Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74100 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faris Abdurrahman
"Hubungan Internasional merupakan studi yang mencakup dinamika antarnegara, termasuk area penting keamanan siber di era digital. Serangan siber di Estonia dan Iran telah menyoroti ketidaksiapan global dalam menghadapi ancaman siber, mendorong negara-negara untuk mengambil langkah pengamanan dan terlibat dalam diplomasi digital. Kajian ini mengeksplorasi konteks dan variabel pendorong di balik sekuritisasi ruang siber, evolusi norma siber global, serta dinamika pengamanan ruang siber dalam wujud sekuritisasi yang dilakukan. Literatur mengidentifikasi empat mekanisme sekuritisasi—aktor sekuritisasi, speech act, audiens, dan facilitating conditions, sekaligus empat komponen utama keamanan ruang siber—referent object, emergency situations, existential threat, dan extraordinary measures. Kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah lanskap keamanan global, yang menuntut kebijakan keamanan siber yang adaptif. Akibatnya, fokus telah bergeser dari hanya melindungi infrastruktur menjadi memahami operasi siber, menempatkan ruang siber sebagai elemen penting dalam strategi keamanan nasional. Pendekatan extraordinary measures seperti multistakeholderisme dan kedaulatan digital menekankan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan kontrol negara yang kuat. Eksplorasi strategi keamanan siber mencakup tindakan pencegahan dan mitigasi, potensi jalur kerjasama, dan formulasi kebijakan yang efektif. Kajian ini menekankan kebutuhan pendekatan holistik dan kooperatif terhadap sekuritisasi ruang siber, memberikan wawasan yang dapat diterapkan pada wilayah lain yang menghadapi tantangan serupa dan mewakili jalan yang menjanjikan untuk penelitian di masa depan.

International Relations encompasses the dynamics between nations, including the critical area of cybersecurity in the digital era. Recent cyberattacks on Estonia and Iran have highlighted global unpreparedness in addressing cyber threats, prompting nations to establish control measures and engage in digital diplomacy. This analysis explores the context and driving variables behind the securitization of cyberspace, along with the evolution of global cyber norms and the dynamics of cyber security through the lens of securitization. Literature identifies four mechanisms of securitization—securitizing actors, speech acts, the audience, and facilitating conditions, as well as four main components of cybersecurity—referent objects, emergency situations, and existential threats. The rapid advancement of information and communication technology (ICT) has transformed the global security landscape, necessitating adaptive cybersecurity policies. Consequently, the focus has shifted from safeguarding infrastructure to understanding cyber operations, positioning cyberspace as crucial in national security strategies. Extraordinary measure approaches such as multistakeholderism and digital sovereignty emphasize collaboration among stakeholders and robust state control. The exploration of cybersecurity strategies includes preventive and mitigation actions, potential cooperation avenues, and effective policy formulation. This analysis underscores the need for a holistic and cooperative approach to the securitization of cyberspace, providing insights applicable to other regions facing similar challenges and representing a promising avenue for future research."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Permata Putra Satria
"Dalam era industri 4.0, teknologi informasi dan komunikasi menjadi tulang punggung utama dalam operasional sistem industri, termasuk sistem kontrol industri (ICS). Namun, meningkatnya ketergantungan pada teknologi digital juga meningkatkan risiko serangan siber. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji testbed keamanan siber untuk sistem kontrol tangki air otomatis menggunakan komunikasi Modbus TCP. Testbed ini memungkinkan simulasi berbagai serangan dan pengujian strategi mitigasi dalam lingkungan yang aman dan terkontrol. Sistem yang dikembangkan terdiri dari Arduino Mega sebagai server Modbus TCP, PLC Siemens S7-1200 sebagai klien, sensor ultrasonik untuk pengukuran ketinggian air, dan pompa submersible. Pengujian dilakukan dengan menggunakan berbagai alat keamanan siber seperti nmap, Wireshark, dan modbus poll. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini dapat berfungsi dengan baik dan mampu menangani data yang tidak valid tanpa menyebabkan kerentanan keamanan atau ketidakstabilan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya mencakup peningkatan protokol keamanan dan penerapan sistem dalam lingkungan industri nyata.

