Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutiara Sholihatin
"Program Keluarga Harapan (PKH) bertujuan mengentaskan kemiskinan, dan keberhasilannya diukur melalui jumlah graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Sejak tahun 2007, jumlah graduasi KPM fluktuatif dan sering tidak mencapai target tahunan, sehingga peran pendamping sosial yang efektif sangat penting untuk mempercepat graduasi, terutama graduasi mandiri saat KPM PKH sudah berdaya dan memilih keluar dari program. Pendampingan PKH menghadapi berbagai masalah, seperti penilaian sosial ekonomi yang belum sepenuhnya terealisasi dan subjektivitas dalam pengambilan keputusan graduasi sehingga tidak tepat sasaran. Selain itu, sering terjadi penyalahgunaan etika, seperti pendamping yang memegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) milik KPM karena 'gagap teknologi' dan minimnya pengetahuan KPM, yang dapat menimbulkan risiko pungutan liar dan risiko lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan masih belum menerapkan hal-hal yang dapat mendorong keberdayaan dan kemandirian KPM PKH. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur strength perspective serta faktor pendorong dan penghambat dalam proses pendampingan sosial PKH dalam upaya mendorong graduasi sejahtera mandiri KPM PKH. Metode penulisan ini menggunakan literatur review dengan menghimpun penelitian-penelitian mengenai pendampingan dan graduasi PKH yang dipublikasi pada tahun 2018-2023. Pemilihan lima literatur sebagai bahan rujukan utama berdasarkan kriteria rangkaian hasil penelitian tersedia secara utuh, minimal membahas dua dari ketiga konsep PKH, pendampingan PKH, atau graduasi KPM PKH, memiliki perbedaan metode dan lokus penelitian, serta memiliki pembahasan yang dapat menjawab pertanyaan penulisan dalam studi ini. Dengan menggunakan pendekatan context review, penulis meninjau literatur utama yang membahas proses pendampingan PKH dalam upaya mendorong graduasi mandiri dan mengaitkannya dengan konteks strength perpsective untuk mendeskripsikan bagaimana proses pendampingan PKH jika menerapkan perspektif tersebut. Hasil tinjauan proses pendampingan menunjukkan adanya unsur strength perspective, yang melihat KPM PKH mampu belajar, bertumbuh, dan berubah menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Partisipasi aktif dari KPM PKH sangat diharapkan, dengan strategi kolaborasi dan kemitraan antara pendamping, KPM, serta pihak luar untuk mencapai tujuan pendampingan. Faktor pendorong dipengaruhi oleh kompetensi pendamping, partisipasi KPM, serta dukungan institusional dan kebijakan pemerintah, yang membantu KPM PKH mencapai graduasi mandiri. Faktor penghambat berasal dari ketidakstabilan ekonomi dan sosial, rendahnya kepercayaan diri KPM, minimnya akses ke pendidikan dan peluang kerja, ketidakseimbangan rasio pendamping dan KPM, beban kerja pendamping yang tinggi, proses validasi data yang tidak sesuai, kurangnya sumber daya, serta ketidakcocokan jadwal pendampingan dengan jam kerja KPM.

