Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181381 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hariyona Fitrin
"Prevalensi Ketuban Pecah Dini (KPD) di dunia sekitar 5,0%-10,0%. Namun KPD merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas baik pada bayi maupun ibu. Salah satu faktor yang diduga berperan dalam terjadinya KPD adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada kehamilan. Penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya hubungan ISK pada ibu hamil terhadap kejadian persalinan dengan KPD, namun perlu dilakukan penelitian pada populasi berbeda seperti di RSUD Cengkareng Jakarta Barat. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ISK pada ibu hamil dengan kejadian KPD di RSUD Cengkareng. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan menggunakan data sekunder dari status rekam medis ibu melahirkan periode Januari-Desember 2023. Hasil analisis bivariat diperoleh nilai OR 3,08 (95%CI: 1,73-5,53 dan p=0,000) sebelum dikontrol dengan variabel kovariat. Setelah dilakukan analisis multivariat diperoleh model akhir pengaruh ISK dengan persalinan KPD dengan mengendalikan faktor jumlah kehamilan, riwayat abortus, dan riwayat SC di peroleh nilai OR 2,43 (95%CI: 1,36-4,34 dan p=0,003. Kesimpulan, ISK pada ibu hamil berisiko 2,43 kali untuk mengalami persalinan dengan KPD setelah dikontrol dengan variabel jumlah kehamilan, riwayat abortus, dan riwayat SC.

The prevalence of Premature Rupture of Membranes (PROM) in the world is around 5.0%-10%. However, PROM is one of the complications of pregnancy that can cause morbidity and mortality in both infants and mothers. One factor that is thought to play a role in the occurrence of PROM is Urinary Tract Infection (UTI) in pregnancy. Previous studies have shown a relationship between UTI in pregnant women and the incidence of labor with PROM, but research needs to be done in different populations such as at Cengkareng Hospital, West Jakarta. Therefore, a study was conducted with the aim to determine the effect of Urinary Tract Infection (UTI) in pregnant women with the incidence of Premature Rupture of Membranes (PROM) at Cengkareng Hospital. This study used a case control design using secondary data from the medical record status of mothers giving birth in the period January-December 2023. The results of the study on bivariate analysis of the influence of UTI with PROM labor obtained (OR: 3.08; 95%CI: 1.73-5.53 and p=0.000) before controlling with covariate variabels. After multivariate analysis, the final model of the influence of UTI with PROM labor by controlling the factors of gestational age, number of pregnancies, abortion, and history of SC was obtained (OR: 2,43; 95%CI: 1,36-4,34 and p=0,003). In conclusion, UTI in pregnant women has a risk of 2,43 times to experience labor with PROM after controlling for the variabels of number of pregnancies, history of abortion, and history of SC."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Susilowati
"Pendahuluan: Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang diakibatkan adanya mikroorganisme yang mencederai sistem perkemihan termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. ISK dapat terjadi pada perawat dan menjadi penyumbang terbesar kasus tenaga kesehatan yang mengalami ISK. Kebiasaan menahan BAK (BAK), kurang minum air putih, hygiene, penggunaan celana dalam bukan berbahan katun, dan bekerja long shift perawat dapat menyebabkan munculnya gejala ISK pada perawat. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala ISK pada perawat. Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 271 perawat yang berdinas di ruang rawat inap dan rawat jalan, diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner data sosiodemografi, dan kuesioner faktor-faktor yang memengaruhi gejala ISK. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square dan uji regresi logistik biner. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pada 95% CI tidak ada hubungan usia (p=0,171), jenis kelamin (p=0,056), kebiasaan menahan BAK (p=0,077), kurang minum air putih (p=0,869), hygiene (p=0,780), penggunaan celana dalam bukan berbahan katun (p=0,224), bekerja long shift (p=0,178) dengan gejala ISK. Sedangkan variabel pendidikan ada hubungan dengan gejala ISK (0,018). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berpengaruh adalah pendidikan memiliki nilai signifikasi (p=0,008). Simpulan: Terdapat hubungan antara pendidikan dengan gejala ISK. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan perawat dalam pencegahan terkait ISK.

