated renewable energy system for developing productivity zone Development of Village rsquo s Unique Commodity post harvesting cocoa process in Wewaria, Ende, NTT. The methodology used is techno economic analysis, in which modelling and optimization for mini grid of hybrid power plant solar photovoltaic wind diesel with battery storage is done by using HOMER Pro software and simulation of household scale biogas generation is done by using process simulator SuperPro Designer . Several financing schemes are proposed to evaluate the economic feasibility of the village model. Environmental comparative analysis greenhouse gas emission mitigation is also evaluated. It is found that all systems are technically feasible, yet some systems require the right financing scheme to be economically feasible. The economic attractiveness of the system is relatively higher by the application of integrated scenario. The model obtained is believed to be the alternative solution for off grid electrification and development strategy for underdeveloped villages by enabling access to energy and enhancing income through productive activities simultaneously."
Universitas Indonesia,. Fakultas Teknik, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Andhika Gayatri
"Tiongkok merupakan penghasil dan pengguna batu bara terbesar di dunia. Banyaknya penggunaan batu bara menggiring Tiongkok pada krisis energi. Terjadinya krisis energi serta merebaknya dampak buruk energi berbahan bakar batu bara terhadap lingkungan membuat pemerintah Tiongkok mulai menaruh perhatian khusus pada energi terbarukan. Tujuan penulisan makalah ini adalah memberi gambaran umum tentang kebijakan energi terbarukan di Tiongkok, mendeskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi kebijakan sumber daya energi terbarukan di Tiongkok selama kurun waktu 1996−2010, dan memaparkan programprogram yang dijalankan pemerintah Tiongkok terkait penerapan kebijakan sumber energi terbarukan. Tiongkok saat ini menjadi penghasil energi terbarukan terbesar di dunia. Pemerintah Tiongkok menunjukkan keseriusan untuk terus mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan yang lebih ramah lingkungan demi masa depan yang lebih baik.

China is the largest coal producer and consumer in the world. The large amount of coal usage leads China to an energy crisis. The Energy crisis and negative excess of coal based energy towards the environment have made the Chinese government pay more attention to renewable energy. The goals of this research are to explain China's renewable energy policy in general; to describe the backgrounds of China renewable energy policy in 1996-2010, and to explain the Chinese government's programs that are related to renewable energy policy. The government of China shows its serious commitment by constantly developing and implementing environmental friendly policies for a sustainable future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Nurul Hidayah
"ABSTRAK
Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan terkait energi nasional dengan menargetkan bauran EBT sebesar 23% pada 2025 mendatang dan 31% pada tahun 2030. Guna mencapai target tersebut, pemerintah telah mengambil langkah utama yang salah satunya dengan menambah penyediaan akses energi modern di perdesaan. Upaya tersebut juga bertujuan untuk mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi dan akses infrastruktur energi. Walaupun implementasi dari program elektrifikasi tersebut bersifat aktif, namun hanya beberapa unit penghasil listrik yang dapat beroperasi dikarenakan rusak, diabaikan, atau bahkan keberadaan teknologi tersebut belum diperhatikan sama sekali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa keberlanjutan program elektrifikasi pedesaan yang sudah dilakukan di Indonesia dan mengembangkan kerangka dan strategi program elektrifikasi pedesaan yang berkelanjutan. Dalam mencapai tujuan tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah peneltian kualitatif dengan menggunakan data sekunder yaitu video dan berita online. Analisa konten kualitatif dan kuantitatif dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui sudah sejauh mana performa keberlanjutan program
elektrifikasi, dan variabel keberlanjutan apa saja yang paling ditekankan pada data. Hasil menunjukkan bahwa dari 20 program elektrifikasi perdesaan di wilayah Indonesia, mayoritas sudah memiliki performa keberlanjutan yang baik. Permintaan listrik masyarakat dapat terpenuhi, listrik telah digunakan untuk kegiatan perekonomian warga,
memberikan peluang anak-anak untuk dapat belajar dan membantu warga desa dalam beraktivitas khususnay di malam hari. Meskipun demikian, permasalahan teknis merupakan isu yang paling banyak dilaporkan pada beberapa wilayah. Pengembangan kerangka elektrifikasi pedesaan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan indikatorindikator yang penting dan ditekankan guna mencapai keberlanjutan. Indikator keberlanjutan teknis yaitu layanan listrik dapat diandalkan, sistem terpelihara dengan baik, kepuasan pengguna terhadap sistem EBT. Keberlanjutan ekonomi khususnya pangsa listrik yang digunakan untuk kegiatan perekonomian, keterjangkauan layanan, terpenuhinya biaya operasi dan pemeliharaan. Keberlanjutan sosial, adanya subsidi, pinajman atau hibah yang ditawarkan, bertambahnya waktu pembelajaran di rumah, berkurangnya kerepotan pengguna, pemerataan manfaat listrik, dan peningkatan telekomunikasi. Keberlanjutan lingkungan khususnya listrik dari pembangkit telah menggantukan sumber energi lainnya. Keberlanjutan institusional berfokus pada partisipasi pemangku kepentingan dan masyarakat setempat.

