Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208733 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aurelia Rahmah Nareswari
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pemaknaan nilai simbolik yang melekat pada kepemilikan produk fashion mewah LVMH Grup pada kategori produk Fashion & Leather Bag, serta mengungkapkan dampak konsumsi produk fashion mewah pada prestise sosial pemiliknya. Studi-studi terdahulu telah membahas fungsi konsumsi fashion merek mewah dalam meningkatkan hierarki posisi sosial seseorang di masyarakat. Belum terdapat studi yang membahas fenomena ini mendalami aspek strategi produsen, yakni LVMH Grup dalam membentuk nilai simbolik sebagai prestise sosial dalam produksi dan distribusi produk. Penelitian ini menggunakan konsep performance of goods oleh Beckert (2011) yang mengklasifikasikan nilai simbolik dengan pengukuran positional dan imaginative symbolic value. Penelitian ini berangkat dari argumen bahwa konsumsi produk fashion merek mewah LVMH Grup karena adanya nilai simbolik untuk meraih posisi prestise sosial yang lekat dengan pandangan masyarakat mengenai lebih tingginya nilai harga diri dan pengaruh posisi sosial seseorang di lingkungan sosial. Berdasarkan temuan studi penelitian ini menemukan, bahwa faktor pendorong konsumen mengincar nilai simbolik sebagai prestise sosial dalam konsumsi produk fashion and leather goods merek LVMH Grup, disebabkan oleh dua peran, yakni produsen dan masyarakat. Pihak produsen, yakni LVMH Grup merupakan faktor utama yang membentuk positional symbolic value dan imaginative symbolic value dalam produksi dan distribusi (pemasaran) katalog produk. Sedangkan, peran masyarakat menginternalisasi, menormalisasi, dan mendistribusikan nilai simbolis tersebut dalam produk fashion mewah merek-merek LVMH Grup dan membentuk narasi prestise sosial konsumen di lingkungan sosial.

This research aims to explain the meaning of symbolic value attached to ownership of LVMH Group luxury fashion products in the Fashion & Leather Bag category, as well as to reveal the impact of luxury fashion product consumption on the social prestige of the owner. Previous studies have discussed the function of luxury brand fashion consumption in increasing the hierarchy of a person's social position in society. There have been no studies that discuss this phenomenon in depth on aspects of the producer's strategy, namely the LVMH Group, in establishing symbolic value as social prestige in product production and distribution. This research uses the concept of performance of goods by Beckert (2011) which classifies symbolic value by measuring positional and imaginative value. This research departs from the argument that consumption of LVMH Group luxury brand fashion products is due to the symbolic value of achieving a position of social prestige which is closely related to society's view of higher self-esteem and the influence of a person's social position in the social environment. Based on the findings of this research study, it was found that the driving factor for consumers to seek symbolic value as social prestige in consuming LVMH Group brand fashion and leather goods products is caused by two roles, namely producers and society. The producer, namely the LVMH Group, is the main factor that forms positional symbolic value and imaginative symbolic value in the production and distribution (marketing) of product catalogues. Meanwhile, the role of society is to internalize, normalize and distribute these symbolic values ​​in luxury fashion products for the LVMH Group brands and shape the narrative of consumers' social prestige in the social environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsa Meilivia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konstruksi identitas individu melalui presentasi diri dalam unggahan tren self-reward menggunakan luxury fashion goods di media sosial, serta mengungkap pemaknaan dari self-reward tersebut. Studi-studi terdahulu mengenai fenomena ini terbagi menjadi dua, yaitu presentasi diri melalui praktik self-reward, dan konstruksi identitas melalui konsumsi luxury fashion goods. Namun, hingga kini belum banyak studi yang melihat perpaduan antara kedua aspek ini, yaitu pemaknaan terhadap self-reward dan kaitannya dengan konstruksi identitas melalui praktik self-reward menggunakan luxury fashion goods, khususnya dalam konteks di media sosial. Peneliti berargumen bahwa presentasi diri yang ditampilkan dalam unggahan self-reward menggunakan luxury fashion goods di media sosial merupakan perilaku konsumsi mencolok yang berpengaruh terhadap konstruksi identitas individu. Dengan menggunakan teori presentasi diri yang disampaikan oleh Erving Goffman dan konsep conspicuous consumption oleh Veblen sebagai alat analisis, hasil temuan penelitian ini menyatakan bahwa self-reward menggunakan luxury fashion goods merupakan justifikasi gaya hidup hedonic yang berkontribusi pada pembentukan identitas individu. Kegemaran mengkonsumsi produk tersier seperti luxury fashion, membuat setiap pembeliannya dimaknai sebagai wujud apresiasi dan mencintai diri sendiri. Dengan mengunggah hadiah yang memiliki keterbatasan jumlah, harga yang tinggi, dan nilai materialisme seperti luxury fashion, mampu membentuk identitas diri pada pengguna, seperti elegan, pekerja keras, mampu, independen, hingga stand-out. Namun, keterbatasan atribut komunikasi secara digital dapat pula membentuk identitas yang tidak diharapkan, seperti sombong dan pamer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi digital pada individu yang mengunggah self-reward menggunakan luxury fashion goods di Instagram dan TikTok.