Introduction: Urinary Tract Infection (UTI) is an infection caused by microorganisms injuring the urinary system including the kidneys, ureters, bladder and urethra. UTIs can occur in nurses and are the largest contributor to health workers experiencing UTIs. The habit of holding in urination (BAK), not drinking enough water, hygiene, using non-cotton underwear, and working nursing shifts can cause UTI symptoms in nurses. Objective: To analyze the factors associated with symptoms of UTI in nurses. Method: The research design is quantitative research with cross sectional study. The sampling technique is simple random sampling, involved 271 nurses who have been working in inpatient and outpatient wards. Data collection is carried out by filling out a sociodemographic data questionnaire and a questionnaire of factors that influence UTI symptoms. Statistical analysis was conducted using chi square and binary logistic regression test. Result: The results of the study showed that at 95% CI there was no association of age (p=0.171), gender (p=0.056), habit of holding urin (p=0.077), lack of drinking water (p=0.869), hygiene (p=0.780) , use of non-cotton underwear (p=0.224), working long shifts (p=0.178) with symptoms of UTI. Meanwhile, education appears to be associated with UTI symptoms (0.018). The results of the multivariate analysis show that the most influential factor is education, the interaction was significant (p=0.008). Conclusion: There is a relationship between education and UTI symptoms. It is hoped that this research can provide knowledge and improve nurses' abilities in preventing UTI."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinnar Trisnawati
"Infeksi ini terjadi akibat penggunaan kateter urin menetap pada pasien yang dan merupakan salah satu infeksi
yang paling banyak di lingkungan perawatan kesehatan di dunia (CDC, 2017). Hal ini berkaitan dengan penggunaan kateter urin. Adapun bundle pencegahan infeksi saluran kemih memiliki pengaruh dalam mengurangi angka kejadian CAUTI. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran perilaku perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih dengan bundle ISK. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang diambil dengan teknik simple random sampling terhadap 107 responden perawat di ruang perawatan intensif dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan, sikap, dan praktik perawat dalam kategori cukup baik. Rekomendasi terkait penelitian ini adalah perlunya pengembangan terhadap staf-staf keperawatan untuk meningkatkan perilaku dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien dengan kateter urin.

These infections result from the use of indwelling urinary catheters in patients and are one of the most prevalent infections in healthcare settings worldwide (CDC, 2017). This is related to the use of urinary catheters. The urinary tract infection prevention bundle has an influence in reducing the incidence of CAUTI. The purpose of this study was to look at the description of nurse behavior in preventing urinary tract infections with the UTI bundle. This research is a quantitative research with descriptive approach. Data were taken with simple random sampling technique to 107 nurse respondents in adult intensive care unit. The results showed that the average knowledge, attitudes, and practices of nurses were in the good enough category. Recommendations related to this study are the need for development of nursing staff to improve behavior in preventing urinary tract infections in patients with urinary catheters."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Octaviyana Nadia Nitasari
"Latar belakang: Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko utama terjadinya disfungsi dasar panggul. Manifestasi utama pada kelainan tersebut adalah gejala saluran kemih bagian bawah dan inkontinensia urin. Studi mengenai prevalensi dan faktor risiko kondisi-kondisi tersebut sangat penting untuk diagnosis dini dan tata laksana yang komprehensif. Namun, hingga saat ini belum terdapat studi mengenai prevalensi dan faktor-faktor risiko tersebut secara komprehensif pada ibu hamil di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui prevalensi inkontinensia urin dan gejala saluran kemih bagian bawah serta faktor-faktor yang memengaruhi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang (cross sectional). Subjek dari penelitian ini adalah ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan rutin di Puskesmas Kecamatan Jakarta pada April 2021-Maret 2022. Pasien dengan riwayat inkontinensia, kehamilan ganda, diabetes tidak terkontrol, gangguan neurologis, atau riwayat operasi sebelumnya dieksklusi dari penelitian. Faktor risiko yang dinilai adalah usia ibu, usia kehamilan, paritas, indeks massa tubuh, dan riwayat obstetrik sebelumnya.