ABSTRACT
The Indonesian government has made a policy related to national energy by targeting the renewable energy mix by 23% in the coming 2025 and 31% in 2030. To achieve this target, the government has taken the main steps, one of which is by increasing the provision of access to modern energy in rural areas. The effort also aims to accelerate the increase in electrification ratios and access to energy infrastructure. Although the implementation of the electrification program is considered active, only a few electricitygenerating units can operate due to damage, neglect, or even the existence of the technology that has not been considered at all. The purpose of this study is to analyze the sustainability of rural electrification programs that have been carried out in Indonesia and develop a framework for sustainable rural electrification programs. In achieving these objectives, the research method used is qualitative research using secondary data, namely video and online news. Qualitative and quantitative content analysis is carried out in advance to find out the extent to which the electrification program's sustainability performance is, and what sustainability variables are most emphasized in the data. The results show that, out of the 20 rural electrification programs in the territory of Indonesia, the majority already have good sustainability performance. The demand for community electricity can be fulfilled, electricity has been used for rural dwellers' economic activities, providing opportunities for children to be able to learn and help villagers doing
activities at night. Nevertheless, technical issues are the most widely reported issues in several rural regions. The development of the rural electrification framework can be carried out by considering important and emphasized indicators to achieve sustainability. Indicators of technical sustainability are reliability of electricity service, well maintained system, and user satisfaction with the adapted technology. Economic sustainability is emphasized in the share of electricity used for economic activities, affordability of the service, and fulfilled operational and maintenance costs. Social sustainability consists of
the existence of subsidies, loans or grants offered, increased learning time at home, reduced user inconvenience, equitable distribution of electricity benefits, and telecommunications improvements. Environmental sustainability focuses on electricity from plants has replaced other energy sources while institutional sustainability on the
participation of stakeholders and local communities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Chasanah
"Perubahan struktur ekonomi di Indonesia dari pertanian ke industri serta meningkatnya aktivitas ekonomi diberbagai sektor sangat mempengaruhi laju peningkatan konsumsi energi di sektor industri dan transportas, termasuk sektor rumah tangga. Selama ini, 90% kebutuhan energi dipenuhi melalui eksploitasi sumber daya energi yang tidak terbarukan, dan setengahnya berasal dari minyak bumi.
Peningkatan konsumsi energi yang semakin tinggi, mendorong bangsa Indonesia untuk tetap menjaga keseimbangan antara pasokan dan cadangan energi nasional dengan laju permintaan terhadap energi itu sendiri. Apabila terjadi kelidakseimbangan antara cadangan dan laju permintaan, cadangan energi akan terkuras habis dengan cepat.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan energi Nasional, peranan atau kegiatan diversifikasi energi menjadi sangat penting. Diversifikasi energi diarahkan untuk penganekaragaman pemanfaatan energi, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan, dalam rangka optimasi penyediaan energi nasional yang paling ekonomis dan untuk mengurangi laju pengurasan sumber daya hidrokarbon untuk secara nasional mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya (maximum net benefit) sehingga pembangunan berkelanjutan dapat terlaksana.
