Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagalung, Ruth Vanesa
"Hingga saat ini, Indonesia masih bergantung pada pasokan alat kesehatan impor, yaitu hingga 78% dari produk beredar di pasaran. Ketergantungan pada impor alat kesehatan membawa risiko terhadap ketahanan pasokan. Oleh karena itu, langkah-langkah untuk meningkatkan produksi alat kesehatan dalam negeri perlu diperkuat melalui identifikasi risiko yang mungkin menghambat produksi dalam negeri. Risiko akan dibobotkan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Failure Modes, Effects, And Criticality Analysis (FMECA) untuk mendapatkan output penelitian yang diinginkan, yaitu urutan prioritas faktor risiko penghambat produksi alat kesehatan dalam negeri di Indonesia serta tingkat kekritisannya.Terdapat beberapa faktor risiko yang memiliki Weighted Risk Priority Number (WRPN) yang tinggi dengan dengan tingkat kekritisan yang tinggi pula, antara lain Risiko Kerusakan Mesin, Peralatan, Atau Sarana Prasarana Produksi, Risiko Kontaminasi Saat Produksi, Risiko Hambatan Uji Klinis, Risiko Kualitas Bahan Baku, Risiko Kurangnya Pekerja atau SDM Terampil, Risiko Keterlambatan Pengiriman Logistik Produksi, Risiko Kesalahan Perencanaan dan Penjadwalan Produksi, Risiko Kesalahan Demand Forecasting, dan Risiko Kegagalan Akibat Disrupsi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan rekomendasi melakukan program pemeliharaan preventif yang terjadwal dan pelatihan berkala untuk karyawan, modernisasi fasilitas produksi dan otomatisasi deteksi kontaminasi. Hasil dari penelitian dapat menjadi rekomendasi kepada stakeholders terkait untuk membentuk ekosistem industri alat kesehatan yang lebih baik, mulai dari hulu yaitu pasokan, hingga hilir yaitu bagaimana konsumen dapat menggunakan alat kesehatan hasil produksi dalam negeri ini.

Indonesia still depends on the supply of imported medical equipment, which is up to 78% of the products circulating on the market. Dependence on imported medical devices poses risks to supply security. Therefore, steps to increase domestic production of medical devices need to be strengthened through identifying risks that might hamper domestic production. Risks will be weighted using the Analytic Hierarchy Process (AHP) and Failure Modes, Effects, And Criticality Analysis (FMECA) methods to obtain the desired research output, namely the priority order of risk factors inhibiting domestic production of medical devices in Indonesia and their criticality levels. There are several Risk factors that have a high Weighted Risk Priority Number (WRPN) with a high level of criticality include Risk of Damage to Machinery, Equipment or Production Infrastructure, Risk of Contamination During Production, Risk of Obstacles to Clinical Trials, Risk of Raw Material Quality, Risk Lack of Skilled Workers or Human Resources, Risk of Delays in Delivery of Production Logistics, Risk of Production Planning and Scheduling Errors, Risk of Demand Forecasting Errors, and Risk of Failure Due to Disruption. Based on the results of the research that has been carried out, researchers provide recommendations for conducting scheduled preventive maintenance programs and regular training for employees, modernizing production facilities and automating contamination detection. The results of the research can be used as recommendations to the related stakeholders to form a better medical device industry ecosystem, starting from upstream, namely supply, to downstream, namely how consumers can use domestically produced medical devices."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly
"Merangking peralatan kritis di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PLTP merupakan hal terpenting sebelum menentukan metode pemeliharaan yang digunakan untuk setiap masing ndash; masing peralatan. Pada penelitian ini, penulis memperkenalkan metode terbarukan dalam menentukan dan merangking peralatan kritis di PLTP dengan metode Fuzzy Borda Count FBC. Proses perhitungan dengan metode FBC menggabungkan antara analisis kualitatif dengan analisis kuantitatif. Langkah pertama pada proses ini adalah menyaring terlebih dahulu sistem dengan menggunakan matriks risiko orde 2 x 2. Setelah itu menyaring peralatan dengan menggunakan matriks risiko orde 5 x 5. Dalam tahapan perhitungan terdapat 8 faktor yang berpengaruh terhadap sistem dan peralatan. Faktor tersebut di bobotkan serta di normalisasikan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process AHP . Dengan adanya nilai bobot setiap faktor maka dapat menghitung indeks dari setiap peralatan. Serta tahapan terakhir dalam merangking dengan menggunakan metode Fuzzy Borda Count FBC.