Hasil: Didapatkan sebanyak 236 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian. Didapatkan inkontinensia urin tekanan 8,5%, inkontinensia urin desakan 14%, dan inkontinensia urin campuran 1,6%. Didapatkan keluhan berkemih berupa frekuensi (59,3%), nokturia (87,3%), urgensi (33,1%), hesitansi (8,9%), dan straining (0,8%). Hanya terdapat 5,1% subjek yang tidak memiliki keluhan berkemih sama sekali. Faktor risiko yang berpengaruh dengan keluhan berkemih dan inkontinensia urin adalah usia ibu dan trimester kehamilan.
Kesimpulan: Didapatkan prevalensi inkontinensia urin dan gejala saluran kemih bagian bawah yang tinggi pada ibu hamil di Indonesia. Faktor risiko terjadinya gangguan saluran kemih dan inkontinensia urin pada ibu hamil adalah usia ibu dan trimester kehamilan.

Background: Pregnancy and childbirth are the main risk factors for pelvic floor dysfunction. The main manifestations of this disorder are lower urinary tract symptoms and urinary incontinence. Studies on the prevalence and risk factors of these conditions are essential for early diagnosis and comprehensive management. However, until now there has been no comprehensive study of the prevalence and risk factors for pregnant women in Indonesia.
Objective: To determine the prevalence of urinary incontinence and lower urinary tract symptoms and the factors that influencing.
Methods: This research was an observational analytic study with cross sectional method. The subjects of this study were pregnant women who came for routine check-ups at the Jakarta Publics Health Center in April 2021-March 2022. Patients with a history of incontinence, multiple pregnancy, uncontrolled diabetes, neurological disorders, or a history of previous surgery were excluded from the study. The risk factors assessed were maternal age, gestational age, parity, body mass index, and previous obstetric history.
Results: There were 236 subjects who were included in the study. We found stress urinary incontinence 8.5%, urgency urinary incontinence 14%, and mixed urinary incontinence 1.6%. There were urinary complaints in the form of frequency (59.3%), nocturia (87.3%), urgency (33.1%), hesitancy (8.9%), and straining (0.8%). There were only 5.1% of subjects who did not have urinary complaints at all. The risk factors that influence lower urinary tract symptoms and urinary incontinence are maternal age and trimester of pregnancy.
Conclusions: We found a high prevalence of urinary incontinence and lower urinary tract symptoms in pregnant women in Indonesia. Risk factors for urinary tract disorders and urinary incontinence in pregnant women are maternal age and trimester of pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noly Papertu Englardi
"Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam mencapai produktifitas kerja, namun rendahnya kesadaran pekerja dalam menjaga kesehatan dapat menyebabkan masalah kesehatan terutama Infeksi Saluran Kemih (ISK). Tujuan penelitian mengidentifikasi hubungan perilaku pemenuhan kebutuhan cairan, eliminasi dan personal hygiene dengan risiko ISK pada pekerja di PT. X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cross sectional. Responden berjumlah 81 orang pekerja bagian produksi PT. X. Pengumpulan data menggunakan 4 kuesioner yaitu kuesioner risiko ISK, pemenuhan kebutuhan cairan, pemenuhan kebutuhan eliminasi, dan kuesioner personal hygiene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan cairan dengan risiko ISK p value 0.023, tidak ada hubungan antara pemenuhan kebutuhan eliminasi dengan risiko ISK dengan p value 0.055, ada hubungan antara personal hygiene dengan risiko ISK dengan p value 0.00. Saran peneliti, pihak perusahaan memfasilitasi air minum, loker, kebersihan toilet beserta sabun dan pengering tangan, serta pemantauan berkala terhadap pekerja.

