Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsahala Alan Frederick
"Kecurangan akademik adalah suatu fenomena yang sering dilakukan mahasiswa, terutama karena perkembangan internet dan faktor performance goal orientations. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara performance goal orientations dan kecurangan akademik dengan internet yang dilakukan kepada 155 mahasiswa S1. Penelitian ini dilakukan menggunakan alat ukur Internet-Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) dan Achievement Goal Questionnaire-Revised (AGQ-R) yang dilakukan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara performance goal orientations dan kecurangan akademik dengan internet pada mahasiswa (r = -0,086, p<0.005). Hasil temuan penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara performance goal orientations dan kecurangan akademik dengan menggunakan internet pada mahasiswa S1.

Academic dishonesty is a phenomenon that often occurs among undergraduate students, especially with technological developments and performance goal orientation factors. This research aimed to look at the relationship between performance goal orientations and academic dishonesty with internet and was carried out on 155 undergraduate students. This research was conducted using the Internet-Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) and Achievement Goal Questionnaire-Revised (AGQ-R) measuring instruments, which were conducted online. The research results show that there is no significant relationship between performance goal orientations and academic cheating with technology among Indonesian undergraduate students (r = -0.086, p<0.005). The findings of the research are expected to provide information regarding the relationship between performance goal orientations and academic cheating using the internet on undergraduate students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Anim
"Perkembangan teknologi dan internet yang pesat sering dimanfaatkan untuk melakukan kecurangan akademik. Mahasiswa dengan tingkat efikasi diri yang tinggi maupun rendah dapat melakukan kecurangan akademik karena adanya peran moral disengagement. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara efikasi diri akademik dan kecurangan akademik dengan internet serta peran moral disengagement sebagai mediator pada mahasiswa di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Internet-Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS), The Academic Self-Efficacy Scale (TASES), dan Moral Disengagement Scale. Sebanyak 139 data partisipan dianalisis menggunakan Pearson Correlation dan PROCESS Model 4 versi 4.2 oleh Hayes. Hasil penelitian menemukan hubungan negatif yang signifikan namun lemah antara efikasi diri akademik dan kecurangan akademik dengan internet (r (139) = -0.287, p <.001, two tailed), namun tidak menemukan peran moral disengagement sebagai mediator (indirect effect = -.069, SE = .066, Boot 95% CI [-.226, .041]). Artinya, semakin tinggi efikasi diri akademik mahasiswa, maka semakin rendah kecenderungannya dalam melakukan kecurangan akademik menggunakan internet. Dengan demikian, penting bagi institusi akademik untuk melakukan upaya agar bisa mengurangi kecenderungan mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik dengan internet, seperti sosialisasi dan regulasi penggunaan internet, menambah aktivitas yang dapat meningkatkan efikasi diri akademik mahasiswa, dan lainnya.

