Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33010 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kesya Hanna Rosalie
"Pandemi COVID-19 menyebabkan peningkatan konsumsi masker sekali pakai dalam pencegahan penularan virus SARS-CoV-2 yang mengakibatkan akumulasi limbah masker sekali pakai. Polipropilena sebagai bahan utama masker membuat masker sulit untuk terurai secara alami. Larva T. molitor diketahui dapat mendegradasi berbagai jenis plastik secara fisik dan in-situ. Namun belum ada studi yang menjelaskan kemampuan degradasi masker secara ex-situ dari mikroba konsorsium saluran pencernaan larva T. molitor. Penelitian ini diawali dengan budidaya larva dengan pemberian pakan 100% masker sekali pakai sebagai dasar untuk mengevaluasi konsorsium bakteri yang digunakan untuk degradasi ex-situ. Konsorsium mikroba dari pencernaan larva diekstraksi untuk analisis metagenomik dan ditumbuhkan melalui proses fermentasi dalam Minimum Salt Media (MSM) dan potongan masker sekali pakai yang terdiri dari lapisan luar, tengah, dan dalam dengan ukuran 3 x 3 cm selama 52 hari di bioreaktor batch berukuran 500 mL. Analisis metagenomik menunjukkan keragaman mikroba yang didominasi oleh Klebsiella aerogenes, Tenebrionicola larvae, Enterobocater, Lactococcus garvieae, dan Lactococcus formosensis. Pertumbuhan mikroba selama fermentasi mengalami peningkatan nilai optical density (OD) yang diukur menggunakan spektrofotometer UV Vis (600 nm). Tingkat konsumsi masker lapisan luar, tengah, dan dalam diperoleh masing-masing sebesar 19,200%±0,031, 30,333%±0,031, dan 26,400%±0,040. Biodegradasi masker sekali pakai dibuktikan melalui pengurangan massa dari masker. Selain itu, perubahan fisik pada masker seperti kerusakan permukaan, goresan, dan perubahan gugus fungsi dikonfirmasi melalui Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Temuan ini menunjukkan bahwa konsorsium mikroba dari saluran pencernaan T.molitor dapat mendegradasi masker sekali pakai secara ex-situ sebagai salah satu upaya penyelesaian akumulasi limbah masker sekali pakai yang berkelanjutan.

The COVID-19 pandemic has led to a surge in the use of single-use masks to prevent the transmission of the SARS-CoV-2 virus, resulting in significant mask waste accumulation. These masks are primarily made of polypropylene, a material that does not decompose naturally. T. molitor larvae have been shown to degrade various plastics physically and in-situ, but there is limited research on their ability to degrade masks ex- situ using microbes from their gut. This study aimed to explore this potential by first cultivating larvae fed exclusively on single-used masks to establish a basis for evaluating the microbial consortia involved in ex-situ degradation. The microbial consortium from the larvae's gut was extracted for metagenomic analysis and then cultured through a fermentation process in Minimum Salt Media (MSM) with pieces of single-used masks measuring 3 x 3 cm sections of outer, middle, and inner layers) for 52 days in a 500 mL batch bioreactor. Metagenomic analysis revealed a microbial diversity dominated by Klebsiella aerogenes, Tenebrionicola larvae, Enterobocater, Lactococcus garvieae, and Lactococcus formosensis. During fermentation, microbial growth was monitored by measuring the optical density (OD) at 600 nm using a UV-Vis spectrophotometer. The consumption levels of the mask's outer, middle, and inner layers were 19.200%±0.031, 30.333%±0.031, and 26.400%±0.040, respectively, as indicated by the reduction in mask mass. Physical changes to the mask, such as surface damage, scratches, and alterations in functional groups, were confirmed through Scanning Electron Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). These findings suggest that a microbial consortium from the gut of T. molitor can effectively degrade single-use masks ex-situ, offering a promising solution for managing single-use mask waste sustainably."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Sentosa
"ABSTRAK
Tembakau memiliki senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat insektisida alami. Tenebrio molitor dan Zophobas morio adalah contoh hama tanaman pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai LC50 dari ekstrak tembakau pada Tenebrio molitor dan Zophobas morio. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak tembakau bekerja dengan prinsip neurotoxin dan nikotin adalah bahan yang paling tinggi dikandung dalam daun tembakau. Oleh karena itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengisolasi nikotin dari ekstrak tembakau dengan pelarut etil asetat. Ekstrak tembakau didapatkan dengan metode Extended Heat Reflux Extraction dengan pelarut etanol. Nilai LC50 esktrak tembakau pada Tenebrio molitor dan Zophobas morio secara berurutan adalah 21,1mg/ml dan 71,1 mg/ml. Metabolit yang dominan tertarik kepada etil asetat adalah nikotin (54,51 persen, rasio 1:4) dan 7- Dimetilamino-3-metiltriazolopiridin (14,28%, rasio 1:1).

