Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diva Meisya Putriadi
"Kualitas udara di Indonesia tergolong buruk akibat tingkat polutan yang tinggi, dengan 44% penyumbang polusi berasal dari kendaraan bermotor. Polutan ini terutama berasal dari pembakaran bahan bakar minyak yang masih menggunakan standar EURO II. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi regulasi yang lebih ketat, yakni EURO V, yang membatasi kadar sulfur maksimal 10 ppm. Implementasi ini menghadapi beberapa hambatan, seperti kebutuhan unit tambahan pada kilang yang meningkatkan modal awal atau capital expenditure, serta perubahan kondisi operasi akibat penambahan proses. Oleh karena itu, analisis tekno-ekonomi dilakukan untuk mengevaluasi kelayakan implementasi regulasi EURO V pada kilang. Unit hidrodesulfurisasi dalam penelitian ini disimulasikan menggunakan Aspen HYSYS V14, menghasilkan produk dengan kandungan sulfur sebesar 10 ppm untuk kapasitas produksi 64.596.604 barel per tahun. Reaktor yang digunakan adalah Trickle Bed Reactor dengan katalis CoMo/Al2O3. Hasil analisis investasi menunjukkan Net Present Value sebesar $2.954.915.845, Internal Rate of Return 19,36%, dan Payback Period selama 6,5 tahun. Perhitungan probabilitas menggunakan metode Monte-Carlo menunjukkan tingkat keyakinan hingga 95%. Analisis sensitivitas meninjau bahwa harga minyak merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap profitabilitas kilang. Implementasi bahan bakar minyak berstandar EURO V dapat mengurangi emisi SO2 hingga 97,95%, menjadikannya salah satu solusi efektif untuk mengurangi polusi udara di Indonesia.

The air quality in Indonesia is notably poor due to high pollutant levels, with 44% of the pollution stemming from motor vehicles. These pollutants primarily originate from the combustion of fuel oil, which largely adheres to the EURO II standard. This study aims to evaluate the implementation of stricter regulations, specifically EURO V, which limits sulfur content to a maximum of 10 ppm. However, this implementation faces several challenges, such as the need for additional units at refineries, increasing initial capital expenditure, and changes in operational conditions due to the added processes. Therefore, a techno-economic analysis is conducted to assess the feasibility of implementing EURO V regulations at refineries. In this study, the hydrodesulfurization unit is simulated using Aspen HYSYS V14, producing a product with a sulfur content of 10 ppm for a production capacity of 64,596,604 barrels per year. The reactor used is a Trickle Bed Reactor with CoMo/Al2O3 catalyst. The investment analysis results indicate a Net Present Value of $2,954,915,845, an Internal Rate of Return of 19.36%, and a Payback Period of 6.5 years. Probability calculations using the Monte Carlo method show a confidence level of up to 95%. Sensitivity analysis reveals that oil prices are the most influential parameter affecting refinery profitability. Implementing EURO V standard fuel can reduce SO2 emissions by up to 97.95%, making it an effective solution for reducing air pollution in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetra Mutiara Afifah
"Kualitas udara yang buruk sebagian besar disebabkan oleh emisi gas kendaraan bermotor telah menjadi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dan hidrokarbon (HC) menjadi komponen terbesar pada pencemaran udara. Jika terpapar lama oleh gas tersebut dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal inilah menjadi alasan utama untuk dilakukannya penelitian pembuatan karbon aktif untuk menjerap gas CO, CO2 dan HC. Cangkang kelapa sawit memiliki potensi yang besar dari segi jumlah dan komposisi. Kandung kabon yang dimiliki cangkang kelapa sawit sebesar 49,5% dan kadar ash-nya adalah 0,9%. Sementara, ketersediaannya sebanyak 2.205.970 ton pada tahun 2017. Cangkang kelapa sawit melalui tahap preparasi, karbonisasi, aktivasi, dan impregnasi. Setelah dikeringkan dan direduksi ukurannya, cangkang kelapa sawit direndam pada H3PO4 selama 24 jam dan dilanjutkan dengan karbonisasi pada suhu 350 ºC selama 30 menit. Lalu diaktivasi kimia oleh H3PO4 dengan adanya variasi rasio massa aktivator dan diaktivasi fisika oleh gas N2 pada suhu 600 ºC selama 1 jam di tubular furnace. Karbon aktif dengan karakteristik terbaik dihasilkan oleh aktivasi kimia kedua kali dengan rasio massa 2:1. Bilangan iodin, luas permukaan, dan yield berturut-turt adalah 1164 mg/g, 1158 m2/g, dan 50,3%. Optimisasi penjerapan gas uji dilakukan dengan impregnasi dan memvariasikan persentase loading logam MgO sebesar 0,5%, 1%, dan 2%. Hasil adsorpsi gas uji terbaik ditunjukkan oleh variasi loading 1% dengan persentase adsorpsi CO, CO2, dan HC berturut-turut adalah 72,62%, 70,33%, dan 62,77%. Bilangan iodin dan luas permukaan dari karbon aktif 1% MgO ini adalah 933 mg/g dan 928 m2/g.

