Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3907 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vaccariello, Liz
London: Rodale, 2010
613.25 VAC f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
David Fadjar Putra
"Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian diet rendah energi seimbang dengan atau tanpa pemberian inhibitor lipase terhadap antropometri dan indikator metabolik pada subyek berat badan lebih.
Metodologi: Desain - uji klinis paralel selama 24 minggu, mulai Maret 2002 sampai Maret 2003. Subyek - orang dewasa sehat (berusia >18 sampai 60 tahun) laki-laki dan perempuan, dengan indeks massa tubuh >25 kg/m2. Perlakuan - seluruh subyek mendapatkan diet rendah energi seimbang (defisit 500 kilokalori per hari) mengandung 25% energi dari lemak. Dilakukan randomisasi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang mendapat diet saja (kelompok D) dan kelompok diet disertai inhibitor lipase 120 mg 3 kali sehari (kelompok DIL).
Hasil: Dari 74 orang yang diskrining, 64 orang (laki-laki 8 orang, perempuan 56 orang) memenuhi syarat sebagai subyek, dilakukan randomisasi menjadi 2 kelompok, masing-masing 32 orang. Pada akhir penelitian, terdapat 13 subyek kelompok D dan 25 subyek kelompok DIL. Indeks massa tubuh kedua kelompok berbeda bermakna (p=0,046). Diet rendah energi menyebabkan penurunan berat badan dan penurunan massa lemak masing-masing sebesar 3,86% dan 2,59%. Perubahan komposisi tubuh tersebut berhubungan dengan perbaikan beberapa faktor risiko terkait obesitas. Kadar gula darah puasa dan kolesterol LDL turun bermakna masing-masing sebesar 8,45% dan 8,75%. Kombinasi diet dan inhibitor lipase memperbesar penurunan berat badan, massa lemak dan lingkar perut masing-masing 4,2+1,2 kg (p=0,001), 3,7+1,4 kg (p=0,014) dan 6,5±2,1 cm (p=0,005). Kombinasi tersebut juga memperbesar penurunan kadar total kolesterol dan HDL kolesterol masing-masing sebesar 20,0+7,2 mg/dL (p=0,008) dan 4,4+2,0 mg/dL (p=0,035). Perubahan pola distribusi lemak tubuh dan rasio LDL/HDL tidak bermakna. Setiap penurunan 1 kg berat badan, massa lemak berkurang 0,8+0,1 kg (p<0,001) ; lingkar perut berkurang 1,0+0,2 cm (p<0,001), ini menunjukkan terjadi pemecahan jaringan lemak intra-abdominal. Setiap penurunan 1 kg massa lemak, kadar gula darah postprandial berkurang 2,2+1,0 mg/dL (p=0,039). Setiap penurunan 1 kg berat badan, kadar total kolesterol berkurang 3,7+0,8 mgldL (p<0,001) ; kadar LDL kolesterol berkurang 2,3+0,8 mg/dL (p=0,008) ; kadar trigliserida berkurang 2,5+1,2 mg/dL (p=0,040). Setiap penurunan 1 cm lingkar perut, kadar HDL kolesterol berkurang 0,4+0,1 mg/dL (p=0,007).
Simpulan: Pemberian diet rendah energi seimbang selama 24 minggu menurunkan berat badan, memperbaiki komposisi tubuh dan menurunkan faktor risiko terkait obesitas. Inhibitor lipase sebagai terapi adjuvan diet rendah energi dapat meningkatkan defisit energi, sehingga memperbesar penurunan berat badan, massa lemak, lingkar perut, kadar total kolesterol, dan HDL kolesterol.

Effects of individualized modest energy deficit diet with or without lipase inhibitor on anthropometric and metabolic indicator in overweight subjects Objectives: To study the effects of weight loss on anthropometric measures and metabolic indicators in overweight subjects consuming low-energy balanced diet with or without lipase inhibitor.
Methods: Design - 24 weeks randomized clinical trial study, conducted from March 2002 to March 2003. Subjects - healthy obese adults (>18 to 60 years of age) of both sexes, with body mass index >25 kg/m2. Treatments - all subjects received low-energy diet designed individually to cause an energy deficit of approximately 500 kcal/day (2092 kJ/day) containing 25% of energy as fat. Subjects were randomized to receive diet only (D group) or diet and lipase inhibitor 120 mg 3 times daily (DIL group).
