Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109700 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savia Keisha Davina
"Minyak jelantah kelapa sawit Indonesia memiliki bilangan iodin yang rendah (50-55 g-I2/100g) jika dibandingkan dengan permintaan kualitas ekspor oleh Eropa (minimal 70 g-I2/100g). Minyak jelantah jika dibuang begitu saja dapat mencemari lingkungan dan jika dipakai berulang kali dapat memberikan dampak bagi kesehatan. Maka, salah satu solusi untuk minyak jelantah yang ada di Indonesia yaitu mengekspornya ke Eropa untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel. Dehidrogenasi oksidatif (ODH) merupakan salah satu metode alternatif dalam menghilangkan senyawa hidrogen pada minyak jelantah untuk dapat meningkatkan bilangan iodin dari minyak jelantah sehingga dapat memenuhi standar kualitas ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa dari karbon dioksida sebagai donor oksigen dan Ti/NiO sebagai katalis untuk meningkatkan bilangan iodin dengan mengurangi senyawa hidrogen pada minyak jelantah sehingga terbentuk ikatan rangkap. Variasi yang dilakukan adalah rasio loading katalis dan suhu reaksi. Untuk mengetahui jumlah bilangan iodin sebelum dan sesudah proses ODH, digunakan metode Wijs dengan standar ASTM D5554-15 dan uji FTIR untuk memvalidasi adanya peningkatan ikatan rangkap pada produk. Hasil penelitian menunjukkan bilangan iodin yang paling tinggi didapatkan dari hasil reaksi ODH dengan suhu reaksi 350oC dan rasio loading katalis Ti/NiO 2% dengan bilangan iodin sebesar 75 g-I2/100g.

Indonesian palm cooking oil has a low iodine value (50-55 g-I2/100g) compared to the export quality demand by Europe (at least 70 g-I2/100g). If used cooking oil is thrown away, it can pollute the environment and if used repeatedly, it can have an impact on health. So, one solution for used cooking oil in Indonesia is to export it to Europe to be used as raw material for biodiesel production. Oxidative dehydrogenation (ODH) is one of the alternative methods in removing hydrogen compounds in used cooking oil to increase the iodine number of used cooking oil so that it can meet export quality standards. This study aims to determine the performance of carbon dioxide as an oxygen donor and Ti/NiO as a catalyst to increase the iodine number by reducing hydrogen compounds in used cooking oil so that double bonds are formed. Variations made are catalyst loading ratio and reaction temperature. To determine the amount of iodine number before and after the ODH process, the Wijs method was used with ASTM D5554-15 standard and FTIR test to validate the increase of double bonds in the product. The results showed that the highest iodine number was obtained from the ODH reaction with a reaction temperature of 350oC and a Ti/NiO catalyst loading ratio of 2% with an iodine number of 75 g-I2/100g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julliana Isnuuntari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total biaya ekonomi produksi biodiesel minyak kelapa sawit. Biaya produksi dihitung dari tahap penanaman kelapa sawit di perkebunan, pengolahan menjadi minyak kelapa sawit dan pengolahannya menjadi biodiesel serta distribusi ke depo Pertamina. Pada tingkat perkebunan mengasumsikan luas lahan tanam 6.000 ha di Provinsi Riau. Total biaya ekonomi produksinya yaitu Rp 1.023/kg, dengan komponen biaya terbesar yaitu biaya tenaga kerja (41%) dan biaya material (27%). Biaya lingkungan dan biaya sosial yang merupakan eksternalitas negatif dari perkebunan sawit adalah Rp 169/kg (16%). Pada pabrik kelapa sawit dilakukan perhitungan pada 4 skala pabrik, dan total biaya produksi rata-rata terendah adalah skala 45 ton/jam, yaitu Rp 5.511/kg. Komponen biaya terbesarnya yaitu biaya proses (65%) dan biaya material (22%). Pada pabrik biodiesel dilakukan perhitungan pada 2 skala pabrik, dan biaya produksi rata-rata terendah adalah skala 300 ton per day yaitu Rp 9.721/kg. Secara total biaya ekonomi produksi biodiesel dari kelapa sawit mulai dari tahap penanaman sampai distribusi adalah Rp 9.971/kg, dengan komponen biaya terbesar yaitu biaya material (64%) dan biaya proses (30%). Perhitungan rinci komponen biaya produksi ini menghasilkan beberapa masukan bagi kebijakan efisiensi biaya produksi biodiesel guna meningkatkan ketahanan energi nasional melalui pemanfaatan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar fosil.