Poor air quality is largely due to motor vehicle emissions have become a problem in peoples lives. Carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2) and hydrocarbon (HC) gases are the biggest components in air pollution. A high level of exposure to those gasses causes adverse effects on health. This is the main reason for researching the producing of activated carbon to adsorb CO, CO2, and HC gasses. Palm shells have great potential quantity and composition. Carbon content of palm kernel shell is 49.5% and the ash content is 0.9%. While its availability is 2,205,970 tons in 2017. Palm kernel shells through preparation, carbonization, activation, and impregnation. After being dried and reduced in size, the palm shell is immersed in H3PO4 for 24 hours and continued with carbonization at 350 ºC for 30 minutes. Then chemical activated by H3PO4 with activator mass variations and activated physics by N2 gas at 600 ºC for 1 hour in a tubular furnace. Activated carbon with the best characteristics is produced by second chemical activation with a mass ratio of 2:1. The iodine number, surface area, and yield are 1164 mg/g, 1158 m2/g, and 50.3%. Optimization of the gas adsorption is carried out by impregnation and varying the percentage of MgO metal loading by 0.5%, 1%, and 2%. The best gas trial results for variations containing 1% with the percentage of CO, CO2, and HC adsorption contributing to each other were 72.62%, 70.33%, and 62.77%. The iodine number and surface area of 1% MgO activated carbon are 933 mg/g and 928 m2/g"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Setiyo Puryanti
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak lingkungan dari beroperasinyaMass Rapid Transit (MRT), khususnya peningkatan kualitas udara lokal di daerah perkotaan. Di Jakarta, MRT atau biasa dikenal dengan MRT Jakarta merupakan transportasi kereta api perkotaan pertama dengan beberapa jalur bawah tanah yang beroperasi pada Maret 2019. Menggunakan metode Difference-in-Difference dan indeks standar polusi udara sebagai proksi kualitas udara, studi ini menemukan bahwa, beroperasinya MRT dapat mengurangi nilai ISPU maksimum harian sebesar 27,4 persen, ISPU PM10 sebesar 19,5 persen dan ISPU O3 sebesar 24,8 persen, tetapi tidak berdampak pada polutan CO dan SO2 di area yang dekat dengan jalur MRT.