Health is the most important element in achieving work productivity, but low awareness of workers in maintaining health can cause health problems especially Urinary Tract Infection (UTI). The objective of the study was to identify the relationship of fulfillment of fluid, elimination and personal hygiene with risk of UTI In Working Group of Production Section at PT. X. The method of this study was quantitative using cross sectional method. Respondents were 81 workers of production section at PT. X. Data were collected using 4 questionnaires: UTI risk, fluid fulfillment, elimination fulfillment, personal hygiene, and risk of UTI. The result of the study showed that: there is correlation between fluid fulfillment with risk of UTI (p value 0.023), there is no relation between elimination fulfillment with risk of UTI (p value 0.055), there is correlation between personal hygiene with risk of UTI (p value 0.00). The researcher's suggestion, the company facilitates drinking water, lockers, toilet cleaners with soap and hand dryers, and regular monitoring of workers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Estetika
"Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak memiliki manifestasi klinis yang tidak khas dan bervariasi sehingga sulit terdiagnosis secara dini. Biakan urin memerlukan waktu hingga lima hari sehingga dapat menyebabkan keterlambatan terapi serta tingginya komplikasi ISK pada anak. Kelainan urinalisis yang saat ini digunakan masih memiliki spesifisitas yang rendah. Penelitian ini merupakan studi diagnostik NGAL urin, kelainan urinalisis, dan kombinasi keduanya, khususnya pada anak usia 2–5 tahun. Penelitian dilakukan menggunakan desain potong lintang pada anak dengan tersangka ISK, yaitu anak dengan salah satu gejala ISK (demam lebih dari 380C, muntah, diare, sakit pinggang, atau gejala lokal saluran kemih) disertai kelainan urinalisis (leukosituria, dan/atau nitrit positif dan/atau leukosit esterase positif) yang berusia 2–5 tahun dan dirawat di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Uji diagnostik pemeriksaan NGAL urin, kelainan urinalisis, dan kombinasi keduanya dibandingkan dengan biakan urin sebagai baku emas. Kombinasi ketiga kelainan urinalisis berupa leukosituria, nitrit dan leukosit esterase positif memiliki sensitivitas 38,1% dan spesifisitas 94,9%. NGAL urin diketahui memiliki sensitivitas 85,7% (IK95%: 63,6–96,9%), spesifisitas 74,3% (IK 95%: 57,8–86,9%), positive predictive value 64,3% (IK95%: 50,6–75,9%), dan negative predictive value 90,6% (IK95%: 76,9–96,5%) pada anak dengan minimal satu kelainan urinalisis. Pemeriksaan NGAL urin hanya meningkatkan spesifisitas kelainan urinalisis berupa leukosituria saja dan tidak meningkatkan spesifisitas pada yang telah memiliki tiga kelainan urinalisis. NGAL urin tidak dianjurkan untuk meningkatkan spesifisitas urinalisis dalam diagnosis ISK pada anak usia 2–5 tahun. Gabungan tiga kelainan urinalisis tanpa NGAL urin sudah memiliki spesifisitas yang baik. Perlu dilakukan penelitian biomarker lain yang dapat mendiagnosis dini ISK dengan lebih baik.

Urinary tract infection (UTI) in children has unspecific clinical manifestations leading to difficulties in its early diagnosis. Using urine culture as the gold standard for diagnosing urinary tract infection may need five days to know and may lead to delayed treatment and high complication rates. Urinalysis abnormalities are used to diagnose UTI early but still have low specificity. This study evaluated the diagnostic value of using urinary NGAL, urinary abnormalities, and their combinations, especially in children aged 2–5 years old. This cross-sectional diagnostic study was conducted in children aged 2–5 years old who were suspected to have UTI (fever more than 380C, vomit, diarrhea, abdominal pain, flank pain, or local UTI symptoms with abnormalities in urinalysis including leukocyturia and/or positive nitrite and/or positive leukocyte esterase) who were hospitalized at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. The diagnostic test was performed to urinary NGAL, urinary abnormalities, and their combination compared with urine culture as the gold standard for UTI diagnosis. Combination of urinary abnormalities (leukocyturia, positive nitrite, and positive leukocyte esterase) can have sensitivity 38.1% and specificity 94.9%. Urinary NGAL has sensitivity 85.7% (IK 95%: 63.6–96.9%), specificity 74.3% (IK 95%: 57.8–86.9%), positive predictive value 64.3% (IK 95%: 50.6–75.9%), and negative predictive value 90.6% (IK 95%: 76.9–96.5%). Combination of urinary NGAL and urinary abnormality can only increase specificity urinalysis which only shows leukocyturia from 74.3% to 97.4% but not increase specificity of three urinary abnormalities. Urinary NGAL is not recommended to increase urinalysis specificity to make early diagnosis of UTI in children aged 2–5 years old. The three combination of urinalysis abnormalities without urinary NGAL have had a good specificity. Further research about other biomarkers to make early diagnosis of UTI in children is needed."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Indriayani
