Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radhin Naufal Ilhamdimas
"Dalam konteks urbanisasi dan peningkatan populasi, pencemaran air masih menjadi masalah serius, terutama di wilayah yang tidak mempunyai pengolahan air limbah yang memadai. Kota besar yang berkembang pesat di Jakarta, Indonesia, mengalami penurunan kualitas air akibat polusi dan pengolahan air limbah yang tidak memadai. Untuk memfasilitasi pengembangan sistem pemantauan yang andal dan rencana pengelolaan kualitas air jangka panjang, analisis yang disajikan di sini menunjukkan dengan tepat alasan penurunan kualitas air. Inisiatif-inisiatif ini akan mendukung upaya berkelanjutan pemerintah Jakarta untuk meningkatkan standar air. Berdasarkan kesimpulan penelitian, kolam stabilisasi bisa menjadi pilihan yang baik untuk pengolahan air limbah DAS Cipinang. Namun studi tersebut menemukan bahwa kolam retensi mungkin juga mempunyai dampak buruk terhadap ekosistem, seperti eutrofikasi dan emisi gas rumah kaca. Penggunaan metode Runge-kutta orde keempat membantu menurunkan nilai konsentrasi TSS, COD, amoniak dan E. Coli di Waduk Kampung Rambutan 2, dengan nilai penurunan 12.2 mg/L, 0.015 mg/L, 49.46 mg /L dan 14,478 Jumlah/100 mL masing-masing. Dengan nilai tersebut kita dapat melihat peningkatan kualitas air setelah kolam stabilisasi dibangun

In the context of urbanization and population increase, water contamination remains a serious problem, especially in areas without sufficient wastewater treatment. The fast expanding megacity of Jakarta, Indonesia, is experiencing deteriorating water quality as a result of pollution and inadequate wastewater treatment. In order to facilitate the development of reliable monitoring systems and long-term water quality management plans, the analysis offered here pinpoints the reasons for the deterioration of water quality. These initiatives will support the Jakartan government's continued efforts to raise the standard of the water. According to the study's conclusions, stabilization ponds could be a good choice for the Cipinang watershed's wastewater treatment. The study did discover, however, that retention ponds may also have unfavorable effects on the ecosystem, such as eutrophication and the emission of greenhouse gases. The used of the Runge-kutta Fouth order method, helps to reduce the concentration value for TSS, COD, ammonia and E. Coli at the Kampung Rambutan reservoir 2, As the reduced value 12.2 mg/L, 0.015 mg/L, 49.46 mg/L and 14.478 Amount/100 mL respectively. With this value we can see the improvement for the water quality after the stabilization are built"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Chalik Masulili
"ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah studi kasus kontrol untuk meIihat hubungan periiaku pengelola dan pengecer hidran dengan kontaminasi air hidran yang diterima konsumen dan secara deskriptif diiakukan pendalaman tentang keadaan hidran hidran di kecamatan Tambora.
Hasil penelitian ini ternyata (a) ada hubungan pengetahuan pengelola hidran dengan kontaminasi air hidran yang diterima konsumen; (b) tidak ada hubungan antara
sikap pengelola, pengetahuan pengecer, sikap pengecer dan perbuatan/tindakan pengelola dan pengecer terhadap kontaminasi air hidran yang diterima konsumen.
Dari hasil pendalaman mengenai keadaan hidran hidran di Kecamatan Tambora didapati: (a) kwalitas bakteriologik air PAM di kecamatan Tambora baik; (b) 58,06% kwalitas bakteriologik air hidran yang diterima konsumen mengala-
mi kontaminasi; (C) beberapa karakteristik fisik bak hidran di kecamatan Tambora belum memenuhi syarat yang layak untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Disarankan perlunya usaha usaha pencegahan dan pengawasan kontaminasi melalui pengetatan kriteria kelayakan perijinan pengoperasian hiran, kriteria perijinan
pendirian hidran dan peningkatan penyuluhan penyuluhan kepada pengelola, pengecer dan masyarakat konsumen air hidran.

