Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sibarani, Michael Bonardo Siswono
"Studi ini berfokus pada pentingnya peningkatan kebutuhan energi yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi dari implementasi sistem Photovoltaic (PV), Micro Wind Turbine (MWT), dan Battery Energy Storage System (BESS) sebagai pasokan listrik pada PLTD Sikakap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sistem dan simulasi dengan software HOMER Pro. Data sistem yang digunakan meliputi data dari sistem listrik PLTD Sikakap serta spesifikasi PV, MWT, dan BESS yang akan disimulasikan. Simulasi dengan software HOMER Pro digunakan untuk memprediksi kinerja dari sistem hibrida PV-MWT-BESS dan menganalisis kelayakan ekonominya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dari implementasi sistem hibrida PV-MWT-BESS pada PLTD Sikakap sangat menjanjikan. Sistem hibrida ini dapat menurunkan penggunaan dari bahan bakar fosil dan meningkatkan keandalan serta efisiensi pembangkit listrik PLTD Sikakap. Analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa konfigurasi dengan menggunakan generator diesel, PV, MWT, BESS memiliki efisiensi biaya, keandalan sistem, dan penggunaan energi terbarukan yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa sistem hibrida ini secara ekonomis layak untuk diimplementasikan.

This study focuses on the importance of increasing sustainable energy demand. This research aims to assess the potential of implementing Photovoltaic (PV), Micro Wind Turbine (MWT), and Battery Energy Storage System (BESS) as electricity sources at the Sikakap diesel power plant. The methods used in this research include system data analysis and HOMER Pro software simulation. The system data includes information from the Sikakap diesel power plant electricity system, and specifications for PV, MWT, and BESS that will be simulated. Simulation using HOMER Pro software is used to predict the performance of a PV-MWT-BESS hybrid system and analyze its economic feasibility. The results show that the potential for implementing the PV-MWT-BESS hybrid system at the Sikakap diesel power plant is very promising. This hybrid system can reduce fossil fuels use and increase the reliability and efficiency of the Sikakap diesel power plant. The economic feasibility analysis indicates that the configuration using diesel generators, PV, MWT, BESS has excellent cost efficiency, system reliability, and renewable energy usage. This suggests that the hybrid system is economically viable. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiqi Mutiah
"Pemerintah Indonesia menyusun langkah mitigasi untuk perubahan iklim dan mencapai dekarbonisasi pada sektor transportasi laut dengan mendorong peningkatan penggunaan fasilitas listrik darat bagi kapal yang bersandar di Pelabuhan. Microgrid adalah salah satu teknologi transisi hijau yang menjanjikan yang memberikan manfaat besar bagi pelabuhan untuk mitigasi tantangan lingkungan. Untuk memastikan pengoperasian sistem yang optimal, menentukan konfigurasi microgrid dan ukuran komponen yang tepat merupakan keputusan penting pada tahap desain. Salah satu kegiatan penting di pelabuhan adalah pengangkutan hasil tambang, limbah B3, dan lainnya dengan menggunakan kapal yang dioperasikan dengan mesin diesel yang dikenal mahal dan tidak ramah lingkungan. Struktur yang terhubung ke kapal yang diusulkan terdiri dari sistem fotovoltaik dan sistem penyimpanan energi serta penunjang listrik darat di pelabuhan untuk memenuhi kebutuhan beban dengan mempertimbangkan parameter penting seperti penyinaran horizontal matahari global, suhu, dan data spesifikasi komponen untuk memasok listrik kapal selama bersandar untuk melakukan kegiatan kepelabuhan sehingga tidak menggunakan generator diesel yang ada di kapal. Untuk mengoptimalkan implementasi dari PV dan BESS tersebut, maka digunakan perangkat lunak Hybrid Optimization Model for Electric Renewable (HOMER) Pro versi 3.14.2 berdasarkan nilai biaya produksi bersih dan biaya listrik atau Cost of Energy (CoE) terendah. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa implementasi PV-BESS dapat dilakukan dengan Hibrid Genset-PV-BESS dengan COE 0,226 US$/kWh. Dan implementasi Off-Grid PV-BESS dengan COE 0,378 US$/kWh.