This study aims to analyze the environmental impact of the operation of the Mass Rapid Transit (MRT), particularly the improvement of local air quality in urban areas. In Jakarta, the MRT or commonly known as MRT Jakarta was the first urban rail transportation with several underground lines operating in March 2019. Using the Difference-in-Difference method and the air pollution standard index as a proxy for air quality, this study found that, MRT can reduce the daily maximum ISPU value by 27.4 percent, PM10 ISPU by 19.5 percent, and ISPU O3 by 24.8 percent, but has no impact on CO and SO2 pollutants in areas close to MRT lines."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Shabrina Humaira
"Kualitas udara di dalam ruangan perlu diperhatikan karena banyak pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan dan kualitas udara yang buruk akan memicu adanya penyakit dan menurunkan kinerja pekerja. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan yang ditinjau berdasarkan konsentrasi bakteri dan jamur yang terdapat pada ruang uji coba. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh konsentrasi bakteri dan jamur, menganalisis air purifier dan sistem ventilasi terhadap kualitas udara, dan menganalisis korelasi antara konsentrasi bakteri dan jamur dengan suhu ruangan, kelembapan, dan intensitas cahaya di ruang uji coba. Penelitian dilakukan dengan cara mengambil sampel udara dengan metode impaction menggunakan alat EMS E6 Bioaerosol Sampler selama 3 menit di pagi hari dan siang hari pada masing-masing ruang uji coba dengan debit pompa sebesar 28,3 L/menit. Pengambilan sampel pada konsentrasi bakteri dan jamur menggunakan media pertumbuhan Tryptic Soy Agar (TSA) untuk bakteri yang diinkubasi selama 24 jam dan Potato Dextrose Agar (PDA) untuk jamur yang diinkubasi selama 48 jam. Ruang uji coba memiliki jenis ruangan yang berbeda, yaitu ruang rapat, laboratorium, dan mushola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri tertinggi yaitu ruang Mushola Dosen sebesar 1943 CFU/m3 dan terendah yaitu ruang tengah lantai 1 sebesar 71 CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi yaitu ruang Mushola Dosen sebesar 883 CFU/m3 dan terendah yaitu 188 CFU/m3. Parameter pendukung lain yaitu suhu ruangan (24,3–30,5?) sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Permenaker Nomor 5 Tahun 2018, terdapat beberapa ruangan yang tidak memenuhi kelembapan (54,6–82,6%) dan intensitas cahaya untuk tiap ruangan (5,3–261 Lux) telah sesuai dengan kriteria masing-masing jenis ruang kerja. Uji korelasi yang dilakukan yaitu Uji Spearman yang menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Terdapat korelasi positif antara pertumbuhan bakteri dengan suhu ruangan dan intensitas cahaya serta jamur dengan kelembapan. Korelasi negatif didapatkan pada pertumbuhan bakteri dengan kelembapan dan jamur dengan intensitas cahaya.

Indoor air quality needs to be taken into consideration because many tasks are performed indoors, and poor air quality can lead to illness and decrease workers' performance. The research was conducted to improve indoor air quality based on the concentration of bacteria and fungi present in the test rooms. The objectives of this study were to analyze the influence of bacteria and fungi concentrations, assess the effectiveness of air purifiers and ventilation systems on air quality, and examine the correlation between bacteria and fungi concentrations with room temperature, humidity, and light intensity in the test rooms. The research was conducted by sampling air using the impaction method with an EMS E6 Bioaerosol Sampler for 3 minutes in the morning and afternoon in each test room, with a pump flow rate of 28.3 L/minute. Bacterial and fungal samples were collected using Tryptic Soy Agar (TSA) growth medium for bacteria, which were incubated for 24 hours, and Potato Dextrose Agar (PDA) for fungi, which were incubated for 48 hours. The test rooms consisted of different types of rooms, including meeting rooms, laboratories, and prayer rooms. The results of the study showed that the highest concentration of bacteria was found in the Lecturers' Prayer Room at 1943 CFU/m3, while the lowest was in the central room on the first floor at 71 CFU/m3. The highest concentration of fungi was found in the Lecturers' Prayer Room at 883 CFU/m3, while the lowest was at 188 CFU/m3. Other supporting parameters such as room temperature (24.3–30.5°C) met the criteria set by the Ministry of Manpower Regulation No. 5 of 2018. However, some rooms did not meet the humidity requirements (54.6–82.6%), and the light intensity in each room (5.3–261 Lux) complied with the respective workspace criteria. The correlation analysis, using Spearman’s test, indicated that the data was not normally distributed. There was a positive correlation between bacterial growth with room temperature and light intensity, and between fungal growth with humidity. Negative correlations were observed between bacterial growth with humidity and fungal growth with light intensity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohadatul Aisy Afla
"Kualitas udara pada ruang rawat inap merupakan poin penting yang perlu diperhatikan untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan yang dapat tersebar melalui udara. Indikator bioaerosol dalam ruangan yang dipakai adalah bakteri dan jamur. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel bakteri dan jamur pada Gedung A RSCM adalah EMS dan media kultur TSA serta MEA. Sampel bakteri diinkubasi pada suhu ±37oC selama ±24 jam, sedangkan jamur diinkubasi pada suhu ±27oC selama ±48 jam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP dan menganalisis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keberadaan bioaerosol dalam ruangan. Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil uji perbedaan konsentrasi bakteri pada ruang rawat inap yang diperoleh adalah 0,02 dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis, sedangkan untuk jamur sebesar 0,002. Sehingga ada perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP. Suhu dan kelembaban diketahui sebagian besar tidak memiliki hubungan dengan kualitas bioaerosol dalam ruang rawat inap. Hasil uji korelasi Spearman untuk suhu dan bakteri adalah 0,085; 0,567; 0,000, sedangkan untuk suhu dan jamur adalah 0,058; 0,168; 0,05. Uji korelasi Spearman untuk kelembaban dan bakteri 0,095; 0,688; 0,320, sedangkan untuk kelembaban dan jamur adalah 0,399; 0,008; 0,920. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada beberapa ruangan rawat inap tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan konsentrasi bakteri dan jamur.

