Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sultan Fawwaz
"

Skripsi ini menganalisa akuntabilitas hukum dalam pengalihan kepemilikan saham pada transaksi repurchase agreement (repo), dengan fokus khusus pada Putusan Nomor 1491 K/PID.SUS/2016 dan Nomor 1104 K/PID.SUS/2017. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, dengan pendekatan kasus, undang-undang, dan analitis. Bahan hukum primer mencakup dua putusan pengadilan tingkat akhir dan peraturan perundang-undangan terkait, didukung oleh bahan hukum sekunder. Transaksi repo muncul dari perkembangan dinamis di pasar modal. Istilah "repo" dapat berarti perjanjian jual beli dengan janji untuk membeli kembali atau menjual kembali saham pada harga dan waktu yang telah ditentukan. Variasi pemahaman ini dapat menyebabkan tanggung jawab yang berbeda bagi para pihak yang terlibat. Masalah hukum dalam makalah ini muncul dari dua putusan pengadilan akhir dengan peristiwa hukum yang serupa—transaksi repo saham di mana pembeli mengalihkan saham repo tanpa persetujuan penjual. Dalam Putusan No. 1491/K.Pid.Sus/2016, pengadilan menyatakan terdakwa bersalah atas tindak pidana penggelapan. Sebaliknya, Putusan No. 1104/K.Pid.Sus/2017 menghasilkan terdakwa dibebaskan dari semua tuduhan. Skripsi ini berpendapat bahwa tindakan pembeli yang mengalihkan saham tanpa persetujuan penjual dalam transaksi repo seharusnya diklasifikasikan sebagai pelanggaran kontrak (wanprestasi) daripada tindak pidana. Selain itu, makalah ini menyarankan bahwa penerapan Peraturan OJK Nomor 9/POJK.04/2015 dapat secara efektif menangani isu-isu inti dalam kedua kasus tersebut.

 


This paper analyzes the legal accountability in the transfer of ownership of shares in repurchase agreement (repo) transactions, specifically focusing on Decision Number 1491 K/PID.SUS/2016 and Number 1104 K/PID.SUS/2017. The research employs normative juridical methods, using case, statute, and analytical approaches. Primary legal materials include the two final court decisions and relevant legislation, supported by secondary legal materials. Repo transactions arise from the dynamic developments in the capital market. The term "repo" can mean a sales agreement with a promise to repurchase or resell shares at a predetermined price and time. This variation in understanding can lead to different responsibilities for the involved parties. The legal issue in this paper stems from two final court decisions with similar legal events—share repo transactions where the buyer transferred the repo shares without the seller's consent. In Decision No. 1491/K.Pid.Sus/2016, the court found the defendant guilty of embezzlement. In contrast, Decision No. 1104/K.Pid.Sus/2017 resulted in the defendant being acquitted of all charges. This paper argues that the buyer's action of transferring shares without the seller's consent in a repo transaction should be classified as a breach of contract (wanprestasi) rather than a criminal act. Additionally, it suggests that the application of OJK Regulation Number 9/POJK.04/2015 can effectively address the core issues in both cases.

 

 

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Reza Adhistana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai pengalihan
benda khususnya saham
dan konsep
kepemilikannya dalam hal menjadi
objek dalam perjanjian jual beli dengan hak
membeli kembali. Dalam jual beli saham dengan hak membeli kembali di pasar modal
penjualan saham dengan hak membeli kembali disebut dengan
Repurchase Agreement
(Repo)
yang
yang pengaturan mengenai pedoman transa
ksi Repo diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa keuangan tentang Repo.
Pada kenyataannya, perjanjia
n Repo
dianggap sebagai suatu pemberian jaminan, sedangkan secara prinsipnya berbeda.
Perbedaan tersebut dapat memberikan konsep kepemilikan atas benda khususn
ya saham
yang dijual dengan hak membeli kembali. Permasalahan yang muncul dari perjanjian
Repo yaitu seperti apa yang terjadi dalam kasus pada Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Nomor 618/Pdt.G/2016/PN Jkt.Sel di mana pihak yang membeli dalam
perjan
jian Repo menjual kepada pihak ketiga, namun dalam putusannya majelis hakim
memutuskan bahwa pihak ketiga yang membeli dari pembeli awal dalam perjanjian
Repo melakukan perbuatan melawan hukum.
Hal tersebut secara otomatis dapat
memberikan peluang untuk te
rjadinya konflik hukum. Perbuatan
Pembeli awal
yang
telah mengalihkan objek
dalam perjanjian Repo
sehingga penjual awal dalam perjanjian
Repo merasa dirugikan karena haknya untuk membeli kembali tidak bisa dilakukan
.
Penelitian ini adalah penelitian normat
if dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Jenis
data yang digunakan adalah data sekunder dengan analisis data pendekatan kualitatif.
Dalam hal ini,
pihak ketiga yang membeli saham dari pembeli awal dalam perjanjian
Repo
merupakan pihak yang
perlu
men
dapatkan perlindungan
dan kepastian
hukum di
muka pengadilan

