Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184064 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanjung, Novi Dewi
"Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek dishomeostasis Zn terhadap jalur pensinyalan CREB/BDNF serta dampaknya terhadap fungsi kognitif pada tikus. Tingkat ekspresi CREB dan BDNF diukur pada hipokampus tikus yang dihasilkan dari induk yang memiliki diet Zn dengan variasi dosis. Kelompok perlakuan terdiri dari tikus yang mendapat diet Zn sangat rendah (a: 2.67 mg Zn/100 g), rendah (c: 3.75 mg Zn/100 g), normal (d: 4.84 mg Zn/100 g), tinggi (ds: 4.84 mg Zn/100 g + sonde 1.06 mg Zn/hari), dan sangat tinggi (es: 8.89 mg Zn/100 g + sonde 2.3 mg Zn/hari). Hasil penelitian menunjukkan terdapat kecendrungan peningkatan nilai rerata kadar Zn serum dari kelompok a sampai kelompok ds, kemudian menurun pada kelompok es. Kelompok a dan es menunjukkan ekspresi CREB dan BDNF yang rendah, sementara kelompok d menunjukkan hasil yang paling tinggi dalam semua parameter tersebut. Hasil pengukuran memori kerja spasial menunjukkan pola yang sejalan dengan ekspresi CREB/BDNF. Kelompok dengan diet Zn normal memiliki performa memori yang lebih baik, sedangkan kelompok dengan diet Zn sangat rendah atau sangat tinggi menunjukkan penurunan performa. Penelitian ini menunjukkan dishomeostasis Zn dapat mengganggu pensinyalan jalur CREB/BDNF dan fungsi kognitif pada tikus. Respons terhadap dishomeostasis tersebut bervariasi tergantung pada tingkat kekurangan atau kelebihan Zn dalam diet.

This study evaluated the effect of zinc dyshomeostasis on the CREB/BDNF signaling pathway and its impact on cognitive function. Levels of CREB and BDNF expression were measured in the hippocampus of offsprings produced from rats with varying doses of zinc diets. Groups included rat on diets with very low Zn (a: 2.67 mg Zn/100 g), low Zn (c: 3.75 mg Zn/100 g), normal Zn (d: 4.84 mg Zn/100 g), high Zn (ds: 4.84 mg Zn/100 g + orally 1.06 mg Zn/day), and very high Zn (es: 8.89 mg Zn/100 g + orally 2.3 mg Zn/day). Research results showed a trend of increasing mean serum zinc levels from group a to group ds, then decreasing in group es. Groups a and es exhibited low CREB and BDNF expression, while group d showed the highest levels in all parameters. Spatial working memory measurements indicated a pattern consistent with CREB/BDNF expression. Group with normal zinc diets showed better memory performance, whereas groups with very low or very high zinc diets showed decreased performance. This study suggests that zinc dyshomeostasis may disrupt CREB/BDNF signaling pathway and cognitive function. Response to dyshomeostasis varies depending on the level of zinc deficiency or excess in the diet."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kesit Ivanali
"Memori merupakan fungsi kognisi yang sangat penting pada manusia.Latihan fisik dan paparan environmental enrichment EE memiliki pengaruh positifterhadap fungsi memori melalui peningkatan neurogenesis dan LTP. Penelitian iniingin mengetahui perbedaan pengaruh latihan fisik aerobik, paparan EE, dankombinasi latihan fisik aerobik dengan EE, terhadap fungsi memori tikus. Dua puluhempat tikus Wistar jantan usia 7 bulan diberikan perlakuan selama 8 minggu. Fungsimemori diuji menggunakan perangkat forced alternation Y-maze dengan parameterpersentase perbandingan waktu di novel arm dan forced alternation. Fungsi memorijuga ditinjau berdasarkan ekspresi protein BDNF dan NGF hipokampus tikus. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kadar BDNF dan NGF hipokampus paling tinggi p.

