Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76466 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayyin Yahya
"Pada kajian awal dalam ilmu hubungan internasional (HI), paradigma realisme mendominasi dengan menempatkan negara sebagai unit analisis utama. Hal ini mengabaikan peran individu dan wawasan psikologis. Walaupun demikian, kajian mengenai hal tersebut tetap berkembang seiring dengan pengakuan yang semakin besar terhadap psikologi politik. Cabang ilmu ini mengintegrasikan studi politik dan studi psikologi, dengan salah satu objek utama pembahasannya mengenai peran emosi dalam memengaruhi perilaku politik dan proses pengambilan keputusan. Tulisan ini berupaya untuk membedah dan memetakan 45 literatur yang telah lolos melewati proses penelaahan sejawat internasional dan memiliki bahasan yang relevan dengan topik emosi dalam hubungan internasional. Menggunakan metode tinjauan pustaka, tulisan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana perkembangan kajian emosi dalam hubungan internasional? Dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut, tulisan ini menganalisis kumpulan literatur yang mengkaji emosi dalam hubungan internasional dengan menerapkan pendekatan taksonomi ke dalam tiga fokus tema utama: (1) peran emosi dalam diplomasi dan negosiasi; (2) emosi dalam dinamika sosial dan politik; serta (3) pengaruh emosi terhadap kebijakan dan persepsi publik. Hasil dari analisis dalam tinjauan pustaka ini menunjukkan bahwa emosi tidak hanya menjadi faktor penting dalam keputusan diplomatik dan konflik, tetapi juga dalam pembentukan identitas nasional dan persepsi publik terhadap kebijakan luar negeri. Studi ini berkontribusi dalam memperkaya pemahaman tentang integrasi emosi dalam analisis HI serta menyoroti pentingnya pendekatan interdisipliner yang menggabungkan ilmu hubungan internasional dengan ilmu-ilmu lain mencakupi, tetapi tidak terbatas pada, ilmu psikologi, ilmu ekonomi, ilmu sejarah, ilmu geografi, dan ilmu komunikasi.

In the initial studies of international relations (IR), the realist paradigm dominated by positioning the state as the primary unit of analysis. This approach neglected the role of individuals and psychological insights. Nevertheless, research in this area continued to evolve with increasing recognition of political psychology. This interdisciplinary field integrates political science and psychology, focusing significantly on the role of emotions in influencing political behavior and decision-making processes. This paper aims to examine and map 45 peer-reviewed international publications that are relevant to the topic of emotions in international relations. Employing a literature review methodology, this paper seeks to address the question: How has the study of emotions in international relations evolved? To answer this question, the paper analyzes the body of literature on emotions in international relations by applying a taxonomic approach across three main thematic focuses: (1) the role of emotions in diplomacy and negotiation; (2) emotions in social and political dynamics; and (3) the impact of emotions on policy and public perception. The findings from this literature review indicate that emotions are not only critical factors in diplomatic decisions and conflicts but also play a significant role in the formation of national identity and public perceptions of foreign policy. This study contributes to enhancing the understanding of integrating emotions into IR analysis and underscores the importance of interdisciplinary approaches that combine international relations with other disciplines, including, but not limited to, psychology, economics, history, geography, and communication studies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prily Gracia Elisabet Soetiman
"Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membuat hubungan diplomasi juga mengalami perubahan ke arah yang lebih modern. Diplomasi publik hadir sebagai salah satu bentuk diplomasi yang melibatkan masyarakat secara langsung, terlebih khusus masyarakat asing untuk menjalin kerjasama antar negara dan mengamankan kepentingan negara, salah satunya promosi kebudayaan. Dengan menggunakan teori diplomasi publik dengan metode penelitian berbasis internet, penelitian kualitatif ini akan memaparkan partisipasi masyarakat Rusia yang tergambar dalam tujuh konten kebudayaan yang terkurasi dari akun Instagram @indonesiainmoscow di tahun 2019-2020. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana KBRI Moskow memanfaatkan Instagram sebagai media untuk menunjukkan adanya partisipasi masyarakat Rusia terhadap kebudayaan Indonesia yang terlihat dari konten Instagram @indonesiainmoscow.

