Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76128 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Fakhri Putra
"Fiksasi biologis yang melibatkan mikroalga adalah proses kompleks yang masih belum sepenuhnya dipahami karena keterbatasan metode eksperimental saat ini yang hanya menyediakan analisis pada skala makroskopik. Dalam penelitian ini, kami menyelidiki mekanisme permeasi molekul CO2 melalui membran sel mikroalga menggunakan simulasi dinamika molekuler. Kami memodelkan membran sel mikroalga sebagai molekul DPPC (Dipalmitoylphosphatidylcholine), sebuah jenis fosfolipid yang dominan dalam membran sel makhluk hidup. Kami menggunakan model atom lengkap dengan gaya medan CHARMM (Chemistry at Harvard Macromolecular Mechanics). Semua simulasi, termasuk minimisasi, ekuilibrasi , dan pengumpulan data, dilakukan menggunakan paket perangkat lunak LAMMPS (Large-scale Atomic/Molecular Massively Parallel Simulator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa molekul CO2 dapat menembus membran sel mikroalga, dengan hambatan energi tinggi pada antarmuka antara wilayah lipid dan air. Koefisien difusi molekul CO2 melalui membran sel mikroalga berkisar antara 1.81 hingga 2.69 x 10-5 cm²/s, dan permeabilitasnya berkisar antara 0.17 hingga 0.22. Variasi suhu antara 300 dan 320 K tidak menunjukkan efek signifikan pada karateristik perpindahan molekul CO2.

Biological fixation involving microalgae is a complex process that remains poorly understood due to the limitations of current experimental methods, which only provide macroscopic analysis. In this research, we investigate the mechanism of CO2 molecule permeation through the microalgae cell membrane using molecular dynamics simulations. We model the microalgae cell membrane as DPPC (Dipalmitoylphosphatidylcholine), a dominant phospholipid in living cell membranes. We use an all-atom model with the CHARMM (Chemistry at Harvard Macromolecular Mechanics) force field. All simulations, including minimization, equilibration, and data collection, are conducted using the LAMMPS (Large-scale Atomic/Molecular Massively Parallel Simulator) software package. The results show that CO2 molecules can permeate through the microalgae cell membrane, encountering a high energy barrier at the interface between the lipid and water regions. The diffusion coefficient of CO2 molecules through the microalgae cell membrane ranges from 1.81 to 2.69 x 10-5 cm²/s, and the permeability ranges from 0.17 to 0.22. The temperature variation between 300 and 320 K shows no significant effect on the transport properties of CO2 molecules."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfah
"Keberadaan C02 pada gas alam dapat mencapai 30-80%. C02 ini dapat menurunkan kualitas gas alam serta dapat merusak material perpipaan maupun alat proses karena sifatnya yang asam. Selama ini, cara konvensional menyerap CO2 adalah dengan menggunakan kolom absorber-regenerator. Namun, penggunaan membran serat berlubang sebagai kontaktor gas-cair pada proses penyerapan CO2 dengan menggunakan air semakin berkembang dan diarahkan untuk menggantikan kontaktor gas-cair konvensional. Penggunaan kontaktor membran ini dapat mengeliminasi kekurangan-kekurangan yang ada pada kontaktor gas-cair konvensional seperti flooding danjuga memiliki luas permukaan perpindahan massa yang jauh lebih besar dengan ukuran yang kompak. Untuk dapat diaplikasikan pada skala industri menggantikan kontaktor konvensional, terlebih dahulu aspek hidrodinamika dan perpindahan massa kontaktor membran serat berlubang ini harus dievaluasi. Selain itu, dilakukan juga studi pengaruh jumlah serat terhadap perpindahan massa dan hidrodinamika. Proses penelitian dilakukan dengan mengontakkan CO2 dengan air melalui kontaktor membran serat berlubang dengan variasi jumlah serat dan laju alir air. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran pH dan temperatur air setiap 30 detik selama 5 menit dan pengukuran perbedaan tekanan ahran air yang masuk dan keluar modul untuk tiap laju alir air. Dan hasil penelitian, didapat bahwa pada proses absorbsi CO2 ke dalam air menggunakan kontaktor membran serat berongga, perpindahan massa yang terjadi cukup baik, dinyatakan dengan fluks perpindahan CO2 ke dalam air yang dapat mencapai hingga sekitar 130 gram CO2 setiap meter persegi luas membran selama 1 jam. Koefisien perpindahan massa dan proses ini dapat mencapai 3 x 10 -3 crn/s. Selain itu, semakin banyak jumlah serat dalam dimensi selongsong modul yang sama, maka koefisien perpindahan massa yang terjadi semakin kecil, sedangkan untuk modul yang sama, semakin besar laju alir air, koefisien perpindahan massa yang terjadi semakin meningkat. Sementara itu, dalam uji hidrodinamika didapat kesimpulan bahwa dengan meningkatnya jumlah serat dan kecepatan aliran, penurunan tekanan yang terjadi semakin besar. Namun, faktor friksi semakin kecil seiring dengan meningkatnya jumlah serat dan kecepatan aliran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemanasan global sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kandungan gas CO2 di atmosfer atau yang lebih dikenal sebagai efek rumah kaca, telah menjadi bahan pembicaraan dunia pada saat Disisi lain, proyek gas Natuna yang memiliki kandungan gas CO2 dalam jumlah yang besar,71 %, harus dicarikan altematif pengelolaannya agar dampak lingkungannya dapat dibatasi.