Air quality in the patient room is an notable point that need to be considered to avoid risk and some health problems that can be spread through the air. Bioaerosol indicator for indoor air pollutants are bacteria and fungi. Air samples were taken by EMS with TSA and MEA culture media. This research was taken in Gedung A RSCM. Bacteria sampel would be incubated at 37oC for 24 hours, while fungi would be incubated at ±27oC for ±48 hours. This research wanted to know the difference between bacteria and fungi concentration at kelas 1, VIP, and VVIP inpatient rooms. The results showed that there is a difference of bacteria and jamur concentration between the class of inpatient rooms, because the level significant of Kruskal-Wallis (α = 0,05) for bacteria concentration is 0,02 and 0,002 for fungi concentration. Temperature and humidity mainly did not have any specific relation with bioaerosol quality in inpatient rooms. The results for Spearman’s corelation for humidity and bacteria are 0,085; 0,567; 0,000. Meanwhile, for temperature and bacteria area 0,095; 0,688; 0,320 and for humidity and fungi are 0,399; 0,008; 0,920. From those data known that some of the inpatient rooms were not had relation between environment factors with bacteria and fungi concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arasy Fasya Baihaqi
"Jakarta sebagai Ibu Kota dan pusat perekonomian nasional telah mengalami fenomena pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi yang sudah melampaui batas administratif Jakarta. Akibat fenomena urbanisasi yang sangat cepat, Jakarta mengalami masalah urban sprawl, kemacetan, dan polusi udara. Sebagai upaya untuk mengatasi kemacetan dan menurunkan penggunaan kendaraan pribadi, Pemerintah pusat dan daerah membangun moda transportasi publik massal Moda Raya Terpadu (MRT). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dampak output, pendapatan masyarakat, dan nilai tambah bruto dari pembangunan MRT terhadap perekonomian Jakarta dan Indonesia dengan menggunakan analisis Metode Interregional Input-Output

Jakarta as the capital city and the center of the national economy has experienced the phenomenon of population growth and economic activities that have exceeded the administrative boundaries of Jakarta. As a result of the rapid urbanization phenomenon, Jakarta is experiencing problems with urban sprawl, congestion, and air pollution. In an ef ort to overcome congestion and reduce the use of private vehicles, the central and regional governments have built a mass public transport mode of Mass Rapid Transit (MRT). This study aims to measure the impact of output, income, and gross added value of MRT development on the economy of Jakarta and Indonesia by using the Interregional Input-Output Method analysis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfi
"Karena kurangnya kuantitas dan kualitas dari sumber air eksisting UI, PDAM Tirta Asasta, UI berencana untuk membangun SPAM untuk memenuhi kebutuhan lingkungan kampus UI sendiri. Salah satu parameter kualitas air yang diatur pada PP No. 82 Tahun 2001 sebagai baku mutu untuk air baku Instalasi Pengolahan Air Minum adalah logam berat, salah satunya yaitu tembaga. Keberadaan logam ini tinggi pada kandungan sedimen, dan dapat terlepas menuju air. Oleh karenanya, eksperimen ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh/dampak parameter fisik-lingkungan danau berupa pH, temperatur, dan konsentrasi amonia terhadap terjadinya desorpsi logam tembaga di sedimen Danau Salam UI. Eksperimen awalnya dilakukan dengan pengambilan sampel sedimen dan sampel air. Sampel sedimen dan air dikumpulkan dari 3 titik di dekat posisi inlet IPAM yang direncanakan berdasarkan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum UI (RISPAM UI). Dari hasil dari pengujian, didapat konsentrasi tembaga di sedimen, dari 83.1 mg/Kg hingga 92.7 mg/Kg. Selanjutnya, dilakukan eksperimen desorpsi dan dianalisa menggunakan metode regresi linear. Diketahui bahwa pH merupakan parameter yang paling berpengaruh dalam terjadinya proses desorpsi tembaga pada sedimen Danau Salam. Hasil regresi linear, nilai koefisien pH, temperatur, dan konsentrasi amonia adalah -0.0072, -0.0042, dan 0.0003. Nilai pH menunjukkan kemiringan (slope) tertinggi, diikuti dengan temperatur, lalu konsentrasi amonia.