ABSTRACT
This thesis covers the anal
ysis of disposition of comercial objects, especially
stocks/shares, and the concept of its ownership in terms of being the stated object in a
sale-purchase agreement with right to repurchase as one of the agreements conditions.
The term for sale-purchase
agreement with right to repurchase, in which stocks/shares
as the object, is called Repurchase agreement (Repo) where the regulation of its
enforcement procedures or guideline is stipulated in The Financial Services Authority
Regulation concerning Guidelin
e of Repurchase Agreement Transaction For Financial
Services Institution. Practically speaking, it is not uncommon that many has considered
Repo Agreement as an attachment of collateral, whilst in the manner of its principle,
Repo is different from the con
cept of collateral attachment.
From that difference, in
which it will be covered in this thesis, can it be understood the concept of ownership of
comercial objects (especially stocks/shares) which is determined as the object being
sold with repurchase righ
t. In South Jakarta district court verdict number
618/Pdt.G/2016/PN Jkt.Sel where the party that purchased stocks in Repo Agreement,
related to the case in that verdict, disposed that purchased stocks to third party (parties
outside the Repo), yet in the v
erdict, the judges stated that the third party had commited
tort or unlawful deed. It can automatically emerges the chance of legal conflicts. The
deed of the party that purchased and then sold the stocks to third party that was not
included in the Repo ca
used the comercial damage to the party that sold the stocks in
the Repo because by then the selling party in the Repo could not use his repurchase
right (his right had been violated). This reasearch/thesis is a normative reasearch by the
nature of descript
ive analytical research. This thesis uses secondary data with
qualitative data analysis approach or method. Regarding that third party in the said
Repo, it is authors opinion that the third party should be provided with legal protection
and certainty befo
re the court.
"
2020
T54897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamonangan, Harris Angelo
"ABSTRAK
Dalam rangka mengurangi kemacetan lalu lintas kota Jakarta, pemerintah
menggalakan penduduk unuk menggunakan angkutan umum. Salah satu angkutan
umum yang ditujukan untuk mengatasi kemacetan adalah Transjakarta. Penelitian
ini berfokus untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap repurchase
intentions dari konsumennya melalui pengaplikasian model perceived value, dan
juga pengaruh dari keberadaan penyedia jasa angkutan umum lainnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui perilaku konsumen yang memakai angkutan umum
Transjakarta terhadap jasa Transjakarta. Sampel penelitian berjumlah 240 orang
responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan dianalisis
dengan software LISREL 8.7 untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa service quality berpengaruh terhadap
perceived benefits. Perceived non-monetary cost berpengaruh terhadap perceived
cost. Perceived monetary cost berpengaruh terhadap perceived cost. Perceived cost
berpengaruh terhadap perceived value, demikian juga perceived benefits
berpengaruh terhadap perceived value. Perceived value berpengaruh terhadap
repurchase intentions, selain itu repurchase intentions juga dipengaruhi oleh
attractiveness of alternatives modes.