Along with the development of information and communication technology, diplomacy also changes to a digital direction. Public diplomacy exists as a form of diplomacy that involves the public directly, particularly foreign communities, to establish cooperation between countries and secure nation’s interests. By using the theory of public diplomacy with internet based research method, this qualitative research will describe the participation of the Russian people as reflected in seven curated cultural content from the Instagram account @indonesiainmoscow in 2019-2020. Thus, this research is expected to provide an overview of how the Indonesian Embassy in Moscow utilizes Instagram as a medium to show the participation of Russian citizens in Indonesian culture as seen from the contents of @indonesiainmoscow."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Sherly Rahma
"Diplomasi vaksin adalah bagian dari diplomasi kesehatan global mengacu pada penggunaan maupun pengiriman vaksin dengan keterlibatan berbagai macam aktor. Diplomasi vaksin menyasar ancaman paling dasar manusia, yakni kesehatan. Momentum besar diplomasi vaksin ketika COVID-19 menelan korban jiwa daripada yang dilaporkan secara resmi. Merefleksikan peristiwa tersebut, kepemimpinan dan tata kelola kesehatan global menjadi momok yang dipertanyakan dalam penanganan wabah. Tulisan ini menggunakan 27 literatur dengan metode taksonomi yang dibagi dalam empat segmen (1) Konseptualisasi Diplomasi Vaksin, (2) Motivasi Diplomasi Vaksin, (3) Tujuan Diplomasi Vaksin, (4) Tantangan Diplomasi Vaksin. Temuan tulisan ini berupa tiga poin. Pertama, diplomasi vaksin menghasilkan praktik diplomasi konkret berupa pola persaingan dan ketergantungan. Kedua, diplomasi vaksin dipersepsikan sebagai medium pemenuhan kepentingan politik. Ketiga, vaksin sebagai barang primer karena sifatnya yang preventif menjadi medium unik serta efektif di tengah konflik dan kontestasi politik termasuk penggunaanya oleh rising power untuk menantang posisi hegemoni. Saat Covid-19, sifat alamiah vaksin didorong dengan serangkaian fragmentasi antara negara Barat dan Selatan menciptakan diplomasi vaksin yang timpang maupun berdampak pada adanya relasi kuasa antara negara produsen atau pendonor dengan penerima. Penimbunan vaksin Covid-19 marak dilakukan oleh negara Barat maupun produsen kawasan Selatan yang mengikat penerima donor di kawasan Asia, Eropa, dan Afrika dengan intensi politiknya.

Vaccine diplomacy is part of global health diplomacy, referring to the use and delivery of vaccines with the involvement of various actors. Vaccine diplomacy targets the basic human threat, namely health. Momentum of vaccine diplomacy reach when COVID-19 claimed more lives than officially reported, thus leadership and global health governance are questionable in handling the outbreak. This paper uses 27 literatures with a taxonomy method divided into four segments (1) Conceptualization, (2) Motivation, (3) Objectives, (4) Challenges. The findings of this paper are three points. First, vaccine diplomacy produces concrete diplomatic practices in the form of competition and dependency patterns. Second, vaccine diplomacy is perceived as a medium for fulfilling political interests. Third, vaccines as primary goods become unique and effective medium for settling conflict due to their preventive nature, including the usage by rising powers to challenge hegemonic positions. During Covid-19, the nature of vaccines was driven by a series of fragmentation between Western and Southern countries creating unequal vaccine diplomacy and impacting on the power relations between producer or donor countries and recipients. Hoarding of Covid-19 vaccines is rampant by Western countries and Southern producers who bind donor recipients in Asia, Europe and Africa with their political intentions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Muhammad Chairul Haqq
"Musik merupakan sesuatu yang telah menjadi bagian dari sejarah manusia sejak lama. Hal tersebut membuat musik lekat kaitannya dengan beberapa fenomena internasional. Dengan begitu, posisi musik dalam Ilmu Hubungan Internasional mulai mendapatkan tempat. Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk mengidentifikasi perkembangan literatur yang memuat relasi antara musik dan Ilmu Hubungan Internasional. Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang dianalisis melalui metode taksonomi dengan 37 literatur yang tergabung dalam empat tema utama, yaitu (1) Musik dan Negara; (2) Musik dan Ideologi; (3) Musik dan Masyarakat Transnasional; dan (4) Musik dan Ekonomi Politik Global. Penulis kemudian menemukan bahwa musik sejatinya memang dapat menjadi bagian dari Ilmu Hubungan Internasional dan para akademisi telah menyadari hal tersebut. Namun, keragaman latar belakang para akademisi membuat literatur musik dalam HI belum saling terintegrasi. Oleh karena itu, adanya kajian lanjut terhadap musik di bawah Ilmu Hubungan Internasional diharapkan dapat mengintegrasikan seluruh temuan yang ada.