The Family Hope Program (PKH) aims to alleviate poverty, and its success is measured by the number of beneficiary family graduations. Since 2007, the number of KPM graduations has fluctuated and often does not reach the annual target, so the role of effective social assistants is very important to accelerate graduation, especially independent graduation when KPM PKH is empowered and chooses to leave the program. PKH mentoring faces various problems, such as socio-economic assessments that have not been fully realized and subjectivity in making graduation decisions so that they are not on target. In addition, ethical abuses often occur, such as assistants holding KPM's Prosperous Family Card (KKS) due to 'technology stuttering' and KPM's lack of knowledge, which can lead to the risk of illegal levies and other risks. This shows that the mentoring has not yet implemented things that can encourage the empowerment and independence of KPM PKH. This study aims to identify the elements of strength perspective as well as the driving and inhibiting factors in the PKH social assistance process in an effort to encourage independent prosperous graduation of KPM PKH. This writing method uses a literature review by collecting research on PKH assistance and graduation published in 2018-2023. The selection of five literatures as the main reference material is based on the criteria that the series of research results are available in full, at least discuss two of the three concepts of PKH, PKH assistance, or KPM PKH graduation, have differences in research methods and locus, and have discussions that can answer the writing questions in this study. Using a context review approach, the author reviews the main literature that discusses the PKH mentoring process in an effort to encourage independent graduation and relates it to the context strength perspective to describe how the PKH mentoring process would look if it applied this perspective. The review of the mentoring process shows an element of strength perspective, which sees KPM PKH able to learn, grow, and change into a more prosperous family. Active participation from KPM PKH is expected, with collaboration and partnership strategies between facilitators, KPM, and external parties to achieve mentoring goals. The driving factors are influenced by facilitators' competence, KPM participation, as well as institutional support and government policies, which help KPM PKH achieve independent graduation. The inhibiting factors stem from economic and social instability, low KPM self-confidence, lack of access to education and employment opportunities, imbalance in the ratio of facilitators to KPM, high facilitator workload, inappropriate data validation process, lack of resources, and incompatibility of the facilitation schedule with KPM working hours."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Sholihatin
"Program Keluarga Harapan (PKH) bertujuan mengentaskan kemiskinan, dan keberhasilannya diukur melalui jumlah graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Sejak tahun 2007, jumlah graduasi KPM fluktuatif dan sering tidak mencapai target tahunan, sehingga peran pendamping sosial yang efektif sangat penting untuk mempercepat graduasi, terutama graduasi mandiri saat KPM PKH sudah berdaya dan memilih keluar dari program. Pendampingan PKH menghadapi berbagai masalah, seperti penilaian sosial ekonomi yang belum sepenuhnya terealisasi dan subjektivitas dalam pengambilan keputusan graduasi sehingga tidak tepat sasaran. Selain itu, sering terjadi penyalahgunaan etika, seperti pendamping yang memegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) milik KPM karena 'gagap teknologi' dan minimnya pengetahuan KPM, yang dapat menimbulkan risiko pungutan liar dan risiko lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan masih belum menerapkan hal-hal yang dapat mendorong keberdayaan dan kemandirian KPM PKH. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur strength perspective serta faktor pendorong dan penghambat dalam proses pendampingan sosial PKH dalam upaya mendorong graduasi sejahtera mandiri KPM PKH. Metode penulisan ini menggunakan literatur review dengan menghimpun penelitian-penelitian mengenai pendampingan dan graduasi PKH yang dipublikasi pada tahun 2018-2023. Pemilihan lima literatur sebagai bahan rujukan utama berdasarkan kriteria rangkaian hasil penelitian tersedia secara utuh, minimal membahas dua dari ketiga konsep PKH, pendampingan PKH, atau graduasi KPM PKH, memiliki perbedaan metode dan lokus penelitian, serta memiliki pembahasan yang dapat menjawab pertanyaan penulisan dalam studi ini. Dengan menggunakan pendekatan context review, penulis meninjau literatur utama yang membahas proses pendampingan PKH dalam upaya mendorong graduasi mandiri dan mengaitkannya dengan konteks strength perpsective untuk mendeskripsikan bagaimana proses pendampingan PKH jika menerapkan perspektif tersebut. Hasil tinjauan proses pendampingan menunjukkan adanya unsur strength perspective, yang melihat KPM PKH mampu belajar, bertumbuh, dan berubah menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Partisipasi aktif dari KPM PKH sangat diharapkan, dengan strategi kolaborasi dan kemitraan antara pendamping, KPM, serta pihak luar untuk mencapai tujuan pendampingan. Faktor pendorong dipengaruhi oleh kompetensi pendamping, partisipasi KPM, serta dukungan institusional dan kebijakan pemerintah, yang membantu KPM PKH mencapai graduasi mandiri. Faktor penghambat berasal dari ketidakstabilan ekonomi dan sosial, rendahnya kepercayaan diri KPM, minimnya akses ke pendidikan dan peluang kerja, ketidakseimbangan rasio pendamping dan KPM, beban kerja pendamping yang tinggi, proses validasi data yang tidak sesuai, kurangnya sumber daya, serta ketidakcocokan jadwal pendampingan dengan jam kerja KPM.