ABSTRACT
Dalam rangka mengurangi kemacetan lalu lintas kota Jakarta, pemerintah
menggalakan penduduk unuk menggunakan angkutan umum. Salah satu angkutan
umum yang ditujukan untuk mengatasi kemacetan adalah Transjakarta. Penelitian
ini berfokus untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap repurchase
intentions dari konsumennya melalui pengaplikasian model perceived value, dan
juga pengaruh dari keberadaan penyedia jasa angkutan umum lainnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui perilaku konsumen yang memakai angkutan umum
Transjakarta terhadap jasa Transjakarta. Sampel penelitian berjumlah 240 orang
responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan dianalisis
dengan software LISREL 8.7 untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa service quality berpengaruh terhadap
perceived benefits. Perceived non-monetary cost berpengaruh terhadap perceived
cost. Perceived monetary cost berpengaruh terhadap perceived cost. Perceived cost
berpengaruh terhadap perceived value, demikian juga perceived benefits
berpengaruh terhadap perceived value. Perceived value berpengaruh terhadap
repurchase intentions, selain itu repurchase intentions juga dipengaruhi oleh
attractiveness of alternatives modes"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gioatika Pramodawardani
"Tesis ini membahas mengenai instrument pasar modal berupa Repurchase
Agreement saham yang merupakan jual beli saham dengan mekanisme pembelian
kembali ketika jatuh tempo dengan harga tertentu. Perusahaan melakukan
transaksi repo dengan alasan membutuhkan dana dengan waktu yang cepat dan
mudah, namun risiko yang terdapat pada transaksi repo ini juga cukup besar salah
satu risiko nya adalah default oleh salah satu pihak dalam perjanjian Repo.
Keadaan default dalam Repo dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya
dipengaruhi oleh tindakan manipulasi pasar yang dilarang oleh UUPM. Risiko
default ini dapat menyebabkan keadaan wanprestasi. Dalam kurun waktu yang
lalu pasar modal Indonesia dilanda krisis yang menyebabkan penurunan harga
saham bagi perusahaan yang melakukan transaksi Repo harus menanggung risiko
untuk membayar kekurangan dana atau melakukan top up saham karena saham
yang menjadi underlying transaksi mengalami penurunan nilai akibat krisis
finansial tersebut. Penurunan nilai saham tersebut menyebabkan turunnya rasio
jaminan saham yang menjadi underlying perjanjian Repo tersebut, mekanisme top
up yang terdapat pada Repo digunkan untuk menutupi turunnya rasio jaminan
saham. Namun apabila mekanisme top up tidak dapat dilakuan oleh penjual repo
maka yang terjadi adalah wanprestasi terhadap perjanjian repo. Pada tesis ini
dibahas studi kasus pada saham SIAP yang default dalam transaksi Repo dimana
default nya transaksi Repo SIAP dipengaruhi oleh indikasi transaksi semu yang
dilakukan pihak penjual Repo SIAP.

This thesis discusses the Share Repurchase Agreement, a capital market
instrument which comprises the buying and selling of shares arranged with a
repurchase mechanism at a specified price by the time the repurchase is due.
Companies enter into repurchase agreements (also known as repo transactions) to
quickly and easily acquire funds. However, the risk of default by one of the
parties of a repo transaction is also quite significant to the transaction. The state of
default within a repo transaction may be influenced by several circumstances, one
of which is the action of market manipulation prohibited by Law Number 8 of
1995 concerning the Capital Market. This risk of default may cause the state of a
breach of the repurchase agreement. During a certain period ago, the Indonesian
capital market was struck by a crisis that led to a decrease in the share prices of
companies that conducted repo transactions. Those companies had to bear the
risks of either paying the shortage of funds or to conduct the top-up of shares, for
the reason that the shares which constituted the underlying assets of the
transactions were devalued as a result of the financial crisis. This decline in share
value caused the decline in the ration of the share collateral as the underlying asset
of the repo transaction. The top-up mechanism contained in the repo transaction is
used to cover the decline in the ration of share collateral. However, if the top-up
mechanism cannot be conducted by the seller of the repo transaction, then a
breach of the repurchase agreement has emerged. This thesis conducts a case
study on the shares of SIAP which defaulted in its repo transaction. Its default is
influenced by an indication of false transactions carried out by the seller of the
SIAP repo.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Farizki
"Fokus dari tesis ini adalah pada pengembangan Repo sebagai lembaga pendanaan di Indonesia Indonesia, khususnya yang terkait dengan Equity Repo; Konsep repo di Indonesia setelah diterapkan Peraturan OJK No. 9 / POJK.04 / 2015; dan implementasi Repo konsep di Pengadilan Indonesia. Ada beberapa masalah mengenai konsep Repo sebagai perjanjian yang diatur, digunakan dalam praktik berbeda dan di pengadilan putusan di Pengadilan Indonesia terkait dengan hak milik dan prinsip pribadi hukum berdasarkan KUHPerdata Indonesia. Maka, penulis merumuskan dan membahas masalah berikut: 1. Bagaimana implementasi konsep Repo secara khusus Repo Ekuitas melalui Regulasi dan Pasar Modal di Indonesia ?; 2. Bagaimana hubungan antara konsep Repo sebagai perjanjian dengan konsep hak properti di Indonesia kerangka kerja hukum swasta Indonesia ?; 3. Bagaimana implementasi dari
konsep hak properti tentang Repo sebagai perjanjian di Pengadilan Indonesia Aturan? Dalam kesimpulan ini, pengembangan Equity Repo di Indonesia masih belum optimal dan peraturan tentang Repo tidak konsisten sehingga ada urgensi untuk menyelaraskan konsep Repo sebagai kesepakatan dalam kerangka hukum Indonesia kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan deskriptif analitis
tipologi.