The government of Indonesia developing mitigation for climate change and achieving decarbonization in the sea transportation sector by encouraging increased use of onshore power supply for ships when berthing at ports. Off-Grid is one of the green transition technologies that provide great benefits to ports for the mitigation of environmental. To ensure optimal system operation, determining the proper configuration and component sizes is an important decision at the design stage. One of the important activities at the port is the transportation of mining products, B3 waste, and others by using ships operated with diesel engines which are known to be expensive and not environmentally friendly. The configuration consists of a photovoltaic system and an energy storage system as well as land electricity support at the port then optimized by considering solar radiation, temperature, and data component specifications to supply power to the ship so that do not use diesel generators on board. To optimize the implementation of the PV and BESS, we use the Hybrid Optimization Model for Electric Renewable (HOMER) Pro version 3.14.2 software based on the lowest net production costs and electricity costs or CoE. From the simulation results, it was found that the implementation of PV-BESS can be carried out with a Hybrid Genset-PV-BESS with a COE of 0.226 US$/kWh. And implementation of Off-Grid PV-BESS with a COE of 0.378 US$/kWh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firas Irfansyah Kurniawan
"

Indonesia sedang berusaha untuk meningkatkan penetrasi pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan tujuan untuk menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang saat ini masih menjadi pemeran utama dalam pembangkitan tenaga listrik di Indonesia. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi salah satu pembangkit listrik EBT yang mengalami tren positif dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di negara beriklim tropis seperti Indonesia. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia telah memasang target penggunaan pembangkit EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan masalah keterbatasan lahan menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi ketercapaian target tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi polemik tersebut adalah dengan menerapkan sistem PLTS atap yang terinterkoneksi dengan jaringan distribusi. Namun, penetrasi PLTS atap pada jaringan distribusi dapat menimbulkan masalah krusial terkait kestabilan sistem akibat sifat intermitensi PLTS serta karakteristik PLTS yang tidak memiliki nilai inersia. Battery Energy Storage System (BESS) dapat digunakan sebagai ancillary services untuk mempertahankan kestabilan frekuensi dan tegangan pada jaringan distribusi dengan angka penetrasi PLTS atap yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi kapasitas dan pengaturan droop pada BESS yang paling optimal agar suatu jaringan distribusi tegangan menengah, yang di dalamnya terdapat penetrasi PLTS atap, dapat mempertahankan kestabilannya saat terjadi gangguan peralihan berupa hilangnya seluruh daya pembangkitan dari PLTS atap. Penelitian ini dilakukan menggunakan kombinasi perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory untuk menjalankan simulasi kestabilan (RMS/EMT) dan MATLAB untuk mengolah data hasil simulasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar angka penetrasi PLTS atap pada suatu jaringan distribusi tegangan menengah, akan membutuhkan kapasitas BESS optimum yang lebih besar untuk mempertahankan kestabilan saat terjadi gangguan peralihan, sedangkan BESS dengan nilai pengaturan droop yang lebih kecil, BESS dapat mempertahankan kestabilan pada sistem dan skenario yang sama, namun dengan kapasitas optimum yang lebih kecil.