The Family Hope Program (PKH) aims to alleviate poverty, and its success is measured by the number of beneficiary family graduations. Since 2007, the number of KPM graduations has fluctuated and often does not reach the annual target, so the role of effective social assistants is very important to accelerate graduation, especially independent graduation when KPM PKH is empowered and chooses to leave the program. PKH mentoring faces various problems, such as socio-economic assessments that have not been fully realized and subjectivity in making graduation decisions so that they are not on target. In addition, ethical abuses often occur, such as assistants holding KPM's Prosperous Family Card (KKS) due to 'technology stuttering' and KPM's lack of knowledge, which can lead to the risk of illegal levies and other risks. This shows that the mentoring has not yet implemented things that can encourage the empowerment and independence of KPM PKH. This study aims to identify the elements of strength perspective as well as the driving and inhibiting factors in the PKH social assistance process in an effort to encourage independent prosperous graduation of KPM PKH. This writing method uses a literature review by collecting research on PKH assistance and graduation published in 2018-2023. The selection of five literatures as the main reference material is based on the criteria that the series of research results are available in full, at least discuss two of the three concepts of PKH, PKH assistance, or KPM PKH graduation, have differences in research methods and locus, and have discussions that can answer the writing questions in this study. Using a context review approach, the author reviews the main literature that discusses the PKH mentoring process in an effort to encourage independent graduation and relates it to the context strength perspective to describe how the PKH mentoring process would look if it applied this perspective. The review of the mentoring process shows an element of strength perspective, which sees KPM PKH able to learn, grow, and change into a more prosperous family. Active participation from KPM PKH is expected, with collaboration and partnership strategies between facilitators, KPM, and external parties to achieve mentoring goals. The driving factors are influenced by facilitators' competence, KPM participation, as well as institutional support and government policies, which help KPM PKH achieve independent graduation. The inhibiting factors stem from economic and social instability, low KPM self-confidence, lack of access to education and employment opportunities, imbalance in the ratio of facilitators to KPM, high facilitator workload, inappropriate data validation process, lack of resources, and incompatibility of the facilitation schedule with KPM working hours."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Argo Twikromo
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Press, 1999
305.569 ARG g (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Ayu Shafira
"Program Keluarga Harapan (PKH) memegang peran besar sebagai episentrum program penanganan kemiskinan di Indonesia yang sudah terbukti memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek seperti ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Pencapaian target graduasi sejahtera mandiri disebut menjadi salah satu indikator untuk mengetahui peningkatan taraf hidup peserta PKH. Individual empowerment menjadi salah satu cara pandang untuk dapat memahami tercapainya pengentasan kemiskinan yang sejalan dengan tujuan utama PKH untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif dan dilakukan menggunakan metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam kepada 17 informan dari kategori penerima manfaat, pendamping program, serta pejabat lingkungan sekitar, Focus Group Discussion (FGD) bersama 10 penerima manfaat, observasi, serta studi dokumentasi terhadap Keluarga Penerima Manfaat PKH yang melakukan graduasi sejahtera mandiri di Kota Depok sebagai daerah dengan tingkat kemiskinan terendah di Jawa Barat dan lebih spesifik di Kecamatan Limo dengan pencapaian pelaksana graduasi sejahtera mandiri terbanyak pada masa pandemi. Hasil temuan lapangan menggambarkan beberapa karakteristik khusus terkait keberdayaan individu yang melekat pada para KPM PKH sehingga dapat menciptakan keputusan untuk mengundurkan diri dari kepesertaan melalui graduasi sejahtera mandiri. Selain itu ditemukan juga faktor pendukung serta kendala yang dialami KPM PKH dalam proses pelaksanaan graduasi sehingga dapat diperoleh gambaran lebih jauh kondisi individual empowerment KPM PKH di Kota Depok khususnya Kecamatan Limo.