Indonesia masih memiliki potensi/sumber daya yang belum banyak dikembangkan untuk menghasilkan energi (energi surya, tenaga air, tenaga angina, panas bumi, biomassa, hingga berbagai bentuk energi samudra). Sumber energi ini disebut sumber Energi Terbarukan (ET) karena sifat persediaannya yang tidak terbatas atau tidak habis. ET dari segi lingkungan sangat ramah. Hampir semua ET tidak menghasilkan gas rumah kaca (GRK) bila dikonversikan ke bentuk energi lain, kalau ada yang menghasilkan kadarnya jauh lebih kecil dibanding energi fosil.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk melihat kondisi kebijakan ET serta implementasi di lapangan: (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET: serta (3) Untuk mencari masukan atau strategi yang dapat digunakan untuk optimasi pengembangan dan pemanfaatan ET.
Penelitian ini dipandu dengan hipotesis kerja bahwa: Kepemimpinan yang berpihak pada ET serta aturan ET yang jelas mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET di lapangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, melalui survey, dengan pengambilan sampel purposif berdasarkan pada keahlian (expert), keterlibatan (involvement), pengalaman (experience) serta dapat dipercaya (accountable), dimana peneliti melibatkan 30 orang termasuk 11 ahli dibidang energi, sebagai responden / nara sumber yang mewakili golongan: DPR, LSM, Investor, Pemerintah, Masyarakat / Assossiasi. dan Akademisi. Penentuan responden dilakukan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya (Depok. Tangerang, Bogor dan Bandung).
Penelilian ini menggunakan teknik kuesioner secara terstruktur dan tertutup, untuk melihat kondisi kebijakan dan implemenlasi ET di lapangan. Penelitian ini juga dilakukan melalui wawancara terbuka untuk menjawab pertanyaan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan upaya pengembangan dan pemanfaatan E disamping tetap mcngacu pada studi pustaka, untuk menjawab pertanyaan tentang strategi kebijakan yang dianggap paling efektif untuk optimasi pengembangan dan peralatan ET, kuesioner tersusun berdasarkan metode AHP yang terdiri dari 3 (tiga) hirarki, yaitu manfaat, sasaran, serta alternatif kebijakan ET.
Untuk melihat kondisi kebijakan dan implementasi ET, penulis menggunakan teknik analisis kuantitatif kualitatif, sedangkan untuk mencari strategi optimasi dalam pengembangan dan pemanfaatan ET, penulis menggunakan teknik analisis data melalui pendekatan Proses Analisis Hirarki (Analytical Hierarchs Process / AHP) dengan bantuan perangkat lunak Expert Choice Versi 9,
Hasil dari penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi Kebijakan dan implementasi ET saat ini adalah:
(a) Secara keseluruhan baik kebijakan maupun implementasi energi angin "tidak memuaskan": (b) Kebijakan energi dan implementasi surya secara umum "tidak memuaskan"; (c) Beberapa kebijakan dan implementasi energi air mempunyai kategori tertinggi "cukup": (d) Untuk semua kebijakan dan implementasi energi biomass mempunyai kategori tertinggi "tidak memuaskan": (e) Kebijakan energi panas bumi mempunyai kategori yang bervariasi, walaupun masih didominasi oleh kategori ?tidak memuaskan?. sedangkan implementasi secara keseluruhan "cukup" kecuali untuk keterlibatan masyarakat "tidak memuaskan".
Dalam hal kinerja institusi 54% responden menyatakan "tidak memuaskan" dan 3% menyatakan "memuaskan". Koordinasi antar instansi terkait, 50% responden menyatakan koordinasi tersebut "tidak memuaskan" dan 3% menyatakan "sangat memuaskan". Untuk level kebijakan, 53% responden menyatakan bahwa ET seharusnya diatur dalam bentuk UU. 30% melalui PP, masing-masing 7% melalui Kepmen dan Keppres: serta 3% melalui ketentuan lain.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan ET adalah: regulasi/peraturan, harga energi, implementasi, financial, pajak / fiscal, insentif, serta kerjasama antar stakeholder.
