Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tsabita Amalia
"Industri musik digital berkembang pesat dan membuat banyak layanan musik bermunculan di Indonesia di antaranya Spotify dan Youtube. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi kemudahan dan kegunaan platform yang menjadi pilihan generasi Z terbanyak di Indonesia yaitu Spotify dan YouTube. Selain itu setiap platform memberikan pengalaman menggunakan fitur yang berbeda. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini mengungkapkan motivasi Generasi Z dalam pemilihan platform seperti kualitas audio, harga, kenyamanan tampilan dan ketersediaan musik yang lengkap. Penelitian ini juga melihat persepsi pengguna mengenai kemudahan mengenai fitur pencarian, fitur rekomendasi, fitur daftar putar dan layanan premium. Penelitian ini menunjukkan alasan dalam pembuatan daftar putar seperti kesenangan pribadi, kemudahan temu kembali dan fleksibilitas dalam mendengarkan musik. Penelitian ini juga menunjukkan persepsi kegunaan platform musik Spotify dan Youtube dalam fitur unduhan, pemenuhan koleksi dan layanan premium. Temuan ini dapat memperlihatkan bagaimana kemudahan dan kegunaan fitur yang diberikan oleh platform musik khususnya Spotify dan YouTube dalam meningkatkan pengalaman pengguna. Diharapkan penelitian ini juga dapat memberi masukan terhadap perpustakaan yang memberikan layanan koleksi digital khususnya musik agar dapat memberikan layanan yang mudah dan meningkatkan aksesibilitas terhadap koleksi musik perpustakaan.

The digital music industry is growing rapidly and many music services have sprung up in Indonesia including Spotify and YouTube. This study aims to identify the perceived ease and usefulness of the platforms that are the most preferred by Generation Z in Indonesia, namely Spotify and YouTube. In addition, each platform provides an experience of using different features. This research uses a qualitative approach with a case study method. The results of this study reveal Generation Z's motivations in choosing platforms such as audio quality, price, viewing convenience and complete music availability. This research also looks at user perceptions of convenience regarding search features, recommendation features, playlist features and premium services. The research shows reasons for creating playlists such as personal enjoyment, ease of retrieval and flexibility in listening to music. The research also shows the perceived usability of Spotify and Youtube music platforms in terms of download features, collection fulfillment and premium services. The findings can show how the ease and usability of features provided by music platforms, especially Spotify and YouTube, improve user experience. It is hoped that this research can also provide input to libraries that provide digital collection services, especially music, in order to provide easy services and increase accessibility to library music collections.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deby Puspitaningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini menguji faktor pembentukan Intensi Kontinuitas atau niat kelanjutan pada generasi Z terhadap layanan music streaming Spotify menggunakan Teori Uses and Gratifications (UGT). UGT adalah teori penting untuk mengungkap mengapa orang-orang menggunakan media tertentu dan kepuasan apa yang didapatkan. Terdapat model bisnis freemium pada aplikasi music streaming Spotify, yang dapat dibagi menjadi dua jenis pengguna, yaitu pengguna basic (tidak berbayar) dan pengguna premium (berbayar). Dengan menggunakan paradigma positivis, pendekatan kuantitatif, dan metode survei yang dilakukan terhadap 153 responden, dan menganalisis 12 variabel laten dan 1 variabel manifes menggunakan PLS-SEM, hasilnya menunjukkan bahwa model awal penelitian tidak dapat diterapkan sepenuhnya. Dibutuhkan model modifikasi penelitian dengan menghilangkan variabel Social Connectivity dan Discovery of New Music karena kedua variabel tersebut tidak signifikan. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor pembentuk intensi kontinuitas dari pengguna music streaming generasi Z adalah Ubiquity dan Enjoyment. Pengaruh Ubiquity terhadap Intensi Kontinuitas sebesar 39,7% dan pengaruh Enjoyment terhadap Intensi Kontinuitas sebesar 20,3%. Utilitarian Value juga berpengaruh terhadap Intensi Kontinuitas yaitu sebesar 25,2%. Sementara Hedonic Value tidak berpengaruh karena hanya menunjukkan nilai 0,07% terhadap Intensi Kontinuitas. Dari uji ANOVA satu arah pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara tipe pengguna basic dengan tipe pengguna premium. Tingkat Ubiquity dan Enjoyment pengguna premium adalah lebih tinggi daripada pengguna basic. Hal tersebut mendukung Uses and Gratifications Theory bahwa khalayak, dalam hal ini pengguna music streaming Spotify, memilih media tergantung pada kebutuhan individualnya.