"
1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delyna Agustia Ning Tias
"Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah yang menggunakan teknik open dumping dalam pengelolaan sampahnya dinilai sangat berisiko terhadap lingkungan di sekitarnya karena adanya proses perlindian yang dapat mencemari tanah. Masyarakat yang menggunakan air tanah sebagai sumber air minumnya berisiko untuk terkena dampak kesehatan dari kandungan logam berat yang berasal dari cemaran air lindi. Kadmium dan timbal merupakan logam yang dapat bersifat toksik apabila dikonsumsi secara berlebihan. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan logam kadmium dan timbal yang terdapat pada air minum masyarakat di sekitar TPA sampah Namo Bintang. Terdapat 96 sampel individu dewasa yang diperoleh melalui data sekunder dalam penelitian ini yang berasal dari dusun IV dan V Desa Namo Bintang. Sampel lingkungan adalah sampel air sumur masyarakat yang telah diambil pada penelitian sebelumnya oleh Ashar 2013 untuk kandungan timbal dan Ashar 2013 untuk kandungan kadmium. Dari hasil perhitungan analisis risiko menunjukkan bahwa tingkat risiko pajanan kadmium dan timbal melalui air minum pada masyarakat dengan skenario intake minimal dan rata-rata tidak berisiko atau aman untuk pajanan realtime maupun lifespan RQ < 1 sedangkan untuk skenario maksimal, pajanan kadmium dan timbal untuk pajanan realtime dan pajanan lifespan dinyatakan berisiko RQ > 1 sehingga diperlukan manajemen risiko yaitu dengan mengurangi konsentrasi asupan dan laju asupan. Selain itu, masyarakat juga harus menjaga TPA dengan tidak membuang sampah kembali disana dikarenakan TPA tersebut sudah ditutup, dan pemerintah juga dapat membantu dengan menyuplai air, baik itu air minum maupun air bersih dari sumber lain yang aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Landfill using open dumping method has potential risk to contaminate groundwater of the surrounding environment because of leaching process. Population that use groundwater as their drinking water source has health risk from heavy metal exposure. Cadmium and lead are toxic if they consumed in exessive ammount. This study use health environment risk analysis to estimate health risk from cadmium and lead exposure through drinking water at population around landfill Namo Bintang. There are 96 samples of secondary data from Dusun IV and V Namo Bintang village. Environment samples is well water from population households from Ashar 2013 for lead and Ashar 2016 for cadmium contains. From the calculation of risk analysis showed that risk level of cadmium and lead exposure through drinking water with minimum and mean scenario are not risky or safe for realtime and lifespan exposure RQ 1 . For maximum intake scenario, cadmium and lead exposure are risky RQ 1 and need risk management with reduce consuming rate and agent concentration. Since the landfill was closed, the population also have to keep the landfill clean and do not throwing the waste into the landfill. The governance also can helping the population to fulfill their need of water with supplying water from safe and clean source."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Krisnawaty
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis risiko pajanan timbal dalam air minum terhadap kejadian hipertensi pada penduduk yang bermukim di sekitar TPA Cipayung Kota Depok, Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode PHA (Public Health Assessment) yaitu terdapat dua metode penelitian: ARKL (Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan) dan EKL (Epidemiologi Kesehatan Lingkungan) dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian didapatkan tingkat risiko terhadap efek non karsinogenik pada pajanan timbal dalam air sumur yang dikonsumsi oleh penduduk di sekitar TPA Cipayung masih berada dibawah batas aman yaitu RQ real-time ≤1 (RQ real-time maksimal pada 0.669). Sedangkan pada perhitungan RQ lifespan 40 tahun didapatkan nilai RQ>1 yaitu RQ=1.071. Artinya responden yang mengkonsumsi air sumur terpajan timbal akan berisiko tidak aman terhadap gangguan kesehatan non karsinogenik pada 40 tahun yang akan datang. Perhitungan tingkat risiko terhadap efek karsinogenik pada pajanan timbal dalam air sumur yang dikonsumsi oleh penduduk di sekitar TPA Cipayung, pada jangka waktu 100 tahun yang akan datang berada pada batas aman (ECR 100 tahun = 1.37x10-6). Analisis bivariat yang dilakukan antara tingkat risiko pajanan timbal dalam air sumur dengan kejadian hipertensi tidak didapatkan hubungan yang signifikan dengan nilai p=0.322. Hasil analisis multivariat didapatkan peluang pada responden yang mengkonsumsi air sumur terpajan timbal sebesar 0.193 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak mengkonsumsi air sumur terpajan timbal setelah dikontrol oleh variabel konsumsi lemak jenuh, umur, kebiasaan merokok, aktivitas fisik kurang dan konsumsi garam tinggi.

This study aims to analyze the risk of lead exposure in drinking water to the incidence of hypertension in residents living around the TPA Cipayung in Depok City, 2019. This study uses the PHA (Public Health Assessment) method, there are two research methods: ARKL (Health Risk Analysis Environment) and EKL (Epidemiology of Environmental Health) with a cross sectional study design. The results showed that the level of risk for non-carcinogenic effects on lead exposure in well water consumed by residents around the TPA Cipayung was still below the safe limit of real-time RQ ≤1 (maximum real-time RQ at 0.669). The calculation of 40 years lifespan RQ is >1 (RQ = 1.071). This means that respondents who consume lead-exposed well water will be at risk of being unsafe for non-carcinogenic health problems in the next 40 years. Calculation of risk level for carcinogenic effects on lead exposure in well water consumed by residents living around the TPA Cipayung, in the period of 100 years to come is at the safe limit (ECR 100 years = 1.37x10-6). Bivariate analysis conducted between the level of risk of lead exposure in well water and the incidence of hypertension did not show a significant relationship with the value of p = 0.322. The results of multivariate analysis showed that respondents who consumed lead water exposed to 0.193 times had hypertension compared to respondents who did not consume lead-exposed well water after being controlled by variables of saturated fat consumption, age, smoking habits, lack of physical activity and high salt consumption"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Anggraheni
"Konsep LID (Low Impact Development) adalah konsep di mana dilakukan praktek pengembangan wilayah sedemikian rupa sehingga fungsi hidrologi wilayah itu secara alamiah tetap terpelihara. (Conservation design forum). Menurut Conservation design forum, jika danau berfungsi dengan baik, maka dapat digunakan sebagai salah satu elemen pencegah banjir olch sifatnya yang menurunkan puncak banjir. Selain itu, danau juga dapat berfungsi untuk meningkatkan tangkapan sedimen dan mengurangi beban nutrien yang ada pada air. Dengan adanya karakteristik ini, danau dapat berfungsi sebagai sarana stabilisator kualitas air.
