Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200741 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martha Eventina Christi
"Usaha Laundry di Indonesia memiliki peluang pengembangan ekonomi yang tinggi. Namun, limbah cair laundry di Indonesia belum memiliki peraturan lingkungan yang baik terhadap pengusaha jasa laundry. Constructed wetland dapat digunakan sebagai pengolahan biologis limbah cair yang sustainable, memanfaatkan energi yang rendah, dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi untuk mengolah limbah cair laundry. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi kemampuan dan korelasi organic loading rate (OLR) terhadap efisiensi penyisihan serta konstanta tingkat penyisihan (R); tingkat penyisihan areal (kA), dan tingkat penyisihan volumetrik (kV) dalam laju degradasi chemical oxygen demand (COD) dan biochemical oxygen demand (BOD) pada horizontal sub-surface flow constructed wetlands dengan tanaman bambu air (Equisetum hyemale) dalam mengolah limbah cair laundry. Penelitian ini menggunakan horizontal constructed wetlands dan tipe aliran sub-surface flow (SSF) dengan media tanah, pasir, dan kerikil dimana reaktor 1 menggunakan 120 tanaman dan reaktor 2 menggunakan 200 tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E.hyemale menghasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD sebesar 86,04% dan BOD sebesar 88,10% sedangkan reaktor 2 menghasilkan rata-rata efisiensi penyisihan COD sebesar 88,22% dan BOD sebesar 90,30%. Organic loading rate yang diterima oleh reaktor 1 dan reaktor 2 HSSF CWs dengan tanaman E. hyemale tidak memiliki korelasi yang cukup signifikan terhadap efisiensi penyisihan COD dan BOD. Reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E.hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 923,10 gr/ /hari; kA 3,77 m/hari; dan kV 1,00/hari sedangkan reaktor 2 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 942,97 gr/ /hari; kA 4,20 m/hari; dan kV 1,12/hari dalam laju degradasi COD pada limbah cair laundry. Reaktor 1 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 247,04 gr/ /hari; kA 4,15 m/hari; dan kV 1,10 kV sedangkan reaktor 2 HSSF CW dengan tanaman E. hyemale menghasilkan nilai rata-rata R 251,20 gr/ /hari; kA 4,81 m/hari; dan 1,29/hari dalam laju degradasi BOD pada limbah cair laundry.

Laundry businesses in Indonesia have high economic development opportunities. However, laundry effluents in Indonesia do not have good environmental regulations for laundry businesses. A constructed wetland can be used as a sustainable biological treatment of wastewater, utilizes low energy, and does not require high costs to treat laundry liquid waste. This study aims to analyze and evaluate the ability and correlation of organic loading rate (OLR) on the removal efficiency as well as the removal rate constant (R); areal removal rate (kA), and volumetric removal rate (kV) in the degradation rate of chemical oxygen demand (COD) and biochemical oxygen demand (BOD) in horizontal sub-surface flow constructed wetlands with water bamboo plants (Equisetum hyemale) in laundry wastewater treatment. This study used horizontal constructed wetlands and sub-surface flow (SSF) with soil, sand, and gravel as media where reactor 1 used 120 plants and reactor 2 used 200 plants. The results showed that reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average COD removal efficiency of 86,04% and BOD of 88,10%. In comparison, reactor 2 produced an average COD removal efficiency of 88,22% and BOD of 90,30%. The organic loading rate (OLR) received by reactor 1 and reactor 2 HSSF CWs with E. hyemale plants do not significantly correlate with COD and BOD removal efficiency. Reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 923,10 gr/ /day; kA 3,77 m/day; and kV 1,00/day while reactor 2 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 942,97 gr/ /day; kA 4,20 m/day; and kV 1,12/day in the rate of COD degradation in laundry wastewater. Reactor 1 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 247,04 gr/ /day; kA 4,15 m/day; and kV 1,10 kV while reactor 2 HSSF CW with E. hyemale plants produced an average value of R 251,20 gr/day; kA 4,81 m/day; and 1,29/day in the rate of BOD degradation in laundry wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadaa Puspitasari