Memory is an important cognitive function in humans. Exercise and environmentalenrichment EE exposure have positive effects on memory function via improvedneurogenesis and LTP. This study aimed to analyze the effect of aerobic exercise,EE exposure, and combination of aerobic exercise and EE on memory function. Thisstudy used twenty four 7 month old male Wistar rats that were given treatment for 8weeks. Memory function was tested using forced alternation Y maze, with themeasure parameters are percentage of time in novel arm and forced alternation.Memory function was also correlated with the expression of BDNF and NGFproteins in hippocampus. The results showed the highest level of hippocampalBDNF and NGF p.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ridla Nilasanti Parwata
"Overtraining syndrome adalah menurunnya kapasitas fisik, emosi dan imunitas akibat pelatihan yang terlalu sering tanpa periode istrahat yang cukup. Overtraining berdampak pada penurunan kadar BDNF dan memori pada atlet. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan fisik aerobik overtraining terhadap kadar brain derived neurotrophic factor (BDNF) dan memori pada tikus. Metode penelitian eksperimental dengan subjek penelitian tikus (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan dewasa, 8-10 minggu, berat badan 200-250 gr. Terbagi atas kelompok kontrol, aerobik dan overtraining. Hasil pengukuran ditemukan kadar BDNF pada kelompok overtraining lebih rendah daripada kelompok aerobik dan kontrol. Terdapat perbedaan kadar BDNF pada kelompok Aerobik dan overtraining (p = 0,002). Hasil uji memori dengan water-E maze menunjukkan peningkatan durasi waktu dan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh kelompok overtraining (p = 0.03). Dari penelitian ini disimpulkan latihan fisik aerobik overtraining dapat menurunkan kadar BDNF dan memori pada tikus.

Overtraining syndrome is the reduced capacity of the aspects of the physical work, emotions and immunity as a result of the type, intensity, duration and frequency of training too often without sufficient resting period. Overtraining impact on BDNF levels and memory decline in athletes. This study aimed to examine the effect of aerobic physical exercise overtraining on BDNF levels and memory in the rat brain. Experimental research methods to study. Subjects were rats (Rattus norvegicus) adult male Wistar strain, aged 8-10 weeks, initial body weight between 200-250g. Divided into 3 groups: control, aerobic and overtraining. The test results mean BDNF levels are the lowest seen in the group of overtraining. The results of statistical tests are the most significant differences in the mean levels of BDNF Aerobic and overtraining group with p = 0.002. The results of the memory test with a water-maze E showed increased duration and the number of errors made by the overtraining group (p = 0:03). This study suggests that overtraining can affect the decrease in BDNF levels and memory in mice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Purnama Dewi
"ABSTRAK
BDNF merupakan neurotrophin yang berperan dalam fungsi memori dan pembelajaran. Hippocampus banyak mengekspresikan BDNF, yang penting dalam mengatur fungsi memori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan aerobik ringan terhadap ekspresi BDNF, jumlah total sel piramidal di area CA3 hippocampus, fungsi memori dan rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2 dan CA3 hippocampus.
Penelitian eksperimental ini menggunakan 12 ekor tikus jantan wistar (berusia 8-10 minggu, berat badan 200- 250 gram), dibagi menjadi kelompok aerobik ringan dan kontrol. Latihan aerobik menggunakan animal treadmill (kecepatan 12m/mnt, 2x/minggu, 11 minggu) dan diuji dengan water E-maze (jumlah kesalahan dan waktu tempuh) untuk fungsi memorinya. Ekspresi BDNF diarea CA3 dinilai dengan pewarnaan immunohistokimia, jumlah total sel piramidal area CA3 hippocampus dan rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2, CA3 area hippocampus dinilai dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
Hasil pengamatan ini menunjukkan ada kecenderungan peningkatan ekspresi BDNF dan jumlah total sel piramidal area CA3 hippocampus, walaupun secara statistik tidak bermakna. Rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2, CA3 antara kelompok aerobik ringan dan kontrol, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Terdapat penurunan jumlah kesalahan dan waktu tempuh pada kelompok aerobik ringan. Perbaikan fungsi memori ini berkorelasi kuat dengan peningkatan ekspresi BDNF pada kelompok aerobik ringan. Disimpulkan, terdapat pengaruh positif latihan aerobik ringan terhadap fungsi memori melalui peningkatan ekspresi BDNF.

ABSTRACT
BDNF is a neurotrophin that plays a role in memory and learning functions. The hippocampus shows the expression of BDNF which is important in regulating memory functions. This study aims to determine the effect of mild aerobic exercise on the expression of BDNF, the number of total cells CA3 area of the hippocampus, and memory functions.