Penelitian ini dititikberatkan pada Situ Baru/TVRI untuk menghitung efektivitas Situ Baru sebagai stabilization pond untuk mengurangi konsentrasi parameter yang ditetapkan. Parameter yang digunakan untuk menetapkan efektifitas danau untuk berfungsi sebagai stabilization pond dalam penelitian ini adalah DO (dissolved oxygen), N (natrium), P (phospat) dan TSS (total suspended solid). Dengan demikian, danau dinyatakan efektif jika berkurangnya konsentrasi parameter akibat aktivitas peluruhan dan bukan akibat aktivitas adveksil penggelontoran.

The Low Impact Development (LID) is a different approach to storm water management that modifies development to try to maintain some natural hydrologic function.. (Stormwater Management and Post-Construction Best Management Practices). According to the Conservation Design Forum a pond is functioning well where that pond could be used as an element for preventing floods with reducing its flood peak. A pond could also be They can enhance sediment trap efficiency and can reduce some nutrient loading while controlling rate. With these characteristics, a pond has the function of water quality stabilization.
This research is focusing on Situ Baru/TV-RI to calculate Situ Baru's performance as a stabilization pond for reducing the stated parameters concentration. The parameters used for determining the pond's performance to function as a stabilization pond for this research is the Dissolved Oxygen (DO), Natrium (N), Phosphate (P), and Total Suspended Solid (TSS). Therefore, a pond could be stated as an effective stabilization pond lithe decay rate activity is reducing the concentrated parameters, not because ofadveclion activities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24302
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Wibawa
"Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia, sehingga makanan harus aman untuk dikonsumsi. Penyakit bawaan makanan adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen.
Makanan jajanan merupakan salah satu hasil produk dari tempat pengolahan makanan dan banyak dijumpai di lingkungan sekitar sekolah serta umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah. Selain mempunyai peran yang menguntungkan makanan jajanan mempunyai risiko untuk menimbulkan masalah kesehatan seperti kejadian keracunan makanan di sekolah. Beberapa faktor yang dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit melalui makanan adalah perilaku yang tidak higienis, adanya sumber penyakit menular, adanya media dan resipien. Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi higiene sanitasi makanan jajanan serta faktor yang mempengaruhinya di kabupaten Tangerang tahun 2006.
Penelitian ini menggunakan disain potong lintang (Cross Sectional), dengan memanfaatkan data sekunder kegiatan pengawasan makanan dan minuman yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang terhadap pedagang makanan
jajanan di Sekolah Dasar di Kabupaten Tangerang tahun 2006. Sampel pada penelitian ini adalah makanan jajanan yang diambil dari 159 Sekolah Dasar di kabupaten Tangerang tahun 2006 adapun variabel yang diamati adalah : pengetahuan, perilaku, peralatan sarana air bersih, sarana pembuangan Iimbah, tempat pembuangan sampah dan lokasi usaha, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah kontaminasi bakteri E.CoIi.
Hasil penelitian menunjukan sampel makanan yang terkontaminasi sebanyak 37,1%. Untuk pengetahuan Iebih dari separuh (62,9%) tidak baik, Sedangkan untuk perilaku sebagian besar tidak baik (76,7%). Lokasi usaha lebih dari separuh tidak memenuhi syaraf (53,5%). Bggitu pula untuk peralatan yang digunakan lebih dari
separuhnya yaitu 57,2% tidak memenuhi syarat. Sedangkan untuk fasilitas sanitasi menunjukan hampir sebagian besar kondisi tempat sampah tidak memenuhi syarat (93,1%), untuk sarana air bersih hampir sebagian besar (75,5%) tidak memenuhi syarat.