"Peningkatan jumlah penduduk di kota-kota besar seperti Bekasi berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan akan jasa, termasuk jasa pencucian pakaian (laundry). Industri laundry, meskipun memberikan kemudahan mampu menghasilkan limbah cair yang yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu solusi pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan efektif adalah penggunaan constructed wetland. Penelitian ini mengevaluasi kinerja constructed wetland dengan menggunakan tanaman Azolla microphylla dalam mengolah air limbah laundry. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengevaluasi karakteristik air limbah laundry yang berasal dari effluent Berkah Laundry pada free water surface constructed wetland dengan tanaman paku air (Azolla microphylla) pada biomassa, laju pertumbuhan relatif, dan kerapatan tanaman. (2) Menganalisis efisiensi penyisihan BOD5 dan COD pada free water surface constructed wetland dengan menggunakan tanaman paku air (Azolla microphylla). (3) Mengevaluasi kinetika laju penguraian dengan nilai-nilai konstanta tingkat penyisihan massa (r), tingkat penyisihan areal (kA), dan tingkat penyisihan volumetrik (kV) pada free water surface constructed wetland dengan tanaman paku air (Azolla microphylla). Metode penelitian yang digunakan yaitu uji eksperimental skala pilot. Penelitian ini menggunakan 2 (reaktor) yaitu dengan luas penutup tanaman Azolla microphylla 40% dan luas penutup tanaman Azolla microphylla 60%. Aklimatisasi tanaman dilakukan secara bertahap sampai kondisi tunak (steady state) selama 12 hari. Waktu tinggal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, dan 21 hari. Debit yang digunakan sebesar 45,79 m3 /hari. Karakteristik air limbah yang diolah memiliki konsentrasi BOD55 272,25 mg/L, dan COD 431,62 mg/L. Efisiensi penyisihan BOD55 pada luas penutup 40% sebesar 11,1%-17,0%, COD sebesar 14,5%-39,0% dan luas penutup 60% BOD55 sebesar 18,3%-31,8%, COD sebesar 22,3%-39,8%. Konstanta penyisihan massa (r) BOD5 pada luas penutup 40% dengan rata-rata 5720 gr/m2/hari, luas penutup 60% dengan ratarata 9618 gr/m2/hari, konstanta tingkat penyisihan areal (kA) pada luas penutup 40% sebesar 28,94 m2/hari dan luas penutup 60% sebesar 45,00 m2/hari, konstanta tingkat penyisihan volumetrik (kV) dengan luas penutup 40% sebesar 0,06/hari, dan luas penutup 60% sebesar 0,09/hari.

The increase in population in big cities like Bekasi is directly proportional to the increase in demand for services, including laundry services. The laundry industry, although providing convenience, can produce liquid waste that can pollute the environment if not managed properly. One environmentally friendly and effective waste treatment solution is the use of constructed wetland. This study evaluates the performance of constructed wetland using Azolla microphylla plants in treating laundry wastewater. The objectives of this study are (1) Evaluate the characteristics of laundry wastewater from Berkah Laundry effluent in free water surface constructed wetland with water fern (Azolla microphylla) on biomass, relative growth rate, and plant density. (2) Analyzing the removal efficiency of BOD5 and COD in free water surface constructed wetland using Azolla microphylla. (3) Evaluate the kinetics of decomposition rate with the values of mass removal rate constant (r), areal removal rate (kA), and volumetric removal rate (kV) in free water surface contructed wetland with Azolla microphylla. The research method used was a pilot scale experimental test. This study used 2 reactors, namely with a cover area of 40% Azolla microphylla plants and a cover area of 40% Azolla microphylla plants. Azolla microphylla plant cover area of 60%. Plant acclimatization was carried out gradually until steady state for 12 days. The residence times used in this study were 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, and 21 days. The discharge used was 45.79 m3/day. The characteristics of the treated wastewater have a concentration of BOD5 272.25 mg/L, and COD 431.62 mg/L. BOD5 removal efficiency at 40% cover area of 11.1%-17.0%, COD of 14.5%-39.0% and 60% cover area BOD55 of 18.3%-31.8%, COD of 22.3% - 39.8%. Mass removal constant (r) BOD5 at 40% cover area with an average of 5720 gr/m2/day, 60% cover area with an average of 9618 gr/m2/day, areal removal rate constant (kA) at 40% cover area of 28.94 m2/day, 40% cover area amounted to 28.94 m2/day and 60% cover area amounted to 45.00 m2/day, constant volumetric removal rate (kV) with 40% cover area of 0.06/day. 40% cover area was 0.06/day, and 60% cover area was 0.09/day"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Evasari