In the era of Industry 4.0, information and communication technology has become the backbone of industrial system operations, including Industrial Control Systems (ICS). However, the increased reliance on digital technology also heightens the risk of cyberattacks. This research aims to develop and test a cybersecurity testbed for automatic water tank control systems using Modbus TCP communication. The testbed enables the simulation of various attacks and testing mitigation strategies in a safe and controlled environment. The developed system comprises an Arduino Mega as the Modbus TCP server, a Siemens S7-1200 PLC as the client, an ultrasonic sensor for water level measurement, and a submersible pump. Testing was conducted using various cybersecurity tools such as NMAP, Wireshark, and Modbus Poll. The results show the system functions properly and can handle invalid data without causing security vulnerabilities or instability. Recommendations for future research include enhancing security protocols and applying the system in real industrial environments."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heinnest Ezra Hartono
"Penelitian ini membahas fenomena politik sekuritisasi Turki terhadap laju migrasi pada tahun 2016 dengan menggunakan pendekatan Kompleksitas Keamanan Regional. Pada tahun tersebut, Turki menjadi fokus perhatian dunia karena menjadi jalur utama bagi ribuan pengungsi yang melarikan diri dari konflik di Timur Tengah, Afrika Utara, dan wilayah sekitarnya. Dalam menghadapi tantangan migrasi besar ini, pemerintah Turki mengambil langkah-langkah yang semakin bersifat sekuritisasi, dengan menekankan ancaman keamanan yang dihadapi oleh negara dan masyarakatnya. Pendekatan Kompleksitas Keamanan Regional digunakan untuk menganalisis interaksi dinamis antara berbagai aktor, termasuk pemerintah Turki, Uni Eropa, serta faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan migrasi Turki. Turki, sebagai negara yang secara geografis berbatasan dengan Uni Eropa, melakukan kerja sama dalam bentuk “EU-Turkey Statement” dalam upaya yang sama untuk menekan regulasi dan laju pengungsi yang ilegal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya mencapai keamanan Turki terlihat dari keberanian pemerintahnya dalam mengkritik UE dalam beberapa tahun terakhir, tetapi itu semua mungkin akan berubah dengan cara yang lebih kohesif sehingga kedua belah pihak diharapkan mencapai kondisi keamanan yang stabil selama migrasi pengungsi terus berlangsung. Pemahaman terhadap kompleksitas keamanan regional menjadi penting dalam merumuskan kebijakan migrasi yang holistik dan berkelanjutan. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami dinamika politik sekuritisasi migrasi, terutama dalam konteks Turki dan kawasan sekitarnya.

Using a Regional Security Complexity approach, this research discusses the political phenomenon of Turkey’s securitization of migration rates in 2016. That year, Turkey became the focus of world attention because it was the main route for thousands of refugees fleeing conflicts in the Middle East, North Africa and surrounding areas. In facing this major migration challenge, the Turkish government is taking increasingly securitizing steps, emphasizing the security threats faced by the country and its society. The Regional Security Complexity Approach is used to analyze the dynamic interactions between various actors, including the Turkish government, the European Union, as well as internal and external factors that influence Turkey migration policy. Turkey, as a country that geographically borders the European Union, is collaborating in the form of the "EU-Turkey Statement" in the same effort to suppress regulations and the rate of illegal refugees. The research results show that Turkey’s efforts to achieve security can be seen from the government's boldness in criticizing the EU in recent years, but that may all change in a more cohesive way so that both parties are expected to achieve stable security conditions as long as refugee migration continues. Understanding the complexity of regional security is important in formulating holistic and sustainable migration policies. Thus, this research makes an important contribution to understanding the political dynamics of migration securitization, especially in the context of Turkey and the surrounding region."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arfan Wiraguna
"Penelitian ini adalah studi pertama yang menjelaskan dampak aktivitas sekuritisasi pinjaman Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terhadap stabilitas bank. Penelitian ini turut melihat peran yang dimainkan oleh likuiditas dan persyaratan modal sebagai moderator. Peneliti menggunakan novel hand-collected dataset pada tingkat bank di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa dalam periode antara tahun 2003 dan 2022. Kumpulan data akhir terdiri atas 1.157 pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan sekuritisasi pinjaman UKM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stabilitas bank. Likuiditas dan persyaratan modal sebagai moderator memperlemah pengaruh tersebut. Sebagai bagian dari robustness checks, penelitian ini mempertimbangkan kondisi krisis keuangan global dan Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2013-2019 adalah satu-satunya periode yang memungkinkan aktivitas sekuritisasi pinjaman UKM memiliki dampak negatif dan signifikan terhadap stabilitas bank. Hasil ini turut menunjukkan penerapan atas kebijakan transparansi yang efektif. Hasil penelitian tetap sesuai setelah peneliti menjalankan berbagai robustness checks dengan langkah-langkah pengujian dan analisis alternatif.