Begitu pula untuk sarana pembuangan limbah 86,2% tidak memenuhi syarat. Hasil uji bivariat menunjukan hanya empat variabel yang bermakna yaitu : pengetahuan (p = 0,028), perilaku (p = 0,009), peralatan (p = 0,039) dan sarana air bersih (p= (1,037) sehingga variabel ini masuk menjadi kandidat analisis multivariat. Pada analisis multivariat lalu dilakukan seleksi kandidat dengan memasukan variabel dengan nilai p<0,2S. Dari hasil akhir analisis multivariat tersebut diketahui bahwa perilaku merupakan variabel murni yang mempengaruhi terjadinya kontaminasi pada makanan jajanan (p = 0,011) dengan nilai OR 3,2 (95% : CI) dengan persamaan matematisnya adalah sebagai berikut : Logit (kontaminasi makanan) = 0,297 + 1,158*perilaku = 0,81
Saran secara akademik adalah perlunya perbaikan metode dalam penyusunan kuesioner dan kejelasan dalam Iangkah kerja ketika mengambil sampel. Saran secara praktis adalah Dinas Kesehatan hendaknya meningkatkan upaya pembinaan dan pengawasan atau inspeksi sanitasi terhadap pedagang makanan jajanan di Sekolah Dasar secara rutin, adanya kerjasama dengan pihak sekolah dalam upaya pengelolaan kantin sekolah yang sehat serta penyediaan fasilitas sanitasi yang diperlukan. Upaya Iainnya adanya Iomba kantin seknlah sehat yang bisa memotivasi perilaku hidup bersih dan sehat pada pedagang makanan jajanan di sekolah serta membuat sentra makanan jajanan dengan menggabungkan para pedagang dalam satu tempat.

It has been known that food is one of the human basic needs. Therefore, food should be safe to be consumed. Food born disease is a disease that originated from food that contaminated by pathogenic microorganism.
Street food is a food that produced, processed and mainly found in the area surrounding the school and routinely consume by most of the students in their break time. Although it is found that street food has an advantages side, but it is also has a risk on their health, like food poisoning. Some factors that could be occurring in food born disease are: unhygienic behavior, the source of the contagious disease, the media, and the recipient.
The main purpose of the study is to describe the condition of sanitation hygienic of the street food and factors related to the condition, at the district of Tangerang 2006. The study use the cross sectional design with secondary data obtained from the activities of food and drink monitoring that carried out by the Health District Authority of Tangerang towards food street vendors in all Primary School in Tangerang. Samples are food from street food that sells in 159 Primary School at the district of Tangerang.
Variables observed are including the knowledge, behavior, eating utensils and clean water, waste disposal appliance, the garbage storage, and the location on where the food is selling. The E. coli contamination is being the dependent variable of the study.
The study found that food sampled has have contaminated is around 37.1%. More than half (62.9%) has poor knowledge, and mainly (76.7%) has poor behavior. Mostly (53.5%), the location on where the food is selling has poor condition. Same situation for the condition of eating utensils, 57.2% have unconditional state. Meanwhile, most of sanitary facilities are in poor condition, 93.1% of garbage storages are unconditional,
75.5% of clean water facilities are poor, as well as 86.2% of waste disposal appliances.
From the bivariate analysis, there four variables are found have significant relationship, i.e. knowledge (p = 0.028), behavior (p = 0.009), utensils (p = 0.039), and clean water appliances (p = 0.037), which lead to included to multivariate analysis. From
the final analysis of multivariate, it has found that behavior is to be the sole variable that influences the occurrence of street food contamination (p = 0.011) with OR 3.2 (95% C.I) with its mathematical formulation is:
Logit (food contamination) = 0.297 + 1.158*behavior = 0.81
Suggestion on academic issues is suppose to improve the method of questionnaires arrangement and clarification on the step of activities on sampling. Suggestion in practical issue, for the Health Authority that suppose to increase the capacity building and sanitary monitoring or inspection towards street food vendors surrounding the school in routinely base. There is a need on good collaboration between school management in order to obtain a healthy school canteen, as well as providing the sanitary facilities that urgently needed. Other form of endeavor is to create a healthy canteen competition in order to encourage the clean and healthy lifestyle towards street food vendors, as well as creating the center for street food that merging all street vendors into one selling location.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Wibawa
"Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia, sehingga makanan harus aman untuk dikonsumsi. Penyakit bawaan makanan adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen.
Penelitian ini menggunakan disain potong lintang (Cross Sectional), dengan memanfaatkan data sekunder kegiatan pengawasan makanan dan minuman yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang terhadap pedagang makanan jajanan di Sekolah Dasar di Kabupaten Tangerang tahun 2006. Sampel pada penelitian ini adalah makanan jajanan yang diambil dari 159 Sekolah Dasar di kabupaten Tangerang tahun 2006 adapun variable yang diamati adalah : pengetahuan, perilaku, peralatan sarana air bersih, sarana pembuangan limbah, tempat pembuangan sampah dan 1okasi usaha, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah kontaminasi bakteri E.Coli.