"ABSTRAK
Di Indonesia, pencemaran oleh air limbah domestik merupakan jumlah
pencemar terbesar (85%) yang masuk ke badan air. Beberapa tahun terakhir ini,
kualitas air sungai di Indonesia semakin mengalami penurunan, terutama setelah
melewati daerah pemukiman, industri, dan pertanian. Untuk mengantisipasi
potensi dampak tersebut, maka perlu upaya pengolahan limbah melalui berbagai
alternatif teknologi pengolahan limbah yang efektif dan efisien, salah satu
alternatifnya adalah menggunakan Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed
Wetlands). Berdasarkan morfologi dari tanaman Typha latifolia sangat cocok
untuk pengolahan dengan sistem Constructed Wetlands. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas dan kecepatan Typha latifolia dalam menyerap
polutan yang terdapat dalam limbah cair domestik dengan Sistem Lahan Basah
Buatan Tipe Aliran Bawah Permukaan. Penelitian dilaksanakan dengan pola
aliran menerus, dengan melakukan pengumpulan data sebanyak 19 kali dalam
kurun waktu 2 bulan untuk parameter BOD, COD, TSS, MBAS. Diukur pula pH,
DO, dan temperatur pada inlet dan outlet. Analisis data menggunakan analisis
regresi dengan software Microsoft Excel dan rumus persentase reduksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman Typha latifolia memiliki kinerja yang
cukup baik dalam mereduksi konsentrasi BOD, COD, TSS, dan MBAS dengan
sistem pengolahan tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh efektivitas tanaman
Typha latifolia dalam mereduksi BOD mencapai 96,2% dengan persamaan
reduksi y = -0,052 x2 + 4,677 x ? 14,16; COD mencapai 94% dengan persamaan
reduksi y = -0,037 x2 + 3,442 x + 10,91; TSS mencapai 91,5% dengan persamaan
reduksi y = -0,022 x2 + 2,193 x + 31,83; dan MBAS mencapai 70,6% dengan
persamaan reduksi y = -0,024 x2 ? 1,134 x + 38,73."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43666
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Hanifa Irliana
"ABSTRACT
Aktivitas manusia menghasilkan air limbah domestik yang mengandung berbagai jenis polutan, termasuk organik, padatan, dan nutrien. Tingginya konsentrasi polutan yang dibuang ke badan air dapat menurunkan kualitas air yang akan memberikan dampak-dampak lainnya. Lahan basah buatan Constructed Wetlands CW banyak digunakan sebagai alternatif pengolahan air limbah dan dapat dibedakan menurut sistem alirannya, diantaranya aliran sub-permukaan vertikal Vertical Sub-Surface Flow VSSF dan horizontal Horizontal Sub-Surface Flow HSSF. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan efisiensi penyisihan polutan dengan memanfaatkan keunggulan dari masing-masing sistem aliran. Penelitian ini menggunakan 1 reaktor hybrid CW kombinasi VSSF CW dan HSSF CW dan 1 reaktor HSSF CW aliran tunggal untuk dibandingkan efisiensi pengolahannya. Kedua reaktor diberi perlakuan sama dalam hal jenis media, tanaman, volume reaktor, serta waktu tinggal. Jenis media yang digunakan adalah pasir dan kerikil. Spesies tanaman yang digunakan adalah Canna indica. Waktu tinggal ditetapkan selama 1 hari. Parameter yang diuji adalah COD, TSS, amonia, deterjen MBAS, serta minyak dan lemak. Air limbah dialirkan ke masing-masing reaktor secara batch selama 10 hari. Untuk membandingkan efisiensi pengolahan kedua reaktor, dilakukan uji t-independen.Hasil penelitian menunjukkan bahwa HSSF CW menghasilkan efisiensi penyisihan COD sebesar 83,02, TSS sebesar 90,1, amonia sebesar 60,74, MBAS sebesar 89,14, dan minyak sebesar 32,21. Sementara itu, reaktor hybrid CW menghasilkan efisiensi penyisihan COD sebesar 84,91, TSS sebesar 91,24, amonia sebesar 84,8, MBAS sebesar 90,83 dan minyak sebesar 32,58. Parameter amonia, MBAS, dan minyak telah menunjukkan efluen yang memenuhi baku mutu lingkungan. Uji t-independen menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan hanya ditunjukkan pada penyisihan amonia, dimana hybrid CW lebih efisien daripada HSSF CW.