This is analytic experimental using 12 male Wistar rats (8-10 weeks old, weight 200-250 mg), divided into mild aerobics and control group. The aerobic exercise using an animal treadmill (10 min twice a week, for 11 weeks). Memory test was done using water E-maze test. Used Immunohistochemistry staining to assessed the expression of BDNF and Hematoxylin Eosin staining to assessed the number of total cells CA3 area of hippocampus and CA3 area ratio to the total area CA1, CA2, CA3 hippocampal area.
The results showed the tendency in the expression of BDNF, the total number of cells and memory function between mild aerobic and control group. CA3 area ratio to the total area CA1, CA2, CA3 hippocampal area, there were no differences between mild aerobic and control groups. There was a decreased in the number of errors and time in group aerobics. Improvement of memory function is strongly correlated with increased expression of BDNF in group aerobics. Conclusion, the mild aerobic exercise has a positive influence on memory function through increased expression of BDNF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Ariani
"Obesitas adalah sebuah kondisi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada berbagai organ. Pada kondisi obesitas, terjadi pelepasan sitokin proinflamasi secara sistemik sehingga dapat menimbulkan inflamasi pada organ-organ, termasuk otak. Penggunaan bahan alam yang memiliki khasiat antiinflamasi dapat bermanfaat bagi individu dengan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek ekstrak etanol C. asiatica terhadap tikus obesitas yang diinduksi dengan diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan 24 tikus galur Wistar yang dibagi menjadi 4 kelompok: kelompok Kontrol yang diberikan pakan standar; kelompok HFD yang diberikan pakan tinggi lemak; kelompok HFD+CA200 yang diberikan pakan tinggi lemak selama 12 minggu kemudian diberikan ekstrak C. asiatica 200 mg/kg; dan kelompok HFD+CA300 yang diberikan pakan tinggi lemak selama 12 minggu kemudian diberikan ekstrak C. asiatica 300 mg/kg. Kemampuan memori spasial diukur dengan uji Y-maze pada awal, minggu ke-12, dan minggu ke-17. Pada akhir penelitian, hipokampus diambil untuk analisis GFAP dan BDNF. Pada penelitian ini juga dilakukan uji in silico dengan penambatan molekuler untuk mengetahui interaksi zat aktif C. asiatica terhadap protein TrkB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang mengalami obesitas memiliki kemampuan spasial yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (nilai p 0,006). Pemberian ekstrak etanol C. asiatica selama 5 minggu memperbaiki gangguan memori spasial pada kelompok HFD+CA300 (nilai p 0,01). Uji in silico menunjukkan bahwa komponen C. asiatica asiatic acid dan castilliferol dapat berinteraksi dengan protein TrkB. Pemberian C. asiatica berpotensi untuk memperbaiki memori spasial pada obesitas.

Obesity is a condition that can lead to problems in several organs. Systemic release of proinflammatory cytokines occurs in obese condition causing inflammation in many organs including brain. The use of natural compound with anti-inflammatory properties could benefit for obese individuals. This study aims to analyze the effect of C. asiatica extract on affected obese rats induced by a high-fat diet. We use 24 Wistar rats divided into four groups: control group given standard chow; HFD group given high fat diet; HFD+CA 200 group given high fat diet for 12 weeks then treated with C. asiatica 200 mg/kg, and HFD+CA300 given high fat diet for 12 weeks then treated with C. asiatica 300 mg/kg. Spatial memory ability was assessed using a Y maze at baseline, 12 weeks, and 17 weeks. At the end of this study, hippocampal tissue is taken and analyzed for GFAP and BDNF. In silico study with molecular docking was performed to figure out the interaction between C. asiatica compounds and TrkB. This study shows that obese rats have lower spatial memory ability than non-obese mice (p value 0,006). Treatment with C. asiatica ethanol extract for 5 weeks alleviates the impairment in HFD+CA300 group (p value 0,01). In silico test show that the C. asiatica components asiatic acid and castilliferol can interact with TrkB protein. Administration of C. asiatica extract has the potential to improve memory condition in obesity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rannia Putri Isniendira
"Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 adalah protein yang utamanya berasal dari hati dan berperan dalam degradasi reseptor low-density lipoprotein, sehingga menjadikannya target terapeutik yang menjanjikan untuk menunrunkan kolesterol. Pengembangan obat yang menargetkan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 telah menarik banyak perhatian, namun adanya keterbatasan penelitian model in vivo dengan hewan wild type yang mampu merepresentasikan kondisi manusia dapat menghambat proses pengembangan obat. Sebuah studi menunjukkan diet tinggi fruktosa dapat meningkatkan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 pada manusia. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model hewan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 dengan tikus wistar jantan yang diinduksi diet tinggi fruktosa menggunakan variasi durasi induksi selama 3, 4, dan 5 minggu. Parameter yang dinilai adalah kadar Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 di plasma dan hati yang diukur dengan ELISA, serta ekspresinya di hati yang dievaluasi dengan western blot. Pada tikus yang diinduksi fruktosa, terdapat peningkatan signifikan kadar Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 di plasma dan hati dibandingkan dengan kontrol (p<0,05) pada durasi 3 dan 4 minggu untuk plasma, serta durasi 3 minggu untuk hati. Western blot menunjukkan mature proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 tereskpresi pada kelompok dengan induksi fruktosa, serta terjadi penurunan ekspresi di minggu ke-3 dan ke-5 jika dibandingkan dengan kontrol. Penelitian ini menunjukkan tikus yang diinduksi fruktosa dapat menjadi pilihan sebagai model hewan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 dengan durasi induksi selama 4 minggu untuk memberikan hasil yang optimal.

Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 is a liver-derived protein with an ability to promote degradation of low-density lipoprotein receptor, making it a promising therapeutic target in cholesterol-lowering therapy. The development of drugs targeting proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 has attracted considerable attention, but the limited studies of in vivo model with wild type animals that exhibit similarities to that of a human situation could inhibit the drug development process. Recent study has revealed high fructose diet increased proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 in humans. In this study, the development of animal model of proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 was carried out using rats induced by fructose with duration of induction variation. Plasma and hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 were measured with ELISA, while hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 expression was detected with western blot. A significant increase in plasma and hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 levels were observed in fructose-induced rats following treatment for 3 and 4 weeks, and 4 weeks, respectively, compared to the control group (p<0,05). Western blot showed proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 was expressed in fructose-induced groups, and there was a decrease in expression in frucotse- induced group treated for 3 and 5 weeks. This study demonstrate that fructose-induced rat has a potential to be animal model of proprotein convertase subtilisin/kexin type 9, with an induction duration of 4 weeks to provide an optimal result."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audina Khalda Nabilah
"PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin Type 9) merupakan regulator Low-Density Lipoprotein (LDL) melalui perannya dalam degradasi Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) sehingga PCSK9 dapat dijadikan target terapi yang menjanjikan sebagai agen penurun lipid. Inhibitor PCSK9 yang tersedia memiliki beberapa kekurangan. Untuk itu, banyak peneliti mengembangkan obat inhibitor PCSK9 lainnya. Dalam pengembangan obat, model hewan PCSK9 yang sejalan pada manusia dibutuhkan dan dikembangkan melalui induksi suatu nutrisi, misalnya fruktosa. Penelitian efek diet tinggi fruktosa terhadap kadar PCSK9 plasma dan ekspresi PCSK9 otak masih sangat terbatas dan perlu diteliti lebih lanjut. Pada penelitian ini, tikus diberikan diet tinggi fruktosa dengan variasi durasi, yaitu 3 minggu, 4 minggu, dan 5 minggu untuk melihat efeknya terhadap kadar PCSK9 dan ekspresi PCSK9. Pengukuran kadar PCSK9 plasma dan otak dilakukan menggunakan metode ELISA dan ekspresi PCSK9 otak dianalisis menggunakan metode western blot. Hasil menunjukkan bahwa terjadi perubahan kadar PCSK9 pada plasma dan otak tikus dibandingkan kelompok normal. Kadar PCSK9 plasma menunjukkan peningkatan signifikan (p<0,05) pada kelompok 3 minggu dan 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol dan kadar PCSK9 plasma tertinggi teramati pada durasi induksi 4 minggu. Kadar PCSK9 otak menunjukkan penurunan signifikan (p<0,05) pada kelompok 3 minggu dan 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol. Ekspresi PCSK9 pada otak menunjukkan pola penurunan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa model hewan PCSK9 pada tikus berpotensi digunakan sebagai model hewan PCSK9.

PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin Type 9) is a Low-Density Lipoprotein (LDL) regulator through its role in Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) degradation, making PCSK9 a promising therapeutic target as a lipid-lowering agent. The currently available PCSK9 inhibitors have drawbacks. As a result, many researchers have developed PCSK9 other inhibitor drugs. PCSK9 animal model is required in drug development and develops through the induction of a nutrient, such as fructose. Research on the effect of a high-fructose diet on circulating PCSK9 levels and brain PCSK9 expression is still limited dan further research is needed. Thus, in this study, rats were fed a high-fructose diet for 3 weeks, 4 weeks, and 5 weeks to see how it affected PCSK9 levels and expression. The ELISA method was used to measure plasma and brain PCSK9 levels and the western blot method was used to analyze brain PCSK9 expression. The results showed plasma PCSK9 levels increased significantly (p<0,05) in the 3-week and 4-week groups compared to the control group, with the 4-week induction duration producing the highest plasma PCSK9 levels. Brain PCSK9 levels decreased significantly (p<0,05) in the 3-week and 4-week groups when compared to the control group. PCSK9 expression in the brain also decreased when compared to the control group. Based on the findings, the PCSK9 animal model in rats has the potential to be used as a PCSK9 animal model."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julfiana Mardatillah
"Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang berhubungan dengan penurunan fungsi memori. GLP-1 berperan pada fungsi memori karena interaksi GLP-1/GLP-1R akan meningkatkan modulasi plastisitas sinaptik. Latihan fisik berpengaruh dalam meningkatkan kadar GLP-1 yang dimediasi oleh IL-6 dalam plasma. Namun, efek latihan fisik pada GLP-1/GLP-1R di hipokampus masih belum jelas. Oleh karena itu, kami menyelidiki pengaruh latihan fisik kontinu dan interval pada fungsi memori melalui GLP-1/GLP-1R dan hubungannya dengan IL-6 hipokampus tikus DM. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan tikus Wistar umur 8 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok: kontrol normal (KN); kontrol DM (KDM); DM dengan continuous training (DM-CT); dan DM dengan interval training (DM-IT). Tikus DM-CT dan DM-IT dilatih enam kali seminggu selama 6 minggu. Semua tikus melakukan uji forced alternation Y-maze untuk memverifikasi fungsi memori visuo-spasial. Kami menganalisis kadar GLP- 1 dan IL-6 dengan ELISA serta ekspresi GLP-1R dengan RT-PCR. Kami menemukan penurunan fungsi memori visuo-spasial pada tikus DM disertai dengan penurunan GLP-1 dan GLP-1R hipokampus. Latihan fisik dapat mempertahankan fungsi memori visuo-spasial pada tikus DM dikaitkan dengan pemulihan kadar GLP-1 dan ekspresi GLP-1R hipokampus. Kadar GLP-1 dikaitkan dengan kadar IL-6 hipokampus. Terdapat perbedaan respon antara latihan fisik kontinu dan interval pada GLP-1/GLP-1R. Latihan kontinu dapat mempertahankan kadar GLP- 1 dan latihan interval dapat mempertahankan ekspresi GLP-1R hipokampus pada tikus DM. Temuan kami menunjukkan bahwa latihan fisik dapat meningkatkan fungsi memori dengan mempertahankan kadar GLP-1 dan ekspresi GLP-1R hipokampus.