ABSTRACT
obacco have lots of active compounds that can be used as a raw material for making natural insecticides. Tenebrio molitor and Zophobas morio are examples of agricultural pests. The purpose of this study were to determine LC50 values of tobacco extract on Tenebrio molitor and Zophobas morio. Previous research showed that tobacco extract have neurotoxin activity and nicotine is the highest content contained in the tobacco leaves. Therefore, this study also aims to isolate nicotine from tobacco extract with ethyl acetate solvents. Tobacco extract was obtained by the Extended Heat Reflux Extraction method with ethanol solvent. LC50 values ​​of tobacco extracts on Tenebrio molitor and Zophobas morio sequentially were 21.1 mg / ml and 71.1 mg / ml. The dominant metabolites attracted to ethyl acetate are nicotine (54.51%, ratio 1: 4) and 7-Dimetilamino 3-methyltryazolopiridine (14.28 persen, ratio 1: 1).
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audrie
"Alat kesehatan sekali pakai merupakan perangkat kesehatan yang dirancang untuk satu kali penggunaan pada seorang pasien setiap satu prosedur. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah rumah sakit secara internal telah melalukan pemrosesan ulang alat kesehatan sekali pakai untuk digunakan kembali. Praktik penggunaan kembali alat kesehatan sekali pakai di RSUI dilakukan dengan pemrosesan ulang di Central Sterile Supply Department (CSSD). Pemrosesan ulang tersebut melalui tahap pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi dengan prosedur lengkap. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan alat kesehatan sekali pakai pada Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Evaluasi ini penting agar dapat meminimalisir risiko penularan infeksi yang membahayakan keselamatan pasien. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif observasional dengan desain prospektif, dilakukan evaluasi terhadap fungsi dan sterilitas alat kesehatan sekali pakai yang digunakan kembali. Observasi dilakukan di CSSD dengan membagikan formulir penilaian fungsi alat kepada para pengguna alat, dan mengirimkan beberapa sampel alat untuk diuji sterilitasnya di Laboratorium Kesehatan DKI. Hasil menunjukkan dari 10 alat kesehatan sekali pakai yang di-resterilisasi menggunakan Etilen Oksida (EO), 7 alat dapat digunakan kembali sebanyak 2 kali, sementara 3 alat sisanya dapat digunakan kembali sebanyak 1 kali. Selain itu, evaluasi sterilitas menunjukkan bahwa 5 alat kesehatan sekali pakai masih steril setelah dilakukan penggunaan berulang.

Disposable medical devices are healthcare tools designed for one-time use on a patient during a single procedure. Recently, some hospitals have internally engaged in reprocessing of disposable medical devices for reuse. The practice of reusing single-use medical devices at UI Hospital is carried out through reprocessing in the Central Sterile Supply Department (CSSD). The reprocessing involves cleaning, disinfection, and sterilization following complete procedures. This study was conducted to evaluate the use of disposable medical devices at RSUI. Such evaluation is essential to minimize the risk of infection transmission that could jeopardize patient safety. Employing a descriptive observational research method with a prospective design, the evaluation focused on the functionality and sterility of the reprocessed disposable medical devices. Observations were carried out in the CSSD by distributing assessment forms for the device users and sending some device samples for sterility testing at the Health Laboratory of DKI Jakarta. The results showed that out of 10 disposable medical devices resterilized using Ethylene Oxide (EO), 7 devices could be reused twice, while the remaining 3 devices could be reused once. Additionally, the sterility evaluation indicated that 5 disposable medical devices remained sterile after repeated use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Patra
"Biodegradasi fenol sebagai salah satu senyawa polutan yang sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup, terutama manusia yang hidup di lingkungan tersebut, dilakukan dengan menggunakan bakteri dari lambung sapi yang diinkubasi di suhu ruang, pH awal medium 7.0. Penelitian dilakukan dengan variasi generasi bakteri pertama dan kedua, konsentrasi fenol 0 ppm, 10 ppm, 50 ppm dan 100 ppm, dan variasi kada glukosa dalam medium sebesar 0 g/L, 0,5 g/L dan 1 g/L. Hasil penelitian menunjukkan fenol dapat dimanfaatkan sebagai subtrat pertumbuhan bakteri dan belum terjadi inhibisi yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 100 ppm. Terdapat penurunan kemampuan degradasi fenl pada generasi bakteri yang berbeda Generasi bakteri pertama dapat mendegradasi 98,04% fenol 100 ppm, sementara generasi kedua hanya dapat mendegradasi 69,31% fenol. Fenomena inhibisi oleh glukosa mulai terlihat pada konsentrasi 0,5 g/L.