ABSTRACT
Human activities produce domestic wastewater containing various types of pollutants, including organic, solid, and nutrient. The high concentration of pollutants discharged into water bodies can degrade the quality of water that will lead to further impacts. Constructed Wetlands CW is widely used as an alternative to wastewater treatment and can be differentiated according to the flow system, such as Vertical Sub Surface Flow VSSF and Horizontal Sub Surface Flow HSSF. This research aimed to analyze the efficiency improvement of pollutant removal by utilizing the advantages of each flow system.This research used a hybrid CW reactor a combination of VSSF CW and HSSF CW and a single flow HSSF CW reactor to compare their removal efficiencies. Both reactors were treated equally in the type of media, the type and number of plants, the volume of the reactor, and the retention time. The types of media used are sand and gravel. The plant species used is Canna indica. Retention time is set for 1 day. The parameters tested were COD, TSS, ammonia, detergent MBAS, as well as oils and fats. Canteen wastewater was flowed in batch system for 10 days. To compare the removal efficiency of the two reactors, an independent t test was conducted. The results showed that HSSF CW resulted in COD removal efficiency of 83,02, TSS 90,1, ammonia 60,74, MBAS 89,14, and oil 32,21. Meanwhile, hybrid CW produced COD removal efficiency of 84,91, TSS 91,24 , ammonia 84,8, MBAS 90,83 and oil 32,58. The ammonia, MBAS, and oil parameters have shown that the effluent meets the environmental quality standard. The independent t test shows that significant differences are only shown in ammonia removal, where hybrid CW is more efficient than HSSF CW."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Campbell, Craig S.
New York: Wiley, 1999.
628.35 CAM c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Ediviani
"ABSTRAK
Anaerobic digestion AD yang mengolah limbah makanan merupakan metode waste-to-energy yang menghasilkan efluen cair. By-product tersebut dikenal sebagai digestat mengandung nutrien yang tinggi yang dapat didayagunakan oleh makrofit akuatik hias dalam system lahan basah buatan. Penelitian yang dilakukan mengevaluasi kapasitas pendayagunaan nutrien dari Canna indica, Iris pseudacorus, dan Typha latifolia dari digestat cair, sekaligus memperbaiki kualitas dari efluen cair AD. Lahan basah buatan yang ditanami T. latifolia mampu menyisihkan TSS dan COD secara efektif. C. indica menyisihkan N hingga 72 N sebagai penyisih N paling efisien, dan pendayaguna N terbesar. I. pseudacorus menyisihkan P hingga 98 dan memiliki kandungan TP dalam tanaman yang lebih tinggi dari T. latifolia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendayagunaan nutrient menggunakan system lahan basah buatan mampu memperbaiki kualitas efluen dalam waktu yang singkat, sekaligus menambah nilai estetika terhadap lingkungan.