This study shed light on the impact of Small and Medium Enterprise (SME) Asset-Backed Security (ABS) on bank stability. Using bank-level data, this study also analyzes the moderating roles of liquidity and regulatory capital. To address the relevant issues, this study employs a novel hand-collected dataset of banks in the U.S. and European countries covering the period between 2003 and 2022. The final dataset comprises 1,157 observations. The results show that the SME ABS activity has a negative and significant impact on bank stability. The results also show liquidity and regulatory capital weaken the impact of SME ABS activity on bank stability. As a robustness check, this study also exploits the unique features of the SME ABS during the global financial crisis and Covid-19 crisis to study how these crises impact bank stability. The results indicate 2013-2019 is the only period that allowed the SME ABS activity to have a significant negative impact on bank stability. Hence, it explains the effective implementation of transparency policy. The results are robust to alternative measures of SME ABS and bank stability analysis, controlling for bank fixed effects, among several other robustness tests."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Noor Andriani
"Dalam menjalankan usahanya, tidak dapat dipungkiri bahwa bank juga menghadapi berbagai risiko dimana salah satunya adalah risiko kredit. Sejalan dengan perkembangan zaman, terdapat teknik mitigasi risiko kredit baru yang telah dikenal sesuai dengan standar praktek internasional (best international practices) yaitu sekuritisasi aset. Skripsi ini membahas pengaturan prinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekuritisasi aset dan penerapan prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh Bank BTN dalam melaksanakan sekuritisasi aset KPR nya dikaitkan dengan pengaturan prinsip kehati-hatian dalam perbankan. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang menghasilkan bentuk penelitian normatif deskriptif.
Hasil penelitian menyatakan pengaturan mengenai prinsip kehati-hatian dalam aktivitas tersebut diatur dalam PBI No. 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum dimana Bank BTN telah menerapkan prinsip kehati-hatiannya sesuai dengan amanat peraturan tersebut. Dengan demikian Bank BTN dapat dijadikan acuan bagi bank-bank lain untuk melaksanakan sekuritisasi aset.

We can't deny that banks in conducting its business are also facing the risk. One of them is credit risk. In line with the times, there is a new credit risk mitigation techniques that have been recognized in accordance with the standards of international practice (best international practices) called assets securitization. This thesis talks about prudential banking regulation in asset securitization and the application of the prudential banking principle made by Bank BTN carrying their mortgage backed securities in associated with prudential banking regulation. This type of research is a library research which produces descriptive normative research.