This study aims to calculate the total economic cost of biodiesel production from palm oil. The production cost is calculated from the plantation level, the conversion into oil palm, the conversion into biodiesel and finally the distribution of biodiesel to Pertamina?s depot. At the plantation level, the study assumes a planting area of 6.000 hectares in Riau Province, resulting in the cost of Rp 1.023/kg with the largest components being the cost of labor (41%) and materials (27%). Environment and social cost as negative externalities incurred by oil palm plantation is Rp 169/kg (16%). In the palm oil mill stage, calculation is done on 4 different mill sizes, and the lowest total average production cost is a mill with capacity of 45 ton/hour, Rp 5.511/kg; the largest cost being processing costs (65%), and materials cost (22%). In the biodiesel plant stage, calculation was done on 2 different plant sizes and the lowest total average production cost is a plant with capacity of 300 ton per day. In total, the economic cost of biodiesel production form palm oil from the planting and distribution stages is Rp 9.971/kg, with the largest cost being materials cost (64%) and processing cost (30%). The detailed calculation on production cost results in a list of policy recommendations to enhance the efficiency of biodiesel production in order to improve national energy security through the use of biodiesel as substitute for fossil fuels."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Adilah
"Kolom pancaran didesain dengan menggunakan nosel yang dapat mempercepat pencampuran ke arah reaksi. Tabbed nozzle mempunyai dua arah pancaran, ke arah tengah dan samping, sehingga gradien kecepatannya tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan konversi dan yield biodiesel pada rasio mol metanol/CPO yang lebih rendah pada reaksi katalitik.
Variabel penelitian ini yaitu rasio mol metanol/CPO (3,75:1, 4,5:1, 5,25:1, dan 6:1). Konversi CPO dan yield tertinggi dihasilkan tabbed nozzle pada rasio mol 6:1 dalam waktu reaksi 60 menit sebesar 87,82% dan 96,64 %. Pada circular nozzle menghasilkan yield sekitar 75,06% yang lebih kecil dari tabbed nozzle pada rasio mol 5,25:1, yaitu 88,43%.

Jet column designed using nozzle that can accelerate mixing towards reaction. Tabbed nozzle has two jet directions, toward the middle and sides, so that have high velocity gradients against surroundings. This study is to increase conversion and yield of biodiesel in lower mole ratio of methanol/CPO on catalytic reaction.
This study variables are mole ratio of methanol/CPO (3,75:1, 4,5:1, 5,25:1, and 6:1). The highest CPO conversion and yield produced by tabbed nozzle at 6:1 mole ratio (60 minutes reaction) was 87.82% and 96.64%. Yield in circular nozzle is 75.06% that is smaller than tabbed nozzle at mole ratio 5,25:1, which is 88.43%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatullah
"Kedepan kebuttuhan bahan bakar miinyak semakiin meniingkatt akan tetapi ketersediaan bahan bakar minyak semakin menipis. Selain masallah ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis, bahan bakar yang akan digunakan juga harus memperhatikan kualliittas lliingkungan dallam hall ini adallah pengurangan emisi gas buang. Salah satu solusi adalah bahan bakar biodiesel. Biodiesel dibuat dengan menggunakan procesor BDP-10FG-BV tipe batch dan pereaksi spirtus. Pembuatan meliputi pencampuran trgliserida, pereaksi ethanol spirtus dan katalis NaOH. Setelah proses itu terjadi, kemudian dilakukan proses pemisahan antara biodiesel dan gliserol dan tahap yang terakhir adalah pencucian untuk menghilangkan ethanol spirtus dari biodiesel. Prosessor yang digunakan mempunyai kelebihan yaitu kendali suhu dan fiber glass sehingga reaksi yang terjadi dapat dilihat dan diukur, kelemahannya adalah waktu proses yang lama. Hasil yang didapatkan cukup bagus, dapat dilihat dari uji spesifikasi hanya beberapa variabel yang tiidak sesuai. Dari hasil pengujian spesifikasi didapatkan bahwa biodiesel jagung dan sawit masih ada bagian yang tidak sesuai standard. Total gliserol biodiesel jagung memiliki kelebihan 0,,0835% dari standard, sedangkan biodiesel sawit memiliki kelebihan dalam viskositas dan total gliserol (kelebihan total gliserol 0,,0832% dan viskositas kelebihan 0,183 cSt) dan kurang dallam flash point (kurang 30 dari nilai standard 100). Sellain itu biodiesel sawit mempunyai titik tuang, titik kabut, viskositas, angka asam total, angka penyabunan, angka setana dan kandungan ester lebih tinggi dari pada biodiesel jagung, sedangkan biodiesel jagung mempunyai nilai lebih tinggii dalam massa jenis, titik nyala, jumlah gliserol bebas dan gliserol total.