Ranking of critical equipment in Geothermal Power Plants GPPs is the most important thing before determining maintenance method used for each equipment. In this research, the author introduces a new method in determining and ranking of critical equipment in GPPs with Fuzzy Borda Count method. The calculation process by FBC method through combination of qualitative analysis with quantitative analysis. The first step in this process is to filter the system using Risk Analysis RA of a 2th order risk matrix. After that, we must filter the equipment from system in GPPs using Risk Analysis RA of a 5th order risk matrix. In this calculation, we use 8 factors that affect the system and equipment in GPPs. These factors are weighted and normalized using the Analytic Hierarchy Process AHP method. Given the weight value of each factor then it can calculate the index of each equipment. And the last step is ranking critical equipment by using Fuzzy Borda Count method FBC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firas Ammar Akbar
"Mengidentifikasi dan memprioritaskan kriteria kunci yang memengaruhi preferensi pengguna dalam menggunakan salah satu layanan mHealth, dan membuatnya konsisten didalam pengembangannya, dapat meningkatkan hubungan pengguna dengan layanan mHealth tersebut dan sebaliknya. Untuk meningkatkan jumlah pengguna layanan mHealth, dan menjadikannya unggul di mata konsumen. Dilakukan penelitian, untuk menyelidiki dan memprioritaskan kriteria yang mempengaruhi penggunaan salah satu layanan mHealth di Jakarta menggunakan Technology Acceptance Model TAM dan Diffusion of Innovation DOI, bersama dengan variabel eksternal seperti; Security, privacy dan Technical.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kriteria utama yang menjadi prioritas tertinggi menurut pengguna mengacu pada niat untuk menggunakan layanan mHealth, adalah Security, Ease of Use dan Privacy. Sedangkan, kriteria Technical menjadi prioritas terendah menurut pengguna. Dari bobot kriteria tersebut, diperoleh modul referal code sebagai rencana pengembangan yang unggul terhadap rencana pengembangan lainnya.

The identification of key criteria that influence user preferences for using one of mHealth Services in Jakarta, prioritization of these criteria, and making them consistent with the development of mHealth services can improve the relationship of the user with mHealth service and vice versa. To increase the usage number of mHealth services user's, the study investigated and prioritized the criteria that influence the usage of mHealth service using the Technology Acceptance Model TAM and Diffusion Of Innovation DOI theory, along with external variables of security, privacy and technical.
The results, showed that the first criteria, which refer to intention to use mhealth services, were Security, ease of use and Privacy were given the highest priority by the user's, and the criterion of Technical was given the lowest priority. From the criteria weights, we get the referral code module as a development plan that is superior to other development plans.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geunta Geumasih Sifa
"PT. A adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri telekomunikasi di Indonesia. PT. A memiliki produk fisik berupa sim card yang digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dalam produksinya PT. A mengandalkan seluruhnya kepada pihak ketiga atau vendor. Hal tersebut membuat penting bagi PT. A untuk melakukan manajemen risiko. Pada penelitian ini PT. A memiliki enam permasalahan utama yang berdampak pada 10 akibat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencegah permasalahan tersebut terjadi dengan melakukan analisis pada ke seluruhan aliran rantai pasok PT. A. Identifikasi menunjukan bahwa terdapat 20 tahapan pada proses bisnis PT. A yang memiliki 53 risk event dan 80 risk agent. Hasil pengolahan dari HOR fase 1 didapatkan 16 risk agent prioritas yang akan ditanggulangi oleh PT. A dengan melakukan identifikasi terhadap preventive action. Identifikasi menunjukan terdapat 17 preventive action yang dapat mitigasi risk agent prioritas. Hasil pengolahan HOR fase 2 didapatkan empat preventive action prioritas dan akan dilakukan pembobotan dengan menggunakan AHP dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil pembobotan AHP adalah preventive action prioritas yang memenuhi ketiga kriteria.

