Ditemukan 142819 dokumen yang sesuai dengan query
Erza Rahma Hajaty
"Penelitian ini mengenai neighborhood dan ruang interaksi imajiner. Neighborhood sebagai hubungan psikis antar penghuni yang bermukim dan bertempat tinggal menetap pada lingkungan permukiman yang sama, idealnya selalu berinteraksi khususnya menggunakan ruang-ruang yang dirancang sebagai ruang berkumpul. Penelitian menunjukkan adanya fenomena individualisme di perumahan formal, namun di sisi lain terbentuk ruang-ruang interaksi lain pada ruang-ruang yang tidak diperuntukkan sebagai ruang berkumpul yang seringkali digunakan sebagai tempat berinteraksi oleh kelompok-kelompok kecil neighborhood, di tempat yang sama, sehingga terbentuk citra ruang interaksi, yaitu ruang interaksi imajiner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana neighborhood membentuk ruang interaksi imajiner dengan metode kualitatif menggunakan pendekatan grounded theory. Keseharian dalam melaksanakan tanggung jawab, melakukan aktivitas yang disukai dan berkumpul bersama anggota neighborhood membentuk realisasi rasa, realisasi kehendak, kecocokan, dan pemahaman bersama di dalam neighborhood, sehingga melahirkan hubungan psikis yang ‘enjoyable’, menikmati interaksi yang terjadi hingga seakan-akan berada di dalam ‘sphere’, dan tanpa disadari ‘lupa’ akan fungsi ruang yang sebenarnya. Kebebasan mengkonsumsi waktu dan ruang, kebebasan berekspresi dan beraktivitas bersama menghadirkan ‘free’ pada ruang. Maka “free-spheretopia” sebagai kontinuitas kebebasan dalam hubungan yang enjoyable, sebagai perantara antara ruang nyata dengan ruang yang dibayangkan, bersifat mental dan absolut, melatarbelakangi terbentuknya ruang interaksi imajiner.
This research is about neighborhood and imaginary interaction space. Neighborhood as a psychological relationship between residents who live and reside in the same residential environment, ideally always interact, especially using spaces designed as gathering spaces. Research shows that there is a phenomenon of individualism in formal housing, but on the other hand, other interaction spaces are formed in spaces that are not designated as gathering spaces which are often used as places of interaction by small groups of neighborhoods, in the same place, so that an image of interaction space is formed, namely imaginary interaction space. This research aims to find out how neighborhoods form imaginary interaction spaces with a qualitative method using a grounded theory approach. Everyday life in carrying out responsibilities, doing preferred activities and gathering with neighborhood members forms a realization of feelings, realization of will, compatibility, and mutual understanding in the neighborhood, giving birth to an 'enjoyable' psychological relationship, enjoying the interactions that occur until it seems to be in the 'sphere', and unwittingly 'forgetting' the actual function of space. The freedom to consume time and space, the freedom of expression and joint activities bring 'free' to the space. Thus, "free-spheretopia" as a continuity of freedom in enjoyable relationships, as an intermediary between real space and imagined space, mental and absolute, underlies the formation of imaginary interaction spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Putera Anarta Mardanadi
"Di dalam keseharian kehidupan, seiring manusia yang keluar dari ruang privatnya, manusia dihadapkan dengan keberadaan ruang kota yang merupakan ruang publik, yang juga dialami manusia yang lain. Manusia yang mengisi ruang keseharian tersebut adalah manusia yang belum tentu mengenal satu sama lain, sehingga ketika sedang berada di ruang kota tersebut, seorang individu berada di antara orang-orang asing. Interaksi yang terjadi membuat seorang individu harus menyeimbangkan hak kebebasannya di ruang publik dengan keberadaan individu yang lain di ruang tersebut, dengan memperhatikan order-order yang telah ada dan disepakati.
Namun, dalam keseharian di ruang kota yang dipenuhi keragaman, banyak individu yang menempatkan ruang privat di ruang publik, sehingga menciptakan suatu ruang yang disorder. Ruang yang disorder tersebut menjadi keseharian manusia di suatu ruang karena telah menyatu dalam ritme rutinitas keseharian manusia. Disorder tersebut hadir dalam berbagai perwujudan dan banyak hal yang merupakan bagian dari ruang kota, yang merupakan ruang keseharian, baik yang nyata maupun yang abstrak, yang melatarbelakangi keberadaan disorder di ruang tersebut.