ABSTRACT
This research examines the forming factors of continuance intention in Z generation about Spotify's music streaming service using Uses and Gratifications Theory (UGT). UGT is an important theory to reveal why people use certain media and what satisfaction they get. There is a freemium business model in the Spotify music streaming application, which can be divided into two types of users, namely basic (not paid) and premium (paid) users. Using a positivist paradigm, a quantitative approach, and a survey method conducted on 153 respondents, and analyzing 12 latent variables and 1 manifest variable using PLS-SEM, the results indicate that the initial model of the study cannot be fully applied. A research modification model is needed by removing the Social Connectivity and Discovery of New Music variables because that variables are not significant. From this research, the results show that the forming factors of Continuance Intention of music streaming users on Z generation are Ubiquity and Enjoyment. The effect of Ubiquity to Continuance Intention is 39.7% and the effect of Enjoyment to Continuance Intention is 20.3%. Utilitarian Value also influences Continuance Intention, which is 25.2%. Meanwhile, Hedonic Value has no effect because it only shows the value of 0.07% to the Continuance Intention. From the one-way ANOVA test in this study, the results show that there are differences between basic and premium users. The level of Ubiquity and Enjoyment of premium users is higher than that of basic users. That fact supports the Uses and Gratifications Theory that audiences, in this case is Spotify music streaming users, choose media depending on their individual needs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Khalya Karamina
"ABSTRAK
Saat ini, Generasi Z adalah generasi dengan kepribadian dan karakteristik paling kompleks dan kritis sepanjang masa. Perbedaan karakter dari generasi terdahulunya sangat mempengaruhi perilaku pembelian dari Generasi Z. Di tahun 2020 mendatang, diperkirakan bahwa anggota dari Generasi Z akan menjadi kelompok konsumen terbesar di dunia, melebihi berbagai kelompok generasi sebelumnya. Oleh karena itu, kekuatan dan daya beli dari generasi ini tidak dapat disepelekan. Walau kini anggotanya berusia maksimal 22 tahun, pengaruh mereka di lingkungan sosial dan keluarga terbilang signifikan. Kekuatan dari Generasi Z diperkuat dari mudahnya akses informasi dan fasihnya mereka untuk berkomunikasi di dalam dunia teknologi dan digital. Sebagai generasi pertama yang lahir sebagai digital natives, mereka hidup tidak hanya di dunia nyata melainkan juga di dunia digital. Berdasarkan kebutuhan dan perilaku yang berbeda, brand perlu mempertimbangkan ulang taktik dan strategi pendekatan kepada target baru ini. Tentunya, strategi pemasaran digital adalah pendekatan yang perlu ditekankan. Melihat potensi pembelian yang besar dari generasi ini, brand yang visioner akan mulai membidik Generasi Z sebagai target utama mereka, dengan pendekatan bauran pemasaran yang sesuai dengan karakteristiknya.