Secara garis besar bentuk pengelolaan CO2 Natuna dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama dengan cara mengkonversikannya merjadi bahan petrokimia Kedua, adalah dengan cara membuang gas CO2 tersebut ke dalarn media-media tertentu seperti : aquifer, laut dan depleted gas/oil.
Dalam skripsi ini disajikan analisis dan pemilihan teknologi pembuangan dan pemanfaatan CO2 yang dianggap paling efisien. Untuk telcnologi pembuangan metode pendekatan pemilihan telcnologi yang digunalcan adalah metode integrasi yang dikelompokkan ke dalam bentuk TECC, OCCC, ODCC dan metode scoring model. Pada teknologi pemanfaatan, metode pemilihan teknologinya hanya berdasarkan parameter-parameter tertentu saja, seperti intensitas energi, Stabilitas ekologi, CO2 yang termanfaatkan dan Produk samping Hal ini dilakukan karena keterbatasan informasi dad masing-masing skenario.
Dari hasil pembahasan berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, menunjukkan untuk teknologi pembuangan urutan prioritas teknologi yang digunakan adalah aquifer, depleted gas/oil dan laut. Untuk teknologi pemanfaatan C02, yaitu urea dan metanol, analisis dan pemilihan teknologi dibagi kedalam bentuk skenario-skenario teknologi pembuatannya. Untuk urea, urutan skenario yang dipilih adalah skenario II, I dan III, sedangkan untuk metanol urutannya adalah skenario I, Il, III dan IV
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Constantia
"Artikel ini bertujuan untuk meneliti penggunaan energi dan faktor utama yang mempengaruhi intensitas emisi karbon dari perusahaan manufaktur dengan menggunakan data industri manufaktur besar dan sedang periode 2011-2014. Meskipun sektor makanan dan minuman barang logam, elektronik, mesin dan barang galian bukan logam adalah sektor utama dengan penggunaan energi terbesar, hanya sektor barang galian bukan logam yang menunjukkan memiliki energi intensitas tertinggi. Sedangkan sektor makanan dan minuman dan barang logam, elektronik dan mesin memiliki intensitas energi yang rendah dikarenakan nilai tambah yang tinggi. Dengan menggunakan metode OLS, 2SLS, dan fixed-effect dalam meneliti determinan intensitas emisi karbon, penelitian ini menemukan bahwa manufaktur besar lebih rendah dan efisien dalam mengeluarkan emisi dibandingkan manufaktur kecil. Selain itu, tenaga kerja dan jumlah modal memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat intensitas emisi karbon. Sedangkan tingkat biaya untuk pemeliharaan mesin memiliki pengaruh positif terhadap intensitas emisi karbon. Hal ini dimungkinkan karena pemakaian mesin canggih yang memerlukan biaya pemeliharaan tinggi cenderung dilakukan oleh sektor industri yang emisi-intensif.

