Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui profil trauma pada kehamilan di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSUD Dok II Jayapura.
Metode: Penelitian bersifat deskriptif observasional. Semua ibu hamil dengan trauma yang memeriksakan dirinya ke RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSUD Dok II tahun 2016-2018 dimasukkan sebagai subyek penelitian. Data demografis, obstetrik, karakteristik trauma, gejala dan temuan klinis, serta luaran ibu dan janin dianalisa secara deskriptif.
Hasil: Didapatkan 100 kasus trauma dari 7130 ibu hamil dalam penelitian ini. Berdasarkan ISS (Injury Severity Score), 76% subyek termasuk trauma derajat ringan, 20% derajat sedang, dan 4% derajat berat. Tiga mekanisme trauma terbanyak adalah jatuh (61%), kecelakaan lalu lintas (24%), dan kekerasan domestik (9%) dengan jenis trauma kontusio (82%) dan trauma superfisial (60%). Gejala klinis meliputi nyeri abdomen (60%), perdarahan pervaginam (13%), dan ketuban pecah (8%). Didapatkan 1 kasus syok, 2 kasus solusio plasenta, dan 2 kasus gawat janin. Luaran ibu baik, dengan 3% abortus, 3% seksio sesarea, 9% induksi pervaginam, dan 85% konservatif (di mana 91,8% kehamilan berhasil dipertahankan, 7,0% lahir prematur dan 1,2% abortus spontan). Luaran janin menunjukkan 1% lahir mati, 4% abortus, 10% lahir prematur, 7% lahir aterm, dan 78% konservatif.
Kesimpulan: Insidens trauma pada kehamilan pada penelitian ini sebesar 1.4%. Sebagian besar subyek termasuk kategori trauma derajat ringan (76%), disebabkan mekanisme jatuh (61%), dengan jenis trauma kontusio (82%) dan klinis nyeri abdomen (60%). Didapatkan 1% kasus syok, 2% solusio plasenta, 2% gawat janin, 4% abortus, dan 1% lahir mati, tanpa adanya mortalitas ibu. ISS (Injury Severity Score) dapat diterapkan untuk menilai derajat trauma ibu hamil, namun tidak menggambarkan luaran ibu maupun janin.
Objectives: This study aimed to determine the profile of trauma in pregnancy at RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta and RSUD Dok II Jayapura.
Methods: This was a descriptive observational study. All pregnant women with trauma went to RSUPN Cipto Mangunkusumo and RSUD Dok II during 2016-2018 were included. Demographic and obstetrics datas, trauma characteristics, clinical findings, and all maternal and fetal outcomes were analysed.
Results: Of all 7130 pregnant women included, there were 100 trauma cases. Using ISS (Injury Severity Score), 76% subjects had mild trauma, 20% moderate trauma, and 4% severe trauma. Three main trauma mechanisms were fall (61%), motor vehicle accidents (24%), and domestic assaults (9%), with contusion (82%) and superficial trauma (60%). Clinical symptoms included abdominal pain (60%), vaginal bleeding (13%), and water broke (8%). There were 1 hypovolemic shock and 2 placental abruption cases, with 2 fetuses showing fetal distress. Maternal outcomes were good; with 3% abortion, 3% caesarean-section, 9% vaginal induction, and 85% conservative cases (of which 91.8% managed to continue the pregnancy, 7.0% had preterm labor, and 1,2% had spontaneous abortion). Fetal outcomes showed 1% stillbirth, 4% abortion, 10% preterm birth, 7% term birth, and 78% conservative pregnancy.
Conclusions: Incidence of trauma in pregnancy in this study is 1.4%. Most subjects have mild trauma (76%), caused by fall (61%), presented mostly with contusion (82%) and abdominal pain (60%). We reported no maternal mortality, 1% hypovolemic shock, 2% placental abruption, 2% fetal distress, 4% abortion rate, and 1% stillbirth. ISS can be applied to assess maternal trauma degree, but does not represent maternal or fetal outcomes.
"Pendahuluan: Kehamilan tidak diharapkan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Wanita muda, tanpa pasangan, kegagalan kontrasepsi, serta paritas yang tinggi diberbagai literatur disebutkan sebagai faktor yang meningkatkan risiko kehamilan tidak diharapkan. Paritas yang tinggi akan berdampak pada kesehatan ibu dan anaknya, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas dengan kehamilan tidak diharapkan pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS yang melahirkan anak terakhir selama periode 2013 – 2017 berjumlah 15.316 responden. Data dianalisis menggunakan regresi cox untuk mengetahui prevalen rasio paritas dan kehamilan tidak diharapkan. Crude dan adjusted prevalen rasio (cPR dan aPR) akan dinilai pada penelitian ini. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval/CI) 95%. Hasil: Dari 15.316 WUS terdapat setidaknya 16,9% menyatakan mengalami kehamilan tidak diharapkan. Responden WUS 50,9% diantaranya berumur 25 – 34 tahun, 89,8% menyatakan memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi, serta menikah dan tinggal dengan suami 87,4%. Nilai cPR pada WUS dengan paritas 3 – 4 anak sekitar 2,782 (CI95% 2,257 - 3,027) sedangkan WUS paritas ≥5 anak memiliki cPR sekitar 3,421 (CI95% 3,045 - 3,843) dibandingkan dengan WUS paritas 1 – 2 anak. Hasil analisis multivariat aPR pada WUS dengan paritas 3 – 4 anak sekitar 1,862 (CI95% 1,257 – 2,758) sedangkan WUS paritas ≥5 anak memiliki cPR sekitar 2,574 (CI95% 1,575 – 4,206) setelah dikontrol oleh variabel tempat tinggal, pendidikan, riwayat kontrasepsi, serta status pernikahan dan variabel interaksi. Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan bahwa semakin tinggi paritas pada WUS, meningkatkan risiko kehamilan tidak diharapkan. Oleh sebab itu, perlu terus melakukan edukasi dan penyuluhan pada WUS dan pasangannya dalam merencanakan kehamilan, sehingga setiap kehamilan yang terjadi merupakan kehamilan yang diharapkan.
Background: Unintended pregnancy is public health problems. A lot of literatures mention young women with no partner, contraceptive failure and high parity are factors that increase the risk of unintended pregnancy. High parity will impact mother and the baby and increase morbidity and mortality. This study aims to determine the association between parity and unintended pregnancy in women childbearing age in Indonesia. Methods: Design study was cross-sectional and data was obtained from Indonesian Demographic Health Survey 2017. Sample was women childbearing age who gave birth to last child during 2013 – 2017, total 15.316 respondents. Data were analysed using cox regression to determine the prevalence ratio between parity and unintended pregnancy. Crude and adjusted prevalence ratio (cPR and aPR) will be assessed in this study. Significant level was showed by confident interval (CI) 95%. Results: Total 15.316 sample, 16.9% was stated unintended pregnancy. More than 50% women childbearing age were 25 – 34 years old, 89.8% ever used contraceptive, and 87.4% were married and lived with husband. cPR Women childbearing age with parity 3 – 4 children were 2,782 (CI95% 2,257 - 3,027) while parity ≥5 children cPR around 3,421 (CI95% 3,045 - 3,843) compared with parity 1-2 children. Multivariate analysis show aPR were 1,862 (CI95% 1,257 – 2,758) for women with parity 3 – 4 children and parity ≥5 children 2,574 (CI95% 1,575 – 4,206) after being controlled by residence, education, contraception history, marital status and interaction. Conclusion: This study found that high parity in women childbearing age will increase the risk of unintended pregnancy. Therefore, it is necessary to continue to educate women and their partner in planning a pregnancy.
"