"Ketuban pecah prematur adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan ketuban spontan pecah sebelum tanda-tanda persalinan aktif dibawah usia kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah prematur dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kesehatan ibu dan janin. Pengelolaan pada ibu hamil ketuban pecah prematur dengan mengaplikasikan teori Konservasi Levine dan Kenyamanan Kolcaba bertujuan untuk mempertahankan kehamilan sampai aterm dan mengatasi ketidaknyamanan. Pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi  diterapkan  pada  kelima  ibu  hamil dengan  ketuban pecah prematur.  Beberapa  masalah keperawatan  yang  muncul  adalah  risiko  infeksi , risiko cidera  janin, kesiapan  peningkatan  kenyamanan, ansietas,  dan  peningkatan  support  sistem. Melalui  konservasi  energi,  konservasi  integritas  struktur,  konservasi  integritas personal dan konservasi integritas sosial kelima ibu hamil dengan ketuban pecah prematur dapat terhindar dari komplikasi  dengan  perawatan  konservatif.  Hasil  ini  dapat  digunakan  untuk  mengelola  ibu  hamil ketuban pecah prematur pada area maternitas.

Preterm Premature Rupture of Membranes is a condition associated with spontaneous rupture before signs of active labor under 37 weeks of gestation. Premature rupture of membranes can increase the risk of complications in maternal and fetal health. Management of premature rupture of amniotic mothers by applying the theory of Levine Conservation and Comfort Kolcaba aims to maintain pregnancy to term and overcome discomfort. The nursing process approach from assessment to evaluation is applied to the five pregnant women with Preterm Premature Rupture Of Membranes. Some nursing problems that arise are the risk of infection, the risk of fetal injury, readiness for increased comfort, anxiety, and increased support for the system. Through energy conservation, structural integrity conservation, personal integrity conservation and social integrity conservation of five pregnant women with Preterm Premature Rupture Of Membranes can avoid complications with conservative care. This result can be used to manage pregnant women Preterm Premature Rupture Of Membranes in the maternity area."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Taralan
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas penggunaan sefuroksim aksetil pada anak dengan ISK, baik dengan dosis konvensional maupun dengan dosis tunggal. Kelompok A (konvensional) diberi dosis 15 mg./kg. Bb./hari secara oral selama tujuh hari berturut-turut. Kelompok B (dosis tunggal) diberi pengobatan 15 mg./kg./bb./ hari juga secara oral, diberikan sekaligus, hanya satu kali pemberian.
Dari 54 kasus yang dapat dievaluasi, secara keseluruhan kesembuhan klinis terjadi pada 26 dari 39 kasus ISK simtomatik (66,6%); piuria menghilang pada 23 dari 30 penderita (76%),sedang eradikasi kuman hanya didapatkan pada 43% kasus (23 dari 54 kasus). Dari 27 penderita yang termasuk kelompok pengobatan konvensional, kesembuhan klinis didapatkan pada 59,2% kasus, piuria menghilang pada 55,5% kasus sedang eradikasi kuman hanya mencapai 40,7%. Pada kelompok terapi dosis tunggal (27 kasus) kesembuhan klinis didapatkan sebesar 59% dari kasus yang semula termasuk ISK simtomatik. Piuria menghilang pada 13 dari 22 {59%) kasus, sedang eradikasi kuman hanya mencapai 44,5%.
Pada sub kelompok ISK simpleks (38 kasus), diperoleh hasil sebagai berikut: Kesembuhan klinis, piuria yang menghilang dan eradikasi kuman secara berturut-turut sebesar 64,7%, 58,8% dan 64,7% dengan terapi konvensional, sedangkan dengan pengobatan dosis tunggal diperoleh angka sebesar 52,4% baik kesembuhan klinis, hilangnya piuria maupun eradikasi kuman. Terapi konvensional sedikit lebih baik dibandingkan dengan terapi dosis tunggal, meskipun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna.