Using a firm-level dataset from the Indonesian large and medium manufacturing sector, this paper investigates the energy usage performance and the main factors that are related to carbon dioxide emission intensity of manufacturing firms, from 2011 to 2014. Although food, beverages; fabricated metal and machinery; and non-metallic mineral are three primary energy-intensive sectors, only the latter had high energy intensity. Meanwhile food industry and fabricated metal and machinery show low energy intensity due to their high value-added. This paper also presents an estimation of carbon dioxide emission due to fuels consumption of firms. During the period of study, the trend of carbon emission has increased, but the carbon emission intensity has shown improvement. Performing panel data framework, this study uses OLS, 2SLS, and fixed effect model in analysing the determinants of CO2 intensity. The result of the FE regressions suggests that larger firms are emission efficient compared to small sized firms. Similarly, capital- and labor-intensive firms are less-carbon intensive. Furthermore, firms that spend more on maintenance have emitted more. This perhaps due to the adoption of high maintenance equipment by emission-intensive firms that requires for more expanses."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Khairunnisa
"Kegiatan antropogenik merupakan penyebab emisi gas rumah kaca. Salah satu gas rumah kaca utama adalah CO2 dimana dihasilkan dari gas buang kendaraan bermotor. Tingginya konsentrasi CO2 di udara dapat dikurangi dengan melakukan fiksasi CO2 oleh organisme fotosintetik. Salah satu organisme fotosintetik yang digunakan adalah mikroalga karena mikroalga memiliki efisiensi fotosintesis yang lebih tinggi daripada tanaman terrestrial dan tidak memerlukan lahan yang luas dalam proses kultivasinya.
Pada penelitian ini, mikroalga Chlorella vulgaris dikultivasi dalam reaktor 3,5 L selama 120 jam dengan variasi konfigurasi lampu dan variasi konsentrasi CO2. sebesar 24,9 g/jam dan 87,3 g/jam. Konfigurasi lampu yang digunakan menghasilkan intensitas cahaya yang berbeda yaitu 29100 lux dan 34990 lux.
Kultivasi mikroalga pada konfigurasi lampu dengan intensitas cahaya sebesar 34990 lux menghasilkan produktivitas biomassa tertinggi sebesar 0,0498 g.l-1.hari-1 dengan laju fiksasi karbondioksida sebesar 6,194 g.l-1.jam-1 23,6 pada pengaliran karbon dioksida 24,9 g.jam-1. Kultivasi mikroalga pada konfigurasi lampu dengan intensitas cahaya sebesar 29100 lux menunjukan hasil yang lebih tinggi dimana menghasilkan produktivitas biomassa tertinggi sebesar 0,5586 g.l-1.hari-1 dengan laju fiksasi karbondioksida sebesar 8,280 g.l-1.jam-1 31,5 pada pengaliran karbon dioksida 24,9 g/jam.

The anthropogenic activities have caused intensive greenhouse gases emission. One of the main greenhouse gases is CO2 which is produced by exhaust gas of self powered motor vehicle. The high concentration of CO2 in the air can be reduced by utilizing photosynthetic organism to fix CO2. One of the photosynthetic organism which can be used to fix CO2 is microalgae, because microalgae has higher photosynthetic efficiency and require smaller land to be cultivated.
In this research, C.vulgaris is cultivated in 3,5 L reactor for 120 hours with varying lamp configuration and carbondioxide concentration. Photobioreactor has two types of lamp configuration which is resulting different light intensity.
Cultivation using lamp configuration with light intensity of 34990 lux results in the highest biomass productivity of 0.0498 g.l 1.day 1 with carbondioxide fixation rate 6.194 g.l. 1.day 1 using carbondioxide flow at 24.9 g.hour 1. Whereas, Cultivation using lamp configuration with light intensity of 29100 lux results in the highest biomass productivity of 0.5586 g.l 1.day 1 with carbondioxide fixation rate 8.280 g.l. 1.day 1 using carbondioxide flow at 24.9 g.hour 1. The purposes of this research is to get the optimum condition which is needed C.vulgaris in biofixation lamp to fix CO2 by adjusting the concentration of CO2 and initial cell density.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faqih Hanif
"Gas karbon dioksida atau CO2 merupakan salah satu bagian dari kelompok gas yang menjadi kontributor utama efek rumah kaca dan pemanasan global dimana emisinya yang semakin meningkat di setiap pergantian tahun dan tingkat konsentrasinya yang sudah sangat tinggi sejak beberapa dasawarsa yang lalu berpotensi memicu perubahan iklim dunia. Antara langkah mitigasi yang dilakukan terhadap isu ini adalah dengan melakukan kegiatan carbon capture atau memerangkap gas CO2. Proses adsorpsi gas merupakan salah satu caranya dan melalui penelitian ini akan dijelaskan tentang simulasi dalam skala molekular untuk memerhatikan proses penyerapan gas CO2 pada material yang berpotensi sebagai adsorben. Material yang di dalam penelitian ini adalah jaringan logam organik atau Metal Organic Framework. Terdapat beberapa variabel yang dikendalikan dalam simulasi ini yaitu antaranya volume MOF, temperatur serta tekanan adsorbat yaitu gas CO2. Perangkat lunak utama yang digunakan untuk proses simulasi pada penelitian ini adalah LAMMPS (Large-scale Atomic/Molecular Massively Parallel Simulator). Metode simulasi molekuler yang digunakan adalah dinamika molekuler dan Grand Canonical Monte Carlo(GCMC). Hasil dari simulasi ini kemudiannya akan dibandingkan dengan hasil percobaan secara eksperimen untuk melihat tren dari kegiatan adsorpsi yang berlaku pada material yang sama. Simulasi ini dilakukan dengan bantuan beberapa perangkat lunak lain yang diintegrasikan dalam proses persiapan, eksekusi dan pengolahan data.