The rapid advancement of technology and internet is often exploited for academic dishonesty. Academic dishonesty was done by students regardless of their academic self-efficacy level so moral disengagement might play a significant role. This study aims to investigate the relationship between academic self-efficacy and academic dishonesty using technology, and the role of moral disengagement as a mediator among university students in Indonesia. The instruments used in this study are Internet-Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS), The Academic Self-Efficacy Scale (TASES), and Moral Disengagement Scale. Total number of participants were 139 and analyzed using Pearson Correlation and Hayes’s PROCESS Model 4 version 4.2. Results found a weak but significant negative correlation between academic self-efficacy and academic dishonesty using internet (r (139) = -0.287, p <.001, two tailed), but did not find the role of moral disengagement as a mediator (indirect effect = -.069, SE = .066, Boot 95% CI [-.226, .041 This means that the higher student's academic self-efficacy is, the lower their tendency to engage in academic dishonesty using internet. Therefore, it is crucial for academic institutions to reduce the tendency of students committing academic dishonesty, such as through the dissemination and regulation of technology usage, increasing activities that can enhance students' academic self-efficacy, and other similar initiatives."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanness Callista Lafida
"Kecurangan akademik merupakan masalah yang kerap ditemukan di dunia pendidikan padahal perbuatan tersebut memberikan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Masalah ini semakin berkembang terutama dengan kehadiran internet yang semakin memfasilitasi perilaku tersebut. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kecurangan akademik adalah penalaran moral yang berkaitan dengan penilaian mahasiswa terhadap benar atau tidaknya suatu hal. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecurangan akademik dengan internet pada mahasiswa sarjana. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa sarjana (N = 100) di Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Pengukuran variabel kecurangan akademik dengan internet menggunakan alat ukur Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) dan penalaran moral menggunakan Defining Issues Test (DIT). Hubungan kedua variabel diuji menggunakan metode Spearman correlation dan ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecurangan akademik dengan internet, (r(98) = -0,100, p = 0,320, two-tailed). Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih menjelaskan hubungan antara kedua variabel. Akan dibahas beberapa permasalahan, limitasi, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Academic dishonesty is a prevalent issue in the educational world, causing harm to both individuals and others. This problem has been exacerbated by the presence of the internet, which increasingly facilitates such behavior. One factor related to academic dishonesty is moral reasoning, which pertains to students' judgments about the rightness or wrongness of actions. The hypothesis of this study is that there is a significant relationship between moral reasoning and internet-facilitated academic dishonesty among undergraduate students. This research was conducted on undergraduate students (N = 100) in Indonesia aged 18-25 years. The measurement of the academic dishonesty variable with the internet used the Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS), and moral reasoning was measured using the Defining Issues Test (DIT). The relationship between the two variables was tested using the Spearman correlation method, and it was found that there was no significant relationship between moral reasoning and internet-facilitated academic dishonesty (r(98) = -0.100, p = 0.320, two-tailed). Therefore, further research is expected to better explain the relationship between these two variables. Several issues, limitations, and suggestions for future research will be discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan Arhab
"Kecurangan akademik dan prokrastinasi akademik merupakan fenomena yang sering dijumpai pada kalangan mahasiswa. Perkembangan teknologi internet yang pesat memungkinkan kecurangan akademik semakin mudah dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian terdahulu yang melihat hubungan antara prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik namun pada konteks yang berbeda, yaitu dengan internet. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 118 yang merupakan mahasiswa S1 di Indonesia berusia 18-25 tahun. Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan teknik analisis Pearson untuk mengetahui hubungan antara prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik dengan internet. Prokrastinasi akademik diukur dengan Academic Procrastination Scale (APS), sedangkan kecurangan akademik dengan internet diukur menggunakan Internet-Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan secara positif dan signifikan dengan kecurangan akademik dengan internet, r(116) = 0,421, p < 0,001, one-tailed. Temuan penelitian diharapkan mampu untuk memberikan informasi terkait hubungan prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik dengan internet.

Academic dishonesty and academic procrastination are phenomena that are often found among students. The rapid development of internet technology makes it easier for students to commit academic dishonesty. This research is a replication of previous research which looked at the relationship between academic procrastination and academic dishonesty but in a different context, namely the internet. There were 118 participants in this research who were undergraduate students in Indonesia aged 18-25 years. This research used a correlational design with Pearson analysis technique to determine the relationship between academic procrastination and academic dishonesty with internet. Academic procrastination was measured using the Academic Procrastination Scale (APS), while academic dishonesty with the internet was measured using the Internet-Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS). The results showed that academic procrastination was positively and significantly related to academic dishonesty with internet, r(116) = 0.421, p < 0.001, one-tailed. It is hoped that the research findings will be able to provide information regarding the relationship between academic procrastination and academic dishonesty with the internet.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narisa Aulia Esmananda
"Kecurangan akademik merupakan permasalahan yang sering terjadi pada mahasiswa, terutama dengan teknologi internet yang semakin berkembang meningkatkan peluang untuk melakukan kecurangan. Salah satu faktor yang berperan dalam perilaku tersebut adalah kontrol diri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kontrol diri dan kecurangan akademik dengan internet pada mahasiswa di Indonesia. Partisipan merupakan 139 mahasiswa aktif sarjana berusia 18-25 tahun. Kecurangan akademik dengan teknologi diukur menggunakan Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) dan kontrol diri menggunakan Brief Self-Control Scale (BSCS). Hasil korelasi Spearman menemukan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dan kecurangan akademik dengan internet (r = -0,469, p < 0.05). Artinya, semakin tinggi kemampuan kontrol diri mahasiswa, maka semakin rendah kecenderungan mahasiswa untuk melakukan kecurangan akademik dengan internet. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi perilaku mahasiswa dalam melakukan kecurangan akademik dengan internet dengan pentingnya memiliki kontrol diri yang kuat.

