Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191601 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabrina Kalila Sono
"Stunted merupakan kondisi dimana anak mempunyai perawakan pendek atau sangat pendek akibat malnutrisi kronis, dengan tinggi badan menurut umur kurang dari - 2 Standar Deviasi. Masa remaja merupakan periode kritis kedua untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan dan mencegah stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunted pada remaja usia 10-14 tahun di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional menggunakan data sekunder hasil survei Riskesdas tahun 2018 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 6.032 responden. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square dan regresi logistik ganda, serta analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunted di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 49,1%, dengan faktor rumah tangga dan orang tua (jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan orang tua, status pekerjaan ibu), lingkungan (sumber air minum, wilayah tempat tinggal, perilaku mencuci tangan), konsumsi protein hewani, dan aktivitas fisik yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunted (p < 0,05). Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunted pada remaja adalah tingkat pendidikan ayah (p = 0,0001; OR = 1,973; 95% CI: 1,392-2,797).

Stunted is a condition where a child has a short or very short stature due to chronic malnutrition, with a height-for-age less than -2 Standard Deviations. Adolescence is the second critical period for catching up on growth and preventing stunting. This study aims to identify the dominant factors associated with stunting in adolescents aged 10-14 years in East Nusa Tenggara Province. The research method used is a cross-sectional study design utilizing secondary data from the 2018 Riskesdas survey with a total sample of 6,032 respondents. Data analysis in this study includes univariate analysis, bivariate analysis using chi-square and multiple logistic regression, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that the prevalence of stunted adolescents in East Nusa Tenggara Province was 49.1%, with household and parental factors (number of family members, parents' education level, mother's employment status), environmental factors (source of drinking water, place of residence, handwashing behavior), animal proteins consumption, and physical activity significantly associated with stunting (p < 0.05). The dominant factor associated with stunting in adolescents is the father's education level (p = 0.0001; OR = 1.973; 95% CI: 1.392-2.797)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Meyanti Putri
"ABSTRAK
Pembangunan berprespektif gender merupakan upaya mengintegrasikan masalah gender dalam pembangunan melalui pemenuhan hak-hak dasar seperti pendidikan, kesehatan, kredit, pekerjaan, dan peningkatan peran serta perempuan dalam kehidupan pada sektor publik. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan dinilai dari kinerja Gender Development Index GDI atau Indeks Pembangunan Gender IPG ; Provinsi NTT adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki trend angka IPG yang terus meningkat, namun disisi lain capaian IPM nya masih rendah. Pada tahun 2014 dan 2015, angka IPG provinsi NTT berturut-turut sebesar 92,76 dan 92,91 dimana secara nasional berada diatas capaian IPG Indonesia. Akan tetapi angka IPM nya masih sangat rendah peringkat ke-4 dari belakang dibandingkan IPM rata-rata provinsi di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan pembangunan berprespektif gender pada kabupaten/kota di provinsi NTT serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut baik dari indikator ekonomi dan non ekonomi; Metode analisis secara deskriptif dan regresi linear berganda menggunakan data panel dengan program pengolahan EVIEWS.Hasil penelitian menunjukan bahwa kesetaraan gender pada kabupaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Timur dipengaruhi oleh variabel-variabel porsi pengeluaran pemerintah kabupaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Timur di bidang pendidikan dan kesehatan dalam APBD, besarnya pengeluaran pemerintah perkapita di bidang pendidikan dan kesehatan dalam APBD, proporsi belanja rumah tangga untuk pendidikan dan kesehatan, serta porsi angkatan kerja perempuan dalam angkatan kerja total. Dampak peningkatan seluruh variabel bebas tersebut terhadap kesetaraan gender sangat kecil terlihat dari nilai kooefisien regresinya yang sangat kecil. Variabel bebas yang menunjukan arah pengaruh yang positif, yaitu belanja pemerintah perkapita untuk pendidikan dan kesehatan serta proporsi angkatan kerja perempuan dalam angkatan kerja total.