This study aims to explain the construction of individual identity through selfpresentation in uploading self-reward trends using luxury fashion goods on social media, as well as uncovering the meaning of self-reward. Previous studies on this phenomenon are divided into two, namely self-presentation through self-reward practices, and identity construction through the consumption of luxury fashion goods. However, until now not many studies have looked at the combination of these two aspects, namely the meaning of self-reward and its relation to identity construction through self-reward practices using luxury fashion goods, especially in the context of social media. Researchers argue that self-presentation shown in self-reward uploads using luxury fashion goods on social media is conspicuous consumption behavior that influences the construction of individual identities. By using the self-presentation theory presented by Erving Goffman and the concept of conspicuous consumption by Veblen as analytical tools, the findings of this study suggest that self-reward using luxury fashion goods is a justification for a hedonic lifestyle that contributes to the formation of individual identity. The penchant for consuming tertiary products, such as luxury fashion, interprets every purchase as a form of appreciation and self-love. Uploading gifts that have limited quantities, high prices, and materialistic values, such as luxury fashion, can form self-identities in users, such as elegant, hardworking, capable, and independent, to stand out. However, with limited digital communication can also form unexpected identities, such as being arrogant and showing off. This study uses a qualitative method with in-depth interview techniques and digital observation of individuals who upload self-rewards using luxury fashion goods on Instagram and TikTok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risqi Chandra Wijaya
"Dalam konteks brand fast fashion lokal Indonesia yaitu Erigo, eWOM yang terdiri dari aspek information quality, information quantity, dan information credibility yang informasi tersebar kepada pengguna TikTok generasi Z di Indonesia akan dapat memengaruhi tingkat adopsi informasi seseorang. Dengan pengadopsian informasi tersebut, maka akan berpengaruh pada niat pembelian pengguna TikTok yang terpapar informasi terkait brand Erigo. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menganalisis 142 responden dengan rentang usia 18-26 tahun yang menggunakan media sosial TikTok dan terpapar informasi terkait brand Erigo sebagai brand fast fashion. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei online dan data yang didapat diolah dengan teknik Partial Least Squares – Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil dari olahan data menunjukkan bahwa information quality, quantity, dan credibility berpengaruh secara signifikan terhadap information usefulness. Information usefulness juga berpengaruh terhadap information adoption, dan information adoption berpengaruh purchase intention.