The Program Keluarga Harapan (PKH) plays a significant role as the epicenter of poverty alleviation programs in Indonesia, which has proven to impact various aspects such as the economy, health, and education. The achievement of the independent graduation target is said to be one of the indicators to determine the improvement in the standard of living of PKH participants. Individual empowerment is one of the perspectives to understand the achievement of poverty alleviation, which is in line with the primary goal of PKH to reduce poverty in Indonesia. This research is a qualitative descriptive type and carried out using data collection methods by conducting in depth interviews with 17 informants from several categories which are beneficiaries, program assistant, and stakeholders, Focus Group Discussion (FGD) with 10 beneficiaries, observations, and documentation studies of PKH Beneficiary Families who graduated from Independent Prosperity in Depok City as the area with the lowest poverty rate in West Java and more specifically in Limo District- the highest achievement of independent graduates during the pandemic. The field findings describe several unique characteristics of the individual empowerment inherent in KPM PKH to decide to withdraw from participation through independent graduation. Besides, this research acknowledges the supporting factors and obstacles experienced by KPM PKH in the graduation process to describe the further condition of individual empowerment of KPM PKH in Depok City, especially Limo District."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Amik Bahrul Ulum
"Evaluasi ini dilakukan untuk menilai kemampuan Yayasan Madani Berkelanjutan dalam melakukan riset disektor kelapa sawit. Yayasan Madani sebagai sebuah lembaga swadaya masyarakat yang fokus terhadap isu tata kelola hutan dan lahan, memiliki berbagai program untuk memengaruhi kebijakan pemerintah. Akan tetapi, dalam program-programnya Yayasan Madani cenderung hanya menggunakan data-data skunder ditingkat daerah dan nasional, sedangkan sejatinya dalam pembuatan kebijakan juga membutuhkan data ditingkat masyarakat agar kebijakan yang disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam tulisan ini, penulis menawarkan sebuah kerangka yang dapat digunakan untuk melakukan riset guna mendapatkan data dilevel masyarakat. Evaluasi ini menggunakan analisis strength, weakness, opportunity, dan threat serta dalam pengumpulan datanya menggunakan metode observasi yang diengkapi dan dipertajam dengan metode wawancara terhadap 3 informan. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa Yayasan Madani kurang mampu untuk mengimplementasikan kerangka yang ditawarkan. Dari segi sumber daya manusia, anggota Yayasan Madani terbatas dalam bidang penelitian lapangan, dari segi penggunaan jenis data sejauh ini Yayasan Madani cenderung hanya menggunakan data-data angka ditingkat daerah dan nasional, dan dari segi anggaran juga Yayasan Madani tidak mengalokasikan anggaran untuk keperluan penelitian lapangan. Dengan demikian, penulis merekomendasikan Yayasan Madani untuk dapat mengkombinaskan penggunaan data angka dan data narasi dalam program, hal ini bertujuan agar alternatif kebijakan yang diberikan ke pemerintah daerah lebih detail dan sesuai fakta dilapangan. Penulis juga merekomendasikan agar memberikan pembakalan kepada para anggota untuk mendukung penggunaan data yang lebih variatif dalam program.