Music is one of a lot of things that are already a part of human history. Music is attached to several international phenomena. By looking at the condition, the position of music in international relations began to gain a place. In this paper, the author is to identify the development of literature that contains the relationship between music and international relations. This paper is a literature review through a taxonomic method with 37 literatures which are incorporated into four main themes, (1) Music and State; (2) Music and Ideology; (3) Music and Transnational Society; and (4) Music and Global Political Economy. The author then found that music can indeed be part of the science of international relations and the scholars have been aware of the condition. However, the background of scholars in making music literature in IR has not been integrated with each other. Therefore, the study of music under the science of international relations is expected to integrate all existing findings."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Olivia Angelina
"Perkembangan pasar modern dancers di Indonesia dan beralihnya persepsi masyarakat tentang modern dance memicu Nike, sebuah perusahaan perlengkapan olahraga, untuk menarik segmen pasar tersebut. Pada tahun 2021, Nike meluncurkan kampanye “Own the Floor”, sebuah kampanye pemasaran digital yang menggunakan teknik pendekatan storytelling dan menargetkan segmen pasar modern dancers. Penelitian ini merupakan studi replikasi yang bertujuan untuk melihat dampak storytelling dalam pemasaran digital terhadap minat beli segmen pasar modern dancers di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 150 modern dancers semi-profesional dan profesional berusia 18–34 tahun yang berdomisili di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa storytelling dalam kampanye digital “Own the Floor” Nike berpengaruh terhadap minat beli segmen pasar modern dancers di Jakarta.

The growth of the modern dancer market segment in Indonesia and the shift in public perception toward modern dance have triggered Nike, a sports equipment company, to attract the said market segment. In the year 2021, Nike launched the “Own the Floor” campaign, a digital marketing campaign that employed a storytelling approach and was targeted at the modern dancer market segment. This research is a replication study that aims to observe the impact of storytelling in digital marketing on the purchase intention of the modern dancer market segment in Jakarta. This research was conducted by distributing questionnaires to 150 semi-professional and professional modern dancers aged 18–34 years living in Jakarta. The results of this study show that storytelling in Nike's "Own the Floor" digital campaign impacts the purchase intention of the modern dancer market segment in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Qosym Yus
"World Expo adalah pameran internasional yang menghadirkan negara-negara dari seluruh dunia untuk memamerkan budaya dan penemuan terbaru mereka dalam pengembangan kelangsungan hidup yang baik di masa depan. Pada tahun 2021 Dubai, Uni Emirat Arab terpilih menjadi tuan rumah World Expo. Uni Emirat Arab memaksimalkan acara ini karena Dubai Expo 2020 merupakan cara yang efektif untuk membangun citra yang baik. Uni Emirat Arab melakukan diplomasi publik melalui serangkaian acara Dubai Expo 2020. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi diplomasi publik Uni Emirat Arab melalui Dubai Expo 2020. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya-upaya diplomasi publik Uni Emirat Arab melalu Dubai Expo 2020. Periset menggunakan satu konsep dalam hubungan internasional, yakni konsep tiga lapisan diplomasi publik dengan metode riset berupa metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan Teknik wawancara sebagai data primer dan teknik pengumpulan data sekunder berupa kajian pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan strategi diplomasi publik yang dilakukan oleh masing-masing aktor dari Uni Emirat Arab dapat mencapai tujuan diplomasi publik dalam jangka pendek melebihi ekspektasi di dunia internasional. Upaya-upaya yang dilakukan oleh para aktor hubungan internasional ini sesuai dengan bentuk tiga lapisan diplomasi publik serta cukup memenuhi konten dari setiap lapisan tersebut, yakni: monolog, dialog serta kolaborasi.