Hasil penelitian menunjukan sampel makanan yang terkontaminasi sebanyak 37,1%. Untuk pengetahuan lebih dari separuh (62,9%) tidak baik, sedangkan untuk perilaku sebagian besar tidak baik (76,7%). Lokasi usaha lebih dari separuh tidak memenuhi syarat (53,5%). Begitu pula untuk peraIatan yang digunakan lebih dari separuhnya yaitu 57,2% tidak memenuhi syarat. Sedangkan untuk fasilitas sanitasi menunjukan hampir sebagian besar kondisi tempat sampah tidak memenuhi syarat (93,1%), untuk sarana air bersih hampir sebagian besar (75,5%) tidak memenuhi syarat. Begitu pula untuk sarana pembuangan limbah 86,2% tidak memenuhi syarat. Hasil uji bivariat menunjukan hanya empat variabel yang bermakna yaitu pengetahuan (p = 0,028), perilaku (p = 0,009), peralatan (p = 0,039) dan sarana air bersih (p= 0,037) sehingga variabel ini masuk menjadi kandidat analisis muItivariat. Pada analisis multivariat lalu dilakukan seleksi kandidat dengan memasukan variabel dengan nilai p<0,25. Dari basil akhir analisis multivariat tersebut diketalmi bahwa perilaku merupakan variabel murni yang mempengaruhi terrjadinya kontaminasi pada makanan jajanan (p = 0,011) dengan nilai OR 3,2 (95% : Cl) dengan persamaan matematisnya adalah sebagai berikut Logit (kontantinasi makanan) = 0,297 ± 1,158*perilaku 0,81.
Saran secara akademik adalah perlunya perbaikan metode dalam penyusunan kuesioner dan kejelasan dalam langkah kerja ketika mengambil sampel. Saran secara praktis adalah Dinas Kesehatan hendaknya meningkatkan upaya pembinaan dan pengawasan atau inspeksi sanitasi terhadap pedagang rnakanan jajanan di Sekolah Dasar secara rutin, adanya kerjasama dengan pihak sekolah dalam upaya pengelolaan kantin sekoIah yang sehat serta penyediaan fasilitas sanitasi yang diperlukan. Upaya lainnya adanya lomba kantin sekolah sehat yang bisa memotivasi perilaku hidup bersih dan sehat pada pedagang makanan jajanan di sekoiah serta mernbuat sentra makanan jajanan dengan menggabungkan para pedagang dalam setempat.

It has been known that food is one of the human basic needs. Therefore, food should be safe to be consumed. Food born disease is a disease that originated from food that contaminated by pathogenic microorganism.
Street food is a food that produced, processed and mainly found in the area surrounding the school and routinely consume by most of the students in their break time. Although it is found that street food has an advantages side, but it is also has a risk on their health, like food poisoning. Some factors that could be occurring in food born disease are: unhygienic behavior, the source of the contagious disease, the media, and the recipient. The main purpose of the study is to describe the condition of sanitation hygienic of the street food and factors related to the condition, at the district of Tangerang 2006. The study use the cross sectional design with secondary data obtained from the activities of food and drink monitoring that carried out by the Health District Authority of Tangerang towards food street vendors in all Primary School in Tangerang. Samples are food from street food that sells in 159 Primary School at the district of Tangerang. Variables observed are including the knowledge, behavior, eating utensils and clean water, waste disposal appliance, the garbage storage, and the location on where the food is selling. The E. coil contamination is being the dependent variable of the study.
The study found that food sampled has have contaminated is around 37.1%. More than half (62.9%) has poor knowledge, and mainly (76.7%) has poor behavior. Mostly (53.5%), the location on where the food is se/lintl, has poor condition. Same situation for the condition of eating utensils, 57.2% have unconditional state_ Meanwhile, most of sanitary facilities are in poor condition, 93.1% of garbage storages are unconditional, 75.5% of clean water facilities are poor, as well as 86.2% of waste disposal appliances. From the bivariate analysis_ there four variables ale found have significant relationship, i.e. knowledge (p = 0.028), behavior (p = 0.009), utensils (p — 0.039), and clean water appliances (p = 0.037), which lead to included to multivariate analysis. From the final analysis of multivariate, it has found that behavior is to be the sole variable that influences the occurrence of street food contamination ( p = 0.011) with OR 3.2(95% C.1) with its mathematical formulation is:
Logit (rood con(amination) 0.297 + /.158*behavior = 0.81 Suggestion on academic issues is suppose Lo improve the method of questionnaires arrangement and clarification on the step of activities on sampling.
Suggestion in practical issue, for the Health Authority that suppose to increase the capacity building and sanitary monitoring or inspection towards street food vendors surrounding the school in routinely base. There is a need on good collaboration between school management in order to obtain a healthy school canteen, as well as providing the sanitary facilities that urgently needed. Other form of endeavor is to create a healthy canteen competition in order to encourage the clean and healthy lifestyle towards street food vendors, as well as creating the center for street food that merging all street vendors into one selling location.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristiono
"ABSTRAK
Selama tahun 1984 hingga 1995 jumlah kendaraan di Jakarta meningkat dua setengah kali lipat, dari 1.213.352 kendaraan pada tahun 1984 menjadi 3.021.136 pada tahun 1995 (BPS, 1987; 1991 & 1991). Berdasarkan pemantauan BAPEDAL (World Bank, 1994), sekitar 85 % timbal di udara berasal dari lalu lintas kendaraan bensin yang menggunakan timbal (Pb). Laporan World Bank (1994), menunjukkan dari indikator kualitas udara pencemar di daerah perkotaan padat lalu lintas, telah melebihi baku mutu ambien nasional, yaitu timbal, belerang dioksida, dan nitrogen oksida.