ABSTRACT
Anaerobic digestion AD which treats food waste is a waste to energy method that produces liquid effluent. This by product, known as digestate, contains high nutrients that could be recovered using ornamental aquatic macrophytes in a constructed wetland system. This study investigates the capacity of nutrient recovery of Canna indica, Iris pseudacorus, and Typha latifolia from liquid digestate, together with improving the quality of AD effluent. Constructed wetland with T. latifolia effectively removed TSS and COD. C. indica removed up to 72 N as the highest N removal efficiency, and recovered most of N, even though it still needs longer detention time to meet the standard. I. pseudacorus removed up to 98 P yet the average TP level in the plant was only slightly above T. latifolia. The result shows that nutrient recovery using constructed wetland improves the effluent quality within short operation period, meanwhile, C. indica and I. pseudacorus as ornamental aquatic macrophytes also added the aesthetic value to the environment."
2017
T49010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Meiliasari
"Industri pencucian pakaian dan alat rumah tangga lainnya (laundry) merupakan salah satu usaha yang menjamur di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya kota Depok. Air limbah laundry yang dihasilkan akan merusak lingkungan jika dibuang ke badan air tanpa pengolahan khusus, sehingga diperlukan tindakan pencegahan pencemaran badan air melalui pengolahan air limbah dengan FBR menggunakan EM4 dan reaktan CaCl2 dengan media pasir silika. Pada penelitian ini, air limbah yang digunakan berasal dari air hasil cucian pada Laundry House Ajeng, Depok.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi penyisihan COD, BOD, dan fosfat pada air limbah laundry serta HRT optimumnya yang akan digunakan sebagai desain usulan di lapangan. Pada penelitian ini, FBR dioperasikan secara kontinyu dan air limbah dialirkan secara upflow dengan variasi HRT 1 hari dan 2 hari. Berdasarkan hasil penelitian, FBR mampu menurunkan konsentrasi COD, BOD, dan fosfat mencapai 87,18%; 85,22%; dan 71,17%, dengan HRT 2 hari.
Berdasarkan uji t-test yang dilakukan, variasi HRT 1 hari dan 2 hari mempengaruhi efisiensi penyisihan COD secara signifikan, namun tidak mempengaruhi efisiensi penyisihan BOD dan fosfat. Aplikasi di lapangan dengan debit eksisting 3 m3/hari membutuhkan unit FBR dengan diameter 0,75 meter dan tinggi total 4,75 meter.

Laundry Industry in Indonesia are increasing, especially in Depok. Laundry wastewater potentially damage the environment if discharged into the stream without any treatment, hence on-site wastewater treatment with Fluidized Bed Reactor (FBR) using EM4 and CaCl2 with silica sand media is needed to avoid water pollution. In this study, laundry wastewater sample comes from Laundry House Ajeng, Depok.
This study aims to determine removal efficiency COD, BOD, and phosphate concentration of laundry wastewater and optimum HRT to be used for unit design of FBR in the field. In this study, FBR operated continuously and streamed upflow with HRT variation 1 day and 2 days. Based on the result, FBR is able to decrease the concentration of BOD, COD, and phosphate reached 87,18%; 85,12%; and 71,17%, on 2 days HRT.