In the future the demand of oil fuel will increase but the supply will decrease. Beside that problem, the oil fuel that we use shouldn?t destroyed the environment in this case is exhaust gas. One of the solution are biodiesel of corn oil and palm oil which produce by transesterification process. Biodiesel producted by batch procesor BDP-10FG-BV and alcohol spirtus ethanol and catalyst NaOH. There are three step/phase in producing biodiesel. First mixing trigeliceride, spirtus and NaOH. Then the second step is separating biodiesel from glycerol and the last step is washing biodiesel with water. The processor has a temperature controller and fiber glass so we can see and measure the reaction, but the processor has weakness it need long time to produce biodiesel. The result is good enough because there is only a few variable outside standard of biodiesel. The result from the test are first biodiesel of corn oil have surplus of total glyserol 0,0835%, the biodiesel of palm oil surplus total gliserol 0,,0835% and 0,183 cSt of viscosity and minus 30 point of Flash Point. The palm oil biodiesel have better point in viscosity, cloud point, pour point, total acid number, saponification number, cetane numebr and estter contentt. The corn biodiesel have better point in density, flash point, free glycerol and total glycerol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dani Supardan
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses produksi biodiesel dari minyak goreng bekas menggunakan peralatan kavitasi hidrodinamik. Proses produksi biodiesel dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama adalah proses esterifikasi menggunakan katalis asam yang bertujuan untuk menurunkan kandungan asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas. Pada tahap kedua dilakukan proses transesterifikasi menggunakan katalis basa untuk mengkonversi minyak menjadi biodiesel.
Hasil penelitian proses esterifikasi dengan perbandingan molar metanol terhadap minyak 5:1 dan temperatur 60°C menunjukkan bilangan asam awal minyak goreng bekas sebesar 3,9 mg KOH/g dapat diturunkan menjadi 1,81 mg KOH/g dalam waktu 120 menit. Pada proses transesterifikasi, rendemen biodiesel tertinggi sebesar 89,4% diperoleh pada waktu reaksi 150 menit dengan rasio molar metanol terhadap minyak 6:1. Analisis komponen biodiesel menggunakan kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) menunjukkan biodiesel terdiri dari 5 (lima) metil ester asam lemak dominan yaitu metil oleat, metil palmitat, metil linoleat, metil stearat dan metil miristat. Selain itu, beberapa parameter biodiesel yang diuji telah memenuhi persyaratan SNI No. 04-7182-2006.

The aim of this research was to study biodiesel production from low cost feedstock of waste cooking oil (WCO) using hydrodynamic cavitation apparatus. A two-step processes esterification process and transesterification process using hydrodynamic cavitation for the production of biodiesel from WCO is presented. The first step is acid-catalyzed esteri-fication process for reducing free fatty acid (FFA) content of WCO and followed by base-catalyzed transesterification process for converting WCO to biodiesel as the second step.
The result of esterification process with methanol to oil molar ratio of 5 and temperature of 60°C showed that the initial acid value of WCO of 3.9 mg KOH/g can be decreased to 1.81 mg KOH/g in 120 minutes. The highest yield of biodiesel in transesterification process of 89.4% obtained at reaction time of 150 minutes with methanol to oil molar ratio of 6. The biodiesel produced in the experiment was analyzed by gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS), which showed that it mainly contained five fatty acid methyl esters. In addition, the properties of biodiesel showed that all of the fuel properties met the Indonesian National Standard (INS) No. 04-7182-2006 for biodiesel.