Timbal adalah bahan beracun yang dapat mengganggu kesehatan manusia, untuk melindungi kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan kandungan timbal maksimum pada buah dan olahannya sebesar 2,0 mg/kg.Di Jakarta banyak penjual buah-buahan di kios tepi jalan yang berjarak 3-5 meter dari jalan raya. Partikulat gas buang kendaraan yang mengandung timbal lepas ke udara, akan mencemari lingkungan sekitarnya termasuk kios buah beserta buah-buahan dagangannya. Umumnya, penjual tidak menutup buah-buahan dagangannya, sehingga debu udara yang bercampur partikulat timbal gas buang akan mudah mencemarinya.
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh lama pemaparan buah anggur di kios buah tepi JI. Inspeksi Saluran Kali Malang, Jakarta Timur terhadap kadar cemaran timbal yang diduga dari gas buang kendaraan bermotor.
2. Mengetahui seberapa jauh pengurangan kadar timbal pada buah anggur tercemar dengan pencucian air.
Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Semakin lama buah anggur dijajakan terbuka di kios buah tepi J1. Inspeksi Saluran Kali Malang, Jakarta Timur, akan semakin tinggi kadar timbalnya.
2. Pencucian pada buah anggur terpapar, akan menurunkan kadar timbal cemaran timbal.
Dalam penelitian ini, digunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk perlakuan pemaparan anggur selama 5 hari, setiap hari mulai pukul 06.00 hingga pukul 24.00 WIB; analisis statistik regresi linier sederhana untuk mengetahui kecenderungan lama waktu pamaparan anggur terhadap kadar timbal; digunakan hipotesis Uji F (o,05) untuk menguji apakah ada beda perlakuan pemaparan pada buah anggur antar waktu. Untuk percobaan pengurangan kadar timbal anggur hari ke 5 dengan tiga cara pencucian juga digunakan RAL, digunakan Uji-t (0.05) untuk mengetahui apakah ada beda nyata antar masing-masing perlakuan pencucian. Pengujian kadar Pb dengan metode Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) di laboratorium DNA Rekombinan MTP, Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Departemen Pertanian di Bogor.
Hasil pengujian kadar Pb sampel anggur percobaan dan hasil analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel, adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata kadar timbal pada buah anggur yang dipaparkanldipajang di salah satu kios buah JI. Inspeksi Saluran Kali Malang Jakarta Timur dari hari ke 1 hingga hari ke 5 berturut-turut 2,60 ppm; 3,41 ppm; 3,82 ppm; 3,99 ppm; dan 4,18 ppm.
2. Diperoleh persamaan garis regresi Y = 1,5218 + 0,4993 X yang menunjukkan hubungan positip.
3. Penggunaan Uji F dengan tingkat kepercayaan 0,05 terhadap kadar Pb pada anggur karena efek lama pemaparan selama lima hari, diperoleh hasil F hitung 188,4051 > F tabel 5.12 3,1058, maka Ho ditolak, dapat disimpulkan ada perbedaan kadar Pb pada anggur karena perlakuan waktu pemaparan.
4. Uji t untuk data berpasangan, menggunakan tingkat kepercayaan 0,05 terhadap rata-rata kadar Pb pada anggur had ke 5 Vs kadar Pb pada anggur hari ke 5 yang mendapat tiga perlakuan pencucian, diperoleh kesimpulan tidak ada perbedaan rata-rata kadar Pb anggur hari ke 5 setelah dicuci air satu per satu Vs anggur hari ke 5 yang dicuci dengan air mengalir. Sedangkan perlakuan perendaman terhadap kedua perlakuan pencucian lainnya berbeda nyata.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan:
Semakin lama buah anggur dijajakan secara terbuka (lebih dari l8 jam) di kios tepi jalan raga, kadar cemaran timbalnya semakin tinggi sehingga melebihi peraturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pencucian dengan air dapat mengurangi kadar timbal pada buah anggur tercemar. Kadar Pb yang tinggi pada buah anggur tersebut, merupakan indikator telah terjadi pencemaran Pb pada bahan pangan yang dijual di tepi jalan.
Disarankan agar diberikan penyuluhan kepada pedagang buah, mengenai cara penjualan yang dapat mencegah cemaran timbal dari udara sekaligus memperpanjang masa simpan; kepada pembeli dianjurkan memilih anggur yang relatif segar dan mencucinya sebelum dimakan. Pemerintah agar mengurangi penggunaan bensin kadar timbal tinggi dan kemungkinan penerapan pajak untuk bahan bakar yang potensial mencemari udara, serta membangun sistem angkutan masal.