The results stated that the setting of the prudential banking principle in this activity regulated in PBI No. 7/4/PBI/2005 about The Prudential Banking Principle in Asset Securitization Activity for Commercial Banks where Bank BTN has applied that principle in accordance with the mandate of that regulation. Thus Bank BTN can be a reference for other banks to implement their asset securitization.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S44789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian
"Penelitian ini menganalisis upaya sekuritisasi terhadap isu perubahan iklim di Amerika Serikat di bawah administrasi Biden-Harris berdasarkan teori sekuritisasi yang dikembangkan oleh Thierry Balzacq dan Maria J. Trombetta. Sekuritisasi dimulai ketika administrasi Biden-Harris selaku aktor sekuritisasi membingkai isu perubahan iklim sebagai problematika keamanan dengan mengeksploitasi bahasa khas isu keamanan, seperti “existential threat”, “point of no return”, dan “possible way out”. Akan tetapi, selaras dengan proposisi Balzacq, penelitian ini menunjukkan bahwa sekuritisasi yang diupayakan Biden-Harris turut memanfaatkan rujukan-rujukan dalam kondisi struktural atau konteks spesifik yang melingkupi audiensnya, yakni masyarakat AS, pemerintah negara bagian, lembaga pengadilan, dan Kongres. Hal ini dilakukan agar Biden-Harris dapat membangun resonansi dengan pengalaman khusus audiens dan meraup dukungan serta legitimasi dari audiens terhadap langkah sekuritisasinya. Secara konvensional, upaya sekuritisasi terhadap suatu isu dianggap akan membukakan jalan bagi tindakan “luar biasa” untuk mengatasinya. Namun, sejalan dengan argumentasi Trombetta, penelitian ini pun menemukan bahwa proses adopsi instrumen kebijakan keamanan untuk menanggulangi isu perubahan iklim yang diupayakan Biden-Harris tetap melalui prosedur “politik yang normal”. Dinamika tarik-ulur kepentingan tetap menyertai langkah sekuritisasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sekuritisasi pada dasarnya merupakan proses yang bersifat intersubjektif. Hasil dari sekuritisasi tidak hanya ditentukan oleh administrasi Biden-Harris selaku aktor, tetapi juga bergantung pada konteks dan audiens yang dapat memberdayakan ataupun menghambat upaya sekuritisasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka.

This research analyzes the securitization of climate change in the United States under the Biden-Harris administration based on the securitization theory promulgated by Thierry Balzacq and Maria J. Trombetta. The act of securitization began when the Biden-Harris administration framed climate change as a security problematique by exploiting specific language repertoire of security issues, such as “existential threat”, “point of no return”, and “possible way out”. However, aligned with Balzacq’s proposition, this research reveals that securitization attempt by Biden-Harris also utilized references unique to the structural conditions or contexts of the audience which includes the U.S. citizens, states governments, courts, and Congress. This is ultimately done such that the Biden-Harris administration serving as the securitizing actor could better resonate with the audience’s specific experiences and thus enable them to mobilize support from the audience. Despite conventional belief that securitizing an issue would legitimize the use of extraordinary measures in handling the issue in question, this research shows that securitization of climate change by Biden-Harris did not necessarily operate in the realm of exceptionality. As also suggested by Trombetta, interest-driven political dynamics could still be found in the process of securitizing climate change. This reality further affirms Balzacq’s argument that securitization is fundamentally an intersubjective process. The result of securitization is not exclusively determined by the actor, but also contingent on the contexts as well as the audience that could either empower or hinder the act. In conducting this research, the author employs qualitative method, and in particular literature studies as its data collection technique."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Fahmi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai proses sekuritisasi yang dilakukan Pemerintah
Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman obat-obatan terlarang yang berasal
dari Mexico. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analisis. Peningkatan kekuatan mafia kartel dan meluasnya daerah
perdagangan obat-obatan terlarang dari Mexico, membuat Amerika Serikat
melakukan sekuritisasi karena dampak yang dihasilkan dapat mengancam
keamanan nasional Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mérida
Initiative menjadi hasil sekuritisasi yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat
dibawah Presiden George W. Bush.