Indonesia is on its way to increase the penetration of Renewable Energy Sources (RES) power plants in order to reduce carbon emissions produced by fossil fuel power plants, which still play a major role in Indonesia’s electricity generation. Solar Photovoltaic (PV) power plant is one of the Renewable Energy Sources (RES) power plants that is having a positive trend in recent years, especially in tropical countries such as Indonesia. According to Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia has set the target of RES power plants usage for 23% by 2025 and 31% by 2050. The population growth, accompanied by the land limitation problem, poses a significant challenge for Indonesia to achieve those targets. A solution that can be done to address this issue is by implementing rooftop PV power plants that are interconnected with the distribution network. However, the penetration of rooftop PV power plants can pose crucial issues related to the system’s stability due to its intermittency and its lack of inertia. Battery Energy Storage Systems (BESS) can be used as ancillary services to maintain the frequency and voltage stability in the distribution network with high penetration of rooftop PV power plants. This research aims to determine the optimum capacity and droop setting for BESS, in order to maintain the stability of a medium-voltage distribution network, which includes the penetration of rooftop PV power plants, during a transient disturbance such as complete loss of power generation from rooftop PV power plants in the system. This research is conducted by using a combination of DIgSILENT PowerFactory for running the stability (RMS/EMT) simulation, and MATLAB for processing simulation output data. The results obtained from this research show that a higher amount of rooftop PV power plants penetration in a medium-voltage distribution network will require a larger capacity of BESS to maintain the system’s stability during the transient disturbance. On the other hand, BESS with lower droop settings can maintain the stability of the same system and with the same scenario, with a smaller capacity.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avisiena Mumtaza
"

Di Indonesia, penetrasi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) khususnya PLTS atap sedang marak, hal ini dapat dilihat dari jumlah instalasi PLTS atap yang naik sebesar 700% dari tahun 2018 sampai ke akhir tahun 2020. Peningkatan PLTS atap pada sistem distribusi tegangan menengah ini dapat menyebabkan permasalahan jika pemasangannya jika tidak perhatikan. Permasalahan tersebut adalah permasalahan kestabilan sistem tenaga listrik akibat sifat intermittent dari PLTS atap tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan Battery Energy Storage System (BESS) sebagai ancillary services. Dengan menggunakan BESS pemasangan PLTS atap bisa semakin ditingkatkan lagi selama kapasitas BESS tersebut masih memadai. Namun, Kapasitas BESS tersebut tidak mungkin dinaikan begitu saja, karena semakin besar kapasitas BESS maka akan semakin besar juga harga investasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penetrasi PLTS atap dengan cara menentukan kapasitas dan pengaturan droop pada BESS sebagai ancillary services yang terpasang secara terdistribusi. Kasus pada penelitian ini ditentukan berdasarkan tingkat penetrasi PLTS atap, dimana untuk setiap kasus akan diterapkan BESS ke sistem secara terdistribusi dan pada setiap kasus akan terdapat variasi droop yang berbeda. Penentuan kapasitas BESS optimal dilakukan dengan menggunakan metode iterasi yang akan dilakukan pada perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory dan MATLAB. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemasangan BESS ini akan membantu kestabilan sistem distribusi tegangan menengah dan penetrasi PLTS atap pada sistem distribusi tegangan menengah dapat ditingkatkan sampai dengan 80% dari total bebannya. Namun, hal tersebut hanya bisa dilakukan jika parameter Rate of Change of Frequency (RoCoF) diabaikan. Jika RoCoF tidak diabaikan maka penetrasi PLTS atap pada sistem distribusi tegangan menengah hanya dapat ditingkatkan hingga 20% dari total beban sistem.


