Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wita Wardani
"Athyrium adalah marga paku sejati dari suku Athyriaceae yang beranggotakan 160-220 jenis, yang sebagian besar anggotanya berada di Asia Timur. Delapan jenis Athyrium yang diketahui dari Jawa dan dua jenis dari Bali belum pernah dievaluasi kekerabatannya, baik secara morfologi maupun molekuler. Kajian filogenetika molekuler dilakukan dengan menggunakan lima marka kloroplas DNA dari total 78 sampel yang 22 sampel diantaranya baru diperoleh dalam penelitian ini. Kajian fenetik difokuskan pada penguraian kekerabatan berdasarkan kesamaan morfologi pada kelompok Athyrium nigripes yang mengalami permasalahan penyematan nama secara tidak konsisten. Hasil analisis menunjukkan bahwa A. nigripes Jawa dan Bali berbeda dari sampel yang berasal dari Cina, yang menguatkan pendapat bahwa penggunaan nama tersebut dalam flora daratan Cina adalah tidak tepat. Karakter yang bermanfaat dalam memisahkan jenis-jenis dalam kumpulan yang serupa ini adalah rambut-rambut pada rakis dan pina rakis, serta adanya tonjolan semacam duri pada sisi adaksial tulang-tulang daun Dengan demikian, Jawa terkonfirmasi memiliki delapan jenis sedangkan Bali dua jenis, seluruhnya merupakan jenis yang juga terdistribusi di luar Jawa dan Bali sehingga tidak ada jenis yang endemik.

Athyrium is a large genus in the Athyriaceae with 160-220 species that most of it are concentrated in the eastern Asia. Java is known to have eight species and two species from Bali, which relationship between them has not being evaluated. A molecular phylogenetic study was conducted using five chloroplast markers with 78 samples, 22 of it were newly generated. A phenetic study was carried, focused to elucidate the relationship within Athyrium nigripes based on morphological similarity. The name has been inconsistently applied to various form of bi- and tripinnate Athyrium. The analyzes show that A.nigripes of Java and Bali nested in different clade with sample from China, which prove the misapplication of the name to Chinese plants. A. pulcherrimum is closely related to A. nigripes, but here is treated as one as the differences between the two is scanty. A. erythropodum and A. nitidulum nest in different clades and are confirmed as separate species. Characters useful to differentiate species in a looked-a-likes gathering are hairs on rachis and pinna rachis, and the spine-like protuberance on the adaxial side of leaf axis. Both A. atratum and A. puncticaule are also segregated as separate species. It is now confirmed that Java has eight species and Bali has two, and none of the are endemic."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiralda Sjahfirdi
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian: Fenomena "ferning'', yaitu gambaran mirip daun pakis yang dibentuk oleh garam-garam khususnya NaCl, bila saliva atau lendir serviks dikeringanginkan, akan muncul jika terdapat hormon estrogen. Fenomena ini akan menghilang jika estrogen berada dalam kadar yang amat rendah, atau akibat pengaruh keberadaan hormon progesteron pada fase luteal siklus haid. Konsentrasi kedua hormon tersebut dalam saliva berkorelasi amat erat dengan konsentrasinya dalam darah.
Fenomena ini mudah diamati dan cukup dapat diandalkan untuk memperkirakan ovulasi. "Ferning" saliva dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal termasuk aktivitas menggosok gigi, namun sampai saat ini belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kapan pengambilan saliva yang paling baik guna memperoleh hasil yang memuaskan. Penelitian untuk menjelaskan pengaruh menggosok gigi terhadap fenomena "Ferning" amat penting untuk mendapatkan hasil terbaik dalam memantau face fertil siklus haid. Tujuan penelitian ini adalah menilai kemunculan "ferning" saliva pagi hari sebelum dan sesudah menggosok gigi, dengan hipotesis bahwa "ferning" muncul pada saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi. Penelitian ini menggunakan metode observasi pada satu kelompok wanita dengan siklus haid normal yang diambil sampel salivanya dua kali berturut-turut pada pagi hari sebelum menggosok gigi dan satu jam kemudian sesudah menggosok gigi sebelum makan apapun, pada hari ke-7, 8, 9, 13, 14, 15, dan 22 siklus haid antara pk.05.00 - 08.00. Gelas saji yang telah berisi cairan saliva yang telah dikeringanginkan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa di bawah mikroskop, dibuat sajian fotomikrograf dan dicetak untuk dinilai.
Penilaian hasil foto dilakukan secara buta. Kode pada foto dibuat oleh pembimbing. Selanjutnya foto dinilai dengan memberi tanda positif (+) pada foto yang memiliki "ferning", dan tanda negatif (-) pada foto tanpa "ferning". Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik McNemar dengan batas kemaknaan α= 5%.