"
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Yuli M.
"Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti solar yang memiliki sifat fisik yang serupa dengan solar. Sebagai bahan bakar biodiesel memiliki beberapa kelebihan, yaitu ramah terhadap lingkungan dan suatu bahan bakar yang dapat diperbaharui juga tidak diperlukan modifikasi mesin. Penelitian ini biodiesel yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar adalah hasil dari proses transesterifikasi dengan bahan dasar minyak jelantah dengan menggunakan mesin genset merk dong feng. Pengujian dilakukan di Test cell I BTMP-BPPT, Puspitek - Serpong, Tangerang dan PT. PSI (Prolab Sukses Industri).
Studi kali ini untuk mempeiajari perubahan pada sifat-sifat minyak pelumas yang menggunakan bahan solar dan biodiesel dari minyak jelantah, maka diadakan penelitian terhadap minyak pelumas tersebut dengan perlakukan yang sama. Studi mesin beroperasi, biodiesel tersebut akan mengkontaminasi minyak pelumas yang disebabkan sebagian molekul methyl ester yang disemprotkan ke dalam ruang bakar akan menempel pada silinder dan piston, kemudian turun karma gerak piston dan masuk ke bak engkol. Dikarenakan biodiesel yang digunakan terbuat dari bahan dasar 100 % minyak jelantah yang umumnya dari minyak sawit, rnaka biodiesel ini akan menimbulkan pengenceran terhadap minyak pelumas, namun tidak menyebabkan reaksi polimerisasi. Untuk melihat perubahan pada sifat-sifat minyak pelumas tersebut, maka diadakan penelitian terhadap minyak pelumas tersebut. Dan sebagai pembandingnya adalah minyak pelumas dari mesin dengan bahan bakar solar dengan jenis mesin diesel dan perlakukan yang sama.
Dari basil penelitian yang-dilakukan, maka di dapatkan bahwa pada mesin diesel dengan bahan bakar biodiesel yang dioperasikan selama 50 jam, terjadi pengenceran minyak petunias sebesar 3,5% dan kandungan soot sebanyak 10 abslcm. Dan kandungan logam yang terdapat pada minyak pelumas yaitu Al: 9 ppm, Cr: 11 ppm, Cu: 6 ppm, Fe: 151 ppm, Pt: 3 ppm, dan Si: 14 ppm. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan minyak pelumas dari mesin berbahan bakar solar. Hal ini memperlihatkan bahwa pemakaian bahan bakar biodiesel mempunyai pengaruh terhadap minyak pelumas dari mesin diesel dan menambah kemampuannya dalam pelumasan terhadap komponen-komponen mesin.

Bio-diesel is an alternative fuel for diesel, which has a physical similarity with diesel. As a fuel, bio-diesel has some advantages, which are environment friendly, a renewable fuel and not need an engine modification for using this type of fuel. This bio-diesel an alternative fuel of diesel research is the result from transesterifikasi process of used cooking oil using dong feng generator The test is done at Test cell 1 BTMP-BPPT, Puspitek-Serpong, Tangerang and PT. PSI (Prolab Sukses lndustri).
Purpose of study is to examine changes on lubricant characteristic that using diesel fuel and bio-diesel fuel that derive from used cooking oil.- Hence, there were researchs on that lubricant using same technique When the engine is operating, the bio-diesel will be contaminated the lubricant, which caused by part of methyl ester molecule that sprayed into combustion chamber, which adhered on the cylinder and piston, then move down because the piston movement and enter the crankshaft box. Since it using a bio-diesel fuel that derived from 100 % used cooking oil that made of palm oil, then this bio-diesel will be resulting watery on lubricant but not causing polymerizations reaction. There were some tests on the lubricant, which have to be done to see the changes on the lubricant characteristics As a comparison, the lubricant that taken out from the same type of diesel engine and applied the same test to it.