In daily life, when a man is in the outside of his own private space, he faces and experiences the existence of urban space, which is also experienced by other humans. They, whom are inside the everyday space, do not know about each other. So when a man is in the everyday urban space, it means that he is in the middle of the existence of strangers. The interaction that occurred inside that kind of space, rules a man to be capable in balancing his right of freedom in public space with the existence of others, by acting and having behavior properly with the order that already exist in urban space. But, in everyday urban space whose primary element is the differences, there are many people who place their private space in public space, and then make that space as disorderly space. That space becomes everyday space because it stands together with the rythm of daily routines. Disorder exists in everyday urban space in variety ways.and there are a few things, real and abstract, that cause the existence of disorder."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48429
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Lutfi Prayogi
"Manusia memberikan makna terhadap segala hal yang ia temui dan mengubahnya menjadi sebuah simbol. Manusia juga bertindak secara beragam berdasarkan makna yang ia berikan tersebut. Tindakan-tindakan manusia yang beragam tersebut dapat terkumpul dalam sebuah kegiatan/event masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berlangsung salah satunya di jalan raya. Jalan raya dimaknai dan digunakan secara berbeda pada saat sebuah kegiatan/event berlangsung di atasnya. Jalan raya yang digunakan sebagai setting kegiatan/event memiliki karakteristik tertentu. Jalan raya yang dapat menampung lebih banyak peserta kegiatan/event cenderung memiliki tindakan manusia yang lebih beragam di dalamnya. Jalan raya yang digunakan sebagai setting kegiatan/event adalah ruang publik.
Human gives meaning to everything he/she finds and turns it into a symbol. Human also acts variously according to the meaning he/she gives. Those various human actions can be gathered within a society?s event. Event can be held, one of many, on road. Road is interpreted and used differently when an event being held on it. Road used as an event?s setting has certain characteristics. Road that is able to accommodate more event?s participants tends to have more various human actions within it. Road used as an event?s setting is a public space."
2011
S172
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Melvin Dearny
"Fenomena public display of affection (PDA) atau ekspresi romantis di ruang publik memicu berbagai reaksi sosial, terutama di masyarakat urban Indonesia yang menjunjung tinggi norma sosial. Dalam konteks ini, ruang publik menjadi ruang penting bagi individu untuk mengekspresikan keromantisan yang bersifat intim dan privat secara terbuka di ruang publik. Tulisan ini melihat bagaimana arsitektur dapat berperan secara inklusif dalam mewadahi ekspresi romantis serta menghadapi ketabuan sosial terkait ekspresi romantis di ruang publik. Untuk memamahi hal tersebut, tulisan ini mengacu pada teori space of intimacy oleh Charton & Boudreau (2017), teori proxemics oleh Edward T. Hall (1990), teori affordance oleh James J. Gibson (1979), dan teori taktik visibility dan invisibility oleh Brighenti (2007), serta teori pendukung lainnya. Melalui metode kualitatif, data dikumpulkan di dua tempat studi kasus melalui observasi lapangan dan wawancara di sepanjang hari baik hari kerja maupun akhir pekan. Tulisan ini memperlihatkan bahwa pasangan romantis menggunakan taktik spasial dan mengatur gestur tubuh untuk menciptakan space of intimacy mereka. Sementara itu, pengelola ruang publik merespons melalui strategi desain yang meningkatkan keterpantauan guna membatasi aktivitas-aktivitas yang dinilai melanggar batas norma. Dengan demikian, ruang publik menjadi ruang inklusif yang mampu memfasilitasi semua pengalaman, termasuk memfasilitasi perasaan intim bagi pasangan romantis.
The phenomenon of public display of affection (PDA) or romantic expression in public spaces provokes various social reactions, particularly in urban Indonesian communities that uphold strong social norms. In this context, public spaces serve as important arenas where individuals express intimate and private romantic gestures openly. This study examines how architecture can play an inclusive role in accommodating romantic expressions while also addressing the social taboos surrounding PDA in public. To explore this issue, the research draws on the theory of space of intimacy by Charton & Boudreau (2017), proxemics by Edward T. Hall (1990), affordance by James J. Gibson (1979), and Brighenti’s (2007) theory of visibility and invisibility tactics, along with other supporting theories. Using a qualitative method, data was collected from two case study locations through field observation and interviews conducted on both weekdays and weekends. The findings indicate that romantic couples employ spatial tactics and bodily gestures to create their own space of intimacy. Meanwhile, public space managers respond with design strategies that enhance surveillance in order to regulate activities perceived to violate social norms. Thus, public spaces become inclusive environments capable of accommodating diverse experiences, including the intimate emotional expression for romantic partners. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Maulidina Cahyani
"Ruang publik merupakan sarana pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat yang bertinggal di kota, contohnya yakni jalan raya. Jalan raya pada umumnya diprogram dan difungsikan sebagai penghubung antar lokasi yang dapat dilalui dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun umum. Namun tak jarang jalan raya maupun ruang publik lainnya difungsikan sebagai wadah untuk aktivitas yang tak lazim dilakukan pada ruang tersebut. Sebagai contoh pada kasus kali ini adalah kemunculan pasar kaget di sepanjang jalan raya benua indah kota Tangerang. Pada hari biasa, jalan raya berfungsi sebagai penghubung kawasan industri, perumahan, dan kampung dengan beberapa kendaraan melintas. Namun berbeda kondisinya pada hari jumat malam dimana jalan raya dipenuhi oleh pedagang dan pengunjung pasar. Aktivitas pasar menyebabkan munculnya common space pada sepanjang jalan raya dan membuat jalan raya sebagai ruang publik menjadi loose. Melalui skripsi ini akan dibahas mengenai bagaimana hubungan common space dengan looseness yang muncul pada jalan raya benua indah dan bagaimana faktor spasial dan nonspasial lainnya memicu looseness pada jalan raya.