Academic dishonesty is a problem that often occurs among undergraduate students, especially as internet technology continues to develop can increase opportunities for committing academic dishonesty. One factor that plays a role is self-control. This research aims to examine the relationship between self-control and academic dishonesty with internet among undergraduate students in Indonesia. Participants were 139 undergraduate students aged 18-25. Academic dishonesty with technology was measured using the Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) and self-control using the Brief Self-Control Scale (BSCS). The result of Spearman correlation found there is a significant negative relationship between self-control and academic dishonesty with internet (r = -0.469, p < 0.05). This means that the higher a student's self-control ability, the lower the student's tendency to commit academic dishonesty with internet. This research is expected to reduce student behavior in committing academic dishonesty with internet with the importance of having a strong self-control."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febita Ramadhani Nadiza
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketakutan terhadap kegagalan dan perilaku kecurangan akademik. Responden penelitian ini berjumlah 368 orang mahasiswa yang didapatkan melalui metode pengambilan data accidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah PFAI (Performance Failure Appraisal Inventory) yang dikonstruk oleh Conroy (2002) dengan lima konsekuensi aversif yaitu (1) ketakutan mengalami penghinaan dan rasa malu, (2) ketakutan akan penurunan etimasi diri, (3) ketakutan akan ketidakpastian masa depan, (4) ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial, serta (5) ketakutan akan mengecewakan orang terdekat.
Kecurangan akademik diukur dengan kuesioner kecurangan akademik yang dibuat berdasarkan tiga teori yaitu Pavela (1978), McCabe dan Trevino (1997), serta Newstead, Stokes, dan Armstead (1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketakutan terhadap kegagalan dan kecurangan akademik (r = 0,004, p>0,05, two tailed). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ketakutan terhadap kegagalan pada mahasiswa, maka tidak mempengaruhi banyaknya perilaku kecurangan akademik yang dilakukannya selama menjadi mahasiswa.

This study aimed to find the correlation between fear of failure and academic dishonesty. Respondents are 368 undergraduate students which obtained by accidental sampling method. The test are PFAI (Performance Failure Appraisal Inventory) constructed by Conroy (2002) with five aversive consequence: 1) experiencing shame and embarrassment experiences, 2) devaluing one‟s self-estimate, 3) having an uncertain future, 4) losing social influence, and 5) upsetting important others.
Academic dishonesty measured by Kuesioner Kecurangan Akademik which constructed from three perspective theory that is Pavela (1978), McCabe dan Trevino (1997), and Newstead, Stokes, and Armstead (1996). The result shows there were no significant correlation between fear of failure and academic dishonesty (r = 0,004, p>0,05, two tailed). That indicates the higher level of fear of failure on college students are not impacting the quantity of academic dishonesty behavior during they are being a student.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kintan Latifaningrum
"Emotional Maltreatment diprediksi sebagai bentuk maltreatment yang paling sering terjadi, namun kasusnya sering kali diacuhkan terutama pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan emotional maltreatment pada dewasa muda selama masa perkuliahan, serta hubungannya dengan resiliensi akademik. Partisipan merupakan 177 mahasiswa di Indonesia (83.61% wanita, Mumur = 20.93, SD = 1.36; Msemester = 6.27, SD = 1.36) yang memiliki interaksi emosional dengan salah satu atau kedua orang tua kandung. Emotional maltreatment diukur menggunakan Childhood Trauma Questionare-Short Form (CTQ-SF), resiliensi akademik diukur menggunakan Academic Resilience Scale-Indonesia (ARS-I). Melalui analisa korelasi Pearson’s, ditemukan bahwa emotional maltreatment memiliki hubungan secara signifikan (r(177) = -0.257, p<.001, one-tailed) terhadap resiliensi akademik dan emotional neglect mempengaruhi resiliensi akademik lebih kuat dibandingkan emotional abuse. Bukti empiris ini membuktikan bahwa dewasa muda masih mengalami emotional maltreatment dari orang tua kandung dan mempengaruhi kualitas resiliensi akademik.