In the context of Indonesia's local fast fashion brand, Erigo, eWOM which consists of aspects of information quality, information quantity, and information credibility that information spread to generation Z TikTok users in Indonesia will be able to influence a person's level of information adoption. With the adoption of this information, it will affect the purchase intention of TikTok users who are exposed to information related to the Erigo brand. The research design used in this study is cross-sectional with a purposive sampling method. This study analyzed 142 respondents aged 18-26 years who use TikTok social media and were exposed to information related to the Erigo brand as a fast fashion brand. The data collection method used is an online survey and the data obtained is processed using the Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM) technique. The results of the processed data show that information quality, quantity, and credibility have a significant effect on information usefulness. Information usefulness also affects information adoption, and information adoption affects purchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Nafia Nuryana
"Skripsi ini meneliti kepribadian dalam kerangka Big Five Model dan pengaruhnya terhadap Kesadaran Akan Fashion dan Prestige Sensitivity. Penelitian ini juga meneliti adanya pengaruh dari Kesadaran Akan Fashion terhadap Prestige Sensitivity serta menganalisa adanya hubungan mediasi sempurna pada model. Extraversion terbukti berpengaruh positif terhadap tingkat kesadaran akan fashion pada Generasi Y di Jabodetabek. Penelitian menunjukkan Generasi Y tidak dipengaruhi oleh kepribadian dalam menunjukkan kepekaannya pada barang prestis. Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat kesadaran akan fashion mempengaruhi positif kepekaan Generasi Y akan prestis. Extraversion terbukti menjadi satu-satunya sifat kepribadian yang dimediasi sempurna oleh Kesadaran Akan Fashion akan pengaruhnya terhadap Prestige Sensitivity.

This study explores personality in Big Five model and its effect on Fashion Consciousness and Prestige Sensitivity. This research analyzes the effect of Fashion Consciousness towards Prestige Sensitivity, and the full mediating relationship of the model. Extraversion proves to give positive effect towards Fashion Consciousness. This research also shows Gen Y doesn't affected by personality traits toward their sensitivity on prestige. This study proves Fashion Consciousness gives positive effect towards Prestige Sensitivity of Gen Y. Therefore this study concludes that Extraversion is the only trait which fully-mediated by Fashion Consciousness on its effect towards Prestige Sensitivity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afriani Ajeng Sukarno
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara atribut produk sepatu merek Wakai terhadap sikap konsumen. Dalam penelitian ini, variabel atribut terdiri dari kualitas, desain, fitur, kemasan, merek dan harga. Variabel sikap konsumen terdiri tiga komponen sikap; kognitif, afektif dan konatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 konsumen remaja akhir (berusia 18-21 tahun) kelas menengah atas di Jakarta. Dengan teknik purposive jusgemental. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan linear regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut produk memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap sikap konsumen.

The objective of this research is to analyze the effect of product attribute toward customer attitude. This research applied quantitative approach. In this resarch, the variable of product attributes includes quality, design, fitur, brand and price. The variable of customer attitude include the three components; cognitive, affective and conative. The sample of this research is 100 late teens(aged 18-21) upper middle class in Jakarta.with purposive judgemental technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed with linear regression. The result of this research indicate that product attribute have a very strong effect toward customer attitude.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Farhan Kusumawardhana
"Semakin banyak pelanggan menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi tentang merek dan memandu pembelian mereka. Hubungan antara pemasaran media sosial (social media marketing activities-SMMA) dan ekuitas merek berbasis konsumen (consumer-based brand equity-CBBE) pada konsumen Generasi Z dipengaruhi melalui pengalaman merek (brand experience-BE) dan manfaat media sosial (social media benefits-SMB) dari platform media sosial. Penelitian ini menerapkan partial least square model (PLS) dengan 125 responden Generasi Z yang mengikuti merek Louis Vuitton di platform media sosial Instagram. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara SMMA dan CBBE yang dipengaruhi melalui mediasi pengalaman merek (BE) serta manfaat media sosial (SMB). Akan tetapi, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengalaman merek (BE) dan manfaat media sosial (SMB) tidak memiliki hubungan langsung dengan CBBE tanpa mediasi. Temuan penelitian ini dapat digunakan oleh manajer luxury brands untuk merancang pemasaran media sosial untuk meningkatkan pemasaran kepada Generasi Z dan evaluasi ekuitas merek (brand equity) di platform media sosial.