The focus of this thesis is on the development of Repo as a funding institution in Indonesia Indonesia, specifically related to Equity Repo. The concept of repo in Indonesia after the implementation of OJK Regulation No. 9 / POJK.04 / 2015; and the implementation of the Repo concept in the Indonesian Courts. There are several issues regarding the concept of Repo as a regulated agreement, used in different practices and in court decisions in Indonesian Courts relating to property rights and personal legal principles based on the Indonesian Civil Code. So, the authors formulate and discuss the following issues: 1. How is the implementation of the Repo concept specifically Repo Equity through Regulations and Capital Markets in Indonesia ?; 2. What is the relationship between the concept of Repo as an agreement with the concept of property rights in Indonesia in Indonesias private legal framework ?; 3. How is the implementation of the concept of property rights regarding Repo as an agreement in Indonesian Court Rules? In this conclusion, the development of Equity Repo in Indonesia is still not optimal and the regulations on Repo are not consistent so there is an urgency to harmonize the concept of Repo as an agreement in the Indonesian legal framework. This study uses a normative juridical approach with analytical descriptive typology.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Pauziyah
"Tesis ini membahas tentang transaksi Repurchase Agreement repo Syariah berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam peraturan SE No. 17/10/DKMP perihal Pasar Uang antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah dan Repurchase Agreement repo SBSN untuk Operasi Pasar Terbuka OPT Syariah yang terdapat dalam peraturan SE No. 17/41/DPM. Repo adalah transaksi keuangan yang dilakukan oleh para pelaku pasar keuangan untuk mendapatkan pinjaman dana dengan menjaminkan surat berharga miliknya dalam bentuk jual beli, baik di pasar modal maupun di pasar uang.
Pada penelitian ini, dilakukan simulasi penerapan transaksi Repo Syariah dan Repo SBSN untuk OPT Syariah oleh bank syariah, guna mencari hasil yang didapat, besar haircut dan tenor yang tepat serta rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan kepada regulator.
Metode yang digunakan pada penelitian yaitu metode simulasi dan komparasi antara sukuk seri IFR dengan kombinasi haircut dan tenor/ jangka waktu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bank syariah akan mendapatkan keuntungan gain jika melakukan transaksi Repo Syariah dan Repo SBSN untuk OPT Syariah dengan persentase haircut terkecil dan tenor/ jangka waktu yang terpendek.

This thesis discusses the transaction of Sharia Repurchase Agreement repo which is based on the provisions contained in the regulations SE No. 17 10 DKMP focusing on Interbank Money Market Sharia and Repurchase Agreement repo SBSN for Sharia Open Market Operations OMO contained in the SE regulation No. 17 41 DPM. Repo is the financial transactions conducted by financial market players to obtain loan funds by pledging securities in the form of buying and selling, both in the capital market and money market.
In this study, a simulation applied for Islamic Repo and Repo transactions SBSN for OPT Sharia by Islamic banks, for the results obtained, a great haircut and tenor of the right as well as policy recommendations that can be given to regulators.
The method used in this research is the method of simulation and comparison between sukuk series IFR with a combination haircut and tenor period. These results indicate that Islamic banks will benefit gain if the Sharia Repo and SBSN Sharia Repo for OPT doing the transaction with the smallest percentage haircut and tenor shortest period of time.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Homol Prima
"Perjanjian Perikatan Jual Beli yang dibuat oleh Notaris sebagai pejabat yang berwenang menjadi dasar hukum bagi mereka yang membuatnya untuk saling mengikatkan diri. Hal ini disebabkan agar para pihak tidak melakukan hal-hal diluar apa yang mereka perjanjikan yang dapat menimbulkan masalah. Permasalahan yang sering muncul dalam sebuah perjanjian adalah wanprestasi. Hasil penelitian ini yaitu: (i) Akta Perikatan Jual Beli tetaplah sah apabila tidak melanggar ketentuan syarat objektif, tidak memenuhi persyaratan kebatalan akta, para pihak tidak memintakan pembatalannya kepada pihak yang terikat, ataupun belum dibatalkan oleh pengadilan; (ii) Akibat hukum dari sebuah Perjanjian Jual beli yang dibatalkan oleh pengadilan yaitu, tidak beralihnya objek jual beli, hilangnya uang panjar, dan pembayaran biaya perkara kepada pengadilan. Adapun bagi pihak yang merasa ingin memiliki objek jual beli, harus memberikan uang panjar yang besar agar dapat memiliki beberapa objek yang tertuang dalam Akta Perikatan Jual Beli walaupun akta tersebut dibatalkan oleh pengadilan.