Based on t-test, the variation of HRT (1 day and 2 days) influence removal efficiency of COD significantly, but does not influence the removal efficiency of BOD and phosphate. Applications in the field with 3 m3/day wastewater flowrate requires FBR unit with 0,7 meter diameter and 4,4 meter total height.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S655667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam pembangunan konstruksi beton pada daerah rawa, dibutuhkan penelitian tentang rawa beserta kandungan-kandungan yang ada pada rawa tersebut, baik air rawa maupun lumpur rawa. Rawa yang dijadikan pada penelitian ini adalah rawa alami yang belum (tidak) tercemar, kemudian besar konsentrasi dari rawa alami tersebut diperbesar hingga 10x lipat terhadap senyawa SO42-, Cl-, dan NO3-. Senyawa ini disebut sebagai zat korosif karena sangat mempengaruhi kuat tekan (mutu) beton. Penelitian ini dititikberatkan pada lumpur rawa dan sampai berapa besar pengaruh lumpur rawa terhadap penurunan mutu beton. Kuat tekan (mutu) beton sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia dari material yang digunakan dan juga faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak mendukung dapat mengurangi mutu dari beton. Lingkungan yang tidak mendukung yaitu kadar pH yang rendah, banyaknya kandungan unsur klorida bebas, sulfat dan banyaknya zat organic. Tapah-tahap dalam melakukan penelitian ini dimulai dengan mencari rawa yang masih alami (belum tercemar) dengan menggunakan data dari BAPEDAL dan BAPEDALDA untuk mencari lokasi rawa tersebut dan pada akhirnya dipilih rawa Cengkareng, kawasan Pluit, Jakarta Utara. Kemudian mengambil sampel lumpur rawa untuk diperiksa kualitasnya. Beton yang diteliti adalah beton dengan mutu rendah (15 MPa), mutu sedang (35 MPa), dan mutu tinggi (50 MPa). Beton yang dibuat bukanlah beton standar, melainkan beton yang dicampur dengan lumpur rawa. Lumpur rawa di sini menggantikan posisi pasir sebesar 25% dari berat pasir yang dibutuhkan. Sampel beton yang sudah jadi akan direndam dengan 5 kondisi rendaman (proses curing), yaitu rendaman air tanah, lumpur rawa alami, lumpur rawa + H2SO4 10x, lumpur rawa + HCl 10x, lumpur rawa + NHO3. Kemudian akan diukur kuat tekan (mutu) beton yang dihasilkan dari masing-masing rendaman dan akan dibandingkan dengan kuat tekan beton standar. Setelah itu ada juga pengujian permeabilitas beton, XRF (X Ray Fluorescence, dan XRD (X Ray Diffraction). Hasil dari penelitian ini adalah dengan penambahan lumpur rawa pada campuran beton maka kuat tekan (mutu) beton menjadi berkurang. Besar penurunan kuat tekan yang terjadi untuk mutu rendah hingga hari ke-84 sebesar 18,7%, untuk mutu sedang sebesar 35%, dan untuk mutu tinggi sebesar 18%. Penambahan konsentrasi sebesar 10x pada lumpur rawa terhadap zat korosif pada beton mutu rendah mengakibatkan perubahan konsentrasi (nilai) dari lumpur rawa. Pencampuran zat korosif pada beton mutu rendah mengakibatkan penurunan mutu beton terhadap beton campur (+ lumpur rawa alami). Besar (%) penurunan kuat tekan (hingga hari ke-84) yang terjadi dengan penambahan lumpur rawa dengan zat korosif adalah : lumpur rawa + H2SO4 10 x sebesar 9%, lumpur rawa +HCl 10x sebesar 20,17%, dan untuk lumpur rawa + NHO3 10 x sebesar 16,9%. Berdasarkan penelitian ini, didapat hasil/kesimpulan bahwa untuk membangun konstruksi beton pada lumpur rawa disarankan menggunakan beton dengan mutu rendah."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Qisthi
"ABSTRAK
Hingga saat ini kasus pencemaran air limbah tailing akibat pertambangan emas rakyat di Pongkor, Jawa Barat masih termasuk dalam kategori yang cukup memprihatinkan. Tingginya kadar merkuri pada air limbah yang melebihi baku mutu lingkungan, membuat kebutuhan pengolahan air limbah tambang emas rakyat menjadi penting untuk dilaksanakan. Pada penelitian ini, metode constructed wetland dengan menggunakan tanaman Phragmites Australis digunakan untuk mengurangi kadar merkuri pada air limbah tersebut. Air limbah yang digunakan pada penelitian terdiri dari limbah asli tambang emas rakyat Pongkor dengan kadar 27 ppb dan limbah buatan dengan kadar 30 ppb, 60 ppb dan 90 ppb. Hasil penelitian menunjukkan tingkat efisiensi penurunan kadar merkuri yang dihasilkan adalah sebesar 99,8% pada air limbah buatan dengan kadar 60 ppb dan 90 ppb, serta sebesar 99,6% pada air limbah asli dan air limbah buatan kadar 30 ppb. Tingkat akumulasi Hg tertinggi ditemukan di bagian akar tanaman dengan konsentrasi merkuri total pada bagian akar, batang dan daun tanaman adalah sebesar 3,502 mg/kg, 5,102 mg/kg dan 12,066 mg/kg pada air limbah buatan kadar 30 ppb, 60 ppb dan 90 ppb.