Pada sub kelompok ISK kompleks (16 kasus), belum dapat diambil kesimpulan yang berarti karena jumlah kasusnya terlalu kecil. Dengan pengobatan konvensional diperoleh kesembuhan klinis, piuria menghilang dan eradikasi kuman secara berturut-turut didapatkan pada 5, 3 dan 4 kasus dari 10 penderita, sedangkan dengan terapi dosis tunggal kesembuhan klinis, piuria menghilang serta eradikasi kuman didapatkan masing- masing pada 2 dari 6 kasus.
Sebagai kesimpulan, pada subkelompok ISK simpleks hasil pengobatan dengan terapi konvensional sedikit lebih baik dibandingkan dengan pengobatan dosis tunggal, sedangkan pada subkelompok ISK kompleks efektifitas pengobatan tampaknya lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok ISK simpleks meskipun belum dapat ditarik kesimpulan yang pasti karena jumlah kasus yang belum mencukupi.

ABSTRACT
Treatment Of Urinary Tract Infection In Children With Cefuroxime AxetilThe aim of this study is to evaluate the efficacy of oral cefuroxime axetil 15 mg./kg. bw. either given conventionally for seven days or as a single -one - shot dose. Fifty-four cases were feasible for evaluation. Clinical recovery was achieved in 26 out of 39 symptomatic patient (66,6%%), pyuria disappeared in 23 out of 30 cases (76%). Bacterial eradication was found in 23 out of 54 cases {43%).
Twenty-seven cases were treated conventionally. Clinical recovery was achieved in 59,2% of the cases, pyuria disappeared in 55,5% , but eradication rate was only 40,7% of the cases. Similar result was also obtained from the group of single-dose treatment. Clinical recovery was achieved in 59% of the cases, pyuria disappeared in 59% and eradication rate was only 44,5%.
From this report we conclude that clinical recovery was fair but this drug was not so effective in eradicating urinary tract infection, either in conventional or in single dose treatment.
Conventional treatment in simplex UTI revealed that clinical cure rate was 64,7%, pyuria disappeared in 58,8% and the eradication of pathogens were found in 64,7%, while in those patient who treated with single dose regimen, the clinical cure rate, disappearance rate of pyuria and pathogen eradication activity were 52,4% consecutively.
Conventional treatment in complex UTI showed that the clinical cure, disappearance of pyuria and the eradication of pathogens were found in five, three and four cases respectively, while in the group of single dose therapy the clinical cure, disappearance of pyuria and the eradication on microorganism were only found in two out of six cases (30%) respectively.
In simple UTI, there was a tendency of better result obtained in the group of conventional treatment in compare with the group of single dose regimen.
In complicated UTI, cure rate was lower than in simple UTI, especially in those cases who treated with single dose regimen although the final conclusion cannot be drawn yet due to the inadequacy of the sample size.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nasya Khaerunnisa
"Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri yang timbul sebagai respon tubuh terhadap stimulasi sistem imun. Salah satu obat yang banyak digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut adalah antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak bijak akan mengakibatkan resistensi.
Penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSAB Harapan Kita merupakan salah satu infeksi utama maupun komorbid pada pasien anak yang tatalaksana pengobatannya menggunakan antibiotik. Namun, RSAB Harapan Kita belum menerapkan evaluasi kualitatif penggunaan antibiotik secara rutin. Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat inap dengan ISK dan mengetahui peran apoteker dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita.
Penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita dievaluasi berdasarkan diagram alir Gyssens meliputi indikasi antibiotik, spektrum, dosis dan interval antibiotik, lama pemberian antibiotik harga, efektivitas dan keamanan antibiotik.
Berdasarkan hasil evaluasi, penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat inap dengan ISK di RSAB Harapan Kita masih ada yang tidak tepat. Peran apoteker dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita yaitu evaluasi kuantitatif penggunaan antibiotik menggunakan metode ATC/DDD, sedangkan evaluasi kualitatif belum dilaksanakan sepenuhnya di RSAB Harapan Kita dan masih terbatas pada antibiotik profilaksis bedah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.