This evaluation conducted to assess the ability of the Madani Foundation to researching the palm oil sector. Madani Foundation is a non-governmental organization that focuses on issues of forest and land governance. Have various programs to influence government policy. However, in its programs, the Madani Foundation only uses secondary data at the regional and national levels, while in policymaking it also requires data at the society level so that the policies formulated are by community needs. In this paper, the authors offer a framework that can use for research to obtain data at the society level. This evaluation uses the analysis of strengths, weaknesses, opportunities, and threats. The Data collected by using the observation method that is complemented and sharpened by the interview method of 3 informants. Based on the evaluation that has done, known the Madani Foundation is less able to implement the framework that offered. In terms of human resources, members of the Madani Foundation are limited in the field of field research, in terms of the use of data types so far the Madani Foundation tends only use numerical data at the regional and national levels, and in terms of the budget also the Madani Foundation does not allocate a budget for field research purposes. Thus, the authors recommend the Madani Foundation to be able to combine the use of numerical and narrative data in the program. The author also recommends providing upgrading skills for all members to support the use of more varied data in the program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Nurhayati
"Penelitian ini membahas dinamika kehidupan sosial-ekonomi tenaga kerja PAUD pada PAUD Calistung waralaba sebelum dan saat pandemi COVID-19 berlangsung. Para pengajar PAUD waralaba terikat pada situasi kerja yang fleksibel dan tidak aman, sehingga mereka menghadapi pilihan untuk bertahan setiap harinya. Di tengah kesadaran akan kondisi prekariat (prekaritas) dan kondisi ekonomi yang diambang cukup, pengajar memilih untuk bertahan dengan mengembangkan strategi kreatif melalui tindakan sehari-hari, kerahasiaan, negosiasi, dan pembatasan sosial. Pada kasus pengajar PAUD waralaba, penelitian ini menyelaraskan konsep prekariat dan resistensi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pengajar PAUD waralaba mampu bertahan dalam kondisi prekaritas yang dialami sebelum dan saat pandemi COVID-19 dengan melakukan tindakan menentang peraturan yang bertujuan melangsungkan kehidupan. Kajian ini dilakukan dengan metode etnografi meliputi observasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini melibatkan enam informan, yakni; satu orang Kepala Unit (KU) PAUD, satu orang asisten KU sekaligus pengajar PAUD, dan empat pengajar PAUD Calistung Cawang. Bentuk pengoperasian waralaba PAUD menciptakan lingkungan kerja yang penuh akan ketidakamanan dan ketidakpastian. Tindakan perlawanan dalam bentuk strategi bertahan bukannya untuk mengubah suatu keadaan tertentu, melainkan untuk menciptakan ‘keamanan’ versi kelompok pengajar PAUD dan melanggengkan sistem sosial yang sudah ada.

This study will discuss about the dynamics of the socio-economic life of PAUD workers at franchised PAUD Calistung at the time before and during COVID-19 pandemic. Franchise early childhood educators are tied with flexible and insecure work situations, so every day they faced choices to survive. In conscious of precariat conditions (precarity), an adequately economic condition, which teacher choose to survive by developing creative strategies through daily actions, secrecy, negotiation, and social restrictions. In the case of franchised PAUD teachers, this study harmonizes the concepts of precariat and resistance. The results of this study reveals that franchised PAUD teachers are able to survive in the precarious conditions before and during pandemic COVID-19 by taking actions against regulations to living life. This research was conducted using ethnographic methods including observation and in-depth interviews. This study involved six informants involving one PAUD owners called The Head of Unit (KU), One KU assistant who is also a teacher, and four regular PAUD teachers. The form of operation of the franchise PAUD creates a insecurity and flexibility work environment. The action of resistance in the form of a survival strategy is supposed not to change a certain circumstance, but to create a version of ‘security’ for the groups of PAUD teachers and to perpetuate the social system."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damisch, Hubert
Cambridge, UK: MIT Press, 2000
701.82 DAM o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Nadia Silvarani
"ABSTRAK
Dalam budaya patriarki, posisi wanita sering diremehkan. Bahkan, mereka sulit mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan rasakan. Pernyataan bahwa kaum wanita adalah kaum kelas dua tersebut membuat mereka dapat dikategorikan sebagai kaum yang terbungkam. Mereka tak dapat mengutarakan apa yang diri (subjek) mereka inginkan. Sering kali, cara seorang wanita untuk keluar dari keterbungkamannya adalah dengan meranjak ke ranah publik. Para wanita berharap mereka dapat meraih eksistensialisme diri seperti diraih oleh para laki-laki di ranah publik. Berkecipung di ranah domestik membuat keberadaan mereka semakin termarjinalkan dan tak jarang hanya menjadi objek dari keluarga, seperti suami atau anak mereka. Hal-hal domestik tersebut telah menyita waktu dan perhatian mereka untuk mengembangkan diri. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, peneliti menyelidiki apakah ranah publik memang ranah yang menjanjikan eksistensialisme diri seorang wanita. Nyatanya, tidak begitu. Dalam Film Sang Penari, karakter Srintil yang memilih untuk berkecimpung ranah publik, justru tidak mendapatkan eksistensialismenya sebagai subjek. Meski semua warga desa mengelu-elukan posisinya sebagai ronggeng, Srintil merasa tidak bahagia. Melalui metode analisis semiotika (dengan analisis leksia dan paradigmatik), peneliti mencoba mengkaji setiap leksia yang terdapat dalam film Sang Penari agar subjektivisme semu yang dialami Srintil terkuak.