The sale and purchase agreement made by the Notary as an authorized official becomes the legal basis for those who make it to bind themselves to each other. This is due so that the parties do not do things outside of what they agreed that can cause problems. The problem that often arises in an agreement is default. The results of this study are: (i) the Sale and Purchase Agreement Deed is still valid if it does not violate the provisions of the objective conditions, does not meet the requirements for the cancellation of the deed, the parties do not ask for its cancellation to the bound party, or have not been canceled by the court; (ii) The legal consequences of a sale and purchase agreement that is canceled by the court are the non-transfer of the object of sale and purchase, loss of down payment, and payment of court fees. As for those who feel they want to own the object of sale and purchase, they must provide a large down payment in order to have several objects contained in the Deed of Sale and Purchase Agreement even though the deed is canceled by the court."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Achmad Rahmat
"Kedudukan perjanjian pengikatan jual beli hak atas tanah sifatnya sebatas menimbulkan akibat hukum antara penjual dengan pembeli, sesuai dengan isi klausula-klausula dalam perjanjian, hal ini didasarkan pendapat R. Setiawan, yang berpendapat bahwa: “Perikatan adalah suatu hubungan hukum, yang artinya hubungan yang diatur dan diakui oleh Hukum”. Untuk itu harus memahami Perjanjian Pengikatan Jual Beli Hak Atas Tanah yang dibuat tanpa persetujuan pihak bank sebagai kreditur dalam pengalihan piutang Kredit Pemilikan Rumah agar selaras dengan hukum yang berlaku. Fungsi jaminan dalam pemberian kredit adalah sebagai upaya preventif bilamana debitur tidak dapat mengembalikan kredit tersebut kepada bank selaku kreditur. Dalam hal ini jaminan ada yang bersifat hak kebendaan dan hak perorangan. Jaminan yang bersifat hak kebendaan ialah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun, dan selalu mengikuti bendanya.

Kata Kunci: Perjanjian, Kredit, Jaminan


The position of the binding agreement on the sale and purchase of land is limited to causing legal consequences between the seller and the buyer, in accordance with the contents of the verses in the agreement. It is based on the opinion of R. Setiawan, who argues that “inding is a legal relationship, which means a relationship regulated and recognized by law”. Thus, it is necessary to understand Binding Agreement on Land Sale and Purchase that was made without the approval of the bank as a creditor in the transition of House Ownership Credit receivables so that it is in accordance with the law. The function of collateral in providing credit is as a preventive measure if the debtor cannot return the credit to the bank as the creditor. In this case, there are collaterals in the form of material rights and individual rights. Collaterals in the form of materials rights are collaterals in the form of absolute rights to an object that has the characteristics, namely having a direct association to certain objects from the debtor, being able to be defended against anyone, and always following the object.

Keywords: Agreement, Credit, Collateral"

Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aljefri Febrizarli
"Skripsi ini membahas mengenai Transaksi Repo Antar Bank seiring dengan diresmikannya Mini Master Repurchase Agreement Mini MRA yang difasilitasi oleh Bank Indonesia sebagai payung hukum bagi para pelaku Transaksi Repo Antar Bank di Indonesia Bank yang mengalami kesulitan likuiditas wajib mencari pendaan terlebih dahulu di Pasar Uang sebelum Bank Indonesia menajalankan fungsinya sebagai lender of resort. Sebelum dikeluarkannya Mini MRA Pasar Uang Antar Bank PUAB merupakan sumber pendanaan yang paling dominan. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui pengumpulan data primer berupa wawancara dengan narasumber dan pengumpulan data sekunder berupa penelitian kepustakaan Dalam tahap pengelohan data metode yang digunakan adalah deskriptif analitis. Dari penelitian ini ditemukan bahwa Transaksi PUAB bersifat uncollateralized karena tidak adanya jaminan yang diberikan oleh bank yang membutuhkan uang terhadap bank yang memberikan pinjaman. Transaksi PUAB yang bersifat uncollateralized cenderung rentan terhadap shock yang dapat dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian risiko kredit sedangkan transaksi Repo bersifat lebih aman karena adanya jaminan berupa surat berharga atau dengan kata lain transaksi Repo ini bersifat collateralized. Transaksi Repo yang bersifat collateralized dapat memitigasi permasalahan default risk counterparty risk serta memitigasi risiko kredit.