ABSTRACT
Nowadays, Generation Z is the most complex and critical generation from all times. These character and behavior differences from its preceding generations affected their buying decision process. I tis estimated that by 2020, Generation Zs will come to be the largest group of consumers globally. Judging by the statement given, this younger genereration should not be looked down by brand marketer. With the oldest member barely even 22 years old, their influence both in social and family environment can be considered as significant. Their favorable state of life is also supported by information accessibility and their fluency in the digital technology. They are the first ever digital natives born generation, hence familiar living both in reality and varied social networks. Their specific behavior and characteristics require brands to reconsider their current approach and strategy to engage with this new audience. Digital marketing is a one definite strategy to be focused on while targeting to Generation Z. Seeing the potential of thie generation, a visionary brand will start targeting this generation as their main audience, with a tailored marketing mix approach to meet their expectations."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naninggolan, Ayu Andira Sanubari
"Industri musik telah mengalami perubahan yang signifikan dari cara tradisional seperti mendistribusikan dan mendengarkan musik dari CD dan radio ke streaming. Tesis ini akan membahas tentang perkembangan streaming musik dan kontribusi kemajuan teknologi dan layanan yang diberikan oleh penyedia streaming musik terhadap perkembangan pesat yang terjadi. Tesis ini juga akan membahas isu-isu terkait pembajakan musik dan bagaimana streaming memberikan efek positif dan negatif terhadap isu tersebut dan juga berbagai perubahan dalam distribusi royalti dari penyedia jasa streaming musik kepada musisi.

Music industry has shifted significantly from traditional way that is distributing and listening to music through CD or radio to streaming. In this assignment, I am going to discuss about the growth of music streaming as well as the contribution of technology advancement and extended service of music streaming providers to the massive growth. This paper will also discuss the issues such as music piracy and how music streaming has both positive and negative contribution on it as well as the various changes in royalty distribution to musician from music streaming providers"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmannisa Fadhilah
"Live streaming telah menjadi sebuah tren dan mampu memunculkan suatu industri baru. Live stream kerap dikatakan sebagai penyiaran secara waktu nyata melalui internet, namun hal ini menimbulkan pertanyaan terkait kegiatan penyiaran yang dilaksanakan oleh live stream apakah memiliki pengertian yang sama dengan penyiaran sebagaimana dimaksud oleh UU Penyiaran serta terdapat kemungkinan dengan perwujudan partisipasi khalayak atas web 2.0 melalui produk live stream dapat menimbulkan sebuah jenis karya baru. Melalui pendekatan yuridis normatif dalam melakukan penelitian ini akan meneliti kedudukan produk live stream dalam UU Hak Cipta dan perlindungan dari suatu konten live stream yang dilakukan pengunggahan ulang tanpa izin. Kegiatan penyiaran yang dilakukan oleh live streaming tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan penyiaran sebagaimana pengertian UU Penyiaran dan tidak memiliki hak siar sebagaimana UU Hak Cipta. Video live stream permainan gim dapat dikategorikan sebagai suatu ciptaan, melakukan tindakan pengunggahan ulang konten live stream merupakan suatu pelanggaran hak eksklusif pencipta. Pencipta konten yang merasa hak kekayaan intelektualnya telah dilanggar dapat melakukan upaya melalui jalur litigasi maupun non litigasi.

Live streaming has become a trend and is capable of giving rise to a new industry. Live streams are often said to be broadcasting in real time via the internet, but this raises questions regarding broadcasting activities carried out by live streams whether they have the same meaning as broadcasting as referred to in the Broadcasting Law and there is a possibility of realizing audience participation on web 2.0 through live products streams can give rise to a new kind of work. Through a normative juridical approach in conducting this research, it will examine the position of live stream products in the Copyright Law and the protection of live stream content that is re-uploaded without permission. Broadcasting activities carried out by live streaming cannot be categorized as an act of broadcasting as defined in the Broadcasting Law and do not have broadcast rights as per the Copyright Law. Video game live streams can be categorized as a creation, re-uploading live stream content is a violation of the creator's exclusive rights. Content creators who feel their intellectual property rights have been violated can make efforts through litigation or non-litigation."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifat Naufal Adnan
"Fokus dari riset ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membayar (WTP) layanan streaming musik dan untuk menganalisa besarnya nilai WTP. Dengan menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM), rata – rata kesediaan membayar adalah Rp, 49.000 per bulan. Sedangkan, dengan menggunakan analisa logit, diketahui bahwa harga, kesediaan aplikasi di telepon genggam, kualitas audio dan tidak adanya gangguan dari iklan adalah faktor yang signigikan mempengaruhi WTP.