ABSTRACT
Within the patriarchal society, women's roles are often viewed condescendingly. Not only that, they even find it hard to express their desires or feelings. Statements that categorize women as minority and second class may very well categorize them as the repressed ones. They are unable to express their desires and wants. Often times, a woman's only means to express herself is by bringing her words to the public domain. Women are hopeful that they will be achieved existentialism just like their male counterparts in public domains. Being largely active only in domestic settings, women are thus even more marginalized and often become mere objects of their family, such as their husbands or children. Domestic matters take up much of their time and attention that they are left with almost no time for self developments. Therefore, through this research, the researchers investigated whether the public domain is truly a domain fit to develop women's existentialism. In reality, it is not so. In the movie "Sang Penari" (The Dancer), the character of Srintil who chose to participate in the public domains did not end up with existentialism as a subject. Even though Srintil attained adulation, she did not find happiness. Through semiotic analysis (with lexical and paradigmatic analysis), researchers attempted to analyzed every Lexica found in the movie "Sang Penari" so that the apparent existentialism experienced by Srintil would be revealed."
2013
T34880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarabjot Singh
"In the competitive era of retailing, retailers need to understand the importance of store format preferences.
The study aimed to understand consumer store loyalty; in-depth interview was conducted to
examine consumer store loyalty antecedents for two retail formats: specialty stores and multi brand
stores. The study conceptualizes store loyalty factors like program loyalty, trust and brand commitment.
Trust and brand commitment act as mediating factors between store image and store loyalty
formats, and also between brand image and store loyalty formats. The findings highlight how consumer
store loyalty preference differ for these two formats.
Dalam era kompetisi dalam sektor ritel dewasa ini, para peritel perlu memahami pentingnya preferensi
format toko konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis loyalitas toko konsumen.
Untuk menjawab tujuan tersebut, para peneliti melaksanakan wawancara mendalam untuk mengeksplorasi
faktor yang mempengaruhi loyalitas toko konsumen dari dua jenis format toko ritel, yaitu
specialty store dan multibrand store. Penelitian ini mengkonseptualisasikan faktor-faktor yang mempengaruhi
loyalitas toko seperti loyalitas program, kepercayaan dan komitmen merek. Kepercayaan
dan komitmen merek berfungsi sebagai faktor yang memediasi hubungan antara citra toko dan loyalitas
terhadap toko. Selain itu, kepercayaan dan komitmen merek juga memediasi hubungan antara
citra merek dengan loyalitas terhadap toko. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen
memiliki perbedaan preferensi loyalitas terhadap dua jenis toko yang diteliti (specialty store dan
multibrand store)."
Management, Faculty of Economics, University of Indonesia and Philip Kotler Center, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This study investigates the relationship between the level of
socioeconomic development and fertility in India. The perspective of this
study is based on the "Theory of Demographic Transition" which states
that as socioeconomic development in a country increases, high fertility
and mortality rates are replaced by low fertility and mortality rates,
leading to population stability. This study tests the following major
hypothesis: The higher the level of socioeconomic development, the lower
the fertility rates among the states of india. The study applies correlation
and multiple regression analysis on the l 992-1993 indian National Family
Health Survey (NFHS) data using four major categories (education,
modernization, health, and family planning ) of socioeconomic development
to predict two measures (crude birth rate and the total fertility rate) of
fertility. The findings support the theory cf demographic transition in large
measure revealing that the overall level of socioeconomic development is
inversely related to fertility among the states of india. Finally. the study
suggests that higher levels of female literacy and acceptance of
contraceptives lead to fertility decline."
Journal of Population, 6 (1-2) 2000 : 101-124, 2000
JOPO-6-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>