From the research result, gathered some evidence that on an diesel engine, which used bio-diesel and operates for 50 hours, that must be watery effect on the lubricant as big as 3.5 % and soot contained as much as 10 abs/cm. The metal content in the lubricant are Al: 9 ppm, Cr: 1 I ppm, Cu: 6 ppm, Fe: 151 ppm, Pt: 3 ppm, dan Si: I4 ppm. This result will be lower if compare to the lubricant from diesel engine. This research shows that the use of bio-diesel fuel has effect an lubricant of diesel engine, and adding the capability of lubrication machine part."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T17650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Republik Daudi Parthu
"Biodiesel dapat dihasilkan dengan bantuan biokatalis melalui reaksi enzimatik enzim lipase melalui rute non-alkohol atau reaksi interesterifikasi. Enzim lipase sebagai biokatalis dapat diaplikasikan tetapi enzim lipase merupakan enzim komersial dimana pemakaiannyadapat menaikan harga jual produk biodiesel. Oleh karena itu, diperlukan metode imobilisasi enzim lipase untuk memaksimalkan penggunaan enzim lipase.
Penelitian ini diarahkan pada optimalisasi metode imobilisasi enzim lipase terpilih yaitu metode entrapmentdan sintesis biodiesel. Metode entrapment menggunakan serbuk zeolit sebagai support dan NaF agen pengemulsi gel. Kondisi optimal imobilisasi didapatkan dari besarnya konsentrasi enzim termobilisasi pada support.
Pengukuran dilakukan dengan mengukur konsentrasi sisa enzim imobilisasi dengan metode Lowry dimana didapatkan rasio 3% enzim dalam support zeolit sebagai kondisi optimal dengan enzim loading 80%. Sintesis biodiesel rute non-alkohol dengan reaksi interesterifikasi antara minyak goreng yang merupakan minyak kelapa sawit dan metilasetat dengan perbandingan 1:12 dimanapada sistem batch diujikan dengan kondisi suhu 37°C, shaker150 rpm dan menggunakan biokatalis hasil imobilisasi dengan rasio massa enzim 3% berbanding massa supportmaka didapatkan 64,52% yield biodiesel dalam waktu 40 jam.
Pada sistem kontinyu reaksi dilakukan pada reaktor packed bedberukuran ID 11 mm dan panjang 150 mm. Kondisi operasi dilakukan dengan laju alir umpan 1mL/jam, suhu jaket 37°C, waktu tinggal 5 jam, dan kolom reaktor terisi 75% biokatalis dari volume total. Sistem kontinyu ini mampu menghasilkan %yield biodiesel sebesar 40,62% pada sampel jam ke-50.

Biodiesel can be produced with the help of biocatalyst lipase enzyme through an enzymatic reaction via the route of non-alcoholic or interesterification reaction. The enzyme lipase as a biocatalyst can be applied but enzyme lipase is commercial enzyme and use it can raise the selling price of biodiesel product. Therefore, lipase immobilization methods are needed to maximize enzyme lipase.
This study aimed at optimizing the lipase enzyme immobilization method was chosen the method of entrapment and synthesis of biodiesel. Entrapment method using zeolite powder as a support and NaF emulsifying agent gel. Optimal immobilization conditions obtained from the large concentration of enzyme immobilized on a support.
Measurements were made by measuring the residual concentration of enzyme immobilization by Lowry method which the ratio of 3% of enzyme obtained in support of zeolite as the optimal conditions with an enzyme loading of 80%. Biodiesel synthesis route of non-alcoholic interesterification performed on the reaction between vegetable oil which is palm oil and methyl acetate with a ratio of 1:12 which in batch system was tested with the conditions of 37° C, 150 rpm shaker and the results biocatalyst immobilization of enzymes with a ratio of 3% then 64.52% yield of biodiesel obtained within 40 hours.