ABSTRACT
Developing gender perspective is an effort to integrate gender issues into development through the fulfillment of basic rights such as education, health, credit, employment, and increasing the participation of women in public sector living. One of the indicators of development success is judged by the performance of the Gender Development Index GDI NTT Province is one of the provinces in Indonesia which has a trend of increasing GDI numbers, but one the other hand the achievement of HDI is still low. In 2014 and 2015, the GDI of the province of NTT is 92.76 and 92.91, respectively, which is nationally above the achievement of GDI Indonesia. However, the HDI is still very low ranked 4th from behind than the average HDI of the province in Indonesia. This study aims to analyze the success of developing gender perspective in districts of NTT province and to know the factors that influence the success both from economic and non economic indicators. Descriptive analysis method and multiple linear regression using panel data with EVIEWS processing program. The research results show that gender equality in districts of East Nusa Tenggara province is influenced by the variables of government expenditure portion in education and health on APBD, the amount of government expenditure per capita in education and health on APBD, the proportion of household expenditure on education and health, and the share of the female labor force in the total labor force. The impact of the increase of all independent variables on gender equality is very small from the very small regression coefficient. The independent variables indicate the direction of positive influence, ie per capita government expenditure on education and health and the proportion of female labor force in total labor force "
2017
T48658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mindo Lupiana
"Kurang Energi dan Protein (KEP) pada bayi disebabkan beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara berat lahir, asupan makan bayi (energi dan protein), umur dan jenis kelamin bayi, imunisasi, penyakit infeksi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan jumlah anggota rumah tangga dengan keadaan KEP pada bayi.
Desain yang digunakan adalah cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Riskesdas 2007. Populasi adalah bayi di wilayah penelitian Provinsi Lampung dan sampel adalah bayi yang memiliki datadata yang lengkap sesuai dengan tujuan penelitian ini dan terpilih sebanyak 148 bayi. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan chi square dan untuk melihat faktor yang paling dominan digunakan uji regresi logistik. Proporsi bayi yang menderita KEP sebesar 12,2%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor paling dominan berhubungan dengan KEP pada bayi adalah penyakit infeksi (p value = 0,009) dengan nilai OR 4,265 setelah dikontrol berat lahir, asupan protein, pendidikan ibu dan jumlah anggota rumah tangga. Bayi yang pernah menderita penyakit infeksi berpeluang 4,265 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak pernah menderita infeksi.

Protein Energy Malnutrition (PEM) on infants due to several factors. This study aims to determine corelated between birth weight, nutrient intake (energy and protein), age and sex, immunisation, infectious disease, maternal education, maternal employments and the number of household members with PEM in infants in Province of Lampung Year 2007.
This study was using cross sectional design. The data use are secondary data from Riskesdas 2007. Population are infants in the research area Province of Lampung and the samples were infants who had complete data in accordance with the aims of this study and was selected as many as 148 infants. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi square and multivariate analysis with logistic regression. The proportion of infant with PEM were 12,2%.
Results showed the most dominant factor associated with PEM on infants in Province of Lampung Year 2007 is an infectious disease after being controlled by the variable of birth weight, protein intake, maternal education and number of household members. Infants with infectious disease were 4,265 times more likely to have PEM than there with no infectious disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28448
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Cinantya Ramadani
"Penelitian ini membahas tentang kekurangan gizi berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kekurangan gizi berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) dan indeks konvensional serta diketahuinya hubungan karakteristik anak, asupan energi dan protein, ASI eksklusif, inisiasi MP-ASI, karakteristik ibu serta karakteristik keluarga dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 yang analisisnya dilakukan selama bulan Februari ? Juni 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili Provinsi Nusa Tenggara Barat, sedangkan sampelnya adalah anggota rumah tangga yang berumur 0 ? 59 bulan yang berjumlah 445 anak.
Hasil penelitian mendapatkan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) sebesar 62,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi, ASI eksklusif, wilayah tempat tinggal dan status sosial ekonomi dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Namun, tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara kelompok umur balita, jenis kelamin, berat lahir, asupan protein, inisiasi MP-ASI, pendidikan ibu, serta status pekerjaan ibu dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
This study discusses malnutrition based Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) in West Nusa Tenggara Province in 2010. The purpose of this study is known picture of malnutrition based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) and conventional indices as well as knowing the characteristics of child relationships, energy and protein intake, exclusive breastfeeding, initiation of complementary feeding, maternal characteristics and family characteristics with nutritional deficiencies in toddlers based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
The study design used was cross sectional using a secondary data analysis Riskesdas 2010 during the month from February to June 2012. This study population is all households that represent the province of West Nusa Tenggara, while the sample was of household members aged 0-59 months, amounting to 445 children. The results of a study on the prevalence of malnutrition among children under five based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) of 62.7%.