Due to the lack of quantity and quality from UI's existing water source, PDAM Tirta Asasta, UI plans to build SPAM to meet the needs of the UI campus environment itself. One of the water quality parameters regulated in PP. 82 of 2001 as the quality standard for raw water for Drinking Water Treatment Plants is heavy metals, including copper, cobalt and lead. The presence of these metal is high in sediment content, and could be released into water. Therefore, this experiment was conducted to determine the effect / impact of the physical parameters of the lake environment in the form of pH, temperature and ammonia concentration on the occurrence of copper desorption in the sediments of Lake Salam UI. Initial experiments were carried out by taking sediment samples and water samples. Sediment and water samples were collected from 3 points near the IPAM inlet position which was planned based on the Master Plan for Drinking Water Supply System UI (RISPAM UI). From the test results, the copper concentration in the sediment was obtained, from 83.1 mg / Kg to 92.7 mg / Kg. Furthermore, a desorption experiment was carried out and analyzed using linear regression methods. It is known that pH is the most influential parameter in the process of copper desorption in the Salam Lake sediments. The results of linear regression, the coefficient values for pH, temperature, and ammonia concentration are -0.0072, -0.0042, and 0.0003. The pH value shows the highest slope, followed by temperature, then the ammonia concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Natasya Tanuwijaya
"Terlepas dari usaha untuk meningkatkan akses berkelanjutan ke air minum yang aman, ratusan juta orang masih bergantung pada sumber air unimproved. Untuk meningkatkan kualitas air minum, berbagai pengolahan air rumah tangga dan metode penyimpanan aman telah dikembangkan dan dikenalkan sebagai intervensi alternatif. Namun, informasi mengenai kualitas air minum dan prevalensi praktik pengolahan air minum rumah tangga, terutama dari perspektif dan tingkat kepuasan masyarakat masih sangat minim. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kualitas air minum di Kota Metro, menganalisis persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap air minumnya, serta menganalisis hubungan antar variabel. Survei lapangan dan observasi (n=281), serta pengambilan sampel air minum (n=79) dilakukan pada rumah tangga di Kota Metro. Pengujian kualitas sampel air minum dilakukan untuk parameter kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), dan E. Coli. Pada uji kekeruhan dengan turbidimeter, ditemukan 4% sampel (n=79) memiliki kekeruhan yang melebihi baku mutu dengan rata-rata 1,3 NTU sedangkan uji TDS dengan multi-parameter probe menemukan bahwa tidak terdapat sampel yang melebihi baku mutu dengan rata-rata 82,46 mg/l. Tingkat risiko E. Coli pada air minum E. Coli beragam dengan rata-rata melebihi baku mutu Permenkes No. 492 Tahun 2010 yaitu sebesar 43,14 MPN/100 ml. Berdasarkan uji analisis korelasi Spearman Rank’s, ditemukan bahwa seluruh variabel memiliki korelasi yang signifikan antara persepsi serta tingkat kepuasan dengan kualitas air minum. Nilai korelasi Spearman dari tiap hubungan berada dalam rentang 0,232 hingga 0,276 sehingga seluruh variabel berkorelasi lemah dengan arah hubungan positif dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan berkekuatan lemah antara persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat dengan kualitas air minum dimana semakin baik kualitas air minum, persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat juga semakin baik. Adapun rekomendasi yang perlu dilakukan dari studi ini ialah melakukan pemantauan dan pemeliharaan rutin pada sumber air minum mulai dari air tanah hingga depot air minum isi ulang dimana ditemukan kontaminasi E. Coli dengan risiko tinggi dan mengkomunikasikannya, mengadakan kampanye yang merekomendasi pengolahan air minum rumah tangga dan perawatan wadah penyimpanan air minum sesuai rekomendasi STBM pilar ke-3. 