Public space is a means of meeting the needs of people who live in cities, for example, streets. Streets are generally programmed and functioned as a link between locations that can be passed using private or public vehicles. However, it is not uncommon for roads and other public spaces to function as a place for activities that are not normally carried out in these spaces. For example, in this case is the emergence of a shocked market along the side of benua indah street, Tangerang. On weekdays, the street serves as a link between industrial areas, housing estates, and villages with several vehicles passing through. But the conditions are the contrast on Friday night where the street side area is filled with street traders and market visitors. The activities on the market cause the emergence of common space along the street and makes the street as a public space become loose. This thesis will discuss the relationship between common space and looseness that appears on the benua indah street and how other spatial and non-spatial factors trigger looseness on the street."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mary A.A.M.
"Tulisan ini mengkaji efektifitas dari ruang khusus perempuan dalam meredakan fear of crime pada perempuan di moda transportasi Commuter Line. Tulisan akan membahas pentingnya kehadiran ruang khusus perempuan bagi perempuan yang menggunakan transportasi massal. Lalu akan mengkaji bagaimana sebuah ruang khusus perempuan dapat terbentuk dan berlangsung sebagai sebuah ruang yang defensible secara kolektif. Akan dilihat unsur-unsur fisik dan non-fisiknya apa saja yang paling berperan dalam keberlangsungan ruang ini.
The writing is intended to look at the effectivity of the women-only space in lowering fear of crime in women using Commuter Line. This writting will begin with assessing the importance of women-only space in mass public transportation. Next it will look at how a women-only space is shaped and works as a collective defensible space. Last of all it will look at which physical and nonphysical elements have the most role in the working of this space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55336
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dwi Rina Paramitha
"Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di Kota Administrasi Jakarta Timur mulai dilaksanakan pada tahun 2015 dengan RPTRA Cililitan sebagai RPTRA pertama. Program ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak anak agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal. Namun setelah hampir tiga tahun berjalan, terdapat beberapa masalah seperti fasilitas RPTRA yang dianggap minim di beberapa lokasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di Kota Administrasi Jakarta Timur studi kasus RPTRA Cililitan, Kebon Pala Berseri, dan Permata Intan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi dan studi literatur. Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi, peneliti menggunakan teori Edward III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam implementasi Program RPTRA di Kota Administrasi Jakarta Timur studi kasus RPTRA Cililitan, Kebon Pala Berseri, dan Permata Intan. Namun terdapat faktor yang tidak berpengaruh, seperti belum terdapatnya Buku Pedoman Pengelolaan di beberapa RPTRA di Jakarta Timur, termasuk Cililitan dan Permata Intan, dan belum terdapatnya Standard Operational Procedurs SOP yang baku di Program RPTRA.