More and more customers are using social media to learn about brands and guide their purchases. The relationship between social media marketing activities (SMMA) efforts and consumer-based brand equity (CBBE) among Generation Z consumers is hypothesized to be mediated by brand experience (BE) and the social media benefits (SMB) resulting from engagement in social media platforms. Putting into action, the partial least squares path modeling (PLS) used to evaluate 125 of Louis Vuitton brand’s followers on the social media platform of Instagram. According to the findings, the relationship between SMMA and CBBE is mediated by brand experience as well as social media benefits; however, the result also show that brand experience and social media benefits does not have any direct relationship regarding the CBBE without mediation. These findings could be used by luxury brand managers to design social media marketing approaches that improve Generation Z's overall social media marketing activities and evaluations of brand equity in social media platforms.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Indah Puspitosari
"Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen di Jakarta terhadap pembelian barang-barang luxury fashion dan melihat ada atau tidaknya pengaruh dari sikap konsumen terhadap intensi pembelian barang-barang luxury fashion. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dalam program SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand consciousness, materialism, dan fashion involvement terbukti secara positif mempengaruhi sikap konsumen di Jakarta terhadap pembelian barang-barang luxury fashion. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara sikap terhadap pembelian barang-barang luxury fashion dengan intensi pembelian barang-barang luxury fashion.

This thesis analyzes factors influencing Jakarta's consumer attitudes towards purchasing luxury fashion goods and predicts the influence of attitudes on the intention to buy these luxury items. The data collected was processed with SPSS 20, using factor analysis and regression method.
The results of this research indicates that brand consciousness, materialism, and fashion involvement proved to positively influence consumer attitudes in Jakarta towards the purchase of luxury fashion goods. The results shows that a significant relationship between attitudes toward luxury fashion goods with the purchase intention of buying luxury fashion goods.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Madani Istyabudi
"The emergence of digitalization shapes another marketing tool using social media as one of the most prominent marketing campaigns, especially in the fashion industry. This is also contributed by social media influencers who are acting like celebrities in their respective social media platforms. As social media is dominated by Generation Y & Z, this research aims to identify the factors of buying behavior on Generation Y & Z. To execute this, a research model combining theories of social media influencer, attitude towards the influencer, and buying behavior is used as descriptive study. This research applied the Theory of Planned Behavior with several appropriate adaptations. The research method is a form of quantitative research. Additionally, multigroup analysis is examined to see similarities and differences between the two generation cohorts. Further, this research is able to obtain 398 respondents consisting of both Generation Y & Z respondents residing in Indonesia collected through online questionnaires. The finding of this research aims to help fashion brand companies to maximize the utilization of social media marketing and for social media influencers to engage more with its audience with marketing practice. The findings of this research includes perceived credibility, trust, subjective norms, perceived expertise, and perceived congruence as having positive relationships and predictors of consumers’ buying behavior through consumers’ attitude towards influencers and brand attitude of both Generation Y & Z consumers in Indonesian context and is useful to help managers develop their marketing strategy through social media particularly to engage Generation Y & Z consumers.