3, Optimasi Pengembangan dan Pemanfaatan Energi terbarukan
a. Analisis Hasil Simulasi AHP: berdasarkan pada manfaat maka, manfaat ekonomi memiliki nilai tertinggi (53%): manfaat ekologi (33%); serta manfaat sosial (14%). Untuk manfaat Ekonomi, strategi yang paling relevan untuk dilaksanakan adalah pemanfaatan ET di lokasi setempat (energi lokal) dengan nilai 56%: konservasi energi (32%); dan program langit biru (12%). Untuk Manfaat Ekologi, strategi yang dapat diharapkan adalah pemerataan energi (67%: investasi (23%): dan eksternalitas (10%). Sedangkan manfaat social strategi yang perlu diperhatikan adalah kepemimpinan (65%): manajemen (23%); serta kelembagaan (12%).
b. Rekomendasi Kebijakan: secara keseluruhan alternatif kebijakan yang diharapkan dapat mendukung upaya optimasi pengembangun dan pemanfaatan ET, adalah: (1) Kebijakan Harga Energi: (2) Pengembangan Kapasitas: (3) Standarisasi dan Sertifikasi.

Energy Policy within the Framework of Renewable Energy Development and Utilization Transformation of Indonesia's economic structure from agriculture to industry and improvement of economic activities al the various sectors has the consequence to the increasing of energy consumption at the industry, transportation and household sectors. All this time, 90% of energy demands have been complied with exploitation of non renewable energy resources and hailer it comes from petroleum.
The intensity of energy consumption enormously needs to serious action to keep harmonizing between stock & supply of- the national energy and demand or energy. If any unbalancing between stock and speed of demand. it will lead to energy resources depletion promptly. Therefore, the role of energy diversification activities to meet national energy demand will be important things.
Energy diversification is aimed to diversify and expand energy utilization both renewable and non renewable, in the framework of optimizing the national energy supply economically and to reduce hydrocarbon depletion for national maximum net benefit, hence the sustainable development will be performed.
Indonesia has potentially resources that have not developed yet to generate the energy, i.e. solar, Hydro, wind, geothermal, biomass and ocean (thermal and wave). They are identified as renewable energy (RE) resources, because or their characteristics are unlimited and environmental friendly. All of RE resource almost not produce green house gas (GHG) if converted to other type of energy (if any the content of GHG is lower than fossil fuel).
The objectives of research are: (1) to look into the description between polio: and implementation of RE, (2) to find out the elements which being consideration and success factors for development and utilization of RE: and (3) to find out inputs or strategy for optimizing development and utilization of RE.
This research is guided by hypothesis: strong commitment of the Government of Indonesia (GOI) and well-defined of rule of RE have the strong influence to he success factors in the implementation of RE.
Method of this research is descriptive by survey, with purposive sampling bused on expertise, involvement, experience and accountability. This research engaged 30 respondents as resource persons including 11 experts in energy issues and represents of: House of Representative, Non Governmental Organization, Investor, Government, Community/Association, and Academic. This research was held on around of Jakarta (DKI Jakarta- Depok- Tangerang. Bogor clan Bandung),
This research carried out by closed and structured questioner. to obtain description between policy and implementation of RE. This research has confirmed to the potential experts and desk study to answer the factors «hick influenced successful of RE development and utilization. To answer the most effective policy strategy for optimizing RE development and utilization. the questioner composed based on Analytical Hierarchy Process (AHP) method which contain of 3 (tree) hierarchies (benefits, strategies, objectives, and alternatives of RE policy).
Quantitative & qualitative analysis used to obtain description between RE policy and implementation. Analytical Hierarchy Process software version 9 is used to obtain the strategy for optimizing of RE development and implementation.