Hasil dan Kesimpulan: Fenomena "ferning" saliva pagi hari sebelum dan sesudah menggosok gigi muncul hanya pada hari ke-7 dan 8 siklus, sesuai dengan uji statistik nonparametrik McNemar (p = 0,4265). Dari segi kliinis berdasarkan uji sensitivitas dan spesifisitas, keberadaan "ferning" saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi dapat dimanfaatkan untuk memantau kesuburan siklus, khususnya bagi pasangan yang menghindari kehamilan. Berdasarkan persentase hilangnya "ferning" sesudah menggosok gigi yang cukup tinggi pada fase periovulasi, pemanfaatan "ferning" saliva untuk memantau kesuburan siklus sebaiknya diambil dari sampel saliva sebelum menggosok gigi.

ABSTRACT
Scope and method of study: Ferning phenomenon, "fern-like pattern" configuration of NaCl, when the saliva or cervical mucus where air-dried naturally, will normally show up in the present of estrogen. This phenomenon will disappear in the absent of estrogen or in the influence of progesterone in luteal phase of menstrual cycle. The salivary concentration of these hormones are correlated strongly with their blood concentration. The phenomenon can be used to predict ovulation quite easily and reliable. Salivary ferning could be affected by several external factors included tooth brushing activity, but until presently, no study has been made in determining the best time for salivary sample collection to obtain best results. Research to elucidate the effect of tooth brushing on the ferning phenomenon is considered very important to get the best way in monitoring fertile phase of menstrual cycle. The purpose of this study is to observed the existence of salivary ferning early in the morning before and after tooth brushing. It was hypothesized that the ferning phenomena will show up similarly before and after tooth brushing.
Observational method was applied in this study to a group of women with normal cycle. The salivary samples were taken 2 times in the morning before tooth brushing and one hour after tooth brushing, before meal on the 7th, 8th, 9eh, 13th, 14th, 15th, and 22" days of cycles between 05:00 and 08:00 am. The glass slides containing salivary sample were air-dried naturally in room temperature and assessed microscopically. Photomicrographs were then produced and coded by the supervisor to be evaluated blindly thereafter. Positive marks (+) were given to the photomicrographs in which the ferning pattern can be found, and negative marks (-) to the others in which the ferning pattern can not be identified. McNemar nonparametric statistical test was applied on α = 5%.
Result and conclusion: Salivary ferning phenomena before and after tooth brushing were found to be imilarly good only on day 7th and 8th and were supported by McNemar nonparametric statistical test (p = 0,4265). On the clinical point of view, based on sensitivity and specificity test, salivary ferning before and after tooth brushing can be used to monitor ovulatory cycle, if pregnancy is to be avoided. Using salivary.ferning for monitoring ovulatory cycle are better taken before tooth brushing because the percentage of losing salivary ferning phenomena after tooth brushing is quite high in periovulatory phase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holttum, R.E.
Singapore: Government Printing Office, 1966
587.309 595 HOL r II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sisworo Radhono Priarso
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Worabai, Meliza Sartje
"ABSTRAK
Pulau Serangan merupakan salah satu bagian dari Tahura Ngurah Rai untuk perlindungan vegetasi dan burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi dan burung pasca reklamasi di Pulau Serangan, Bali. Pengamatan vegetasi dilakukan pada dua wilayah besar yaitu areal pulau asli seluas 1 Ha dengan metode pengamatan plot permanen dan areal reklamasi seluas 211,109 ha dengan metode pengamatan jalur. Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode titik hitung (point count) dengan menentukan delapan stasiun pengamatan secara acak. Berdasarkan hasil pengamatan tercatat total spesies tumbuhan adalah 64 spesies yang terdiri atas 26 spesies pada areal hutan alami dan 38 spesies pada areal reklamasi. Pada petak pengamatan 1 ha di areal asli spesies yang mendominasi adalah Acacia auriculiformis A.Cunn. ex Benth. dengan INP 55,99 %, sedangkan potensi regenerasi didominasi oleh Diospyros maritima (Blume) Baill 88%, diikuti Suregada glomerulata (Blume) Baill 53 %, Calophyllum inophyllum L. 22 %, Allophylus cobbe L. 13 % , serta Trema cannabina Lour. dan Samanea saman F.Muell. 2 %. Pada areal reklamasi terdapat 6 (enam) tipe habitat yaitu habitat bebatuan, padang, pasir, kapur, serasah dan tanah. Spesies tumbuhan terbanyak yang ditemukan di areal reklamasi adalah Calophyllum inophyllum L. dan Pongamia pinnata (L.) Pierre., yang ditanam di areal reklamasi. Burung yang terdapat di Pulau Serangan berjumlah 474 individu tergolong dalam 43 spesies dari 21 famili. Dua Spesies yang menempati urutan teratas jumlah individu terbanyak adalah Numenius madagascariensis (Gajahan timur) dan Phalacrocorax melanoleucos (Pecuk padi belang). Kedua spesies burung tersebut termasuk spesies burung pantai (Burung pantai) dari Famili Scolopacidae dan Phalacrocaracidae. Angka indeks keanekaragaman burung (H? = 3.051) di Pulau Serangan menunjukkan keragaman jenis tergolong sedang, yaitu memiliki produktivitas cukup dengan kondisi ekosistem cukup seimbang serta sedikit terjadi tekanan ekologis. Spesies tumbuhan yang dijadikan tempat bertelur atau bersarang adalah Pongamia pinnata (L.) Pierre, Lannea corromandelica (Houtt.) Merr, Acacia farnesiana (L.) Willd. , Pithecellobium dulce (Roxb.) Benth, Ziziphus mauritiana Lam. dan Calotropis gigantea.