Emotional maltreatment has been predicted as the most common maltreatment to occur, however the cases seldom neglected, especially in college students. This study aimed to detect the existence of emotional maltreatment among young adults during college, also it’s relationship with academic resilience. Participants are 177 college students in Indonesia (83.61% women, Mage = 20.93, SD = 1.36; Mterm = 6.27, SD = 1.36 ) that have emotional interaction experiences with birth parents. Emotional maltreatment was measured with Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF), academic resilience was measured with Academic Resilience Scale-Indonesia (ARS-I). With Pearson’s correlation analysis, it is found that emotional maltreatment have a significant relationship (r(177) = -0.257, p<.001, one-tailed) with academic resilience; furthermore, emotional neglect effected academic resilience stronger than emotional abuse. This empirical finding prove that young adults still experience emotional maltreatment from birth parents and it’s effecting their quality of academic resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeehan Risqy Chairunnisa
"Loyalitas mahasiswa menjadi salah satu faktor penting bagi keberlangsungan dan keberlanjutan institusi perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran komitmen mahasiswa terhadap perguruan tinggi sebagai mediator dalam hubungan antara kepuasan mahasiswa dan loyalitas mahasiswa. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah  Students' Commitment to the Educational Institutes dari Alvi dan Sharma (2021), alat ukur Student Loyalty yang dikembangkan oleh Li (2013) dan diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Hadi (2018), serta alat ukur Student Satisfaction yang dikembangkan oleh Tuan (2012) dan diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Abdallah (2013). Data diambil dari 120 mahasiswa strata satu yang sedang menempuh perkuliahan minimal semester enam di perguruan tinggi di Indonesia. Analisis dilakukan menggunakan SPSS Versi 29.0.2.0 dan PROCESS versi 4.3. Hasil analisis PROCESS (Model 4) menunjukkan bahwa komitmen mahasiswa terhadap perguruan tinggi memediasi hubungan antara kepuasan mahasiswa dan loyalitas mahasiswa (𝛽 = .11, BootSE= .036, CI 95% [.04, .18]). Penelitian ini menunjukkan apabila kepuasan mahasiswa meningkat, maka komitmen mahasiswa terhadap perguruan tingginya akan meningkat, diikuti peningkatan loyalitas mahasiswa pada perguruan tingginya.