Abstract
This thesis is focusing on securitization of US Govemrnent in fighting against
threat of drugs trafficking came from Mexico. This research uses qualitative
method with descriptive analytical approach. Increasing power of Mexican DTO
(Drug Trafficking Organization) and enormous drug trafficking from Mexico,
make US Government do securitization because the negative effect can threat US
national security. The result of the research has shown that Merida Initiative is the
result of securitization done by US Govemment under George W. Bush
administration.
"
2010
T27979
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Nurfitri Handayani
"Penelitian ini bertujuan untuk merancang kerangka kerja keamanan siber pada smart airport untuk meningkatkan keamanan siber dan mencegah serangan siber pada smart airport. Smart airport menimbulkan risiko baru akan adanya serangan siber, pengelolaan smart airport dengan menggunakan teknologi IT dan IoT harus dikelola dengan baik yaitu melalui tata kelola teknologi informasi yang sesuai dengan kerangka kerja yang sudah terimplementasi dengan baik dan berstandar Internasional. Selain kerangka kerja tata kelola teknologi informasi, perlu diperhatikan lebih dalam lagi mengenai keamanan siber dan perlindungan data pribadi agar smart airport memiliki tingkat keamanan yang tinggi untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya. Untuk mewujudkan smart airport yang aman dengan mempertimbangkan risiko serangan siber perlunya dibuat kerangka kerja keamanan siber sebagai evaluasi untuk pengelola smart airport. Penelitian ini mengintegrasikan kerangka kerja Enisa Securing Smart Airport, NIST Cyber Security Framework dan ISO/IEC 27002:2022. Dari hasil penelitian diperoleh aktivitas yang berasal dari NIST CSF adalah 39%, aktivitas yang berasal dari ENISA Securing Smart Airport adalah 6%, dan aktivitas yang berasal dari ISO/IEC 27002:2022 adalah 17%. Diharapkan kerangka kerja smart airport ini dapat melindungi keamanan siber dengan menggunakan NIST CSF, melindungi keamanan informasi dengan menggunakan ISO 27002:20022 dan mengikuti standar keamanan airport berdasarkan ENISA Securing Smart Airport. Hasil dari penelitian ini adalah kerangka kerja keamanan siber untuk smart airport, yang diujicobakan di Bandara Internasional XYZ dengan hasil nilai kematangan 3,9 berada pada level implementasi terdefinisi.

This research aims to design a cyber security framework at smart. Airport to improve cyber security and prevent cyber attacks at smart airports. Airports are transforming into smart airports as airport user services continue to increase, creating an efficient, effective and comfortable travel experience for travelers. Smart airports pose new risks of cyber attacks, management of smart airports using IT and IoT technology must be managed well, namely through information technology governance that is in accordance with a framework that has been well implemented and has international standards. Apart from the information technology governance framework, futher attention needs to be paid to cyber security and personal data protection so that smart airports have a high. Level of security to maintain business continuity. To create a safe smart airport by considering the risk of cyber attacks, it is necessary to have a cyber security framework as an evaluation for smart airport managers. This research integrates the Enisa Securing Smart Airport Framework, NIST Cybersecurity Framework and ISO/IEC 27002:2022. From the research result, the activity originating from NIST CSF was 39%, from ENISA Securing Airport was 6% and from ISO/IEC 27002:2022 was 17%. The goal is a smart airport framework that can protect cyber security by using NIST CSF, protect information security by using ISO/IEC 27002:2022 and based on airport security standards by using ENISA Securing Smart Airport. The result of this research is a cybersecurity framework for smart airports, which was tested at XYZ Internasional Airport with a maturity value of 3,9 at the defined implementation level."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Yudiviantho
"Tesis ini membahas mengenai sumber pendanaan dengan cara melakukan sekuritisasi terhadap piutang pembiayaan konsumen. Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan beban bunga dari tiga sumber pendanaan, yaitu pinjaman bank, obligasi, dan sekuritisasi aset. Data yang digunakan adalah laporan keuangan PT. ABC Finance per 31 Desember 2009. Metode analisis menggunakan interest coverage ratio untuk menentukan tingkat bunga sekuritisasi.