PT. A is a company engaged in the telecommunications industry in Indonesia. PT. A has a physical product in the form of a sim card that is used by all Indonesian people. In the production of PT. A rely entirely on third parties or vendors. This makes it important for PT. A to do risk management. In this study PT. A has six main problems that have 10 effects. Based on this, this study aims to prevent these problems from occurring by analyzing the entire supply chain fl ow of PT. A. Identification shows that there are 20 stages in the business process of PT. A which has 53 risk events and 80 risk agents. The results of the processing of HOR phase 1 obtained 16 priority risk agents which will be handled by PT. A by identifying the preventive action. Identification shows that there are 17 preventive actions that can mitigate priority risk agents. The results of HOR phase 2 processing obtained four priority preventive actions and will be weighted using AHP with predetermined criteria. The results of the AHP weighting are priority preventive actions that meet the three criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Sherylin Tierza M
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kriteria pemilihan pemasok di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan memilih pemasok terbaik untuk produk X menggunakan metode analytic hierarchy process (AHP) dan dibantu dengan perangkat lunak Expert Choice. Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian hasil studi Enyinda, Emeka, dan Janel tahun 2010, yaitu studi untuk pemilihan pemasok perusahaan manufaktur obat farmasi di Amerika Serikat. Berdasarkan bobotnya, kriteria Kualitas merupakan kriteria dengan prioritas tertinggi diikuti oleh kriteria Ketaatan pada Peraturan, Biaya, Manajemen Risiko, Pelayanan, Profil Pemasok, dan Green Purchasing. Pemasok yang dipilih untuk produk X adalah Pemasok D, karena mendapatkan bobot tertinggi berdasarkan prioritas kriteria pemilihan pemasok.

The objective of this research is to analyze the supplier selection criteria at PT. Kalbe Farma, Tbk. and select the best supplier for product X using analytic hierarchy process (AHP) method with the support of Expert Choice software. The model used in this research is a model from the research done by Enyinda, Emeka, and Janel on 2010 about supplier selection in a generic pharmaceutical firm in US. Based on the weight result, Quality is the criteria with the highest priority, followed by Regulatory Compliance, Cost, Risk Management, Service, Supplier Profile, and Green Purchasing successively. Vendor D is selected to be the best supplier for product X by obtaining the highest weight based on the priority of supplier selection criteria."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Abdullah Adiwijaya
"

Tanah longsor merupakan pergerakan material pembentuk lereng (tanah, batuan, dan campurannya) pada bidang longsor atau lereng yang bergerak secara cepat atau singkat dalam jumlah atau volume yang relatif besar. Selama 10 tahun terakhir telah terjadi lebih dari 125 kasus tanah longsor di Kabupaten Banyumas dan menghasilkan banyak kerugian dan korban. Pembuatan peta kerentanan tanah longsor menjadi salah satu solusi untuk dapat mengurangi kerugian akibat tanah longsor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan zona kerentanan tanah longsor di Kabupaten Banyumas menggunakan metode analysis hierarchy process (AHP) dan metode frequency ratio (FR). Penelitian ini dilakukan menggunakan data kejadian tanah longsor sebanyak 125 titik yang dibagi menjadi 2 set data yaitu training data (70%) dan testing data (30%). Pengolahan dan analisis untuk membuat peta kerentanan terhadap dua metode dilakukan menggunakan training data dengan acuan delapan parameter yang berpengaruh terhadap tanah longsor, yaitu kemiringan lereng, elevasi, arah lereng, litologi, curah hujan, penggunaan lahan, jarak terhadap sungai, dan jarak terhadap sesar. Hasil pengolahan data dan analisis menggunakan kedua metode adalah dua buah peta kerentanan tanah longsor yang masingmasingnya dibagi menjadi empat kelas kerentanan. Peta kerentanan juga divalidasi menggunakan training data (success rate) dan testing data (predictive rate) untuk mengetahui akurasi model yang dibuat. Hasil validasi menunjukkan kedua metode menghasilkan nilai AUC yang cukup baik dan dapat diterima, tetapi metode AHP memiliki nilai AUC yang lebih tinggi dari metode FR.