Carbon dioxide or CO2 gas is one of the greenhouse gases that causes the global warming phenomenon. Based on observational data from various environmental organizations and agencies, the amount and concentration of CO2 gas in the earth's atmosphere have been increasing annually. Therefore, preventive measures to maintain the safe concentration of CO2 gas should be more carried out more often. One of them is by doing the carbon capture activities or trapping CO2 gas by adsorption. This research explained about simulation on a molecular scale to observe the adsorption process of CO2 gas in materials that have the potential to act as an adsorbent. The material used to in this study is the Bio- Metal Organic Framework. There are several variables that were controlled in this simulation, including MOF volume, adsorbate’s temperature and pressure. The results of this simulation will then be compared with the experimental results to see the trend of adsorption activity that applies to the same material. This simulation is carried out with the help of several software which are integrated in the process of data preparation, simulation, and data processing. The software which author used for this research is mainly the LAMMPS or (Large-scale Atomic/Molecular Massively Parallel Simulator)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Lee
"Nannochloropsis spp. adalah mikroalga yang menghasilkan asam omega-3 eicosapentaenoic (EPA) dan protein kasar bernilai tinggi, di mana keduanya bermanfaat bagi kesehatan dan diet manusia. Ekstraksi protein dari non-defatted, ethanol-defatted, dan isopropanol-defatted Nannochloropsis kering menggunakan Aqueous Two-Phase Systems (ATPS) dilakukan. Kurva binodal pertama kali ditentukan secara eksperimental dengan bahan yang digunakan: polietilen glikol (PEG) 400, 1000, dan 4000 terhadap buffer fosfat (K2HPO4-KH2PO4) dengan pH 9. Diketahui bahwa protein larut dalam PEG, menghasilkan total konsentrasi protein dalam fase atas. Memvariasikan berat molekul PEG memberikan efek yang dapat diamati pada kurva binodal; semakin tinggi berat molekul, semakin dekat kurva ke sumbu x dan y. Mengindikasikan bahwa berat molekul PEG yang lebih tinggi meningkatkan kemungkinan dua solusi terpisah menjadi beberapa lapisan. Selain itu, Tie Line Length (TLL) dengan nilai rata-rata 40% (w / w) dipilih untuk semua PEG untuk menstandarisasi komposisi akhir. Selain itu, protein di lapisan atas ditentukan menggunakan uji protein Lowry dengan spektrofotometer pada absorbansi 750 nm.
Hasil menunjukkan bahwa biomassa yang tidak dihilangkan lemaknya dalam PEG400 menghasilkan pemulihan protein terbanyak pada 21,73%, diikuti oleh biomassa yang dihilangkan lemaknya oleh etanol di PEG400 dan biomassa yang dihilangkan lemaknya oleh isopropanol di PEG400 masing-masing dengan protein 12,67% dan 10,98% yang pulih. Diperkirakan bahwa mayoritas protein terdenaturasi selama proses penghilangan lemak menjadikannya tidak larut, dan  menghasilkan kadar protein yang rendah. Pemanfaatan biomassa mikroalga basah diduga dapat mengatasi masalah ini untuk penelitian di masa depan.