The World Expo is an international exhibition that brings countries around the world to showcase their culture and latest discoveries in the development of good survival in the future. In 2021 Dubai, United Arab Emirates was chosen to host the World Expo. The United Arab Emirates maximised this event because Expo 2020 Dubai could be considered an effective way to build a good image. The United Arab Emirates conducted public diplomacy through a series of Dubai Expo 2020 events. The problem in this study is how the United Arab Emirates' public diplomacy strategy through Dubai Expo 2020. This research aims to analyse the United Arab Emirates' public diplomacy efforts through Dubai Expo 2020. Researchers use one concept in international relations, namely the concept of three layers of public diplomacy with a research method in the form of a descriptive qualitative method with interview techniques as primary data and secondary data collection techniques in the form of literature review. The results of this study indicate that the success of public diplomacy strategies carried out by each actor from the United Arab Emirates can achieve public diplomacy goals in the short term beyond expectations in the international world. The efforts made by these international relations actors are in accordance with the form of three layers of public diplomacy and sufficiently meet the content of each layer, namely: monologue, dialogue and collaboration. "
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Intan Hapsari
"Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi dinamika politik internasional. Seiring dengan semakin saling terkoneksinya komunitas global, diplomasi publik belakangan ini menjadi tren baru dalam praktik politik internasional. Hampir semua pemain kunci di setiap kawasan telah mencoba untuk mengembangkan resep diplomasi publik mereka sendiri, bersamaan dengan munculnya upaya konseptualisasi dari berbagai disiplin ilmu. Kajian literatur ini mempertanyakan tentang Bagaimana perkembangan literatur diplomasi publik? dan bermaksud untuk memetakan beraneka ragam pemahaman konseptual dan empiris mengenai diplomasi publik itu sendiri. Pemahaman konseptual umumnya berangkat dari dua disiplin ilmu, yakni Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik Internasional. Ilmu Komunikasi menekankan pada strategistrategi yang dapat dipergunakan untuk memperkaya khazanah komunikasi antaraktor, sementara Politik Internasional berfokus pada wujud kekuatan lunak (soft power) yang mempengaruhi pola komunikasi tersebut. Literatur-literatur empiris memberi pencerahan tentang bagaimana diplomasi publik dijalankan oleh negara-negara adidaya (superpower) dan kekuatan menengah (middle power) dalam politik internasional. Kajian literatur ini menemukan bahwa kebanyakan literatur konseptual yang telah dikaji masih belum menyentuh karakteristik interdisipliner dari diplomasi publik, sebagaimana telah ditunjukkan oleh literatur-literatur empiris. Hal ini memberikan kesan adanya mata rantai yang hilang di antara kedua kelompok literatur tersebut.

The advent of new information and communication technology has inevitably affected the dynamics of international politics. As global communities become more interconnected and enmeshed with one another, public diplomacy has recently become the new practical trend of international politics. Almost every key players in various region has concocted their own recipe of public diplomacy, with attempts at conceptualisation rising from disciplines. This literature review brings forward the question How is the development of literature on public diplomacy? and seeks to map out various conceptual and empirical accounts on public diplomacy. The conceptual accounts come mostly from two disciplines, i.e. Communications and International Politics. While Communications emphasises on the strategies that can be used to enrich communication between actors, International Politics focuses on the nature of soft power at play. The empirical literatures shed light on how public diplomacy has been conducted by superpowers and middle powers in international politics. This literature review found that the majority of conceptual literature reviewed has yet to touch the interdisciplinary nature of public diplomacy that empirical literatures have shown, giving a sense of missing link between the two camps of literatures."
2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwipo Satrio Linuwih
"Arab Saudi merupakan sebuah negara di Timur Tengah yang melakukan berbagai upaya diplomasi seperti, diplomasi politik, ekonomi dan budaya, guna memperkuat pengaruhnya dalam ranah Internasional. Diplomasi esports menjadi instrumen diplomasi terbaru yang dilakukan oleh saudi untuk mendiversifikasi alat diplomasi yang dimiliki. Perkembangan esports di dunia yang berkembang dengan sangat pesat dengan jutaan penikmat dan tersebar di seluruh dunia membuat Saudi yakin atas potensi besar dalam industri ini sebagai alat diplomasi dan soft power. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai diplomasi esports di Arab Saudi dan teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori diplomasi dan teori multi track diplomacy. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa esports menjadi alat diplomasi yang efektif bagi Saudi dengan mengadakan berbagai program dan kebijakan yang semakin memperkuat sektor diplomasi dan ekonomi guna memperkuat hubungan internasional dan menyambut Saudi Vision 2030. Pada penelitian ini juga ditemukan upaya diplomasi Arab Saudi menggunakan esports dengan pendekatan soft power melalui 6 dari 9 jalur konsep multi track diplomacy.
Saudi Arabia is a Middle Eastern country that engages in various forms of diplomacy, including political, economic, and cultural diplomacy, to strengthen its influence on the international stage. Esports diplomacy is the latest diplomatic instrument employed by Saudi Arabia to diversify its diplomatic tools. The rapid global growth of esports, with millions of enthusiasts worldwide, has convinced Saudi Arabia of the immense potential of this industry as a diplomatic and soft power tool. This research utilizes qualitative methods to gain a deeper understanding of esports diplomacy in Saudi Arabia. The theories used in this study are diplomacy theory and multi-track diplomacy theory. The findings indicate that esports has become an effective diplomatic tool for Saudi Arabia by implementing various programs and policies that further strengthen the diplomatic and economic sectors, thereby enhancing international relations and aligning with Saudi Vision 2030. The research also reveals that Saudi Arabia's diplomatic efforts using esports leverage soft power through 6 out of 9 tracks of the multi-track diplomacy concept."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Afridho Aldana
"[ABSTRAK
Penelitian ini membahas peran penonton sebuah variety show Korea Selatan, Running Man, sebagai salah satu medium diplomasi publik dalam membangun engagement publik asing dengan negara terebut. Beranjak dari paradigma konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif, data penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan berbagai konsep engagement dan diplomasi publik untuk memperlihatkan pola aktivitas yang dilakukan partisipan. Hasil penelitian menunjukkan variety show memiliki peran membangun engagement publik dengan negara asing melalui tampilan produk-produk kebudayaan seperti kuliner, bahasa dan tempat wisata yang ditayangkan. Engagement partisipan kepada Korea terlihat dari antusiasme terhadap produk-produk Korea Selatan, dan menganggap produk-produk Korea bermanfaat untuk diri partisipan.