Landslides are the rapid or sudden movement of materials forming slopes (soil, rocks, and their mixtures) in large amounts or volumes. Over the past 10 years, there have been more than 200 cases of landslides in Banyumas Regency, resulting in significant losses and casualties. The creation of a landslide vulnerability map is one solution to reduce the damages caused by landslides. This study aims to determine the zone of landslide vulnerability in Banyumas Regency using the Analytic Hierarchy Process (AHP) and Frequency Ratio (FR) methods. The study utilizes data from 100 landslide incidents, divided into two sets: training data (70%) and testing data (30%). Processing and analysis to create vulnerability maps for both methods are carried out using the training data with reference to eight parameters influencing landslides: slope gradient, elevation, slope aspect, lithology, rainfall, land use, distance to rivers, distance to faults, and distance to roads. The processing and analysis results using both methods produce two landslide vulnerability maps, each divided into four vulnerability classes. The vulnerability maps are also validated using the training data (success rate) and testing data (predictive rate) to assess the accuracy of the models created. The validation results indicate different values for the success rate and predictive rate, where the frequency ratio method has a higher success rate, and the AHP method has a higher predictive rate.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bilal
"Pengambilan keputusan untuk pemilihan peralatan medis merupakan proses yang kompleks sehingga membutuhkan metode yang objektif. Metode Analitik hirarki Proses (AHP) merupakan salah satu metode yang digunakan clinical engineer, yang sesuai dengan acuan untuk menjalankan Health Technology Assesssment (HTA) dan Kajian analisis kebutuhan bagi rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan metode AHP dalam pemilihan mesin extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL) di Rumah Sakit X. Keberhasilan metode AHP ini dapat menjadi tolok ukur baru atau evidence base untuk metode pengambilan keputusan pemilihan peralatan medis di rumah sakit.

The decision for selecting medical equipment is a complex proses that needs a certain objective method. Analytic hierarchy process (AHP) is one of decision support system of clinical engineers which is appropriate in conducting Health Technology Assesssment ( HTA ) and needs analysis in hospital. This research is to apply the AHP method in selecting Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL) in X hospital. The successful application of this method can become a new parameter or evidence base in using decision support system in the hospital.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armin Darmawan
"Penelitian ini mengkaji sebuah model perancangan pengukuran risiko operasional yang menggunakan ANP sebagai alat dalam penentuan bobot kriteria risiko pada perusahaan pembiayaan konsumen. Identifikasi risiko operasional dengan menggunakan metode Risk Breakdown Structure (RBS) menunjukkan terdapat 21 kelompok risiko dengan 569 item risiko operasional dari 12 departemen yang ada pada operasional cabang PT ABC. Risiko-risiko tersebut kemudian ditransformasi dengan mengacu Basell II Committe dengan sevent event loss categorie dengan 21 kelompok risiko. Dengan responden expert, hasil ANP menunjukkan bahwa risiko kegagalan sistem dan gangguan bisnis merupakan kelompok risiko tertinggi dibanding kategori risiko lainnya. Model strategi penanganan mengadopsi model empat strategi penanganan risiko yaitu risk acceptance, risk avoidance, risk sharing/transfer, dan risk mitigation yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan serta tingkat frekuensi dan dampak yang ditimbulkan. Pola controlling dan monitoring diterapkan dua model strategi yaitu On Going Monitoring (Pemantauan Berkelanjutan) yang penanggung jawabnya melekat pada PIC operasional. Dan yang lain yaitu : Separate Monitoring (Pemantauan oleh Pihak Ketiga : Internal Audit atau External Audit) dalam tiga kelompok yaitu : Self Compliance/Assesment, Internal Audit dan External Audit.