The results of statistical tests showed no significant association between intake of energy, exclusive breastfeeding, residential areas and socio-economic status with nutritional deficiencies in infants based Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). However, do not get a significant association between toddler age group, gender, birth weight, protein intake, initiation of complementary feeding, maternal education, and employment status of mothers with malnourished children under five by Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amirania Alita Paramayra Firmanauda
"Anemia adalah suatu kondisi ketika konsentrasi hemoglobin dalam darah berada di bawah titik batas normal, dan rentan dialami oleh remaja putri karena rematri sedang dalam proses pertumbuhan yang pesat. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa kejadian anemia di Indonesia termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat tingkat sedang (26,8%) sementara kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri sangatlah rendah (1,4%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi konsumsi TTD dan anemia serta faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi TTD dan anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun di Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun di Nusa Tenggara Timur sebesar 13,9%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada konsumsi TTD berdasarkan usia (p value = 0,000), tingkat pendidikan (p value = 0,030), dan tempat tinggal (p value = 0,000). Sementara itu, variabel yang berhubungan dengan anemia pada penelitian ini adalah konsumsi TTD (p value = 0,030). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan pemantauan konsumsi TTD, pengecekan kadar Hb, dan edukasi gizi pada remaja putri untuk dioptimalkan.

Anemia is a condition in which the haemoglobin (Hb) concentration in the blood is lower than normal cut-off values, which young women are prone to experience it because they are experiencing a process of rapid growth. The results of Riskesdas 2018 show that the incidence of anemia in Indonesia is a moderate public health problem (26.8%), while the compliance with iron supplement consumption in adolescent girls is very low (1,4%). The purpose of this study was to determine the prevalence of iron supplement consumption and anemia, and the factors associated with iron supplement consumption and anemia in young women aged 10-18 years in East Nusa Tenggara. This study used secondary data from the Riskesdas 2018 with a cross-sectional study design. The results of this study indicate that the prevalence of anemia in young women aged 10-18 years in East Nusa Tenggara is 13,9%. The results of the statistical tests showed that there were significant differences in the consumption of iron tablets by age (p value = 0,000), level of education (p value = 0,000), and place of residence (p value = 0,000). Meanwhile, the variable associated with anemia in this study was the consumption of iron tablets. From the study result, the writer suggests to optimizes iron supplement consumption monitoring, Hb levels checking, and nutrition education for adolescent girls."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Lawas
"Wasting merupakan bentuk kekurangan gizi akut sebagai akibat dari keadaan kekurangan asupan makanan atau mengalami penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang singkat yang ditandai dengan berat badan yang kurang menurut tinggi badan. Angka wasting di Provinsi Maluku (12%) pada tahun 2021 lebih tinggi dibandingkan dengan angka wasting Nasional (7,1%) pada tahun yang sama menurut data SSGI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan kejadian wasting pada baduta usia 0-23 bulan di Provinsi Maluku tahun 2021. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional dan memanfaatkan data sekunder SSGI 2021 dengan jumlah sampel sebesar 978 baduta. Data dianalisis menggunakan uji chi square, fischer test, dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat 10.9% baduta yang mengalami wasting. Hasil analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara wasting dengan jenis kelamin, umur, penyakit diare, dan penyakit ISPA, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara wasting dengan status berat badan lahir, pneumonia, TB paru, kecacingan, campak, MDD, IMD, ASI Eksklusif, status imunisasi, kepemilikan buku KIA, pemberian Vitamin A, status pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu, kerawanan pangan, wilayah tempat tinggal, sumber air minum, pemanfaatan posyandu, dan ketersediaan jamban. Faktor dominan kejadian wasting pada baduta di Provinsi Maluku tahun 2021, yaitu pemanfaatan layanan posyandu (OR = 2.12). Kesimpulan dari penelitian ini adalah baduta yang tidak pernah memanfaatkan layanan posyandu memiliki risiko 2.12 kali untuk mengalami wasting.