ABSTRACT
Serangan Island is part of Tahura Ngurah Rai that was established for conservation of vegetation and birds. Objective of this research was to gain information regarding the diversity of vegetation and birds post-reclamation of Serangan Island, Bali. Observation on the vegetation was conducted in two large areas, they are one hectare of natural areal of the island by permanent plot method and 211.109 hectares of reclamated areal by line observation method. Observation on birds conducted in point count method by randomly asign eight observation station. According to the observation on vegetation there are 64 species in total consists of 26 species in natural forest and 38 species in the reclamation area. In the one hectare observation plot on the natural area the most dominant species was Acacia auriculiformis A.Cunn. ex Benth. with IVI value of 55.99 %, meanwhile the most dominant in terms of the potential of regeneration is Diospyros maritima (Blume) Baill 88%, followed by Suregada glomerulata (Blume) Baill 53 %, Calophyllum inophyllum L. 22 %, Allophylus cobbe L. 13 % , serta Trema cannabina Lour. and Samanea saman F.Muell. 2 %. There are six types of habitat in reclamation area rocks, savannah, sands, lime, litter and soil. Species which were founded the most in reclamation area are Calophyllum inophyllum L. and Pongamia pinnata (L.) Pierre., that are planted in the reclamation area. There are 474 individuals of bird appears on Serangan Island along the period of observation, they are categorized into 43 species and 21 families. The top two of individual counts are Numenius madagascariensis and Phalacrocorax melanoleucos. Both of them are shorebird species from Scolopacidae and Phalacrocaracidae family. Birds diversity index (H? = 3.051) in Serangan Island shows species diversity is medium, which had sufficient productivity with fairly balanced ecosystem condition and also small ecological pressure. Vegetations that been used by the birds for spawning and nesting are Pongamia pinnata (L.) Pierre, Lannea corromandelica (Houtt.) Merr, Acacia farnesiana (L.) Willd. , Pithecellobium dulce (Roxb.) Benth, Ziziphus mauritiana Lam. and Calotropis gigantea."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Exploitation on plant population may put the endemic plants into an endagered state, hence, these plants will need to be conserved. In order to pursue conservation on endemic plants, we conducted in vitro seed germination ..."
ANNALES 18:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jatna Supriatna
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018
333.95 JAT k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai macam jenis tumbuhan yang ada sekarang ini mencerminkan juga bagaimana keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada sebelumnya atau di masa lalu, sepanjang keadaan lingkungan daerah tersebut tidak banyak berubah secara signifikan. Komunitas tumbuhan di suatu daerah akan menggambarkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan yang toleran terhadap kondisi lingkungan daerah tersebut. Daya toleransi jenis tumbuhan terhadap faktor lingkungan tersebut akan berbeda-beda yang mengakibatkan adanya perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di suatu wilayah. Dengan menggunakan metode HF dan Acetolysis, maka hasil identifikasi dari fosil polen (pollen analysis) yang telah dilakukan khususnya pada sampel tanah/sedimen yang berasal dari sekitar temuan gerabah, serta pada kotak-kotak ekskavasi yang telah dibuka di Situs Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali secara acak terutama pada lapisan B pada test pit 4 dan 5, didapatkan jenis fosil pollen dari tumbuhan yang berasal dari tumbuhan yang cukup bermanfaat dari famili Compositae, Poaceae, Malvaceae dan Papilionaceae. Disamping itu terdapat juga butiran pollen yang saat ini tidak terdapat di sekitar situs Pemuteran, seperti famili Pinaceae, Fagaceae, Daphnae, Sequoia, Geraniaceae, Cupressus."
930 ARKEO 31:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jatna Supriatna
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018
578.7 JAT k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2021
333.95 MET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>