In continuous systems the reaction carried out in packed bed reactor sized ID 11 mm and length 150 mm. Operating conditions performed with the feed flow rate 1mL/jam, jacket temperature of 37°C, residence time 5 hours, and a column reactor filled with 75% of the total volume biocatalyst. Continuous system is capable of producing 40.62% at sampling 50 hour.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1899
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farizan
"

Transesterifikasi adalah reaksi kimia yang digunakan untuk mengubah minyak hewani menjadi biodiesel yang dapat digunakan. Pada penelitian ini, bahan bakar biodiesel disintesis dari lemak sapi dalam reaktor menggunakan katalis CaO yang disintesis dari cangkang telur bebek. Katalis CaO berbasis limbah disintesis dari cangkang telur bebek melalui proses kalsinasi pada suhu 900 OC selama 2 jam. Transesterifikasi dilakukan pada suhu 55 OC pada 6 sampel dengan variasi penggunaan jumlah katalis (1.5 wt%, 6.5 wt%, dan 10 wt%) serta variasi katalis CaO komersial dan limbah. Katalis yang disintesis dari cangkang telur itik menghasilkan kadar Kalsium Oksida (CaO) sebesar 93.2%. Hasil pengujian sampel terbaik diperoleh untuk biodiesel dengan katalis 6.5% berbahan dasar limbah dan 10% katalis komersial. Untuk biodiesel dengan katalis berbasis limbah 6.5%, rendemen 90.75%, densitas 855.1 kg/m3, viskositas 5.73 mm2/cst, keasaman 1.69 mg-KOH/g, dan bilangan yodium 30.87 g-I2/100g. Untuk biodiesel dengan katalis berbasis limbah 10%, rendemen 90.81%, densitas 860.5 kg/m3, viskositas 6.52 mm2/cst, keasaman 2.03 mg-KOH/g, dan bilangan yodium 27.51 g-I2/100g. Angka keasaman standar tidak tercapai dimana maksimumnya adalah 0.5 mg-KOH/g.


Transesterification is a chemical reaction used to convert animal oils into usable biodiesel. In this study, biodiesel fuel was synthesized from beef tallow in a reactor using a CaO catalyst which also synthesized from duck eggshells. Waste-based CaO catalyst synthesized from duck eggshells through a calcination process at 900 OC for 2 hours. Transesterification carried out at a temperature of 55 OC on 6 samples with variations in the use of the amount of catalyst (1.5 wt%, 6.5 wt%, and 10 wt%) as well as variations of commercial and waste based CaO catalysts. The catalyst synthesized from duck eggshells obtained a yield of 93.2% amount of Calcium Oxide (CaO). The synthesized biodiesel also tested for its chemical and physical properties to fulfill the Indonesian National Standard (SNI). The best sample test results were obtained for biodiesel with 6.5% catalyst from waste-based and 10% catalyst from commercial. For biodiesel with 6.5% waste-based catalyst, 90.75% yield, 855.1 kg/m3 density, 5.73 mm2/cst viscosity, 1.69 mg-KOH/g acidity, and 30.87 g-I2/100g iodine number. For biodiesel with 10% waste-based catalyst, 90.81% yield, 860.5 kg/m3 density, 6.52 mm2/cst viscosity, 2.03 mg-KOH/g acidity, and 27.51 g-I2/100g iodine number. The standard acidity number is not reached where the maximum is 0.5 mg-KOH/g.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan bahan bakar
elternetif atau bahan bakar pengganti minyak bumi. Salah satu bahan bakar
elternatif yang dibuat dari minyak nabati adalah biodiesel. Sampai saat ini
biodiesel masih terus dikembangkan untuk dapat menggantikan minyak solar
sebagai bahan bakar mesin diesel. Dalam penelitien ini dicoba menggunakan
katalis padatan yaitu katalis y-AIQO3 yang diimpregnasi dengea KOH dan KQCO3
untuk mengkatalisis reaksi transesterifikasi minyak jarak dengan metanol. Untuk
tujuan ini maka dilakukan beberapa variasi antara lain variasi persen impregnasi
KOH pede y-AIQO3: 10%, 7%, 4% dan impregnasi dengan K2CO3 yang dilakukan
pada kondisi optimum KOH yaitu 10% den 7%. Reaksi katalisis heterogen ini
dilakukan secara batch pada temperatur 65°C dengan % katalis terhadap
minyak jarak yaitu 2%. Hasil %konversi maksimum minyak jarak sebesar
46,51 %. Kecilnya %konversi berhubungan dengan reaksi seponifikasi yang lebih
dominan."