This study examined a model of operational risk measurement design using ANP as a tool in determining the risk criteria weight on consumer finance companies. Identification of operational risk using the Risk Breakdown Structure (RBS) showed there were 21 risk group and 569 items of operational risk from the existing 12 departments at the operational branch of PT ABC. Risks are then transformed by referring Basell II Committee with sevent loss event categories with 21 groups of risk. With expert respondents, ANP results showed that the risk of system failure and business disruption is the highest risk group compared to other risk categories. Model management handling strategies adopted four model risk management handling strategies that is risk acceptance, risk avoidance, risk sharing / transfer, and risk mitigation tailored to the needs and conditions in the field and the level of frequency and impact. The pattern of controlling and monitoring strategies applied two models namely On Going Monitoring (Monitoring Sustainability) that the insurer responsibilities inherent in the PIC operation. And another is: Separate Monitoring (Monitoring by Third Party: Internal Audit or External Audit) in the three groups, namely: Self Compliance / Assessment, Internal Audit and External Audit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28738
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suhartono
"Hasil pemeliharaan korektif (perbaikan) alat kesehatan di RSUP Sanglah Denpasar mengalami penurunan yaitu tahun 2012 adalah 53% dan tahun 2013 adalah 49%. Sementara target Standar Pelayanan Minimal (SPM) RSUP Sanglah adalah 75%, dan target Kementerian Kesehatan RI adalah 100%. Kondisi ini merugikan pasien yang memerlukan pelayanan alat, dan rumah sakit dari sisi finansial. Penelitian ini bertujuan mencari faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil pemeliharaan ini, dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan teori sistem (input-proses-output). Hasil dan pembahasan penelitian menyimpulkan bahwa penyebab rendahnya hasil pemeliharaan korektif adalah kurang siapnya faktor-faktor perencanaan pemeliharaan, organisasi IPSRS, pelaksanaan pemeliharaan, dan pengendalian mutu pemeliharaan alat kesehatan. Saran ditujukan kepada manajemen RSUP Sanglah adalah perlunya penambahan minimal 7 orang dan pelatihan berkala terhadap teknisi dan operator; Pengendalian peredaran merek-merek dan alat-alat yang kurang berkualitas di rumah sakit; Penyederhanaan prosedur pengadaan barang/ jasa internal dan mempercepat proses pengadaan suku cadang; Pemanfaatan pihak ketiga untuk pemeliharaan alat-alat berteknologi tinggi, dan KSO alat kesehatan yang menguntungkan rumah sakit; Perencanaan yang berbasis kebutuhan aktual di lapangan; Pelaksanaan pemeliharaan preventif yang sesuai rekomendasi pabrik; serta peningkatan motivasi staf agar bekerja untuk mencapai target.

The result of medical equipment corrective maintenance (repair) in Sanglah General Hospital, Denpasar, year 2012 and 2013, were low (53% in 2012 and 49% in 2013), while target of Sanglah Hospital is 75%, and of Ministry of Health (MOH) standard is 100%. This condition will adverse to the pasien, and hospital because of financial loss. The study used qualitative and system approaches (input-process-output), and to find out the factors that affect those low result. The result concluded that the problem was caused by lack of technician and at least additional of 7 persons is needed. This study suggested to restrict the unqualified medical equipment at Sanglah Hospital, simplify and faster the spareparts procurement procedures, involve third party participation to maintain the advance medical equipment and joint operasional (KSO) of medical equipment, planning based on the actual target, implementation of maintenance based on manufacturer recommendation, and improve staff motivation to achieve the hospital target on quality improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>