Results: A total of 74 subjects screened, 64 subjects (8 males and 56 females) entered the protocol were randomly assigned into 2 groups, each had 32 subjects. At the end of the study, 13 subjects ofD group and 25 subjects of DIL group were evaluated. Lipase inhibitor significantly lowered body mass index (p=0.046). Low-energy diet induced weight loss and fat mass loss up to 3.86% and 2.59% respectively. Improved body composition was associated with improvement in several obesity-related risk factors. Fasting glucose level and LDL cholesterol were lowered by as much as 8.45% and 8.75% respectively.
Combination with lipase inhibitor accounted for 4.2+1.2 kg greater weight loss (p=0.001), 3.7+1.4 kg greater fat mass loss (p=0.014), and 6.5+2,1 cm less abdominal circumferences (p=0.005). Lipase inhibitor further reduced total cholesterol and HDL cholesterol up to 20.0±7.2 mg/dL (p=0.008) and 4.4+2.0 mg/dL (p=0.035) respectively. However both groups showed no statistically significant changes of body fat distribution and LDLIHDL ratio. Every 1 kg weight loss caused 0.8+0.1 kg fat mass loss (p<0.001) and 1.0+0.2 cm less abdominal circumference (p<0.001), these changes showed reduction of intra-abdominal fat tissue. One kilogram less fat mass lowered postprandial blood glucose level by 2.2+1.0 mg/dL (p=0.039). One kilogram weight loss also found to reduce total cholesterol, LDL cholesterol and triglyceride level as much as 3.7+0.8 mg/dL (p<0.001); 2.3+0.8 mg/dL (p=0.008) and 2.5+1.2 mg/dL (p=0.040) respectively. One centimetre less abdominal circumference lowered HDL cholesterol by 0.4+0.1 mg/dL (p=0.007).
Conclusion: 24 weeks treatment with low-energy diet significantly reduced body weight, improves body composition and some obesity-related risk factor. Lipase inhibitor as adjunctive therapy enhanced energy deficit."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Yasmin Syauki
"Obesitas merupakan masalah kesehatan yang sudah mendunia, termasuk di Indonesia. Situasi ini erat kaitannya dengan terjadinya perubahan asupan gizi ditandai dengan penambahan pola makan dimana hal ini dapat menyebabkan penyakit degenerasi. Lingkar pinggang mempakan salah satu faktor prediksi yang kuat pada resistensi insulin, yang merupakan fase dini perkembangan penyakit diabetes melitus. Asupan asam lemak jenuh yang tinggi dapat mcnyebabkan terjadinya resistensi insulin. Data mengenai hubungan antara asam lemak dan resistensi insulin di Indonesia sangat terbatas. Untuk melihat hubungan antara berbagai asupan lemak dengan insulin pada laki-laki dewasa dengan obesitas sentral di Jakarta, maka diadakanlah penelitian dengan metode potongan lintang. Kuesioner semi kuantitaf-frekuensi makanan yang telah divalidasi digunakan untuk memperoleh data asupan lemak pada 126 laki-laki usia 30-50 tahun dengan obesitas sentral di Jakarta yang sebelumnya telah mengikuti prosedur skrining melalui pemeriksaan klinis dan pengambilan darah. Pengukuran antropometrik dilakukan untuk mendapatkan data berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang. Data plasma insulin puasa, plasma glukosa puasa, plasma asam lemak bebas dan profil lemak darah diperoleh melalui pemeriksaan biokimia. Kucsioner global aktivitas tisik dan surveilens penyakit kronik digunakan untuk memperoleh data aktivitas fisik, kcbizmaan merokok, konsumsi alkohol, sayuran dan buah. Asupan lemak total, lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal maupun ganda (% dari total kalori) diperolch Icbih tinggi dibandingkan rekomendasi PERKENI/NCEP/AHA/ADA (4l.23%, 21.51% and 9.32%), kecuali asupan lemak tidak jenuh ganda berdasarkan PERKENI (6.8?7%). Asupan omega-3 dan omega-6 tidak memenuhi rekomendasi berdasarkan IOM. Hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia ditemukan pada penelitian ini. Sementara itu, insulin puasa berada dalam nilai nonnal (7.63 u/L). Tidak ditemukan hubungan antara asupan berbagai jenis lemak dengan insulin pada laki-laki dcwasa dengan obesitas sentral, tetapi plasma asam lemak bebas memiliki hubungan positif dengan asupan temak tidak jenuh ganda (% dari total kalori) (rp=0.l90, p<0.05), dan plasma glukosa puasa (r=0.l93, p<0.05). Penelitian kasus-kontrol perlu dilakukan untuk dapat melihat secara jelas hubungan antara asupan berbagai jenis lemak dengan insulin pada seseorang dengan dan tanpa obesitas sentral atau pada seseorang dengan dan tanpa resistensi insulin.