ABSTRACT
During the first decades of 1980s and 1990s, especially between 1984 and 1996, the number of vehicle in Jakarta had increased about twice and a half, i.e. from 1,213,352 to 3,444,095. Based on BAPEDAL monitoring in 1991, it showed that 85% of lead toxic substance in the air pollution was brought about by the ever more heavy traffic on most of the roads and streets. World Bank reports (1994), showed that the indicators of air pollution quality in the traffic areas had reached more than the national ambient standard, including such substances as sulphur oxide, nitrogen oxide, lead, and so on.
Lead (Pb) is a toxic substance that recognized as health hazard for humans. In this regard, to protect from lead contamination, the Indonesian Government had decided to set up regulation on lead contained in fruits and its processing. It should be lower than 2.0 mg/kg.
In Jakarta, there are lots of fruit-stalls on the sidewalks of the back streets, the distance of which is less than 3 to 5m from the street ways. Lead release coming out from the car exhausts will mix up with the dust flying in the air and spread all over the places, including the fruit-stalls found at the sidewalks. Commonly, the fruits, including the grapes, are freely open or at least not properly wrapped up in plastic papers for hours, so that they tend to be easily reached by the dust blown out of the exhaust gas of the busy traffic on the street sides. The result is that any harmful substances like lead will easily contaminate the grapes and other fruits at the stalls.
The purpose this research as follows:
How much would the impact of the length exposure be on the probable level of lead accumulation in grapes sold at the sidewalk fruit stalls on JI. Inspeksi Saluran Kali Malang, Jakarta Timur? Would the washing up of the grapes with water significantly reduce the probable lead contaminant in them?
The hypotheses based on the problems above can. be formulated as follows:
The longer the exposure of the grapes as displayed at the sidewalk fruit stalls on JI. Inspeksi Saluran-Kalimalang, Jakarta Timur the higher the level of lead accumulation will be.
The washing up of the grapes displayed as such will significantly reduce the level of lead contaminant.
In order to provide an objective account for the tendency of the length of exposure that causes the probable lead contamination upon grapes on the spot, a linear regression statistic analysis was used. The data gathered for the purpose were taken out through a random sampling of the experimented grapes, sold at the stalls during the 1st day up to the 5th day of exposure. Whereas to get the answer to the question whether or not
In Jakarta, there are lots of fruit-stalls on the sidewalks of the back streets, the distance of which is less than 3 to 5m from the street ways. Lead release coming out from the car exhausts will mix up with the dust flying in the air and spread all over the places, including the fruit-stalls found at the sidewalks. Commonly, the fruits, including the grapes, are freely open or at least not properly wrapped up in plastic papers for hours, so that they tend to be easily reached by the dust blown out of the exhaust gas of the busy traffic on the street sides. The result is that any harmful substances like lead will easily contaminate the grapes and other fruits at the stalls.
The purpose this research as follows:
1. How much would the impact of the length exposure be on the probable level of lead accumulation in grapes sold at the sidewalk fruit stalls on JI. Inspeksi Saluran Kali Malang, Jakarta Timur?
2. Would the washing up of the grapes with water significantly reduce the probable lead contaminant in them?
The hypotheses based on the problems above can be formulated as follows:
1. The longer the exposure of the grapes as displayed at the sidewalk fruit stalls on Jl_ inspeksi Saluran-Kalimalang, Jakarta Timur the higher the level of lead accumulation will be.
2. The washing up of the grapes displayed as such will significantly reduce the [evel of read contaminant.
In order to provide an objective account for the tendency of the length of exposure that causes the probable lead contamination upon grapes on the spot, a linear regression statistic analysis was used. The data gathered for the purpose were taken out through a random sampling of the experimented grapes, sold at the stalls during the '1st day up to the 5th day of exposure. Whereas to get the answer to the question whether or not
Conclusion:
The longer the exposure of the grapes as displayed at the sidewalk fruit stalls (longer than 18 hours), the higher the level of lead accumulation will be over the standard maximum tolerable of the Department of Health. The way of washing the grapes diminish the level of lead contaminant. The high lead level in grapes is an indicator of air pollution into the foods sold at the road side.