Wasting is a form of acute malnutrition as a result of a lack of food intake or experiencing an infectious disease that occurs in a short time which is characterized by underweight for height. The wasting rate in Maluku Province (12%) in 2021 is higher than the National wasting rate (7.1%) in the same year according to SSGI data. This study aims to determine the dominant factor for wasting in children aged 0-23 months in Maluku Province in 2021. This quantitative study used a cross-sectional design and utilized secondary data from SSGI 2021 with a total sample of 978 children. Data were analyzed using the chi square test, Fisher's test, and multiple logistic regression. The results of this study showed that there were 10.9% of toddlers who experienced wasting. The results of the bivariate analysis showed that there was a significant relationship between wasting and gender, age, diarrheal disease, and ARI, but there was no significant relationship between wasting and birth weight status, pneumonia, pulmonary TB, helminthiasis, measles, MDD, IMD , exclusive breastfeeding, immunization status, ownership of MCH handbook, provision of Vitamin A, mother's employment status, education level of mother, food insecurity, area of ??residence, source of drinking water, utilization of posyandu, and availability of latrines. The dominant factor for wasting in toddlers in Maluku Province in 2021 is the utilization of posyandu services (OR = 2.12). The conclusion of this study is that toddlers who have never used Posyandu services have a 2.12 times risk of experiencing wasting.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah
"Berat badan kurang didefinisikan sebagai berat badan yang rendah akibat konsumsi zat gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dalam waktu tertentu. Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebesar 356 sampel. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat. Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini adalah penyakit infeksi, kebersihan lingkungan, pemberian ASI eksklusif, umur ibu, pemantauan pertumbuhan, penggunaan pelayanan kesehatan, jumlah anggota keluarga dan kebiasaan merokok dalam keluarga. Variabel terikat yang diteliti adalah berat badan kurang. Berdasarkan hasil analisis status gizi pada anak diperoleh anak yang memiliki status gizi berat badan kurang yaitu 25,5 persen (93 orang). Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh analisis variabel penyakit infeksi (p-value= 1,000), sanitasi lingkungan (p-value = 0,157), pemberian ASI eksklusif (p-value = 0,491), umur ibu (p-value= 1,000), jumlah balita di dalam satu keluarga (p-value= 0,396), jumlah anggota keluarga (p-value= 0,330), pemantauan pertumbuhan (p-value= 0,815), pemanfaatan fasilitas kesehatan (p-value= 0,723) dan kebiasaan merokok dalam keluarga diperoleh (p- value= 0,491) kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan berat badan kurang. Disarankan untuk meningkatkan kesadaran dalam upaya pencegahan masalah gizi anak, untuk memantau pertumbuhan anak secara teratur serta meningkatkan program penyuluhan dan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat dan pentingnya makanan yang beragam dan bergizi seimbang.

Underweight can be defined as low body weight due to consumption of nutrients that are not sufficient for a certain time. The purpose of the study was to determine the factors related to the nutritional status of children. This research is a quantitative research using a cross sectional research design, with a total sample of 356 samples. The analysis used univariate and bivariate. The independent variables studied in this study were infectious diseases, environmental hygiene, exclusive breastfeeding, maternal age, growth monitoring, use of health services, number of family members and smoking habits in the family. The dependent variable studied was underweight. Based on the results of the analysis of the nutritional status of children, it was found that children who had nutritional status were underweight, namely 25.5 percent (93 people). The results of statistical tests with chi-square test obtained analysis of infectious disease variables (p-value = 1,000), environmental sanitation (p-value = 0,157), exclusive breastfeeding (p-value = 0.491), maternal age (p-value = 1,000 ), number of children under five in one family (p-value = 0,396), number of family members (p-value = 0,330), growth monitoring (p-value = 0,815), utilization of health facilities (p-value = 0,723) and smoking habits in the family obtained (p-value = 0,491) the conclusion that there is no significant relationship with underweight. It is recommended to increase awareness in efforts to prevent child nutrition problems, to monitor children's growth regularly through weighing and the use of health services and to increase counseling and education programs on clean and healthy living behavior and the importance of a diverse and balanced diet. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Awaliya Fitri
"Anemia merupakan kondisi konsentrasi hemoglobin (hb) darah lebih rendah dari
normal, dan telah memengaruhi berbagai populasi termasuk remaja putri. Remaja putri
usia 10-14 tahun memiliki risiko tinggi untuk mengalami anemia yang dapat
memengaruhi perkembangan kognitif dan motorik seperti gangguan kapasitas fisik dan
kinerja dalam belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anemia
dan faktor-faktor yang berhubungan berdasarkan status menstruasi, perilaku konsumsi
makanan hewani, perilaku konsumsi makanan berlemak, status gizi, perilaku konsumsi
tablet tambah darah, status pendidikan, status pekerjaan ayah, dan daerah tempat tinggal
pada remaja putri usia 10-14 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-14 tahun di Indonesia
sebesar 25,4%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian anemia pada penelitian ini
adalah status menstruasi (p value= 0,035) dan konsumsi makanan hewani (p value=
0,002). Perlu adanya program edukasi dan konseling remaja putri mengenai kesehatan
seperti gizi seimbang dan anemia agar remaja putri lebih sadar akan kesehatannya.