ABSTRACT
Water contamination due to artisanal and small-scale gold mine activity at Pongkor, West Java is still in an alarming condition. The high level of mercury in gold mine tailing wastewater in Pongkor, West Java, has exceeded government regulations on the standard of wastewater quality. This has increased the need for the implementation of wastewater treatment. In this study, a constructed wetland method was applied to reduce the levels of mercury (Hg) in gold mine tailing with Phragmites Australis. Wastewater which was used in this study consisted of original gold mine tailing wastewater that was contaminated by mercury up to 27 ppb and artificial wastewater consisting of various doses of mercury in 30 ppb, 60 ppb and 90 ppb levels. The results showed that the efficiency levels of mercury after treatment reached 99.6% in both the original wastewater as well as 30 ppb wastewater of mercury, while the efficiency levels for wastewater of 60 ppb and 90 ppb levels of mercury reached 99.8%. This study also showed that the highest accumulation of mercury was found in the roots, with a total accumulation mercury in Phragmites Australis of 3.502 mg/kg, 5.102 mg/kg and 12.066 mg/kg in artificial wastewater at 30 ppb, 60 ppb and 90 ppb levels."
2015
S59521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aisyah Al Anbiya
"Sekitar 40-60% air bersih yang digunkan pada proses pengolahan minyak bumi menjadi limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis efisiensi dan kinetika penyisihan COD, fenol, sulfida, amonia limbah cair industri perminyakan pada pengolahan adsorpsi karbon aktif tempurung kelapa dan biofilter serabut kelapa. Air limbah berasal dari PT.Pertamina RU-III. Pada percobaan batch adsorpsi, didapatkan waktu kontak optimum 95 menit dengan dosis adsorben 40 g/l serta kinetika penyisihan COD dan fenol yakni kCOD=0,00696 g/mg.min dan kfenol=1,243 g/mg.min. Adsorpsi dapat menyisihkan COD 97-48%, fenol 100-56%, amonia 100-71%, sulfida 100-5,15% dalam waktu operasi 235 jam. Sementara itu, pengolahan biofilter dapat menyisihkan COD 52-87%%, fenol 45- 99%, amonia 100%, sulfida 100% dengan HLR 3,65 m3/m2.day. Hasil permodelan kinetika menunjukkan bahwa HLR berpengaruh pada pengolahan biofilter. Sedangkan pada penggabungan npengolahan adsorpsi-biofilter, biofilter tidak menunjukkan hasil optimum karena rentang optimal OLR biofilter yaitu 0,4-2,6 kg COD/m3.day.

Approximately 40%-60% of raw water is wasted into wastewater in oil refinery that can be hazardous to the environment. The purpose of this research was to analyze the efficiency and kinetic study of COD, phenol, sulfide, ammonia degradation in refinery wastewater by using coconuts shell activated carbon in adsorption unit and coconut fiber in biofilter unit. Wastewater sample was conducted from PT.Pertamina RU-III. By the end of research, the optimum condition of batch adsorption obtained which hit 95 minutes in contact time and 40 g/l in adsorption dose. Moreover, the kinetic of COD and phenol degradation consecutively sat on kCOD=0,00696 g/mg.min and kfenol=1,243 g/mg.min. Furthermore, column adsorption that operated for 235 hours removed 97%-48%of COD, 100%-56% of phenol, 100%-71% of ammonia, 100%-5,15% of sulfide. In addition, biofilter unit could eliminate 52-87% of COD, 45-99% of phenol, 100% of ammonia and sulfide by using 3,65 m3/m2.day as the HLR. Based on the kincetic model, HLR have influence in biofilter COD and phenol removal. However, in the combination of adsorption and biofilter process, the biofilter unit could not achieve the optimum outcome because the OLR not in the range of 4-2,6 kg COD/ m3.day.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>