Biodegradation of phenol as one of dangerous polutant is done by using bacteria consortium originated from cattle’s stomach. The bacteria was incubated on room temperatur, medium pH = 7. The assessed variable are bacteria generation; first and second generation, fenol concentration from 0, 10, 50 and 100 ppm, glucose concentration from 0, 0.5 g/L and 1 g/L. The result show that the bacteria consortium was abled to use phenol as growth nutrition and there is no inhibiion observed for phenol concentration up to 100 ppm. The consortium bacteria ability to degrade phenol was greatly reduced on the second generation. The first generation is able to degrade 98.04% 100 ppm phenol for 10 hour, meanwhile the second generation can only degrade 69.31% 100 ppm phenol for 100 hour. Glucose was found to decrease phenol biodegradation rate and inhibit the bacteria growth from concentration 0.5g/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ayu Budianti
"Kerusakan ekosistem laut akibat kejadian tumpahan minyak mematikan bagi sebagian biota laut dan mengubah struktur komunitas mikroorganisme. Kelompok bakteri laut pendegradasi hidrokarbon terdeteksi meningkat jumlahnya ketika terjadi pencemaran. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari konsorsium mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendegradasi senyawa hidrokarbon dari air laut dan sedimen pasir berasal dari pesisir Teluk Jakarta, Cilincing, Jakarta Utara. Penapisan konsorsium dilakukan menggunakan medium ONR7 dengan kandungan minyak bumi 0,5% untuk memperoleh konsorsium mikroorganisme dengan kemampuan degradasi terbaik. Uji degradasi dilakukan selama 10 hari menggunakan fenantrena 100 ppm pada medium dengan yeast extract 0,1% sebagai faktor pembatas. Parameter diukur adalah OD540, TPC, aktivitas total mikroba (ATM), analisis GC-MS dan pH. Hasil menunjukkan kemampuan biodegradasi senyawa hidrokarbon tertinggi dimiliki oleh konsorsium mikroorganisme AL3 dengan persentase degradasi minyak bumi sebesar 90,37% dan terhadap fenantrena sebesar 100%, nilai OD540 dan penurunan pH paling tinggi ditemukan pada medium tanpa suplementasi yeast extract. Aktivitas total mikroba konsorsium paling besar ditemukan pada medium suplementasi. Pengujian kemampuan pada isolat tunggal penyusun konsorsium AL3 menghasilkan persentase degradasi tertinggi sebesar 56,74% oleh isolat AL3-8. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan yeast extract tidak meningkatkan persentase degradasi dan bahwa konsorsium mikroorganisme memiliki kemampuan degradasi lebih tinggi daripada isolat tunggal.