ABSTRACT
This research explain the audience of Running Man’s role as one of the medium for Korea’s public diplomacy to build engagement with public abroad. Used constructivism as paradigm with qualitative approach, the datas were collected by the in depth interview. Researcher apply various concepts in engagement and public diplomacy to recognize the patterns of participants activities. Researcher found that variety show program has a role in building public engagement through placement of the cultural products on the program such as culinary, language, and tourism spots. Therefore, participant engagement with Korea showed through antusiasm and thought that Korea’s products are beneficial., This research explain the audience of Running Man’s role as one of the medium for Korea’s public diplomacy to build engagement with public abroad. Used constructivism as paradigm with qualitative approach, the datas were collected by the in depth interview. Researcher apply various concepts in engagement and public diplomacy to recognize the patterns of participants activities. Researcher found that variety show program has a role in building public engagement through placement of the cultural products on the program such as culinary, language, and tourism spots. Therefore, participant engagement with Korea showed through antusiasm and thought that Korea’s products are beneficial.]"
Depok: [Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2015
S62035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zein
"Konflik Israel-Lebanon 2006 adalah serangkaian tindakan militer dan bentrokan terus-menerus di Israel utara dan Lebanon yang melibatkan sayap bersenjata Hizbullah dan Angkatan Pertahanan Israel (Israeli Defence Force atau IDF). Konflik ini berawal ketika Hizbullah menyerang pasukan Israel yang menyusup ke daerah sekitar Alta al Chaab, Lebanon Selatan pada tanggal 12 Juli 2006, dan menawan dua tentara Israel. Namun mereka tetap dapat terus berhubungan dalam keadaan perang dan damai tanpa didasari hubungan diplomatik yang resmi, yang fungsinya sebagai perwakilan suatu negara untuk mengemukakan pendapat, negosiasi, kerjasama bilateral dan lainnya. Perang Israel-Lebanon 2006 merupakan suatu kejadian perang yang membutuhkan proses perdamaian dan diplomasi politik yang sah, serta dapat diselesaikan dengan menggunakan metode dan cara-cara yang terbaik untuk yang resmi seperti Persatuan Bangsa-Bangsa dan organisasi Konferensi Islam mampu mencegah dan menawan agresi militer Israel yang berlangsung selama 34 hari tersebut. Terjadinya perbedaan pendapat tentang perdamian yang dilakukan PBB, dengan dikeluarkannya Resolusi PBB 1701. Tetapi jika tidak ada peran organisasi internasional selaku aktor keamanan bersama tentu perang tidak akan pemah usai. Dimana salah satu tujuan PBB adalah untuk menciptakan perdamaian internasional

Israel-Lebanon conflict in 2006 was the series of military action and continues clash in north Israel and Lebanon which involved armed wing Hizbullah and Israeli Defence Force or IDF. This conflict began when Hizbullah attacked the intruder from Israeli corps who intruded into the area nearby Aita al Chaab, south Lebanon in July 12 2006 and captured two Israeli armies. Nevertheless, they still held relation each other in war and peace condition without having any legal diplomatic relation, which had function as the representative of a country to show its ideas, negotiations, bilateral cooperation and etc. the Israeli-Lebanon War in 2006 was the war which required legally political diplomacy and reconciliation process, and it could be accomplished by using method and the best ways to create the peaceful condition. The process and the present of the international legal institution such as United Nations and Islamic Conference Organization could prevent and held out military aggression from Israel which took a place for 34 days. There were different arguments about the reconciliation by United Nations because of its resolution in 1701, but if there was no role of International Organization as the collective security maker, the war must be never the end. Thus the purpose of United Nation is to create international reconciliation."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>