The Child Friendly Integrated Public Space Program RPTRA in East Jakarta Administrative City was started in 2015 with RPTRA Cililitan as the first one. This program aims to guarantee the fulfillment of children 39 s rights so that children can live, grow, develop, and participate optimally. But after almost three years running, there are some problems such as RPTRA with minimal facilities in some locations. Based on these problems, this study aims to explain the factors that affect the implementation of Child Friendly Integrated Public Space Program RPTRA in East Jakarta Administration City Case of RPTRA Cililitan, Kebon Pala Berseri, and Permata Intan.This research uses post positivist approach with qualitative data collection technique through in depth interview, observation and literature study. In analyzing the, the researcher uses Edward III theory. The results showed that there are two factors that significantly affect the implementation of RPTRA Program in East Jakarta Administration City case study RPTRA Cililitan, Kebon Pala Berseri, and Permata Intan. However, there are no influential factors, such as the absence of Management Manual in some RPTRA in East Jakarta, including Cililitan and Permata Intan, and the absence of Standard Operational Procedures SOP in this Program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67655
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fajar Erikha
"This study explores the phenomenon of marking (signifying) and meaning of territorial at Kantin Sastra (Kansas) by undergraduate students of Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Territory as a social space is formed through a process of semiosis preceded sensory knowing in identifying signs, repeatedly making representations in cognition that become the signifying order of the cultural semiotic on some students. Research using micro semiotic perspective and trichotomy of signs by Charles Sander Peirce. Through micro semiotic perspective, a number of particular findings will be analyzed to get a synthesis (inductive), whereas the approach of Peirce perspective explains the signs through the trichotomies: representamen represented through qualisigns, sinsigns, and legisigns; representation, represented by icons, in exes, an sym os, interpretant represented by rhemes, dicisigns, and arguments. As a result, there is a territorial signifying and meaning of Kansas by the undergraduate student of Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ahmad Zharfan Thabrani
"Ruang kota memiliki fungsi yang bermacam-macam, namun dapat terjadi perubahan yang dilakukan oleh para penggunanya. Skripsi ini mencari tahu bagaimana proses terjadinya perubahan fungsi yang terjadi pada suatu area ruang kota terutama pada sebagian area Jl. Jenderal Sudirman lebih tepatnya di depan FX Sudirman. Area tersebut mengalami okupansi oleh pedagang kaki lima (PKL) dan para pengunjung lainnya pada malam hari yang mengubah aktivitas awal trotoar menjadi ruang sosial-ekonomi. Dengan pendekatan studi literatur serta melakukan observasi langsung terhadap area dengan metode etnografi. Studi ini menunjukkan bagaimana proses terbentuknya ruang baru pada area trotoar dan bagaimana aktivitas manusia memberikan makna pada ruang tersebut. Kawasan ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia dapat membentuk fungsi baru serta bagaimana penggunanya memproduksi ruang melalui keseharian yang dilakukan.
Urban space has various functions, but these functions can be altered by its users. This thesis investigates the process of functional transformation in a particular area of urban space, on a part of Jl. Jenderal Sudirman, more specifically a sidewalk in front of FX Sudirman Mall. This area experiences spatial occupation by Pedagang Kaki Lima (PKL) or street vendors and other visitors during night time which changes the main activity of the sidewalks becoming a social-economic activity. This study conducts an approach with mixed methods consisting of a literature review, field observations with ethnographic method, and informal interview with the users. This study shows the process of how a new program is created in the spaces by its users and how the activity creates meaning to the space. The area shows how human activity could change the function of urban areas while the users produce a new space through their everyday practices."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fabiola Nadhira Maharani
"Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melihat interaksi sosial dan ruang interaksi sosial yang ada di Pasar Tradisional Depok Jaya. Pada pasar terdapat aspek fisik dan aspek sosial, aspek sosial mendukung aspek fisik sebuah pasar agar berhasil sebagai pasar yang berfungsi dengan baik. Aktor utama interaksi sosial adalah pedagang dan pembeli. Penulis membandingkan dengan kebutuhan ideal pasar tradisional dengan standar nasional. Melalui studi ini didapat kesimpulan bahwa interaksi sosial dipengaruhi oleh aktor di dalam pasar, jenis interaksi, dan ruang interaksi. Interaksi sosial yang terjadi di pasar adalah antara pedagang-pedagang, pedagang-pembeli, dan pembeli-pembeli. Ruang interaksi dan fasilitas di Pasar Depok Jaya sudah memenuhi sebagian besar kriteria yang ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional. Namun perlu ditingkatkan kebersihan, pencahayaan, perawatan toko untuk meningkatkan kenyamanan di pasar.
The purpose of writing this thesis is to see the social interaction and social interaction space in Pasar Depok Jaya traditional market. In the market, there are physical aspects and social aspects, social aspects support the physical aspects of a market in order to succeed as a well-functioning market. The main actors of social interaction are sellers and buyers. The author compares the ideal needs of traditional markets with national standards. Through this study, it is concluded that social interaction is influenced by actors in the market, the type of interaction, and the interaction space. Social interactions that occur in the market are between sellers, sellers-buyers, and buyers-buyers. The interaction space and facilities at Pasar Depok Jaya have met most of the criteria set by the Badan Standarisasi Nasional. However, it needs to improve cleanliness, lighting, and shop maintenance to increase comfort in the market."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library