Damage of marine ecosystem due to oil spill is deadly to some of marine creatures and changed the microbial community structure. Population of hydrocarbon-degrading microorganisms detected increasing in number slowly after the accident. This research aim to study microbial consortia that has the ability to degrade hydrocarbon compound from oil spill-contaminated coastal area in Teluk Jakarta, Cilincing, Jakarta Utara. The ability of degrading hydrocarbon by microbial consortia was screened by using ONR7 medium containing 0,5% crude oil. Biodegradation ability was tested using 100 ppm phenanthrene to the selected consortia by using 0,1% yeast extract as limiting factor, incubation was held in 10 days. Parameter of the study was OD540, TPC, total microbial activity (TMA), GC-MS analysis and pH. Results shows microbial consortia AL3 has the highest degradation rate which is 90,37% in crude oil and 100,00% in phenanthrene, highest absorbance of OD540 and most acidic pH was found in non-supplemented medium. Highest total microbial activity of the microbial consortia detected in the supplemented medium. Biodegradation ability confirmation test of single strains from the AL3 microbial consortia shows the maximum degradation rate of 56,74% by strain AL3-8. This research reported yeast extract does not increase biodegradation rate of phenanthrene and degradation rate by microbial consortia was higher than a single strain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Assafrina
"Alat kesehatan sekali pakai sering digunakan berulang kali di rumah sakit demi mengurangi biaya pengeluaran rumah sakit dan limbah medis. Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) merupakan rumah sakit yang melakukan praktik penggunaan berulang alat kesehatan sekali pakai yang memiliki risiko penularan infeksi yang membahayakan keselamatan pasien. Praktik ini perlu dievaluasi fungsi dan sterilitasnya agar dapat menjamin keselamatan pasien di RSUI. Sebelum digunakan kembali, alat kesehatan dilakukan pemrosesan ulang melalui pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi dengan prosedur lengkap yang dilakukan di Central Sterile Supply Department (CSSD). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alat kesehatan sekali pakai yang digunakan kembali di RSUI dan cara sterilisasi yang digunakan, mengevaluasi fungsi dan sterilitas alat kesehatan yang digunakan kembali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross-sectional, peneliti melakukan observasi ke CSSD, membagikan formulir penilaian fungsi alat kepada pengguna alat, dan mengirimkan beberapa sampel alat untuk diuji sterilitasnya di Laboratorium Kesehatan DKI. Setelah melakukan observasi, teridentifikasi 10 alat kesehatan sekali pakai yang di-resterilisasi menggunakan Low-Temperature Steam Formaldehyde (LTSF). Dari kesepuluh alat, hanya 5 alat yang dapat dievaluasi fungsi dan hanya 6 alat yang dapat dievaluasi sterilitasnya. Hasil menunjukkan bahwa seluruh alat yang dievaluasi dapat berfungsi dengan baik dan steril hingga beberapa kali penggunaan.

Single-use medical devices are often used repeatedly in hospitals to reduce hospital expenses and medical waste. UI Hospital implements the reuse of single-use medical devices that has infection risk which may harm the patients. This practice needs to be evaluated for its function and sterility to ensure patient safety at UI Hospital. Before medical devices are reused, it needs to be reprocessed through cleaning, disinfection, and sterilization with complete procedures that must be followed at the Central Sterile Supply Department (CSSD). The aim of this research is to identify the single-use medical devices that are reused and the sterilization method employed, evaluate their function and sterility. This research is a descriptive observational study with a cross-sectional design, the researcher observed CSSD, distributed medical devices function assessment forms to the users, and sent several samples of devices to DKI Health Laboratory for sterility testing. Observation results showed that ten identified single-use medical devices were re-sterilized using Low-Temperature Steam Formaldehyde (LTSF). However, only five out of ten devices could be evaluated for their function, and only six could be evaluated for sterility. The results concluded that the evaluated devices still functioned properly and were still sterile for several times of use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book gives an overview of commonly-used disposables in the manufacture of biopharmaceuticals, their working principles, characteristics, engineering aspects, economics, and applications. With this information, readers will be able to come to an easier decision for or against disposable alternatives and to choose the appropriate system. The book is divided into two parts. The first is related to basic knowledge about disposable equipment; and the second discusses applications through case studies that illustrate manufacturing, quality assurance, and environmental influence."