Universitas Indonesia, 2007
S30437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Handriyanto
"Pada masa depan kebutuhan bahan bakar minyak akan semakin meningkat namun ketersediaan bahan bakar minyak yang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui akan semakin menipis. Selain masalah ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis, bahan bakar yang akan digunakan juga harus memperhatikan dampak terhadap lingkungan, dalam hal ini adalah pengurangan emisi gas buang. Untuk itulah perlu dicari bahan baker minyak yang terbarukan dan juga ramah lingkungan. Salah satu solusinya adalah bahan bakar biodiesel dari minyak kelapa yang dihasilkan dari tumbuhan melalui proses transesterifikasi. Biodiesel dibuat dengan proses batch dengan prosesor BDP-10FG-BV dengan methanol sebagai pereaksi dan NaOH sebagai katalis. Terdapat tiga langkah dalam pembuatan biodiesel. Pertama adalah pencampuran trigeliceride, methanol and NaOH. Kemudian yang kedua adalah memisahkan biodiesel dari gliserol, dan yang terakhir adalah pencucian biodiesel dengan menggunakan air murni. Prosesor BDP-10FG-BV cocok untuk produksi berskala kecil karena memiliki hasil yang berkualitas baik. Kelemahan dari proses ini adalah waktu produksi yang lama. Biodiesel yang telah dibuat perlu diuji untuk mengetahui apakah bias menggantikan solar. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian spesifikasi biodiesel dan pengujian prestasi mesin serta gas buang. Dalam pengujian prestasi mesin, biodiesel minyak kelapa dicampur dengan solar dengan komposisi 5% biodiesel 95% solar (BM-5), komposisi 10% biodiesel 90% solar (BM-10), komposisi 20% biodiesel 80% solar (BM-20). Dari hasil pengujian spesifikasi biodiesel, didapatkan bahwa biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol masih memiliki gliserol total yang tidak sesuai dengan standar syarat mutu biodiesel. Gliserol total pada biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol memiliki kelebihan 0,0489 [% - massa] dari standar. Sedangkan dari hasil pengujian prestasi mesin, dapat disimpulkan bahwa biodiesel minyak kelapa dengan pereaksi methanol memiliki nilai efisiensi thermal yang lebih baik dari biosolar dan juga memiliki opasitas yang lebih baik dari solar maupun biosolar. Campuran biodiesel yang terbaik adalah BM-10 untuk efisiensi thermal pada bukaan throttle tetap dan BM-20 pada putaran tetap. Sedangkan untuk opasitas campuran biodiesel yang terbaik adalah BM-5 pada bukaan throttle tetap dan BM-20 pada putaran tetap.

In the future the demand of oil fuel will increase, but because oil fuel is a non renewable energy the supply will decrease. Beside that problem, oil fuel that we used must be care with environment, in this case is reducing of exhaust gas. For that reason, we must search for the oil fuel which made from renewable energy and care with environment. One of the solutions is biodiesel of coconut oil which produce by transesterification process. Biodiesel produced by batch processor BDP-10FG-BV with methanol and catalyst NaOH. There are three step in producing biodiesel. First mixing trigeliceride, methanol and NaOH. Then the second step is separating biodiesel from glycerol and the last step is washing biodiesel with pure water. Processor BDP-10FG-BV suitable for small scale production because have a good quality result. The weakness is the process need a lot of time. Biodiesel that we made have to be tested to compare with diesel fuel. There are two kind of tested, biodiesel specification test and engine perform and opacity test. In engine perform and opacity test, biodiesel from coconut oil are blended with diesel fuel. The percentage of blending are 5% biodiesel and 95% diesel fuel (BM-5), 10% biodiesel and 90% diesel fuel (BM-10), 20% biodiesel and 80% diesel fuel (BM-20). From the biodiesel specification test result, we got that coconut biodiesel with methanol still had unsuitable total glycerol value from biodiesel standardization. Total glycerol from coconut biodiesel with methanol have 0,0489 [% - mass] surplus than standard. From engine perform and opacity test we got that coconut biodiesel with methanol had better thermal efficiency than biodiesel fuel (biosolar) and had better opacity than biodiesel fuel (biosolar) and diesel fuel (solar). The best blending are BM-10 for thermal efficiency at constant throttle opened and BM-20 at constant rpm. For opacity, the best blending are BM-5 at constant throttle openedand BM-20 at constant rpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>