This study aims to identify factors that influencing willingness to pay (WTP) for music streaming service’s tariffs and to analyze the rates of consumer’s WTP in IUP FEB UI. Through Contingent Valuation Method (CVM), the average price is IDR 49,000 per month. Meanwhile, by using logit analysis, it is known that price, the presence of applications on mobile phones , the audio quality and the absence of interference such as advertisement are the significant factors influencing the WTP."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Ananta Karisma
"ABSTRACT
Generasi Z adalah generasi orang yang lahir pada selang waktu tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 dimana internet sudah ada saat mereka dilahirkan. Mereka mempunyai ciri karakter yang berbeda dari generasi sebelumnya seperti egois, tidak menghargai proses, tidak peduli pada sesama dan kurang bisa berkomunikasi secara verbal. Kemungkinan ciri karakter itu dipengaruhi oleh faktor keluarga seperti pola asuh orang tua, pekerjaan orang tua, apakah dia tinggal bersama orang tuanya atau tidak dan sebagainya. Perubahan ciri karakter dari generasi Z diduga akan membuat cara pengajaran, materi pengajaran, pekerjaan yang diinginkan dan pandangan sosial mereka terhadap korupsi, nepotisme dan persetujuan terhadap LGBT juga berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Untuk melihat faktor keluarga mana yang paling mempengaruhi karakter generasi Z dan melihat ada tidaknya hubungan antara generasi Z dengan faktor-faktor yang diteliti metode analisis data yang digunakan adalah twostep cluster, pohon keputusan, dan tabel kontingensi. Pertama, twostep cluster digunakan untuk mengelompokkan responden ke dalam cluster yang homogen. Hasil yang didapat adalah dua cluster. Kedua, pohon keputusan digunakan untuk melihat faktor orang tua yang paling memengaruhi kdua cluster yang dihasilkan.  Hasil yang didapat adalah faktor yang paling memengaruhi ciri karakter generasi Z adalah pola asuh orang tua. Ketiga, tabel kontingensi digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara cluster yang dihasilkan dengan faktor-faktor yang diteliti. Hasil yang didapat adalah terdapat hubungan antara cluster yang dihasilkan dengan pekerjaan yang diinginkan dan materi pengajaran yang disukai. Pekerjaan yang mereka paling inginkan adalah pekerjaan lainnya, seperti ilmuwan, pegawai negeri, wiraswasta, dan sebagainya, materi pengajaran yang paling mereka inginkan ada ilmu terapan, cara pengajaran yang paling mereka inginkan adalah tutorial. Mayoritas mereka tidak setuju dengan adanya korupsi, nepotisme, dan LGBT.

ABSTRACT
Generation Z is the generation of people born between 1995 and 2010 where the internet has been existed when they were born. They have different character from the previous generation such as egoistic, does not value process, does not care for others and cannot communicate verbally. Character may be influenced by family factors such as parenting style, parents` job, whether they live with their parents or not, etc. Changes in the character of generation Z are expected to make their desired teaching methods, teaching materials, job and their views on corruption, nepotism and agreement with LGBT different from the previous generations. To see which family factor influence character of generation Z the most and to see whether there is a relationship between generation Z and the factors studied the data analysis methods used are twostep clusters, decision trees, and contingency tables. First, twostep cluster is used to group respondents into homogeneous groups. The results obtained are two clusters. Second, the decision tree is used to look at the most influential parents of the two clusters produced. The results obtained are the factors that influence character of generation Z the most is parenting. Third, contingency tables are used to see whether there is a relationship between clusters produced with the factors studied. The results obtained are related to the cluster produced with the desired work and the teaching material. The jobs they want the most are other jobs, such as scientists, civil servants, entrepreneurs, etc. The teaching material they want the most is applied science, teaching methods what they want most is a tutorial. The majority of them disagree with the existence of corruption, nepotism and LGBT."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Deiny Mardian Wijayapraja