Despite efforts to improve sustainable access to safe drinking water, hundreds of millions of people still depend on unimproved water sources. To improve drinking water quality, various household water treatment and safe storage methods have been developed and introduced as alternative interventions. However, information on drinking water quality and the prevalence of household drinking water treatment practices, especially from the perspective and level of community satisfaction, is still very minimal. This study was conducted to examine the quality of drinking water in Metro City, analyze the perception and level of community satisfaction with drinking water, and analyze the relationship between variables. Field surveys and observations (n=281), as well as drinking water sampling (n=79) were conducted on households in Metro City. Testing the quality of drinking water samples was carried out for the parameters of turbidity, TDS, and E. Coli. In the turbidity test with a turbidimeter, it was found that 4% of the samples (n=79) had turbidity that exceeded the quality standard with an average of 1,3 NTU, while the TDS test with a multi-parameter probe found that there were no samples that exceeded the quality standard with an average of 82,46 mg/l. The level of risk of E. Coli in drinking water of E. Coli varies with the average exceeding the quality standard of Permenkes No. 492 of 2010 which is 43,14 MPN/100 ml. Based on the Spearman Rank's correlation analysis test, it was found that all variables had a significant correlation between perceptions and levels of satisfaction with drinking water quality. The Spearman correlation value of each relationship is in the range of 0.232 to 0.276 so that all variables are weakly correlated with the direction of the positive relationship and indicate that there is a weak relationship between perceptions and levels of community satisfaction with drinking water quality where the better the quality of drinking water, perceptions and levels of community satisfaction also getting better The recommendations that need to be carried out from this study are carry out routine monitoring and maintenance on drinking water sources ranging from ground water to refill drinking water depots where high-risk E. Coli contamination is found and communicate it, conduct campaigns recommending household drinking water treatment and maintenance of drinking water storage containers according to the recommendations of the STBM-3rd pillar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Nurwidyaningrum
"ABSTRAK
Penghuni di hunian vertikal perkotaan lebih rentan mengalami Building Related Illness karena sistem tata udara Air Conditioning (AC) yang mengalami penyusutan mutu. Ini menyebabkan Kualitas Udara Dalam Ruang (KUDR) di unit hunian perkotaan cenderung lebih buruk daripada hunian horisontal di Jakarta. Tujuan penelitian ini menyusun model dimensi manusia penghuni dan pengelola dengan pengetahuan, persepsi, dan partisipasi untuk mencapai hunian vertikal perkotaan yang sehat dan berkelanjutan dengan KUDR. Metode riset yang digunakan ialah korelasional multivariat dengan analisis PLS-SEM (Partial Least Square-Structural Equation Model) dan mengaplikasikan model dengan ANN-SOM (Artificial Neural Network-Self Organizing Map). Hasil penelitian menunjukkan kesatuan dimensi penghuni dan dimensi pengelola yang efektif untuk KUDR adalah dengan konstruk dimensi pengelola sebagai variabel penekan kepada dimensi penghuni yang mempengaruhi KUDR. Kompetensi pengelola sangat mempengaruhi penghuni untuk mengupayakan KUDR dan mendorong perubahan perilaku sehat di hunian vertikal perkotaan. Keselarasan dalam pengetahuan, persepsi, dan partisipasi. Pemenuhan kenyamanan fisik dan psikis penghuni oleh pengelola mempengaruhi perilaku partisipasi dalam kesehatan dan menggerakkan keberlanjutan hunian perkotaan.