Hoboken: John Wiley Sons, 2011
e20394635
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rasti Yunita
"Universitas Indonesia memiliki enam situ yakni Situ Kenanga, Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin, dan Salam. Keenam situ tersebut merupakan daerah resapan air untuk wilayah sekitar. Namun, dengan adanya banyak aktivitas masyarakat di sekitar wilayah UI, Situ UI berpotensi tercemar oleh limbah domestik. Limbah domestik dapat mengandung deterjen dengan surfaktan linear alkylbenzene sulfonates (LAS) sebagai salah satu komponennya. LAS dapat bersifat toksik terhadap organisme akuatik sehingga dilakukan penelitian untuk menguji kemampuan mikroorganisme dari Situ Universitas Indonesia dalam mendegradasi LAS. Hasil uji pendahuluan memperlihatkan bahwa konsentrasi LAS tertinggi terdapat pada Situ Agathis yaitu 4,410 mg LAS/L. Hasil isolasi terhadap sedimen Situ Agathis diperoleh isolat A dan B yang teridentifikasi masing-masing sebagai bakteri Pseudomonas sp. A dan Pseudomonas sp. B serta isolat bakteri C (belum teridentifikasi). Berdasarkan waktu adaptasi dan pertumbuhan dalam medium yang digunakan (2 mg/L), bakteri Pseudomonas sp. A menunjukkan kemampuan biodegradasi yang lebih baik dibandingkan dua jenis bakteri lainnya, sehingga bakteri tersebut digunakan untuk penelitian lebih lanjut terhadap biodegradasi LAS. Hasil uji biodegradasi LAS menggunakan kultur bakteri campuran (terdiri dari Pseudomonas sp. A, Pseudomonas sp. B, dan bakteri C) dan kultur bakteri tunggal (Pseudomonas sp. A) memperlihatkan bahwa LAS terdegradasi masingmasing sebanyak ±89,6% dan ±86,5% dalam waktu 10 hari. Disimpulkan LAS dapat didegradasi oleh bakteri dari Situ UI. Namun, hasil identifikasi produk biodegradasi LAS pada hari ke-28 menggunakan spektrofotometer infra merah dan uji karbon organik total menunjukkan seluruh komponen LAS belum terdegradasi secara total.

University of Indonesia (UI) has six lakes, namely Kenanga Lake, Agathis Lake, Mahoni Lake, Puspa Lake, Ulin Lake, and Salam Lake. Each plays a role as water catchment for the surrounding area. However, UI lakes has the risks of contamination from domestic wastewater from the community activities nearby. The domestic wastewater could consists of detergent which is has linear alkylbenzene sulfonates (LAS) as one of its component. LAS has toxic effect to aquatic organisms, thus in this research the capability of microorganism from UI Lakes to degrade LAS is studied. Preliminary test results shows, the highest LAS concentration detected in Agathis Lake (4,410 mg/L). Isolation result from the lakes's sediment obtained isolates A and B which was identified as Pseudomonas sp.A, Pseudomonas sp.B., and isolate C (not identified yet). Based on the adaptation time and growth with LAS concentration (2 mg/L) in medium, Pseudomonas sp.A showed better biodegradation ability than the two other bacteria used. Thus, Pseudomonas sp.A is used further for LAS biodegradation. LAS biodegradation test results shows that mixed cultures (consists of Pseudomonas sp.A, Pseudomonas sp.B, and isolate C) and Pseudomonas sp.A could reach 89,6% and 86,5% respectively in 10 (ten) days. Thus, LAS could be degraded by UI lakes bacteria. Identification product of LAS biodegradation in day-28 using infra red spectrophotometer and total organic compound test shows that LAS has not undergo an ultimate biodegradation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haafizh Izzatullah
"Kandungan pyrene merupakan kandungan yang paling besar dalam kandungan PAH pada limbah minyak. Salah satu cara terbaik untuk mendegradasi senyawa berbahaya tersebut adalah penggunaan mikroorganisme. Proses ini bersifat lebih ramah lingkungan, cepat, dan ekonomis, dibandingkan menggunakan bahan sintetik. Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, dan konsorsiumnya akan mengintensifikasi proses biodegradasi pyrene yang terlarut dalam air dan menjadikannya sumber energi untuk pertumbuhan bakteri. Penelitian ini juga membahas kemampuan hidup mikroorganisme tersebut dalam konsentrasi pyrene yang tinggi 1000 mg/L. Diawali dengan prekultur bakteri pada larutan pyrene dengan medium yeast extract, Ochrobactrum sp M2292 mampu mendegradasi konsentrasi pyrene sebanyak 44,7 % dengan substrat awal 200 mg/L. Evaluasi kecepatan pertumbuhan spesifik pada biodegradasi pyrene konsentrasi 1000 mg/L dengan metode berat kering mengindikasikan bahwa Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, dan konsorsiumnya merupakan bakteri yang dapat mengutilisasi pyrene dalam air. Hasilnya, Ochrobactrum sp M2292 merupakan bakteri yang mempunyai laju pertumbuhan spesifik paling cepat pada konsentrasi pyrene 1000 mg/L daripada Bacillus subtilis C19 dan bakteri konsorsiumnya.

