Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38497 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radhinaldi Muhammad
"Pertamina meluncurkan BBM Bioetanol RON 95 sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan emisi karbon. Bioetanol, bahan bakar nabati ini, merupakan langkah maju untuk transisi energi yang lebih berkelanjutan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal operasi dan sizing kolom proses distilasi dan adsorpsi pada pemisahan bioetanol-air. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan simulasi menggunakan Unisim untuk proses distilasi dengan variabel keluaran distilasi yaitu 70%, 80%, 85%, dan 90%, dan Microsoft Excel untuk proses adsorpsi, di mana konsentrasi awal untuk bioetanol adalah sebesar 30% dan target spesifikasi produk bioetanol sebagai bahan bakar sebesar 99,5%. Pada penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan nilai konsentrasi optimal yang diperoleh pada proses distilasi dan proses adsorpsi menggunakan desikan/adsorben gel silika. Optimasi yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada analisis ekonomi (total annualized cost). Total annualized cost meliputi total investment cost dan total operating cost pada proses distilasi dan adsorpsi. Pada penelitian ini, diperoleh kondisi optimal untuk pemisahan bioetanol-air dengan proses distilasi-adsorpsi pada kemurnian etanol distilasi sebesar 85% dengan nilai total annualized cost sebesar $2,125,958.08,-.

Pertamina launched BBM Bioethanol RON 95 as an environmentally friendly alternative fuel to reduce dependence on fossil fuels and carbon emissions. Bioethanol, this biofuel, is a step forward for a more sustainable energy transition in Indonesia. This research aims to determine the optimal operating conditions and column sizing for the distillation and adsorption process in bioethanol-water separation. The method used in this research is simulation using Unisim for the distillation process with distillation output variables namely 70%, 80%, 85%, and 90%, and Microsoft Excel for the adsorption process, where the initial concentration for bioethanol is 30% v/v and the target specification for bioethanol products as fuel is 99.5% v/v. This research is expected to show the optimal concentration value that must be obtained in the distillation process and adsorption process using a desiccant/silica gel adsorbent. The optimization carried out in this research is based on economic analysis (total annualized cost). Total annualized costs include total investment costs and total operating costs in the distillation and adsorption processes. In this research, optimal conditions were obtained for the separation of bioethanol-water using the distillation-adsorption process at a purity of distilled ethanol of 85% with a total annualized cost of $2,125,958.08,-."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Yoandi
"Bio-oil hasil produksi dari ko-pirolisis biomassa tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin karena sifat-sifatnya yang asam, korosif dan tidak stabil. Pada penelitian ini, bio-oil fraksi non-oksigenat akan di-upgrade untuk menghasilkan diesel menggunakan metode hidrogenasi untuk mengeliminasi ikatan rangkap pada bio-oil untuk meningkatkan kestabilannya. Hidrogenasi bio-oil dilakukan secara semi-batch menggunakan gas-entrainment impelleryang me-resirkulasi gas hidrogen pada reaktor untuk meningkatkan kontak antara hidrogen, bio-oil dan katalis Ni/Al2O3serta menghemat kebutuhan hidrogen. Dengan begitu, transfer hidrogen ke bio-oil terjadi secara konvektif akibat perbedaan tekanan dan dibawa oleh aliran bio-oil. Hidrogenasi dilakukan pada suhu 184°C dengan kecepatan putar pengaduk 400 rpm. Penelitian ini mempelajari pengaruh dari tekanan pada reaksi hidrogenasi terhadap karakteristik biofuel yang dihasilkan. Tekanan hidrogenasi divariasikan pada nilai 4, 6, 8, dan 10 barg. Peningkatan tekanan menyebabkan peningkatan transfer massa hidrogen secara konvektif sehingga tingkat hidrogenasi juga meningkat. Ikatan rangkap pada biofuel pada tekanan 6 barg sudah hampir seluruhnya terhidrogenasi. Peningkatan tekanan lebih lanjut tidak akan menurunkan jumlah alkena secara signifikan dan akan mengurangi jumlah sikloalkana. Hidrogenasi bio-oil juga berakibat pada peningkatan branching index (BI), HHV dan viskositas kinematik. Peningkatan tekanan hidrogenasi meningkatkan branching index dari biofuel dan berada di rentang 0.78 sampai 0.98. Nilai ini jauh dari BI dari bahan bakar diesel komersial (0.40). Nilai HHV dari biofuel mendekati nilai HHV dari bahan bakar komersial. Peningkatan tekanan hidrogenasi sampai 6 barg akan menurunkan viskositas kinematik biofuel, dan peningkatan lebih lanjut akan meningkatkan viskositasnya. Pada tekanan hidrogenasi 6 barg, viskositas kinematik dari biofuelnya adalah 3.02 cSt.