In Indonesia, renewable energy generation, especially solar panel rooftop, is on the rise. This can be seen from the number of rooftop solar panel installations which have increased by 700% from 2018 to the end of 2020. The increased rooftop solar panel usage in medium voltage distribution systems can caused problems if it’s too much. One of these problem is the stability problem caused by the intermittent nature of rooftop solar panels. One way to overcome this problem is to use Battery Energy Storage System (BESS) as ancillary service. With BESS rooftop solar panel installation in medium voltage distribution system can be increased as long as BESS or its capacity can handle it. However, it is impossible to increase the capacity of BESS just like that, because the greater the capacity of BESS, the greater the investment price. The aim of this study is to increase the penetration of rooftop solar power panels by determining the capacity and droop settings of BESS as ancillary services that are installed in a distributed manner. Determination of the optimal BESS capacity is carried out using the iteration method which will be carried out on the DIgSILENT PowerFactory and Matlab software. The results of this study indicate that the installation of BESS will help stabilize the medium voltage distribution system with high rooftop solar panel penetration and the penetration of rooftop PLTS in medium voltage distribution systems can be increased up to 80% of the total load. However, this can only be done if the Rate of Change of Frequency (RoCoF) is ignored. But if we consider the RoCoF parameter, then the penetration of rooftop solar panels in medium voltage distribution system can only be increased up to 20% of the total system load.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Fachrezi Adrianno
"Saat ini, kereta api lokomotif di Indonesia masih menggunakan mesin diesel untuk memenuhi kebutuhan beban auxilliary system. Penggunaan mesin diesel pada kereta memiliki biaya yang relatif lebih tinggi pada jangka panjang. Battery Energy Storage System (BESS) adalah teknologi penyimpanan energi yang dapat menyimpan energi listrik untuk digunakan di lain waktu dengan menggunakan baterai. Penggunaan BESS dengan pengisian menggunakan energi listrik dari jaringan listrik diharapkan dapat mengurangi biaya energi auxiliary system pada kereta api. Tujuan dari penelitian ini adalah studi pemanfaatan teknologi BESS sebagai suplai listrik auxiliary system pada kereta api secara optimal dengan menganalisis kelayakan ekonomi dibandingkan dengan menggunakan generator diesel. Penelitian dilakukan dengan melakukan pemodelan finansial dan melakukan analisis terhadap kelayakan implementasi BESS sebagai suplai energi auxiliary system kereta api. Hasil dari penelitian adalah implementasi BESS dapat digunakan sebagai pengganti generator diesel untuk menyuplai energi listrik kepada auxiliary system dari kereta api meskipun terdapat skenario yang tidak lebih menguntungkan dibandingkan penggunaan generator diesel. Secara umum implementasi BESS masih lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan diesel dengan nilai Levelized Cost of Electricity (LCOE) yang lebih rendah.

Currently, locomotive trains in Indonesia still use diesel generator to meet the needs of the auxiliary system load. The use of diesel engines on trains has a relatively higher cost in the long term. Battery Energy Storage System (BESS) is an energy storage technology that can store electrical energy to use for another time using a battery. The use of BESS by charging using electrical energy from the grid is expected to reduce the cost of energy for train auxiliary systems. The purpose of this research is to study the optimal utilization of BESS technology as an auxiliary power supply system for trains by analyzing the economic feasibility compared to using a diesel generator. The research is carried out by conducting financial modeling and analyzing the feasibility of implementing BESS as an energy supply for train auxiliary system. The result of the research is that the implementation of BESS can be used as a substitute for diesel generators to supply electrical energy to train auxiliary systems even though there are scenarios that are not better than using diesel generators. In general, the implementation of BESS is still more profitable than using diesel with a lower Levelized Cost of Electricity (LCOE)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Nashshar Tsany
"Daerah pedesaan dan pulau-pulau yang jauh dari jaringan listrik utama sebagian besar mengandalkan bahan bakar diesel untuk pembangkit listrik. Di Indonesia Timur, jaringan hibrida dengan sistem energi terbarukan semakin banyak digunakan untuk menyediakan listrik di daerah terpencil untuk mengurangi biaya pembangkitan. Sistem hibrida ini biasanya diintegrasikan dengan PV dimana tingkat irradiansi daerah Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 4,5 sampai 5,1 kWh/m2. Namun, tingginya penetrasi PV pada sebuah sistem akan menimbulkan masalah baru yaitu kestabilan akibat sifat PV yang intermitten. Battery Energy Storage System (BESS) dapat digunakan sebagai penjaga tegangan dan frekuensi yang dapat membawa sistem menuju keandalan. Selain itu, BESS juga dapat mengurangi biaya pembangkitan akibat fungsinya sebagai energi arbitrasi. Studi ini dilakukan untuk mendesain sistem jaringan hibrida PV-Diesel yang terinterkoneksi dengan BESS untuk meningkatkan performa kestabilan dan penurunan biaya pembangkitan pada jaringan eksisting generator diesel di Indonesia Timur dengan menggunakan perangkat lunak HOMER dan PowerFactory. Biaya pembangkitan energi hasil simulasi dengan konfigurasi sistem pembangkit listrik tenaga hibrida PV-Diesel-Baterai sebesar $0,147/kWh lebih murah dibandingkan sistem PLTD yang memiliki biaya pembangkitan sebesar $0,189/kWh. Pemasangan baterai pada jaringan sistem jaringan hibrida PV-Diesel saat terjadi gangguan menurunkan deviasi frekuensi sebesar 0,01 Hz dan waktu menuju kondisi stabil sebesar 17,693 detik.