Anemia is a condition of hemoglobin (hb) concentration lower than normal, and
has affected various populations including adolescent girls. Adolescent girls ages 10-14
years have a high risk for anemia which can affect cognitive and motoric development
such as impaired physical capacity and work performance. This study aims to determine
the prevalence of anemia and related factors based on menstrual status, consumption of
animal foods behavior, consumption of fatty food behavior, nutritional status, iron
supplements consumption behavior, education status, father's employment status, and
area of residence in adolescents girls ages 10-14 years in Indonesia. This study uses
secondary data obtained from Riskesdas 2018 with a cross sectional study design. The
results of the study stated that the prevalence of anemia in adolescent girls ages 10-14
years in Indonesia was 25.4%. Variables that have a significant relationship with the
incidence of anemia in this study are menstrual status (p value = 0.035) and consumption
of animal foods (p value = 0.002). It needs educational programs and counseling on health
for adolescent girls such as balanced nutrition and anemia, so they can aware for their
health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yedida Ayuningtyas
"Stunting merupakan masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi, infeksi berulang, dan kurangnya rangsangan psikososial. Stunting memiliki konsekuensi negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk peningkatan kejadian penyakit, gangguan perkembangan dan keterampilan belajar yang buruk, peningkatan risiko terkena penyakit tidak menular, penurunan kemampuan kerja, serta dampak antargenerasi. Kejadian stunting dikaitkan dengan berbagai faktor, di antaranya asupan tidak adekuat, penyakit infeksi, kerawanan pangan, pola asuh yang kurang tepat, serta kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 melaporkan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan provinsi kelima dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia dan termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat kategori sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting serta faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional menggunakan data sekunder SSGI tahun 2021. Terdapat 600 subyek baduta yang dilibatkan dalam penelitian ini. Data dianalisis menggunakan uji kai kuadrat pada analisis bivariat dan uji regresi logistik ganda pada analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan, yaitu usia anak, jenis kelamin, partisipasi ibu dalam kelas ibu hamil, dan berat badan lahir. Anak dengan riwayat berat badan lahir rendah diketahui sebagai faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6—23 bulan dengan p-value 0,001 dan OR 3,560 (CI 95%: 1,777-7,132). Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian untuk masyarakat melakukan pencegahan dini kejadian stunting dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, memerhatikan kecukupan gizi sejak dini, menerapkan pola asuh yang sesuai, dan menggunakan akses sanitasi yang layak. Selain itu, instansi kesehatan diharapkan dapat mengoptimalkan dukungan kepada masyarakat melalui Komuikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Gizi yang berkaitan dengan stunting. Program-program pencegahan stunting yang sudah ada perlu dioptimalkan oleh instansi kesehatan guna memberikan manfaat yang maksimal dalam mencegah stunting di masyarakat.