Bio-oil produced from the co-pyrolysis of biomass cannot be used directly as an engine fuel due to its acidic, corrosive and unstable nature. In this research, non-oxygenate bio-oil will be upgraded to produce diesel using hydrogenation to eliminate double bonds which will stabilize the fuel. Hydrogenation is done by semi-batch using gas-entrainment impeller to recirculate hydrogen gas to improve contact of hydrogen, bio-oil, and Ni/Al2O3 catalyst, as well as reducing the hydrogen consumption. Hydrogenation is done at a temperature of 184°C with an impeller speed of 600 rpm. It allows the convection of hydrogen due to pressure difference and is brought by the flow of bio-oil. Hydrogenation is conducted at 184°C with a stirring speed of 400 rpm. This research studies the effect of pressure of the hydrogenation reaction on the biofuel characteristics. Pressure will be varied at 4, 6, 8, and 10 barg. Increase in pressure causes the increase of hydrogen transfer through convection and hence the hydrogenation degree also increases. Double bonds in biofuel are mostly eliminated at hydrogenation pressure of 6 barg. Further increase in pressure does not significantly decrease the double bonds and will decrease the cycloalkane. Hydrogenation of bio-oil also increases the branching index (BI), HHV and kinematic viscosity. Increase in hydrogenation pressure increases the branching index to 0.78 to 0.98, significantly higher than commercial diesel (0.40). The HHV values of the biofuel are similar to the commercial fuel. Increase in hydrogenation pressure up to 6 barg decreases the kinematic viscosity of biofuel, while further increase of pressure will increase its kinematic viscosity. At 6 barg hydrogenation pressure, the kinematic viscosity of biofuel is 3.02 cSt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mokhtar
"Bahan bakar nabati sebenarnya bukan bahan bakar yang baru, tetapi sudah sejak lama ditemukan dan digunakan. Namun perkembangan penggunaan bahan bakar nabati pada saat ini semakin gencar di kampanyekan karena melihat kondisi cadangan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Penggunaan bahan bakar nabati pada mesin diesel sebenarnya tidak diperlukan perubahan sehingga bisa langsung digunakan. Namun karena adanya sifat dari bahan bakar nabati yang bisa cepat merusak mesin maka perlu diadakan penelitian tentang pengaruh biodiesel jika digunakan mesin diesel untuk operasional.
Dari hasil pengujian bahan bakar solar dan BS50 serta solar dan B100 memperlihatkan adanya penurunan power pada penggunaan biodiesel. Dari hasil uji ketahanan 70 jam tidak ada penurunan power mesin. Hasil analisa deposit dengan FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi OH yang merupakan senyawa glicerol.

Biofuel actually is not a new fuel, but it has been discovered and used for a long time. But the development of the biofuels at this time more aggressively in the Campaign due to the condition of the fossil fuel reserves are dwindling. The application of biofuels in diesel engines is not require modification, so that it can be directly used. However, because of biofuels?s properties that can quickly affect the engine it is necessary to research on the effects of biodiesel when used for operating diesel engines.