Rural areas and islands that are far from the electricity grid mostly rely on diesel fuel for electricity generation. In Eastern Indonesia, hybrid networks with renewable energy systems are increasingly being used to provide electricity in improved areas to save on generation costs. This hybrid system is usually integrated with PV where the level of irradiance in Indonesia's regions is quite high at 4.5 to 5.1 kWh / m2. However, increasing the PV in the system will cause a new problem that is stability due to the intermittent nature of PV. The Battery Energy Storage System (BESS) can be used as a voltage and frequency protector that can bring the system toward approval. In addition, BESS can also reduce generation costs due to its function as energy arbitration. This study was conducted to design a PV-Diesel hybrid network system that is interconnected with BESS to improve stability performance and reduce generation costs on the existing generator diesel network in Eastern Indonesia by using HOMER and PowerFactory software. The cost of generating energy from the simulation results with the configuration of a PV-Diesel-Battery hybrid power plant system of $ 0.147 / kWh is cheaper than a PLTD system which has a generation cost of $ 0.189 / kWh. Installing a battery in a PV-Diesel hybrid network system when a disturbance occurs decreases the frequency deviation by 0.01 Hz and the time to stable condition is 17.693 seconds.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Panca Agung
"Meningkatnya konsumsi energi listrik akan berpengaruh pada peningkatan beban puncak pada sistem ketenagalistrikan di indonesia. Tingginya biaya pokok penyediaan (BPP) pembangkit peaker mengakibatkan mahalnya biaya energi pada suatu sistem. Hal tersebut dapat diatasi dengan pengimplementasian Battery Energy Storage System (BESS) sebagai load shifting. Load shifting merupakan proses pemindahan pembebanan sistem pembangkitan suatu sistem tenaga listrik dari satu periode waktu dimana terdapat pembebanan yang tinggi ke periode waktu lainnya dimana terdapat pembebanan yang lebih rendah pada hari yang sama. BESS juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi intermitensi pembangkit energi terbarukan. Biaya investasi dari BESS semakin menurun setiap tahunnya. Pemanfaatan BESS pada sistem kelistrikan di Indonesia khususnya pada sistem Jawa-Bali terbilang masih kurang dibandingkan dengan potensi pemanfaatan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi implementasi BESS sebagai load shifting untuk menurunkan biaya energi pada sistem Jawa-Bali dengan menentukan kapasitas BESS yang akan digunakan dan kelayakan implementasinya secara finansial. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas BESS dengan rentang BPP cut-out sebesar Rp. 1600/kWh sampai Rp. 2200/kWh, menunjukan kapasitas BESS yang dibutuhkan untuk implementasi BESS sebagai load shifting adalah sebesar 1.206,48 - 3.181,12 MWh, dengan penurunan biaya sebesar Rp. 4,67 – 6 Triliun/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan finansial untuk skenario 1 – 4 dengan nilai investasi BESS senilai $700 – 1000/kWh membutuhkan biaya invetasi sebesar Rp. 11,96 – 36,04 Triliun, dan menghasilkan Internal Rate of Return sebesar 7,72 - 32,69 %, Net Present Value sebesar Rp. -0,47 – 18.99 Triliun, dan Discounted Payback Period selama 4 – 19 tahun

Increased electricity consumption will influence increasing the peak load on the electricity system in Indonesia. The high cost of Cost of Energy (CoE) of peaker plants results in high energy costs in a system. This can be overcome by implementing the Battery Energy Storage System (BESS) as load shifting. Load shifting is the process of transferring the load of an electrical power system from one period where there is a high load to another period where there is a lower load on the same day. BESS can also be used to overcome the intermittency of renewable energy generator. The cost of investment from BESS is decreasing every year. The utilization of BESS in the electricity system in Indonesia, especially in the Java-Bali