Obesity is known as the major global health problems, including in Indonesia. This situation is associated with nutritional transitional characterized by changing in dietary patterns, leading to the prevailing degenerative diseases. Waist circumference is strong predictor of insulin resistance, an initial phase for development of type 2 diabetes melitus. High intake of SFA is contributed to insulin resistance. Data on the relations between intake of fatty acids and insulin resistance in Indonesia are very limited. A cross-sectional study was undertaken to examine the association between intake of different fatty acids and insulin level in abdominal obese adult men in Jakarta. Dietary fatty acids was obtained through validated fat SQ-F FQ to |26 men with abdominal obesity aged 30-SO, who pass the screening procedure through clinical and blood assessment. Anthropomethric assessments were done to obtain body weight, height and waist circumference. Biochemichal assessments were undertaken to obtain fasting plasma insulin, glucose, FFA and profile lipid. Global Physical Activity Questionnaire and STEPS questionnaire were used to obtain data on physical activity, smoking habit, alcohol use, fruit and vegetable consumption. Intake of total fat, SFA, MUFA and PUFA (% of total calories) were found higher than that of the PERKENI/NCEP/AI-IA/ADA recommendations (4l.23% , 21.51% and 9.32%), except PUFA intake based on PERKENI (6.87%). Intake of omega-3 and omega-6 PUFA did not meet the requirement suggested by IOM. Hypercholesterolemia and hypertrigliseridemia were found among subjects. Mean fasting plasma insulin was found within desirable range (7.63 ufL). There is no correlation between intakes of different fatty acids and insulin levels in abdominal obese adult men, but FFA plasma were positively correlated with PUFA intake (% of total calories) (rp=0-l90, p<0.05) and fasting plasma glucose (rp=0.l93, p<0.05)- Further study need to be conducted to have clearly understanding of the relationship between intake of different fatty acids and insulin level between abdominal obese and non-abdominal obese or insulin resistance and non insulin resistance using case-control study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32320
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dewi Permatasari
"Gaya hidup masyarakat perkotaan yang difasilitasi dengan ketersediaan dari kemudahan terhadap layanan transportasi berkontribusi pada kurangnya aktivitas bergerak diperkuat dengan kemudahan akses untuk mengkonsumsi makanan tidak sehat berperan sebagai faktor risiko terjadinya obesitas. Intervensi pengaturan pola makan menggunakan piring model T dan aktivitas fisik mempengaruhi pengetahuan dan berhasil menurunkan berat badan sebanyak 2 kilo gram. Diharapkan klien mampu mempertahankan pola makan sehat dengan aktivitas fisik yang teratur untuk mengoptimalkan penurunan berat badan menuju berat badan ideal.

Combination of Diet Arrangement and Monitoring of Physical Activities as Obesity Management of Adult Family in Depok. The lifestyle of urban communities facilitated by the availability of facilities for transportation services contributes to the lack of moving activities reinforced by easy access to consuming unhealthy foods as a risk factor for obesity. Dieting intervention using plate model T and physical activity affected knowledge and succeeded in losing weight as much as 2 kilograms. It is expected that the client is able to maintain a healthy diet with regular physical activity to optimize weight loss towards the ideal body weight.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Hughes
Jakarta: PT Grasindo, 2017
641.563 7 DEW d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Claire, Thomas
Yogyakarta: B-First, 2006
181.45 CLA y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Syahidati Fauzana
"ABSTRACT
Lelaki Seks dengan Lelaki LSL merupakan salah satu populasi kunci untuk kasus HIV/AIDS tetapi populasi tersebut merupakan populasi yang sulit dijangkau karena masih adanya stigma di masyarakat sehingga ukuran populasinya tidak diketahui. Hal tersebut membuat penelitian pada kelompok LSL sulit untuk dilakukan karena tidak ada sample frame yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan jumlah sampel. Metode sampel Respondent Driven Sampling RDS merupakan metode pengambilan sampel bagi populasi tersembunyi dengan menggunakan prinsip snowball sampling. Prinsip snowball sampling membuat data yang dikumpulkan rentan untuk mengalami bias karena tidak semua populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Untuk menghilangkan bias tersebut teknik analisis data yang digunakan tidak seperti biasanya. Terdapat perangkat khusus yaitu RDSA untuk menganalisis datanya. Tetapi, hingga kini masih ada analisis data pada LSL mengabaikan fakta bahwa data dikumpulkan dengan metode RDS tetapi dianalisis seakan-akan data dikumpulkan dengan metode Simple Random Sampling SRS . Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil analisis univariat dan bivariat data yang dikumpulkan dengan metode RDS tetapi dianalisis sesuai dengan tekniknya menggunakan RDSA dan data yang dikumpulkan dengan metode RDS tetapi dianalisis secara biasa menganggap bahwa data seolah-olah dikumpulkan dengan metode SRS menggunakan STATA. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan estimasi proporsi diantara keduanya terutama pada bagain Confidence Interval CI. Hasil RDSA menghasilkan CI yang lebih lebar dibandingkan dengan hasil yang menggunakan asumsi Simple Random Sampling.