The conclusions of research are:
1. Description between policy and implementation of RE for the time being are: (a) Wind energy policy & implementation are dominated by "unsatisfied"; (b) Solar energy policy & implementation are "unsatisfied" in general; (c) Policy & implementation of hydro is "sufficient" as a highest category for several issues. Policy for hydro have been supported relatively (Ministerial Degree No. 064.k/40/M.PE/1998); (d) Policy & implementation for biomass energy have a highest category "unsatisfied" for all aspects: (e) Geothermal policy has variant category even though still dominated by "unsatisfied". Policy for geothermal is the most advances among RE policies (Presidential Degree No. 76/2000). This policy has been influenced its implementation, where the geothermal is the one of RE in progress "sufficient'".
Based on respondents: (a) The performance of the Agency of National Energy Coordination (BAKOREN) is 54% "unsatisfied" and 3% for "satisfied": (b) Coordination inter institution related is 50% "unsatisfied" and 3% "very satisfied": (c) Policy level for RE is 53% stated that RE should be regulated in the Act form, 30% in the Governmental Regulation. 7% in the Ministerial Decree, and in the Presidential Decree and others regulation is 3% for others regulation.
2. The factors which influence successful of RE development and implementation are:-regulation; price of energy, implementation: financial aspect: tax/fiscal; incentives: and coordination among stakeholder.
3. The optimizing of RE development and utilization
a. The output of AHP simulation: based on benefits are: economic benefit has a highest value (53%): ecology benefit (33%): and social benefit (14%). Strategies for economic benefit which most relevant to be implemented is utilization of RI= at the local area (energy local) (56%); energy conservation (32%): and blue sky program (12%). Strategies for ecology benefit which could he applied are energy distribution (67%): investment (23%): and externalities (10%i. Strategies for social benefit that need to pay attention are leadership (65%); management (23%): and institution (12%).
b. Alternative Recommendation: policy alternatives that expected to support optimizing RE development and utilization in general are: (1) Policy of energy price: (2) Policy liar capacity building: (3) Standardizes and Certification Policy."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasywa Ayasha Faydra
"Dalam beberapa dekade terakhir, fokus global semakin bergeser ke arah penanganan perubahan iklim dan promosi pembangunan berkelanjutan, dengan demikian memperkuat diskusi tentang energi terbarukan. Energi terbarukan, yang berasal dari sumber daya yang terus-menerus terisi secara alami, menawarkan solusi penting. Namun, transisi ke energi terbarukan melibatkan dimensi ekonomi, politik, dan lingkungan yang kompleks. Sebagai upaya untuk memahaminya, penulis melakukan tinjauan pustaka sistematis untuk memetakan 28 literatur energi terbarukan dalam ekonomi politik internasional. Penulis melakukan pemetaan dengan metode taksonomi, mengeksplorasi tema dinamika global energi terbarukan, komponen utama transisi energi global, implikasi energi terbarukan bagi IPE, serta peluang dan tantangan yang dihadapinya. Berdasarkan tinjauan literatur, penulis menemukan bahwa bahasan energi terbarukan didominasi oleh pakar Barat dan perspektif liberalisme. Tulisan ini juga menunjukan bahwa transisi energi terbarukan bukan hanya sebuah perubahan teknis, tetapi juga transformasi ekonomi dan politik yang mendalam. Adapun tinjauan literatur ini menemukan celah penelitian dan rekomendasikan sejumlah agenda untuk penulisan lanjutan.

In recent decades, the global focus has increasingly shifted towards addressing climate change and promoting sustainable development, thereby intensifying the discussion on renewable energy. Renewable energy, sourced from naturally replenished resources, offers a crucial solution. However, the transition to renewable energy involves complex economic, political, and environmental dimensions. In an effort to understand these complexities, I conducted a systematic literature review to map the renewable energy literature within the field of international political economy. I conducted a mapping using taxonomy method, exploring themes of global dynamics of renewable energy, key components of global energy transition, implications of renewable energy for International Political Economy (IPE), as well as opportunities and challenges it faces. Based on the literature review, I found that discussions on renewable energy are dominated by Western experts and liberal perspectives. This study also shows that the transition to renewable energy is not just a technical change but a profound economic and political transformation. The literature review identified research gaps and recommended several agendas for further researches.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>