"Kehadiran teknologi 5G memberikan harapan kualitas pengalaman atau Quality of Experience (QoE) yang jauh lebih baik dalam memanfaatkan layanan video streaming. Namun, selain kualitas, ada banyak faktor lain yang diyakini memberikan nilai dan memengaruhi pengalaman pengguna layanan video streaming di era 5G. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pengukuran sekaligus mendapatkan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi QoE pada 5G dengan menggunakan kerangka kerja konseptual yang melibatkan ukuran penilaian korelasi pengaruh teknologi 4G terhadap 5G. Pengembangan model ini dilakukan melalui pengukuran User Experience (UX) dan Quality of Service (QoS) sebagai unsur pembentuk QoE. Hal ini pun dilakukan mengingat perlu standar khusus untuk mengukur QoE secara detil terutama pada sisi UX. Kerangka konseptual dikembangkan menggunakan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM), berdasarkan data UX dan QoS di Jakarta secara realita di tahun 2022. Dari hasil pengukuran UX diperoleh bahwa pada kondisi realita di Jakarta memiliki nilai korelasi sebesar 0.59. Hal ini berarti pengaruh teknologi 4G terhadap 5G pada pengalaman pengguna layanan video streaming di Jakarta masih signifikan. Sementara dari pengukuran QoS diketahui bahwa terdapat nilai korelasi sebesar 0.27. Hal ini berarti pengaruh teknologi 4G terhadap 5G secara teknis di Jakarta tidak signifikan Hasil akhir nilai QoE dengan format UX dan QoS ini pun dapat dipetakan untuk melihat posisi dan potensi dari pengukuran QoE ini. Lebih lanjut lagi pada faktor-faktor pembentuk UX, dilakukan analisis dengan Exploratory Factor Analysis (EFA). Dari hasil analisis dengan EFA untuk area Jakarta diperoleh bahwa hal terkait kemudahan atau perspicuity dan aspek ekonomi menjadi faktor-faktor dominan. EFA juga mengelompokkan kesepuluh faktor ke dalam tiga dimensi di mana dimensi teknologi merupakan dimensi yang dominan dan memiliki prioritas dalam pengembangan teknologi 5G di Jakarta.

The presence of 5G technology provides hope for a much better Quality of Experience (QoE) in utilizing streaming video services. However, apart from quality, many other factors are believed to provide value and influence the user experience of streaming video services in the 5G era. This study aims to develop a measurement model as well as obtain what factors will affect QoE on 5G by using a conceptual framework that involves measuring the correlation of the influence of 4G technology on 5G. The development of this model is carried out by measuring User Experience (UX) and Quality of Service (QoS) as elements that form QoE. This was also done considering the need for particular standards to measure QoE in detail, especially on the UX side. The conceptual framework was developed using the Structural Equation Model (SEM) approach based on actual UX and QoS data in Jakarta in 2022. The UX measurement results found that in real conditions in Jakarta, it has a correlation value of 0.59. This means that the influence of 4G technology on 5G on the user experience of streaming video services in Jakarta is still significant. Meanwhile, from QoS measurements, it is known that there is a correlation value of 0.27. This means that the influence of 4G technology on 5G technically in Jakarta is not significant. The final results of QoE values with UX and QoS formats can also be mapped to see the position and potential of this QoE measurement. Furthermore, on the factors that make up UX, analysis is carried out with Exploratory Factor Analysis (EFA). The analysis with EFA for the Jakarta area found that matters related to ease or perspicuity and economic aspects were the dominant factors. EFA also groups the ten factors of UX into three dimensions, where the technology dimension is the dominant dimension and prioritises developing 5G technology in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabita Anjaning
"Skripsi ini membahas membahas tentang analisis terhadap legalitas dari Interner Streaming karya musik pada tempat komersil. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 meliputi karya musik sebagai salah satu ciptaan yang dilindugi, dan memberikan segenap hak ekonomi kepada pemegang hak cipta dan hak terkait dari karya musik tersebut. Karena Undang-Undang Hak Cipta tidak mengatur tentang aktivitas Internet streaming, akan ada penjelasan terhadap pengertian aktivitas tersebut dan hak konomi manakah yang sesuai untuk mencakupi aktivitas Internet streaming juga akan dibahas dalam skripsi ini. Tiga hak ekonomi yaitu hak pengumuman, hak ekonomi, dan hak penyiaran adalah beberapa hak ekonomi yang paling sesuai untuk meliputi aktivitas tersebut, dengan demikian skripsi ini juga akan memberikan pemahaman lebih lanjut dan batasan antara ketiga hak ekonomi dengan mempertimbangkan peraturan-peraturan internasional yang terkait.