Stunting is a growth and development problem in children caused by malnutrition, reccurent infections, and lack of psychosocial stimulation. Stunting has negative consequences in both the short and long term, including increased incidence of disease, impaired development and poor learning skills, increased risk of non-communicable diseases, decreased ability to work, and intergenerational impacts. The incidence of stunting is associated with various factors, including inadequate intake, infectious diseases, food insecurity, inadequate caregiving practices, and inadequate environmental health and health services. According to the 2021 Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) report, it is known that Southeast Sulawesi Province is the fifth province with the highest prevalence of stunting in Indonesia and is classified under the category of very high public health problem. This study aims to analyze the factors associated with stunting incidence and identify the dominant factors among children aged 6-23 months in Southeast Sulawesi Province. This research was conducted using a cross-sectional design using secondary data from the 2021 SSGI. A total of 600 children aged 6-23 months subjects were involved in this study. Data were analyzed using chi-square test in bivariate analysis and multiple logistic regression in multivariate analysis. The results of the study show that there are four variables significantly associated with the occurrence of stunting in children aged 6-23 months, namely child age, gender, maternal participation in maternity classes, and low birth weight. Children with a history of low birth weight were identified as the dominant factor in the occurrence of stunting in children aged 6-23 months, with a p-value of 0,001 and an odds ratio (OR) of 3,560 (95% CI: 1,777-7,132). Based on the research, suggestions for the community to prevent stunting include utilizing healthcare facilities for early prevention, paying attention to early nutritional adequacy, implementing appropriate parenting practices, and using proper sanitation facilities. In addition, healthcare institutions are expected to optimize support to the community through Nutrition Communication, Information, and Education (KIE Gizi) related to stunting. Existing stunting prevention programs need to be optimized by healthcare institutions to provide maximum benefits in preventing stunting in the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theofridus Untung Adventus Bere
"Penelitian bertujuan untuk: 1 Mendeskripsikan pelaksanaan pendampingan untuk petani penerima dana bergulir Program Desa Mandiri Angggur Merah; 2 Mendeskripsikan peran pendamping yang diberikan kepada petani penerima dana bergulir Program Desa Mandiri Angggur Merah; 3 mendeskripsikan manfaat pendampingan dirasakan oleh petani penerima dana bergulir Program Desa Mandiri Angggur Merah.Penelitian ini menggunakan Pendekatan Kualitatif dengan teknik pemilihan informan secara purposif. Lokasi penelitian Desa Desa Raifatu, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, dengan fokus pada Koperasi Serba Usaha Wetuda.
Hasil temuan menunjukkan bahwa: 1 Proses pendampingan pada Program Desa Mandiri Angggur Merah di Desa Raifatus dilakukan oleh satu orang PKM Pendamping Kelompok Masyarakat dibantu tiga orang dari pengurus Koperasi Serba Usaha Wetuda. Pendampingan dilakukan secara berkelompok sebulan sekali, dan kunjungan ke lokasi usaha. 2 Peran pendamping kelompok masyarakat terlihat dalam kegiatan mengidentifikasi masalah, memberikan dorongan semangat, memberikan informasi dan pengetahuan baru, memfasilitasi penjualan hasil, menjaga usaha masyarakat, menjelaskan hak dan kewajiban masyarakat, membantu merencanakan usaha, membantu mengatasi jika ada maslah, membantu mengembangkan usaha serta membatun memberi penilaian terhadap usaha masyarakat. 3 Para penerima dana bergulir Program Desa Mandiri Anggur Merah merasakan manfaat pendampingan. Hal itu tergambar dari bertambahnya pengetahuan dan keterampilan mereka dalam berusaha, meningkatnya usaha mereka, bertambahnya tingkat kemandirian, bertambahnya jaringandalam berusaha, serta meningkatnya pendapatan masyarakat.

This research is aims to 1 Describe the implementation of accompaniment for recipient farmers of revolving fund of Desa Mandiri Angggur Merah Program 2 Describe the role of assistant given to the recipient of revolving fund of Desa Mandiri Angggur Merah Program 3 to describe the benefits of accompaniment faced by farmers receiving revolving fund of Mandiri Angggur Merah Village Program.This research uses qualitative approach with purposive informant selection technique. Research location of Raifatus Village, Raihat District, Belu Regency, with focus on Wetuda Serba Usaha Cooperative.
The result shows that 1 The accompaniment process at the Mandiri Angggur Merah Village Program in Raifatus Village was conducted by one PKM Assistant of Community Group assisted by three people from the Serba Usaha Wetuda Cooperative. Accompaniment is done in groups once a month, and visits to business locations. 2 The role of assistant community groups is seen in identifying problems, encouraging, providing new information and knowledge, facilitating the sale of results, maintaining community enterprises, explaining the rights and obligations of the community, helping to plan business, helping to overcome if there are problems, and membatun provide an assessment of community efforts. 3 The recipients of the revolving funds of the Mandiri Merah Desa Independent Villages experience the benefits of accompaniment. This is reflected in their increased knowledge and skills in their endeavors, increased efforts, increased levels of independence, increased networking in business, and increased incomes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>