Dari hasil analisis diperoleh hasil gross margin dari pinjaman bank, obligasi, dan sekuritisasi berturut-turut sebesar 2,65%, 4,95%, dan 2,81%. Dengan demikian disimpulkan bahwa sekuritisasi aset bukanlah sumber pendanaan termurah bagi Perseroan pada saat ini walaupun Perseroan memiliki kemampuan serta potensi sumber pendanaan yang memadai untuk melakukan sekuritisasi terhadap piutang pembiayaan konsumen yang dimiliki dalam portofolionya.

This thesis discusses about the source of funding by means of securitization of consumer finance receivables. Research done by comparing cost of fund from the three sources of funding, namely bank loans, bonds, and asset securitization. The data used are the financial statements of PT. ABC Finance as of December 31, 2009. Analysis method using the interest coverage ratio to determine the interest rate securitization. The results of analysis of gross margin results from bank loans, bonds, and assets securitization are 2.65%, 4.95%, and 2.81%, consecutively. It concludes that asset securitization is not the cheapest source of financing for the Company at this time although the Company has the ability and potential sources of funding sufficient to do the securitization of consumer finance receivables held in its portfolio."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28107
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ariqah Elfira Putri
"Penelitian ini menganalisis proses sekuritisasi dalam penanganan pandemi COVID-19 di Hungaria berdasarkan teori sekuritisasi yang dikembangkan oleh Thierry Balzacq. Menurut teori sekuritisasi, sebuah isu dibingkai sebagai isu keamanan yang harus segera ditangani karena dianggap sebagai bahaya eksistensial yang mengancam keamanan nasional. Sekuritisasi pandemi COVID-19 memberikan akses bagi Perdana Menteri Viktor Orbán untuk memerintah negaranya lewat dekrit. Hal ini menuai kritik dari para aktor di ranah internasional maupun domestik, namun banyak juga masyarakat Hungaria yang setuju dan mematuhi aturan yang ditetapkan oleh Orbán sebagai upaya pencegahan penyebaran virus. Para aktor sekuritisasi memiliki kapasitas untuk menggunakan pendekatan keamanan dalam merespons isu kesehatan seperti pandemi COVID-19, akan tetapi teori sekuritisasi yang dicetuskan oleh Balzacq menyebutkan bahwa konteks, kekuatan dispositif, dan legitimasi dari audiens juga menentukan keberhasilan dari proses sekuritisasinya. Penelitian ini menggunakan metode process tracing untuk menelusuri bagaimana konteks sosial politik baik di ranah internasional maupun domestik serta interaksi antara para aktor dengan audiens memungkinkan terjadinya sekuritisasi pandemi COVID-19 di Hungaria. Konteks sosial politik di ranah internasional dan domestik menjadi krusial untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran terkait proses intersubjektif yang menentukan keberhasilan dari sekuritisasi pandemi COVID-19 di Hungaria.

This study analyzes the securitization process in handling the COVID-19 pandemic in Hungary based on the securitization theory developed by Thierry Balzacq. According to securitization theory, an issue is framed as a security issue that must be addressed immediately because it is considered as an existential hazard that threatens national security. The securitization of the COVID-19 pandemic in Hungary gave Prime Minister Viktor Orbán access to govern his country by decree. This drew criticism from international and domestic actors, but many Hungarians also agreed and complied with the rules laid down by Orbán as an effort to prevent the spread of the virus. Securitization actors have the capacity to use a security approach in responding to health issues such as the COVID-19 pandemic, but the securitization theory proposed by Balzacq states that context, dispositive power, and legitimacy from the audience also determine the success of the securitization process. This study uses the process tracing method to explore how socio-political context both in the international and domestic spheres as well as the interaction between actors and the audience facilitates the securitization of the COVID-19 pandemic in Hungary. The socio-political context in the international and domestic spheres is crucial to be analyzed because it can provide an overview of the intersubjective processes that determine the success of the securitization of the COVID-19 pandemic in Hungary."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>