This undergraduate thesis discussed the legality of Internet streaming of musical works at commercial venue. Indonesian Copyright Law Number 28 Year 2014 includes musical work as a protected work, and thus grants economic rights to both copyright holder and related right holder of a musical work. Since the Indonesian Copyright law does not regulate on the conduct of Internet streaming, an elaboration on the understanding of such conduct and which economic does Internet streaming shall be classified into shall be discussed under this thesis. Three economic rights namely the right of announcement, communication, and broadcasting of works are the most suitable to cover the conduct of Internet streaming, and thus, are thoroughly discussed under this thesis. Due to the lack of explanation given by Indonesian Copyright Law, it results in several confusions on the understanding of the three economic rights. Consequently, this thesis also provides further understanding and clear boundaries of all three economic rights by considering relevant international instruments in the realm of copyrights"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Syabila
"PayLater adalah salah satu bentuk dari digital payment yang diguanakan seperti kartu kredit yang berbentuk digital. PayLater salah satu bentuk inovasi digital payment yang pertama kali ada di Indonesia pada pertengahan tahun 2018. Paylater bisa dengan mudah digunakan melalui pendaftaran online pada digital platform yang menyediakan layanan tersebut. Sudah banyak aplikasi yang menyediakan layanan PayLater seperti e wallet, e commerce, aplikasi berbasis travel, ataupun aplikasi yang khusus menyediakan kredit online. Jabodetabek sebagai kota metropolitan yang dapat menjadi target penerapan penggunaan PayLater yang potensial dan menargetkan Generasi Z sebagai pengguna potensial. Generasi Z merupakan generasi dengan kelompok umur 10-25 tahun yang memiliki karakter dekat dengan teknologi atau juga bisa disebut sebagai app friendly generation. Karena PayLater tergolong baru di Indonesia, penelitian ini bertujuan menganalisis penerimaan PayLater pada Generasi Z di Jabodetabek dengan menggunakan Technology Acceptance Model untuk mengetahuo faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan PayLater. Faktor resistance to change, perceived risk, awareness of service, perceived benefit, perceived ease of use, dan perceived usefulness menjadi faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan layanan PayLater. Faktor faktor tersebut kemudian digunakan untuk merancang rekomendasi strategi untuk penerimaan dan loyalitas PayLater bagi Generasi Z di Jabodetabekyang divalidasi oleh expert menggunakan Relationship Matrix.

PayLater is a form of digital payment that is used like a credit card in a digital form. PayLater is one of the first forms of digital payment innovation in Indonesia in mid-2018. PayLater can be easily used through online registration on digital platforms that provide these services. There are a lot applications that provide PayLater services such as e-wallet, e-commerce, travel-based applications, or applications that specifically provide online credit. Jabodetabek as a metropolitan city that can be a potential target for implementing PayLater applications and targeting Generation-Z as potential users. Generation-Z is a generation with 10-25 years of age group that whose characters are close to technology or can also be referred to as app-friendly generation. Because PayLater is relatively new in Indonesia, this study aims to analyze PayLaters acceptance in Generation Z in the Greater Jakarta by using the Technology Acceptance Model to identify factors that influence the use of PayLater. Resistance to change, perceived risk, awareness of service, perceived benefit, perceived ease of use, and perceived usefulness are factors that are shown to affect someone to use PayLater services. These factors are then used to design strategy recommendations for PayLater acceptance and loyalty for Generation Z in the Greater Jakarta area, which are validated by experts using the Relationship Matrix."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>