Infectious diseases are diseases caused by microorganisms such as bacteria that arise as the body's response to immune system stimulation (Ministry of Health RI, 2021). One of the drugs that are widely used to treat the disease is antibiotics. However, unwise use of antibiotics will result in resistance.
Urinary Tract Infection (UTI) at RSAB Harapan Kita is one of the main and comorbid infections in pediatric patients whose treatment uses antibiotics. However, RSAB Harapan Kita has not implemented a qualitative evaluation of routine antibiotic use. The purpose of this special task is to determine the accuracy of antibiotic use in hospitalized pediatric patients with UTIs and to know the role of pharmacists in evaluating the use of antibiotics at RSAB Harapan Kita.
The use of antibiotics at RSAB Harapan Kita is evaluated based on the Gyssens flow chart including antibiotic indications, spectrum, dose and interval of antibiotics, duration of antibiotic administration price, effectiveness and safety of antibiotics.
Based on the evaluation results, the use of antibiotics in inpatient pediatric patients with UTIs at RSAB Harapan Kita is still inappropriate. The role of pharmacists in evaluating the use of antibiotics at RSAB Harapan Kita is quantitative evaluation of antibiotic use using the ATC / DDD method, while qualitative evaluation has not been fully implemented at RSAB Harapan Kita and is still limited to surgical prophylactic antibiotics carried out by other health workers.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Indra Sanjaya
"Sepsis adalah gejala klinis akibat infeksi disertai respon sistemik yang dapat berupa hipotermia, hipertermia, takikardia, hiperventilasi atau letargi. Sepsis neonatorum adalah sepsis yang teijadi pads neonates, dan pada biakan darah didapatkan basil positif. Pada sepsis neonatorum sering disertai infeksi saluran kemih (ISK). ISK ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan memperberat sepsis. Untuk menegakkan diagnosis ISK sebagai standar adalah hitting koloni kuman pada biakan urin. Pewarnaan Gram urin merupakan pemeriksaan yang cepat, dapat rnengetahui morfologi dan jumlah kuman dalam hari pertama, serta dapat mendeteksi adanya ISK. Dengan melihat basil pewarnaan Gram urin maka pemberian terapi antibiotika secara empiris dapat lebih terarah. Tujuan penelitian ini ialah mendapatkam metode yang cepat dan mudah untuk mendeteksi ISK pada sepsis neonatorum. Penelitian ini juga bertujuan mendapatkan data proporsi ISK, pola kuman penyebab ISK dan antibiogramnya pada sepsis neonatorum.
Subjek penelitian adalah 100 bayi secara klinis menderita sepsis neonatorum yang dirawat di bangsal Perinatologi dan NICU Bagian IKA RSCM. Bahan berupa darah vena dan urin kateterisasi, diperiksa di Bagian Patologi Klinik RSCM. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pewamaan Gram urin langsung dan urin sitospin, biakan min, dan biakan darah. Dinilai tingkat sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan Gram urin terhadap biakan urin.
Pada penelitian ini didapatkan proporsi ISK pada sepsis neonatorum sebesar 8%. Pola kuman penyebab ISK terbanyak pada sepsis neonatorum adalah Pseudomonas sp dan Staphylococcus epidermidis. Tes sensitivitas antibiotika Pseudomonas sp resisten terhadap antibiotika yang diujikan. Staphylococcus epidermidis sensitif terhadap antibiotik Ampicillinsulbactam, Vancomycin, Meropenem, Imipenem, dan Oxacillin. Pada penelitian ini didapatkan tingkat sensitivitas pewarnaan Gram urin langsung 75% dan spesifisitas 100%, sedangkan pewarnaan Gram urin sitospin didapatkan sensitivitas 100% dan spesifisitas 98,9%. Pada kurva receiver operator curve (ROC) didapatkan sensitivitas dan spesitifitas terbaik pewamaan Gram urin sitospin untuk diagnosis ISK bila cut off point > 3 kuman per lapangan pandang imersi (pembesarkan 1000x). Pewarnaan Gram urin sitospin merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk mendiagnosis ISK pada sepsis neonatorum secara rutin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>