From the test results between BS50 with diesel fuel and B100 with diesel fuel show a power decrease in engine with biodiesel. From the results of 70-hour endurance test no engine power reduction. FTIR analysis results indicate a deposit with OH functional groups which are compounds glicerol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Ivana Angelica
"Indonesia berencana meningkatkan kapasitas energi terbarukannya dengan bioetanol dapat berkontribusi sebagai campuran bahan bakar kendaraan. Bioetanol harus memiliki kemurnian 99,5mol/mol% yang tidak dapat dicapai dengan teknologi konvensional karena adanya titik azeotrop. Oleh karena itu, dibutuhkan kombinasi teknologi seperti distilasi-adsorpsi. Penelitian ini menganalisis optimisasi kondisi operasi dan sizing proses distilasi dan adsorpsi pada pemisahan bioetanol-air. Proses distilasi disimulasikan menggunakan Aspen HYSYS v14, sedangkan sizing kolom dan kondisi operasi adsorber dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel dengan data acuan proses adsorpsi adalah Pressure Swing Adsorption (PSA) dan desikan/adsorber zeolite sintetis 3A. Asumsi yang digunakan adalah masa pakai alat 10 tahun, masa ganti adsorben 2 tahun, dan interest rate 8% berdasarkan pada penelitian terdahulu (data sekunder). Komponen biaya adalah pembelian dan instalasi alat, serta pembelian adsorben sebagai Total Investment Cost (TIC), konsumsi listrik, steam, cooling water, dan penggantian adsorben sebagai Total Operational Cost (TOC), serta nilai Total Annual Cost (TAC) adalah TIC dikalikan dengan Capital Recovery Factor (CRF) ditambah TOC. Nilai TAC terkecil menjadi kondisi optimal, yang mana tercapai pada konsentrasi outlet kolom distilasi 85mol/mol%. Biaya TIC sebesar Rp37.731.845.143,27, TOC sebesar Rp73.315.142.410,87, dan TAC sebesar Rp78.938.300.000,17. Proses distilasi memerlukan energi sebesar 2,01 x 10^7 KJ/h (≈5580 kWh) dan PSA 2,0 x 10^5 KJ/h (≈55,5 kWh). Hasil penelitian ini dapat membantu industri dalam mengoptimalkan proses distilasi-adsorpsi untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.

Indonesia plans to increase its renewable energy capacity by bioethanol can be utilized as fossil fuel blend. Bioethanol must have a purity of 99.5mol/mol%, which cannot be achieved with conventional technology due to the presence of an azeotropic point. Therefore, a combination of technologies such as distillation and adsorption is required. This study analyzes the optimization of operating conditions and process sizing for distillation and adsorption in bioethanol-water separation. The distillation process is simulated using Aspen HYSYS v14, while the sizing of the column and adsorber conditions are manually calculated using Microsoft Excel with data from the PSA process and zeolite synthetic adsorber 3A. Assumptions used include an equipment lifespan of 10 years, adsorbent replacement every 2 years, and an interest rate of 8% based on previous research (secondary data). The components of the cost include the purchase and installation of equipment, as well as the purchase of adsorbents as Total Investment Cost (TIC), electricity consumption, steam, cooling water, and adsorbent replacement as Total Operational Cost (TOC), and the value of Total Annual Cost (TAC) is the product of TIC and Capital Recovery Factor (CRF) plus TOC. The optimal condition is achieved at a concentration of 85mol/mol% in the outlet column of the distillation process. The TIC is approximately Rp37.731.845.143,27, TOC is approximately Rp73.315.142.410,87, and TAC is approximately Rp78.938.300.000,17. The distillation process requires energy of 2.01 x 10^7 KJ/h (approximately 5580 kWh) and PSA 2.0 x 10^5 KJ/h (approximately 55.5 kWh). This study's results can help industries optimize the distillation-adsorption process to increase efficiency and reduce operational costs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fathurrahman
"Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan kebutuhan energi yang tinggi, mengalami peningkatan permintaan energi yang signifikan. Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas energi terbarunya guna memenuhi kebutuhan energi bersih global. Salah satu terobosan bioteknologi yang dapat diandalkan adalah penggunaan etanol, baik sebagai campuran atau bahkan sebagai energi alternatif untuk kendaraan dan transportasi. Sektor ini merupakan salah satu industri dengan konsumsi energi tertinggi yang terus berkembang pesat. Bioetanol, khususnya yang berasal dari biomassa seperti tumbuhan kaya selulosa, memiliki potensi untuk memberikan solusi dalam menciptakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Bioetanol dapat terdegradasi secara alami, mengurangi emisi gas buang, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, agar dapat digunakan sebagai campuran atau alternatif bahan bakar, bioetanol harus mencapai kemurnian 99,5% v/v, yang tidak dapat dicapai dengan teknologi konvensional seperti distilasi karena adanya titik azeotrop pada komposisi 95,63 wt% etanol. Kondisi ini menuntut pendekatan yang lebih kompleks, menggabungkan teknologi distilasi dan adsorpsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi kondisi operasional dan dimensi proses distilasi dan adsorpsi dalam pemisahan bioetanol-air. Karbon aktif dipilih sebagai desikan/adsorber dalam penelitian ini.