ABSTRACT
Men who have sex with men MSM is one of the key populations for HIV AIDS cases but the population is one of the most inaccessible populations due to the stigma in society that the population size is unknown. This makes the study in groups of MSM difficult to do because there is no sample frame that used as a benchmark to find the number of samples. Respondent Driven Sampling RDS is a sampling method for hidden population by using snowball sampling principle. The principle of snowball sampling makes collecting data potential to biases because not all populations have the same probability to choose. To drop the biases the data analysis techniques used are not as usual. There is a special tool that is RDSA to analyze the data. However, until now there is still data analysis on MSM ignoring the fact that data collected by RDS method but analyzed as if data collected by Simple Random Sampling SRS method. The aim of this study was to compare the results of univariate and bivariate analyzes of data collected by RDS method but analyzed by the technique using RDSA and data collected by RDS method but analyzed assuming that data collected by SRS method using STATA. The results show that there is difference estimation of the proportion between the two, especially in the section Confidence Interval CI . RDSA results produce a wider CI than using Simple Random Sampling assumption results. Key words HIV AIDS, Men who have sex with men MSM , Respondent Driven Sampling RDS, Simple Random Sampling SRS. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. An Haryono
"ABSTRAK
Perilaku seksual beresiko merupakan perilaku yang dapat menyebabkan penularan penyakit melalui hubungan seksual seperti HIV. Lelaki Seks Lelaki LSL merupakan satu kelompok yang beresiko penularan HIV. Faktor dukungan sebaya atau kelompok yang didapatkan oleh LSL mempengaruhi hidup dari LSL tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa antara dukungan sebaya dan perilaku seksual beresiko pada LSL di Kota Medan. Pada penelitian ini menggunakan metode crossectional dengan metode pengumpulan data purposive sampling dengan jumlah responden penelitian 180. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner perilaku seksual dan peer group caring interaction scele PGCIS. Uji Analisa untuk mencari hubungan antara dukungan sebaya dan perilaku seksual beresiko digunakan metode Chi Square. Hasil dari penelitian ini yang dilakukan Analisa dengan perhitungan chi square didapatka nilai P value adalah 0,000007. Nilai P value 0,000007 yang lebih kecil dari nilai alpha 0.05 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sebaya terhadap perilaku beresiko.

ABSTRACT
Risk sexual behavior is a behavior that can lead to the transmission of sexually transmitted diseases such as HIV. Men Sex Male MSM is a group that is at risk of HIV transmission. Peer support factors or groups obtained by MSM affect the life of the MSM. The purpose of this study was to analyze between peer support and risky sexual behavior in MSM in Medan City. In this study using crossectional method with data collection method purposive sampling with the number of respondents research 180. Questionnaire used is the questionnaire sexual behavior and peer group caring interaction scele PGCIS. Test Analysis to find the relationship between peer support and sexual behavior at risk used Chi Square method. The result of this research is Analyze with chi square calculation got P value value is 0,000007. P value value 0,000007 which is smaller than alpha value 0.05 can be interpreted that there is relationship between peer support to behavior at risk."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simontacchi, Carol
New York: Jeremy P. Tarcher/Putnam, 1997
613.25 SIM y
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Bailliere Tindall , 2001
613.042 34 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>