Munculnya digitalisasi menghasilkan strategi pemasaran lain yang menggunakan media sosial sebagai salah satu kampanye pemasaran yang paling menonjol, terutama di industri fashion. Hal ini juga dikontribusikan oleh influencer media sosial yang bertingkah seperti selebriti di platform media sosialnya masing-masing. Karena media sosial didominasi oleh Generasi Y & Z, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor perilaku pembelian konsumen pada Generasi Y & Z. Untuk melakukan ini, model penelitian yang menggabungkan teori influencer media sosial, sikap terhadap influencer, dan perilaku pembelian digunakan sebagai studi deskriptif. Penelitian ini menerapkan Theory of Planned Behavior dengan menambahkan beberapa adaptasi yang sesuai. Metode penelitian merupakan salah satu bentuk penelitian kuantitatif. Selain itu, analisis multigroup dilakukan untuk melihat persamaan dan perbedaan antara dua kelompok generasi. Selanjutnya, penelitian ini memperoleh 398 responden yang terdiri dari responden Generasi Y & Z di Indonesia yang dikumpulkan melalui kuesioner online. Temuan penelitian ini bertujuan untuk membantu perusahaan merek fesyen untuk memaksimalkan pemanfaatan pemasaran media sosial dan agar influencer media sosial lebih terlibat dengan audiensnya dengan praktik pemasaran. Temuan penelitian ini meliputi persepsi kredibilitas, kepercayaan, norma subjektif, keahlian yang dirasakan, dan kesesuaian yang dirasakan memiliki hubungan positif dan prediktor perilaku pembelian konsumen melalui mediasi sikap konsumen terhadap influencer dan sikap merek konsumen Generasi Y & Z dalam konteks Indonesia dan berguna untuk membantu para manajer mengembangkan strategi pemasaran mereka melalui media sosial khususnya untuk konsumen Generasi Y & Z."
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanako Fatimah Pertiwi
"Maraknya pertumbuhan e-commerce dan pengguna media sosial di Indonesia telah menggeser penjualan barang fashion dari offline ke online. Konten seringkali dibuat melalui dari perusahaan saja, namun sekarang penting memahami persepsi pelanggan mengenai sebuah merek berdasarkan konten dari orang lain yang dibagikan di media sosial. Banananina merupakan e-commerce yang menjual barang mewah yang memanfaatkan Instagram sebagai media untuk memasarkan produk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi media sosial Instagram baik oleh pengguna (user-generated content) maupun perusahaan Banananina (firm-generated content) yang dapat membentuk e-WOM terhadap minat beli konsumen pada produk merek Banananina. Kuesioner disebarkan kepada 162 pengikut Instagram Banananina di Jakarta dan belum pernah membeli produk Banananina. Kemudian data hasil penelitian diolah dengan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan analisis Partial Least Square (PLS). Hasil yang ditemukan pada penelitian ini adalah bahwa user-generated content dan firm-generated content memiliki pengaruh signifikan terhadap e-WOM. Kemudian e-WOM secara signifikan memengaruhi minat beli dan juga ekuitas merek. E-WOM yang dimediasi oleh ekuitas merek memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada merek Banananina di media sosial Instagram.

The rapid growth of e-commerce and social media users in Indonesia has shifted sales of fashion goods from offline to online. Content is often created through the company alone, but now it is important to understand customer perceptions of a brand based on content from other people shared on social media. Banananina is an e-commerce that sells luxury goods that use Instagram as a medium to market products. This study aims to analyze the influence of Instagram social media communication both by users (user-generated content) and the Banananina company (firm-generated content) which can form e-WOM on consumer purchase intention in Banananina products. The questionnaire was distributed to 162 Banananina Instagram followers in Jakarta and had never bought a Banananina product. Then the research data were processed by Structural Equation Modeling (SEM) analysis using Partial Least Square (PLS) analysis. The results found in this study are that user-generated content and firm-generated content have a significant effect on e-WOM. Then e-WOM significantly affects buying interest and also brand equity. E-WOM which is mediated by brand equity has a significant effect on consumer purchase interest in the Banananina brand on Instagram social media."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latika Oklacia
"Skripsi ini membahas mengenai fenomena fashion di kalangan mahasiswa di DKI Jakarta yang berasal dari kelas sosial-ekonomi menengah keatas. Konsumsi yang tinggi terhadap produk fashion oleh masyarakat Jakarta dewasa ini didominasi oleh kalangan muda. Hal ini memicu pertanyaan akan motif dibalik tingginya pola konsumsi terhadap produk fashion tersebut.
Skripsi ini memaparkan bagaimana fashion dimaknai oleh para kalangan muda dari kelas sosial-ekonomi menengah atas di DKI Jakarta. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai keterkaitan makna tersebut dengan simbol status bagi mereka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fashion telah dimaknai sebagai identitas diri dan dibalik gaya hidup dan pola konsumsi kalangan mahasiswa dari kelas social-ekonomi menengah atas di Jakarta, fashion menjadi semacam media untuk mencapai status dan citra diri moderen yang diupayakan bagi mereka.

The thesis discusses about fashion phenomenon in upper-middle class collegians in DKI Jakarta. Nowadays, high consumption of fashion product by urban society in Jakarta is dominated by the youth. This phenomenon raised questions of motive behind the fashion over-consumption.
This thesis describes how fashion means for the upper-middle class adolescents in DKI Jakarta. After all, this paper also describes about the correlations between the meaning of fashion and symbol status for the collegians.
The result of this study shows that fashion means as a self identity and behind their lifestyles and pattern of consumptions, fashion becomes such a media to achive a modern status and self image for them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S54462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>