Indonesia, a nation with a sizable population and high energy consumption, is seeing a notable rise in energy demand. Indonesia is dedicated to meeting the world's clean energy demands by expanding its renewable energy capacity in order to tackle this problem. The use of ethanol, either alone or in combination, as a substitute energy source for cars and other forms of transportation, is one dependable biotechnological innovation. This sector is one of the highest energy-consuming industries that continues to grow rapidly. Bioethanol, especially those derived from biomass such as cellulose-rich plants, has the potential to provide solutions in creating environmentally friendly renewable energy. Bioethanol is naturally degradable, reduces exhaust emissions, and reduces dependence on fossil fuels. However, in order to be used as a fuel blend or alternative, bioethanol must reach a purity of 99.5% v/v, which cannot be achieved by conventional technologies such as distillation due to the azeotrope point at 95.63 wt% ethanol. This condition demands a more complex approach, combining distillation and adsorption technologies. This study aims to analyze the optimization of operational conditions and dimensions of distillation and adsorption processes in bioethanol-water separation. Activated carbon was selected as desiccant/adsorber in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atlanta Aribowo
"Keterbatasan bahan bakar minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber energi alternatif. Dan yang paling memungkinkan untuk Indonesia adalah energi bio-etanol yang dapat diperoleh dari tebu, gandum, umbi dan jagung. Tanaman tersebut dapat tumbuh subur karena iklim tropis indonesia, namun masih rendahnya teknologi dan belum diproduksinya secara masal membuat produk bio-etanol terkesan mahal. Oleh karenanya diperlukan teknologi sederhana yang dapat memproduksi etanol berkadar rendah (low grade ethanol) menjadi tinggi, yaitu dengan destilasi.
Dalam penelitian ini memanfaatkan hasil destilasi (distillate) alkohol berkadar rendah sebagai bahan bakar tambahan pada motor dinamis berbahan bakar bensin. Digunakan injeksi detilasi sebesar 10%, 20% dan 30% setelah kaburator sebelum ruang bakar, kemudian diukur prestasinya untuk dibandingkan dan dianalisa pengaruh yang terjadi.

The limited oil resource forces humans to seek for alternative energy sources. The most possible alternative for Indonesia is through the bio-ethanol energy from sugar canes, wheats, roots, and corns. Those plants are fertile to be grown in Indonesian tropical climate, however the low technology and absence of massal production make the high cost for bio-ethanol production. Therefore, it needs simple technology for producing the low grade ethanol into the high grade, such as by distillation.
This research uses the distillate of low grade alcohol as additional fuel on gasoline dinamic motor. It was used the distillate injection in the amount of 10%, 20% and 30% after the carburator before the combustion chamber, then the performance was measured to be compared and analyzed on the occuring affects.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1735
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Addarda Irsyad Usman
"Kebutuhan energi setiap tahunnya terus meningkat terutama pada kebutuhan bahan bakar minyak. Konsumsi bahan bakar minyak yang terus meningkat menyebabkan permasalahan seperti semakin tingginya emisi dan ketersediaan bahan bakar minyak yang terus menurun yang akan habis pada waktunya. Indonesia tidak dapat menaruh sepenuhnya kebutuhan akan bahan bakar kepada bahan bakar minyak. Oleh karena itu dikeluarkan Permen ESDM No.12/2015 mengenai pemanfaatan bahan bakar nabati yang dapat diproduksi melalui fermentasi bahan pangan. Proyeksi pemerintah akan peraturan ini adalah pencapaian sebesar 20% pada tahun 2025 terkhusus pada penggunaan bahan bakar nabati. Pemanfaatan bahan bakar nabati seperti bioetanol dapat digunakan sebagai blending agent yang ditambahkan pada bahan bakar minyak agar penggunaannya dapat menurun. Dengan komposisi pencampuran ini, dapat berdampak kepada pengurangan emisi lingkungan. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari dan mempelajari karakteristik dari pencampuran bahan bakar dengan bioetanol yang akan berdampak kepada pembakaran mesin. Bahan bakar minyak menggunakan bensin RON 88 karena ketersediaannya dan memiliki karakter terendah diantara variasi bensin di Indonesia. Bioetanol menggunakan fuel-grade bioetanol dengan konsentrasi sebesar 99,5%. Pencampuran dilakukan secara perbandingan volume menjadikan sifat konsentrasi yang dihasilkan adalah volumetrik. Subjek penelitian terbagi menjadi empat yaitu campuran bensin RON 88 dengan konsentrasi bioetanol 60% (E60), 70% (E70), 80% (E80), dan 90% (E90).