Student loyalty is a crucial factor for the sustainability and continuity of higher education institutions. This study aims to examine the role of student commitment to higher education institutions as a mediator in the relationship between student satisfaction and student loyalty. The measurement tools used in this study are the Students' Commitment to the Educational Institutes from Alvi and Sharma (2021), the Student Loyalty Scale developed by Li (2013) and adapted into Indonesian by Hadi (2018), and the Student Satisfaction Scale developed by Tuan (2012) and adapted into Indonesian by Abdallah (2013). Data were collected from 120 undergraduate students who were in at least their sixth semester at various higher education institutions. The analysis was conducted using SPSS Version 29.0.2.0 and PROCESS version 4.3. The results of the PROCESS analysis (Model 4) indicate that student commitment to their educational institution mediates the relationship between student satisfaction and student loyalty (𝛽 = .11, BootSE= .036, CI 95% [.04, .18]). This study demonstrates that when student satisfaction increases, their commitment to the institution also increases, leading to an enhancement in student loyalty."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurnahdiyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pride dengan kecurangan akademik pada mahasiswa. Pride merupakan salah satu dari emosi moral yang berperan dalam mempengaruhi hubungan antara standar moral dan perilaku moral (Tangney, et al., 2007). Pride memiliki dua faset yaitu authentic pride dan hubris pride. Menurut Tracy dan Robins (2007) kedua faset memiliki perbedaan berdasarkan atribusi penyebab dari sebuah pencapaian. Atribusi authentic pride berasal dari penyebab yang bersifat internal, tidak stabil dan terkontrol seperti usaha dan kerja keras. Sedangkan atribusi hubris pride berasal dari penyebab yang bersifat internal, stabil dan tidak terkontrol seperti bakat dan intelegensi. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dan offline. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pride dengan kecurangan akademik.

This research aims to find out the correlation between pride and academic dishonesty among undergraduate students. Pride is a part of moral emotions which plays a role in affecting the relation between moral standard and moral behavior (Tangney, et al., 2007). Pride is divided into two facets, authentic pride and hubris pride. According to Tracy and Robins (2007), those two facets have distinctions based on the cause of attribution from an achievement. Authentic pride attribution comes from internal causes, unstable and controlled, like an effort and a hard work. On the other hand, hubris pride attribution comes from internal causes, stable and uncontrolled, like talent and intelligence. The participants in this research were undergraduate students in Indonesia. The data of this research was accumulated through the distribution of questionnaire, online and offline. The main result of this research shows that there is no significant correlation between pride and academic dishonesty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irine Catherina Pangau
"Di tengah tingginya demand akan pendidikan tinggi, setiap perguruan tinggi semakin memfokuskan usahanya pada student loyalty yang merupakan faktor pendukung untuk perguruan tinggi dapat bersaing. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah student satisfaction berperan sebagai mediator terhadap hubungan student-faculty relationship quality dan student loyalty di kalangan mahasiswa Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 150 mahasiswa berstatus aktif dari perguruan tinggi di Indonesia. Tiga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur Student Loyalty dari Li (2013) yang diadaptasi dalam Bahasa Indonesia oleh Hadi (2018), adaptasi Student-Faculty Relationship Quality Scale dari Snijders et al. (2017), dan alat ukur Student Satisfaction dari Tuan (2012) yang diadaptasi dalam Bahasa Indonesia oleh Abdallah (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa student satisfaction berperan sebagai mediator terhadap hubungan student-faculty relationship quality dan student loyalty di kalangan mahasiswa Indonesia (F(2,147) = 151,744, p < 0,01, R2  = 0,674). Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti setiap dimensi dari student-faculty relationship quality untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam terkait hubungan masing-masing dimensi dengan student satisfaction dan student loyalty.

In the midst of high demand for higher education, every university is increasingly focusing its efforts on student loyalty, which is a supporting factor for universities to be able to compete. This research aims to test whether student satisfaction acts as a mediator in the relationship between student-faculty relationships quality and student loyalty among Indonesian undergraduate students. The participants in this research were 150 active undergraduate students from universities in Indonesia. The three measuring scales used in this research are Student Loyalty scale developed by Li (2013) and adapted into Bahasa Indonesia by Hadi (2018), the adaptation of the Student-Faculty Relationship Quality Scale from Snijders et al. (2017), and Student Satisfaction scale developed by Tuan (2012) and adapted into Bahasa Indonesia by Abdallah (2013). The result of this research found that student satisfaction acts as a mediator in the relationship between student-faculty relationship quality and student loyalty among Indonesian undergraduate students (F(2,147) = 151.744, p < 0.01, R2 = 0.674). Future research is recommended to further examine each dimension of student-faculty relationship quality to obtain a more in-depth result and explanation regarding its relationship with student satisfaction and student loyalty."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>