Pyrene is the greatest content of PAH on the waste oil. One of the best ways to degrade these harmful substance is use microorganism. This process is more environmentally friendly, fast, and economical, compared to using synthetic materials. Bacillus subtilis C 19, Ochrobactrum sp M2292, and consotium both of them will intensify biodegradation process of pyrene that are dissolved in the water and make it a source of energy for bacterial growth. This study also discusses the ability of the microorganism living in high pyrene concentration 1000 mg/L. Starts from initiated preculture on pyrene and yeast extract medium solution, Ochrobactrum sp can degrade pyrene by 44,7% with initial consentration is 200 mg/L. Evaluation of specific growth rate at high concentration of pyrene biodegradation by dry weight method indicated that Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, and konsorsium of bacteria that can utilize pyrene in water condition. The result, Ochrobactrum sp M2292 has the fastest specific growth rate in 1000 mg/L pyrene concentration than Bacillus subtilis C19 and consortium bacterial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizky Shadrina
"Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Salah satu standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Perencanaan kebutuhan merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Kekosongan persediaan alat kesehatan dapat dihindari dengan cara menyusun perencanaan kebutuhan dengan baik sehingga dapat menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien. Apabila persediaan tidak diatur atau dikelola dengan baik, maka persediaan dapat mengalami kekurangan atau kelebihan dan akan menyebabkan kerugian pada rumah sakit. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi perencanaan kebutuhan dengan menggunakan metode analisis ABC (Always, Better, Control). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah dalam menggunakan metode analisis ABC dan Mengetahui pengelompokkan alat kesehatan yang termasuk ke dalam kategori A, kategori B, dan kategori C berdasarkan nilai investasinya terhadap pemakaian alat kesehatan pada periode bulan Juli hingga Desember 2022 di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Metode yang dilakukan yaitu mengumpulkan data alat kesehatan yang digunakan, menghitung jumlah dana yang dibutuhkan, melakukan pengurutan peringkat dana terbesar hingga terkecil, serta menghitung persentase biaya dan persentase kumulatif masing-masing alat kesehatan terhadap total dana yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil analisis, alat kesehatan yang tergolong kelompok A terdapat 185 jenis (10,61%) dengan biaya pembelian sebesar Rp. 27.862.949.367,00 (69,90%), kelompok B terdapat 311 jenis (17,83%) dengan biaya pembelian sebesar Rp. 8.006.543.938,00 (20,09%), kelompok C terdapat 1248 jenis (71,56%) dengan biaya pembelian sebesar Rp. 3.991.939.719,78 (10,01%).

Pharmaceutical service standards provide crucial guidance to healthcare professionals in ensuring high-quality patient care. Within hospital settings, these standards cover diverse aspects, including the oversight of pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials. Effective planning for these needs is a pivotal aspect of management, aiming to prevent shortages and promote efficient resource allocation. Strategic planning is essential to prevent both shortages and surpluses of medical supplies, ultimately mitigating potential losses for the hospital. To address this, an ABC (Always, Better, Control) analysis method is employed for evaluation. This approach categorizes medical devices based on their financial significance, optimizing their distribution. The study's focal point is the application of the ABC analysis method at Fatmawati General Hospital during July to December 2022. The employment of the ABC analysis method at Fatmawati General Hospital aids in categorizing and prioritizing medical devices based on their financial impact, ensuring efficient allocation of resourcees and elevating the overall healthcare provision within the hospital. The process involves gathering data on medical devices, determining required funding, prioritizing costs from highest to lowest, and calculating the relative percentage and cumulative sum of each device's expense. The analysis unveils three distinct categories, Group A encompasses 185 medical device types (10.61%), representing a substantial investment totaling Rp. 27,862,949,367.00 (69.90%). Group B involved 311 types (17.83%) with a purchase cost of Rp. 8,006,543,938.00 (20.09%), while Group C consists of 1248 types (71.56%) necessary Rp. 3,991,939,719.78 (10.01%) in funds."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>