Penelitian karakteristik bahan bakar campuran menghasilkan peningkatan terhadap massa jenis, nilai research octane number (RON), dan kandungan oksigen. Namun, didapatkan penurunan terhadap temperatur distilasi dan tekanan pada reid-vapor pressure (RV). Standar yang digunakan pada penlitian ini adalah massa jenis (ASTM D 4052), distilasi (ASTM D 86), RVP (ASTM D 5191), RON (ASTM D 2699), dan kandungan oksigen (ASTM D 5845). Berdasarkan perubahan karakter bahan bakar sehingga diperlukannya modifikasi dari mesin agar dapat bekerja optimal dengan menggunakan bahan bakar campuran. Engine Control Modul (ECM) digunakan untuk memodifikasi pengaturan khususnya pada ignition timing dan injection duration. Dengan begitu, penelitian ini dapat melakukan pengaturan yang terbaik untuk menguji bahan bakar campuran agar mendapatkan hasil yang optimal yang akan dibandingkan dengan pengaturan awal dan bahan bakar bensin murni. Pengujian unjuk kerja mesin menggunakan AVL Engine Dynamometeruntuk mengetahui hasil torsi, daya dan specific fuel consumption (SFC) yang dihasilkan pada putaran mesin dengan kecepatan 3500, 5000, 6500, dan 8000 RPM. Keadaan throttle selama pengujian dalam kondisi wide open untuk menghasilkan performa maksimum. Pengujian emisi dilakukan menggnakan alat AVL Compact Diagnostic System. Alat tersebut akan mengetahui hasil emisi gas buang karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon dan nitrogen oksida yang dihasilkan selama pengujian.
Pengaruh pencampuran bensin dengan bioethanol menggunakan modifikasi pengaturan ECM menghasilkan kenaikkan daya dan torsi, serta SFC yang lebih baik. Berdasarkan penelitian, dihasilkan daya maksimum yang diperoleh bahan bakar E60 dengan pengaturan ignition timing 28obTDC dan injection duration -10% ms pengaturan awal. Torsi maksimum dihasilkan bahan bakar E60 dengan pengaturan ignition timing 30obTDC dan injection duration -10% ms. Specific fuel consumption minimum dihasilkan bahan bakar E90 dengan pengaturan ignition timing 30obTDC dan injection duration -10% ms. Kadar karbon dioksida maksimum dihasilkan bahan bakar E70 dengan pengaturan ignition timing 20obTDC dan injection duration baseline. Kadar karbon monoksida minimum dihasilkan bahan bakar E80 dengan pengaturan ignition timing 30obTDC dan injection duration -10% ms. Kadar hidrokarbon minimum dihasilkan bahan bakar E80 dengan pengaturan ignition timing 20obTDC dan injection duration baseline. Kadar nitrogen oksida maksimum dihasilkan bahan bakar E60 dengan pengaturan ignition timing 32obTDC dan injection duration -10% ms.

Energy needs is increasing every year especially the needs of gasoline fuel. This condition generates the emission increase problem and reducement of crude-oil reserve. Indonesia have to find the solution to handle the problem. Therefore, government issued Permen ESDM No.12/2015 regarding the use of biofuels. Utilization of biofuels such bioethanol used as blending agent that added to the gasoline. This solution potentially benefitted to reduce the use of gasoline fuel. This research conducted the performance and emission test to the fuel mixture of gasoline and bioethanol. Gasoline test subject used in this research was RON 88 gasoline because the availability in the market and the low characteristic behavior compared to other gasoline in Indonesia. Bioethanol test subject used fuel grade bioethanol with concentration of 99,5%. Mixing carried out volumetrically. The research subject divided into four that are RON 88 gasoline with bioethanol concentration of bioetanol 60% (E60), 70% (E70), 80% (E80), dan 90% (E90).