system is still less than the potential utilization. This research aims to analyze the potential implementation of BESS as load shifting to lower energy costs on the Java-Bali system by determining the capacity of BESS to be used and the feasibility of its implementation financially. Based on the results of BESS capacity calculation with the range of BPP cut-out of Rp. 1600 / kWh to Rp. 2200 / kWh, show the BESS capacity needed for the implementation of BESS as load shifting is 1,206.48 - 3,181.12 MWh, with a decrease in costs of Rp. 4.67 - 6 trillion / year. Based on the results of financial calculations for scenarios 1 - 4 with a BESS investment value of $ 700 – 1000 / kWh requires investment costs of Rp. 11.96 – 36.04 trillion and generates an Internal Rate of Return of 7.72 - 32.69 %, Net Present Value of Rp. -0.47 – 18.99 trillion, and Discounted Payback Period for 4 - 19 years
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiza Azahra
"Sebagian besar sistem tenaga listrik di wilayah Indonesia bagian timur hanya membutuhkan kapasitas kecil yang dipasok oleh generator diesel, terutama di pulau – pulau kecil yang cocok untuk jaringan terisolasi. Selain itu, Indonesia memiliki potensi energi surya yang tinggi yang dapat digunakan untuk menambah pembangkitan listrik serta mengurangi cost of energy (COE). Namun, pemanfaatan energi surya melalui sistem fotovoltaik (PV) dapat menyebabkan masalah stabilitas pada jaringan eksisting. Battery energy storage system (BESS) telah dikenal karena kemampuannya untuk mengatasi masalah stabilitas. Tetapi, penggunaan sistem hibrid PLTS dan BESS membutuhkan biaya investasi yang besar dan dapat meningkatkan COE. Studi ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi optimal sistem hibrid PLTD, PLTS dan BESS untuk memaksimalkan keuntungan ekonomi jika dibandingkan dengan hanya menggunakan PLTD pada jaringan terisolasi di Indonesia. COE digunakan sebagai parameter ekonomi untuk menentukan kapasitas paling optimal dari sistem hibrid. Hasil simulasi menunjukkan bahwa konfigurasi sistem hibrid yang diusulkan memiliki COE lebih rendah dibandingkan dengan PLTD, yaitu dibawah 20,81 sen USD.

Most power systems in the east of Indonesia require only small capacities which are supplied by diesel generators, especially in the area of small islands which are suitable for isolated grid. On the other hand, Indonesia has a high potential of solar energy which can be employed to supplement the power generation as well as to reduce the cost of energy (COE). However, the utilization of solar energy through photovoltaic (PV) system might cause stability problems. Battery energy storage system (BESS) has been recognized for its capability to overcome the stability issues. Still, the adoption of hybrid PV system and BESS requires considerable capital investment, which may cause the COE increases. This study identifies the optimal hybrid configuration of the diesel power plant, PV system, and BESS to maximize economic profit when compared to diesel power plants of an isolated grid in Indonesia. COE is used as an economic parameter to determine the most optimal capacities of the PV system and BESS. The simulation results show that the proposed hybrid configuration has a lower COE compared to diesel power plants, which are below 20.81 cents USD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Annas Albasyahri
"Pemerintah Indonesia memiliki target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Dengan target ini, Indonesia dinilai akan mulai melakukan investasi pada pemasangan energi baru terbarukan untuk menggantikan pembangkit dengan bahan bakar fosil. Dengan perubahan eksistensi pembangkit, pastinya terdapat beberapa kemungkinan permasalahan baru pada sistem kelistrikan di Indonesia yang bersangkutan dengan kualitas daya seperti frekuensi/tegangan yang tidak stabil, perminataan beban yang berlebih, atau fluktuasi daya pembangkitan. Battery Energy Storage System (BESS) atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) merupakan salah satu jenis pembangkit yang dapat memperbaiki kualitas frekuensi sistem. Akan tetapi, pengimplementasian BESS sebagai ancillary services di Indonesia masih diragukan jika dibandingkan PLTD jika hanya dilihat dari aspek finansial. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai alternatif yang seharusnya dilakukan untuk memperbaiki frekuensi sistem kelistrikan di Indonesia. Penelitian ini akan menganalisis kedua alternatif tersebut menggunakan analisis biaya dan manfaat dilihat dari aspek finansial dan nonfinansial. Analisis finansial akan mengkaji kedua alternatif melalui perhitungan Internal rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Discounted Payback Period (DPP), dan Profitability Index (PI) atau Benefit to Cost Ratio (BCR). Sementara itu, analisis nonfinansial akan mengkaji dari segi keteknikan, lingkungan, dan sosial. Dari hasil analisis ini, Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa BESS memiliki untuk diimplementasikan sebagai ancillary services di Indonesia. Proyek BESS pada wilayah TT menghasilkan NPV > 0, IRR 6,09, DPP selama 9 tahun, dan BCR 1,18. Sementara itu, proyek PLTD menghasilkan NPV > 0, IRR 5,64, DPP selama 7 tahun, dan BCR 1,427.

The Indonesia government has set a target of New and Renewable Energy (NRE) sector for about 23% in 2025 and 31% in 2050. Along with this target, Indonesia is expected to start investing in the installation of renewable energy sector to replace conventional power plant (fossil fuel-fired power plant). With the change of existing power plants, there are certainly some new potential problems arised in the Indonesian electricity systems related to the power quality such as unstable frequency/voltage, excessive load demand, or fluctuation of power generation. Battery Energy Storage System (BESS) or Diesel Power Plant are the type of generation plant which can improve the quality of frequency in the system. However, BESS implementation as ancillary services in Indonesia is still doubtful compared to PLTD if only seen by financial analysis. Therefore, several studies need to be carried out to determine the best alternatives to improve the frequency of Indonesia’s electricity system. This research will analyze which is the better implementation (BESS or PLTD) by using cost benefit analysis considering financial and nonfinancial aspects. Financial analysis will analyze the two alternatives by calculating Internal rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Discounted Payback Period (DPP), dan Profitability Index (PI) atau Benefit to Cost Ratio (BCR). Meanwhile, nonfinancial analysis will analyze in the technical, environment, and social. Along with this analysis, this research generates the conclusion that BESS has the potentials to be implemented as ancillary services in Indonesia’s electricity system. BESS in TT region generates NPV > 0, IRR 6,09, DPP in 9 years, dan BCR 1,18. Meanwhile, Diesel generator generates NPV > 0, IRR 5,64, DPP in 7 years, dan BCR 1,427."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aiman Setiawan
"As a tropical country, Indonesia has great solar energy potential, with an average solar radiation intensity of 4.8 kWh/m2/d. Consequently, the optimization of solar power plants in Indonesia is necessary. The objective of this paper is to investigate solar panel optimization in Indonesia using system advisor model (SAM) software. Optimization focuses on two main concerns, choice of photovoltaic (PV) type and optimum PV tilt angle. Research is conducted in three different cities in Indonesia. The annual energy production simulation is conducted on 5 kWDC PV on-grid systems with different PV types and slope angles. According to simulation results, Indonesia has a relatively low proper PV tilt angle, with a value of 11o, 11o and 6o for Jakarta, Makassar and Jayapura, respectively. It can also be derived that when compared to crystalline PV modules, thin film PV modules have better performance, with the highest annual energy production due to its temperature coefficient characteristics."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>