This thesis discusses the Interbank Repo Transaction under Mini Master Repurchase Agreement Mini MRA facilitated by Bank Indonesia Indonesian Central Bank as the legal basis for Interbank Repo Transactions stakeholders in Indonesia. Before Bank Indonesia perform its function as the lender of last resort banks having liquidity problems is obliged to find fresh money in the money market. Prior to the enactment of Mini MRA scheme Interbank Money Market Pasar Uang Antar Bank PUAB is the most dominant source of bank funding. This study uses data obtained through the collection of primary data in the form of interviews with sources and secondary data collection form library research In the data processing stage the method used is descriptive analysis. From this study it was found that the interbank transaction is an unsecured transaction since no securities are provided by the debtor bank to the lender bank. Given these facts the unsecured interbank transactions tend to be vulnerable to shocks which are triggered by the increasing of credit risk uncertainty while the Repo transaction is more secure since it is equipped by securities. The secured Repo transactions may mitigate the problems of default and counterparty risk as well as credit risk."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S57246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winston Patrick Gabriel
"Ajaran Woekerordonantie 1938 dapat diterapkan sebagai dasar pembatalan perjanjian selama memenuhi unsur-unsur kurang cermat, keterbatasan pengetahuan atau pengalaman, dan keadaan terdesak dari salah satu pihak yang dimanfaatkan lawan janjinya sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan prestasi dan kontraprestasi di antara para pihak dalam suatu perjanjian. Berdasarkan ajaran Woekerordonantie 1938, maka hakim berdasarkan jabatannya memiliki kewenangan untuk mengesampingkan Pasal 1338 KUHPerdata untuk menyeimbangkan perjanjian tersebut, atau membatalkan perjanjian di antara para pihak dikarenakan tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian ke-1 (kesatu) atau ke-4 (keempat) sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif. Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah membahas bagaimana penerapan Woekerordonantie 1938 dan pertimbangan hakim Indonesia dalam memutus perkara yang didalamnya terdapat unsur Woekerordonantie 1938. Berdasarkan hasil penelitian penulis, ajaran Woekerordonantie 1938 sebagai dasar pembatalan perjanjian sebenarnya telah dikenal dan diterapkan di dalam berbagai putusan pengadilan Indonesia. Terkait adanya inkonsistensi hakim dalam menerima maupun menolak penerapan Woekerordonantie 1938, sebenarnya diakibatkan oleh belum adanya keseragaman pengetahuan hakim Indonesia mengenai adanya ajaran Woekerordonantie 1938 sebagai dasar pembatalan perjanjian selain yang telah diatur dalam KUHPerdata

This thesis discusses the application of the teachings of Woekerordonantie 1938 as a basis for the annulment of the agreement due to an element of inattention, limited knowledge or experience, and a state of urgency from one of the parties that are used by the opponent of the promise, resulting in an imbalance of achievements and counter-achievement between the parties to the agreement. Based on the teachings of Woekerordonantie 1938, judges based on their offices have the authority to waive Article 1338 of the Civil Code to balance the agreement or cancel the agreement between the parties due to inconsistency with the validity of the 1st (first) or 4th (fourth) agreement as stipulated in Article 1320 of the Civil Code. The research method used in writing this thesis is normative juridical. The main problem in this thesis is to discuss the application of Woekerordonantie 1938 and the consideration of Indonesian judges in deciding cases in which there are elements of Woekerordonantie 1938. Based on the results of the author's research, the teachings of Woekerordonantie 1938 as the basis for the cancellation of the agreement have been known and applied in various Indonesian court decisions. Regarding the inconsistency of judges in accepting or rejecting the application of Woekerordonantie 1938, it is caused by the absence of uniformity of knowledge of Indonesian judges regarding the existence of the teachings of Woekerordonantie 1938 as a basis for annulment of the agreement other than those stipulated in the Civil Code."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>