Chacteristic research to the fuel blends produced an increase to the density, value of research octane number (RON), and oxygenates content. However, there were decrease to the characteristic of distillation temperature, and reid-vapor pressure (RVP). Standardization used on this characteristic research were density (ASTM D 4052), distillation (ASTM D86), RVP (ASTM D 5191), RON (ASTM D 2699), and oxygenates content (ASTM D 5845). Based on characteristic transformation of the fuel blends required modification to the test engine to perform optimally. Engine Control Module (ECM) used to modificate the configuration especially ignition timing and injection duration. Therefore, this research conducted the best configuration so test the fuel blends can produce the optimal performance. The performance test used AVL Engine Dynamometer to find results of torque, power, and specific fuel consumption (SFC) produced at engine speed of 3500, 5000, 6500, and 8000 RPM. Throttle condition was wide open during the test to produce maximum performance. Emission test done using AVL Compact Diagnostic System to find the results of carbon dioxide, carbon monoxide, hydrocarbon, and nitrogen oxide.
The benefit of using bioethanol as blending agent to gasoline with the modification to the ECM produced an increase to torque, power and SFC. Based on this research, produced maximum power by E60 fuel blends with ignition timing configuration of 28obTDC and injection duration configuration of -10% ms from original. Maximum torque produced by E60 fuel blends with ignition timing configuration of 30obTDC and injection duration configuration of -10% ms. Minimum specific fuel consumption produced by E90 fuel blends with ignition timing configuration of 30obTDC dan injection duration configuration of -10% ms. Carbon dioxide percentage produced maximally by E70 fuel blends with ignition timing configuration of 20obTDC and injection duration baseline. Carbon monoxide percentage produced minimally by E80 fuel blends with ignition timing configuration of 30obTDC dan injection duration configuration of -10% ms. Hidrocarbon percentage produced minimally by E80 fuel blends with ignition timing configuration of 20obTDC and injection duration baseline. Nitrogen oxide percentage produced maximally by E60 fuel blends with ignition timing configuration of 32obTDC dan injection duration configuration of -10% ms.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ega Adi Surya
"ABSTRAK
Hingga saat ini, pemenuhan 97 kebutuhan energi berupa bahan bakar cair masih dipenuhi oleh minyak bumi. Biofuel generasi kedua, alternatif energi yang berasal dari biomassa lignoselulostik, diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif energi pengganti energi fosil. Penelitian ini menganalisis kelayakan investasi dari pabrik produksi enzim selulase dari tandan kosong sawit TKS sebagai bahan baku penunjang produksi bioetanol generasi kedua. Pabrik akan dibangun di daerah Cilegon, dengan masa usia proyek 15 tahun dan ditargetkan untuk mampu memenuhi 1 market share. Penelitian ini membandingkan tiga macam proses pra-perlakuan, yaitu basa, steam explosion, dan asam basa. Simulasi proses produksi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SuperPro Designer untuk memperoleh data neraca massa, energi, dan parameter keekonomian. Simulasi menunjukkan produksi enzim selulase dengan metode pra-perlakuan basa pada TKS sebagai alternatif terbaik dengan nilai konversi tertinggi sebesar 3 dan parameter profitabilitas berupa NPV, IRR, PBP, dan ROI sebesar USD 7.118.000, 14,61 , 4,84 tahun, dan 20,67 secara berurutan pada harga jual enzim sebesar USD 200/kg. Alternatif lain dengan metode pra-perlakuan steam explosion dan asam basa memiliki nilai konversi yang lebih rendah, yaitu 0,8 dan 2,1 secara berurutan, dengan nilai parameter profitabilitas negatif.

ABSTRACT
97 of world rsquo s liquid energy demand is fulfilled by petroleum, an unrenewable source of energy that deplete every year. Second generation biofuel, an alternative energy from lignocellulosic biomass, is one solution to reduce petroleum consumption. This study is aim to analyze investment feasibility of cellulase enzyme production using oil palm empty fruit bunches OPEFB as supporting materials to produce second generation bioetanol. The plant will be built in Cilegon with project lifetime of 15 years and targeted to fulfill 1 of Indonesia rsquo s cellulase rsquo s market share. This study compare three pretreatment process alkaline, steam explosion, and sequential acid alkaline. SuperPro Designer simulator is used to get the plant rsquo s mass and energy balance and economic parameter. This study show that cellulase production with alkaline pretreatment of OPEFB give the best conversion 3 with profitability parameter such as NPV, IRR, PBP, and ROI of USD 7,118,000 14.61 4.84 years and 20.67 respectively with enzyme selling price of USD 200 kg. The steam explosion and acid alkaline pretreatment give lower conversion 0.8 and 2.1 respectively and negative profitability values."
2017
S67760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>