Nannochloropsis spp. is a microalga which produces high-value omega-3 eicosapentaenoic acid (EPA) and crude protein, where both are beneficial for human health and diet. Protein extraction from non-defatted, ethanol-defatted, and isopropanol-defatted dried Nannochloropsis biomass using Aqueous Two-Phase Systems (ATPS) was performed. Binodal curves were first determined experimentally for the solutions used: polyethylene glycol (PEG) 400, 1000, and 4000 against phosphate (K2HPO4-KH2PO4) buffer with pH 9. It is known that proteins are soluble in PEG, yielding the total protein concentrates in the top phase. Varying molecular weights of PEG gave observable effects on the binodal curves; the higher the molecular weight, the closer the curve was to the x and y axis. Indicating that higher molecular weight of PEG increases the chance of the two solutions separating into layers. Furthermore, a Tie Line Length (TLL) with average value of 40% (w/w) was selected for all PEGs to standardize the final composition. Additionally, proteins in the top layers were determined using the Lowry protein assay with a spectrophotometer at 750 nm absorbance.
Results showed that non-defatted biomass in PEG400 yielded the most protein recovery at 21.73%, followed by ethanol-defatted biomass in PEG400 and isopropanol-defatted biomass in PEG400 with 12.67% and 10.98% protein recovered, respectively. It is suspected that the majority of the protein denatured during the defatting process making them insoluble, hence, the low protein yields. Utilization of wet microalga biomass might overcome this issue for future research.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannie Puspaananda
"Asam dokosaheksanoat (DHA) merupakan asam lemak omega-3 esensial yang berperan penting terhadap kerja otak, jaringan saraf serta retina. Saat ini, mikroalga mendapat perhatian sebagai sumber alternatif yang potensial dalam menghasilkan asam lemak omega-3, yang biasanya didapatkan dari produk ikan. Sebagai sumber DHA konvensional, minyak ikan memiliki kandungan DHA yang rendah, yang dapat memicu penangkapan ikan berlebihan (over fishing) apabila dibutuhkan jumlah DHA yang banyak. Mikroalga Thraustocytrids ditengarai sebagai mikroalga yang sangat potensial dalam menghasilkan DHA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat mikroalga Thraustocytrids yang mampu menghasilkan (DHA). Mikroalga Thraustochytrids diisolasi dari guguran daun mangrove yang terletak di Kawasan Mangrove Lampung dengan metode direct planting. Mikroalga yang tumbuh diamati morfologinya dengan mikroskop cahaya. Koloni Thraustochytrids yang tumbuh dipurifikasi hingga dihasilkan koloni tunggal yang selanjutnya diperbanyak dan dibuat biomassanya. Asam lemak diekstraksi dan dimetilasi dengan metode direct transesterification serta diidentifikasi kandungan DHAnya dengan menggunakan Kromatografi Gas- Spektrofotometri Massa.
Hasil identifikasi menunjukkan terdapat DHA pada sampel minyak mikroalga Thraustochytrids. Keberadaan DHA dipastikan oleh kecocokan fragmentasi massa DHA sampel dan fragmentasi massa DHA pada database spektrum massa NIST (National Institute of Standards and Technology).

Docosahexaenoic acid (DHA) is an omega-3 fatty acid that is essential for the proper functioning of the brain, neural tissues and retina. In recent years, microalgae have gained attention as a potential alternative source of omega-3 fatty acid, which are commonly sourced from fish stocks. Fish stocks, as the conventional source of DHA have a very low concentration of DHA, which could bring overfishing issue as an impact of getting a high concentration of DHA. Thraustochytrids is known as a potential microalgae source of DHA.
The purpose of this study is to isolate a Thraustochytrids microalgae that can produce DHA. Thraustochytrids microalgae were isolated from fallen mangrove leaves at Lampung Mangrove Zone with direct planting technique. The morphology of growing microalgae was observed with light microscope. The growing Thraustochytrids colony was purified until a single colony was obtained. The selected colony was cultured and was dried to make its biomass. Fatty acid was extracted and methylated using direct transesterification method. The presence of DHA in microalgae isolate was identified with Gas Chromatography- Mass Spectrophotometer.
The result of DHA identification proved that the isolate of Thraustochytrids microalgae was contained DHA. The presence of DHA in the microalgae oil sample was confirmed by the similarity of DHA mass fragmentation in the sample and DHA mass fragmentation in NIST (National Institute of Standards and Technology) Library Database.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43007
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2012
JITE 1(15)2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>