ABSTRACT
Residents in urban vertical housing are more susceptible to Building Related Illness due to the depreciation of air conditioning (AC) systems, causing Indoor Air Quality (IAQ) in urban residential units is worse than in horizontal housing in Jakarta. The purpose of this study is to develop a model of the human dimensions of the residents and the managers with knowledge, perception, and participation to achieve the healthy and sustainable urban vertical housing with the IAQ. The research method is a multivariate correlation, analyze with Partial Least Square-Structural Equation model (PLS-SEM) and application to the model with Artificial Neural Network-Self Organizing Map(ANN-SOM). The result of the study shows the unity of the resident and manager dimensions is effective with the construct of the manager dimensions as the suppressing variable of the resident dimensions that influence IAQ. The manager competency significantly affects the residents to strive for IAQ and encourage healthy behavioral changes in urban vertical housing. The conformity of knowledge, perception, and participation then the fulfillment of the physical and psychological comfort for the residents by the managers influences the behavior of participants in health and drives the sustainability of urban housings.
"
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Ilmu Lingkungan, 2019
D2585
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Rahmawati
"DKI Jakarta adalah salah satu- :'kota Yang mengalami masalah pencemaran
udara. Yang cukup serius, di antaranya terdapat pencemaran debu pada tingkat
Yang cukup tinggi (persentase hari melebihi baku mutu 20-60 %). Sejauh ini
informasi kualitas udara Yang disajikan hanya berupa angka dan tabel,
schingga. fenomena. kuahtas udara secara spasial belum terungkap dengan
jelas. Penehtian ini ber-usaha mengungkapkan adanya variasi pola persebaran
polutan S02, NO., dan SPMo antar periode musim Yang memiliki perbedaan
rata-rata jumlah dan fluktuasi curah hujan Yang berperan sebagal faktor
pencuci (dilution) polutan, dengan menyertakan faktor angin dan persebaran
bangunan tin.zRi di DKI Jakarta sebagai faktor kontrol.
Masalah Yang diajukan adalah: Bagaimana kaitan musim terhadap pola
persebaran kualitas udara di DIC Jakarta pada tahun 1997? Untuk menjaxvab
masalah tersebut dilakukan pembagian periode musim selama tah, un 1997
berdasarkan rata-ratajumlah dan fluktuasi curah huian per dasarian, sehingga
diperolch periode akhir musim hujan - awal musim kema -rau (Januari dasarian,
III - April dasaria-n 11), periode puncak musim kemarau (April dasarian III -
November dasarian 11), dan periode akhir m usim kemarau - awal. musim hujan
,(November dasarian III - Desember dasarian 11). Selanjutnya dibuat peta
isopleth tiap jenis polutan per periode musim dengan mempertimbangkan
faktor angin dan sebaran bangunan tinggi. Kemudian dilakukan ouerlay antar peta isopleth tiap jenis polutan, schingga diperoleh persebaran kualitas udara.
untuk tiap periode musim.
Penclitian ini menunjukkan adanya kaitan erat antara periode musim dengan.
variasi persebaran kuahtas udara di DKI Jakarta selama tahun 1 ,997. Polutan.
udara NOx, S02, dan SPMjo cender-ung mengalami peningkatan kadarnya pada
puncak musim kemarau dengan jenis polutan SPMio secara umum memiliki
nilai kadar tertinggi dan polutan S02 relatif memiliki kadar terenclah. Untuk
periode akhir musim hujan - awal musim kemarau di DKI Jakarta terdapat
kelas kualitas udara SEHAT, CUKUP SEHAT, dan TIDAK SEHAT. Selanjutnya
selama periode puncak musim kemarau meh-puti kualitas udara TIDAK SEHAT
dan. SANGAT TIDAK SEHAT. Sedangkan pada periode akhir musim kemarau -
awal musim huian meliputi kuahtas udara CUKUP SEHAT dan. TIDAK SERAT.
Secara umum dapat dilihat bahwa kualitas udara pada periode puncak musim
kemarau adalah paling buruk (sangat tidak schat) bila dibandingkan. dengan.
kedua periode lainnya. Selain itu hampir seluruh wilayah Jakarta Pusat dan
Ancol di Jakarta Utara selalu mengalami kualitas udara paling buruk bila
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Sedangkan kualitas udara terbaik
(sehat) terdapat pada periode ak-hir musim hujan - awal musim kemarau di
wilayah Pondok Gede di Jakarta Timur hingga ,Cipedak Jakarta Selatan. ke arah
Selatan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>