Recommendation:
It is suggested that guidance be given to the grape sellers at the sidewalk stalls on the way exposing the grapes sold in order to avoid probable lead contaminant caused by air pollution as well as to prolong shelf life; it is recommended that the grape consumers choose fresher grapes as for as possible and wash them up before consuming_ It is also hope that the Government would phase out any remaining of lead additives in gasoline and the possibility of the applying the tax for gasoline of air pollution potency, and developing mass transportation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Djaja
"Makanan dengan kandungan zat gizinya sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup termasuk manusia untuk tumbuh dan berkembang biak. Sebaliknya melalui makanan dapat juga dipindahkan beberapa penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti diare dan keracunan makanan. Tingkat kontaminasi makanan masih cukup tinggi (oleh E. coli 65,5%) dan prevalensi penyakit diare sebanyak 116.075 kasus tahun 1995 dan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan juga masih tinggi yaitu 31.919 kasus tahun 1997, dengan angka kematian kasus (CFR) 0,15%. Penelitian prospektif dilakukan pada 255 buah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang terdiri dari 3 jenis TPM yaitu masing-masing sebanyak 85 buah TPM dari jenis Pedagang Kakilima, Rumah Makan dan Restoran dan Jasaboga. Makanan yang diteliti adalah makanan dari daging yang dimasak dengan air sebagai bahan penunjang pengolahan makanan (daging berkuah), dengan bakteri E. coli sebagai indikasi kontaminasi makanan. Data dianalisis dengan analisis multi variabel regresi logistik ganda untuk mengetahui faktor kontaminasi makanan. Tingkat kontaminasi makanan disajikan oleh E. coli 12,2%. Kontaminasi makanan baru matang oleh E. coli 7,5%. Kontaminasi bahan makanan oleh E. coli 40,0%. Kontaminasi air oleh E. coli 12,9%. Kontaminasi tangan pengolah oleh E. coli 12,5%. Kontaminasi pewadahan oleh E. coli 16,9%. Suhu pemasakan makanan adalah 99,5 oC dan lamanya pemasakan makanan 20,6 menit. Suhu penyimpanan 28,9 oC, lamanya penyimpanan makanan matang 409,2 menit dan suhu penyajian adalah 28,7 oC. Kontaminasi oleh E. coli pada makanan yang disajikan dipengaruhi oleh suhu pemasakan dan Jenis TPM (Pedagang Kakilima dengan resiko 3,5 kali dibandingkan dengan Jasaboga dan Restoran).

Food with its nutrient constituencies is important and needed by all biological organisms including human live. On theaters hand through food could transfer some of diseases agent that could cause gastro-intestinal disorder and food intoxication. Food contamination prevalence is still height (by E. coli 65.5%) and diarrhea cases 116.075 in 1995, food out break intoxication 31.919 occur in 1997, and with CFR 0.15%. Prospective study has been done in order to identify the E. coli food contamination rate on food serve by food establishment in South Jakarta. Sample size of 255, with 85 food establishment each type food establishment group such as street food vendor, catering, and restaurant. Meat with height water activities is used for food sample and E. coli contamination on food is used as an indicator for pathogenic bacterial food contamination. Data analysis using multiple logistic regression, to identify food contamination factors. E. coli served food contamination was 12.2%, fresh cooked food E. coli contamination was 7.5%, row food E. coli contamination was 40.0%, water contamination was 12.9%, food handler hand contamination was 12.5%, and kitchen utensil especially for cooked food container contamination was 16.9%. Cooking processing temperature was 99.5 0C, average cooking period was 20.6 minute, food storage temperature and period were 28.9 0C and 409.2 minute, and room temperature of food served was 28.7 0C. Factors involved on E. coli served food contamination were cooking temperature and street food vendor (with OR=3.5 compare with restaurant and catering)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hayun
"As the food and beverages industry grows in Indonesia, there also has been an increase in the soft-drinks production in the society. There are elements often added into the drinks; such as caffeine, artifical sweetener and preservatives,which the content should be monitored. Because, if they are over-used, they will be hazardous to health. The purpose of this research is to obtain the optimum analysis condition for determining the content of saccharin, aspartame, benzoic acid, sorbic acid and caffeine, which are in the soft-drinks, using the reversed phase High-Performance-Liquid-Chromatography (HPLC). In this study, the condition used are Latek 18 column (15 cm x 4.0 mm), mobile phase as a mixture of acetonitrile and acetat buffer pH 5(5:95), flow rate 1,0 ml/minutes and detected by a 254 nm length-wave. The detection limit discovered by this method are for saccharin, benzoic acid, sorbic acid, caffeine and aspartame, respectively, are 0,2 ppm; 0,2 ppm; 0,007 ppm; 0,142 ppm; and 6,5 ppm. Whereas, the quantitative limit for saccharin, benzoic acid, sorbic acid, caffeine and aspartame, respectively, are 0,689 ppm; 0,852 ppm; 0,027 ppm; 0,452 ppm; 25,2 ppm. The calibration curve ranged between 1-60 ppm for saccharin and benzoid acid, 1-40 ppm for caffeine, 0.05-2 ppm for sorbic acid, and 30-100 ppm for aspartame. The investigation has been done for five (5) brands od soft-drinks. The analysis results are sample A contains caffeine 96,66 ppm, sample B contains saccharin 112,13 ppm, benzoic acid 206,81 ppm, and caffeine 130,63 ppm. Sample C contains benzoic acid 10,83 ppm and caffeine 97,66 ppm. Sample D contains benzoic acid 163,78 ppm, caffeine 101,52 ppm, and aspartame 231,20 ppm. The amounts of saccharin, benzoic acid, caffeine, and aspartame which has been found in the sample, do not exceed the tolerance limit of usage, whereas the amount of benzoic acid which has been found in sample B exceed the tolerance limit of usage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>