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder associated with declining of memory function. GLP-1 has a role on memory function because binding of GLP- 1 and GLP-1R will enhance modulation of synaptic plasticity. Physical exercise has effect in increasing GLP-1 levels mediated by IL-6 in plasma. However, the effect of physical exercise on GLP-1 and GLP-1R in hippocampal is still unclear. Therefore, we investigated the effect of continuous and interval training on memory function through GLP-1/GLP-1R and its relation to hippocampal IL-6 of DM rats. This was an experimental study using 8-week-old Wistar rats, divided into 4 groups: normal control (Con); DM control (ConDM); DM with continuous training (DM-CT); and DM with interval training (DM-IT). DM-CT and DM-IT rats were trained six times a week for 6 weeks. All rats performed the Y-maze forced alteration test in order to verify spatial memory function. We analyzed GLP-1 and IL-6 level by ELISA and GLP-1R by RT- PCR. We found decreased spatial memory function in DM rats accompanied by decreased hippocampal GLP-1 and GLP-1R. Physical exercise promote memory function in DM rats associated with restoration of hippocampal GLP-1 and GLP-1R level. The GLP-1 level is associated with hippocampal IL-6 level. There is a difference response between continuous and interval training on GLP-1/GLP-1R. Continuous training slightly increase GLP-1 level and interval training can maintain expression of hippocampal GLP-1R in DM rats. Our findings suggest that physical exercise may promote memory function by slightly increase the level of hippocampal GLP-1 and maintaining expression hippocampal GLP-1R."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliyani Andam Suri
"Penurunan fungsi memori sudah dapat terjadi sejak usia dewasa muda dan dapat berkaitan dengan adanya penurunan plastisitas sinaps yang melibatkan beberapa protein sinaptik, diantaranya adalah reseptor ionotropik glutamat AMPAR-GluR1. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan agar tidak terjadi penurunan memori di usia lanjut dengan menggunakan tamanan herbal. Centella asiatica merupakan tanaman herbal yang mudah ditemukan di Indonesia dan sudah dikenal memiliki khasiat pada otak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol Centella asiatica terhadap fungsi memori dan ekspresi protein AMPAR-GluR1di jaringan hipokampus tikus. Penelitian ini merupakan studi eksperimental in-vivo menggunakan 18 tikus Wistar jantan usia 6 bulan yang dibagi secara acak menjadi 3 kelompok: 1 kelompok kontrol K 2 kelompok CA300 dan 3 kelompok CA600. Kelompok kontrol diberikan akuades, kelompok CA300 diberikan ekstrak etanol CeA dosis 300 mg/kgBB dan kelompok CA600 diberikan ekstrak etanol CeA dosis 600 mg/kgBB yang dilakukan selama 28 hari berturut-turut secara oral. Pengukuran fungsi memori menggunakan Y-Maze yang dilakukan sebelum, hari ke-14 dan setelah perlakuan. Ekspresi protein AMPAR-GluR1 di jaringan hipokampus dianalisis menggunakan teknik imunohistokimia.
Hasil penelitian menunjukkan, pemberian ekstrak etanol Centella asiatica dosis 300 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB dapat mempertahankan fungsi memori tikus Wistar jantan, sedangkan peningkatan ekspresi AMPAR-GluR1 terjadi pada pemberian ekstrak etanol Centella asiatica dosis 600 mg/kgBB.

Memory decline can be started at early adult and related to synaptic plasticity impairment which is involving some synaptic protein such as ionotropic glutamate receptor AMPA GluR1. Preventive treatment may be conducted to avoid memory decline such as consuming some foods or supplements that could enhance memory. Centella asiatica is an altenative herbs that already known good for brain and easily to find in Indonesia.
This study is aimed to investigate effect CeA ethanol extract towards memory function and AMPAR GluR1 expression on CA1 hippocampus region in normal adult male Wistar rats. This study was an in vivo experimental study using eighteen male Wistar rats aged 6 months that were randomly divided into three groups control aquadest group and two groups treated with different doses mg kg of CeA 300 CeA300 and 600 CeA600. Ethanol extract of CeA were administrated orally for 28 consecutive days with weekly weight adjusted. Memory performance was tested using Y Maze before, on 14th days of treatment and after treatment. AMPAR GluR1 protein expression was assessed using immunohistochemistry technique on CA1 region of hippocampus.
Administration of CeA ethanol extract maintain spatial working memory function in the dosage of 300 mg kg and 600 mg kg and CeA 600 mg kg may be needed for maintaining AMPA GluR1 protein expression enhancement on CA1 hippocampus region.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharti
"Latar belakang: EE dan/atau latihan fisik dapat meningkatkan memori spasial dan menginduksi peningkatan ekspresi Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) pada hipokampus tikus Wistar jantan usia 7 bulan. BDNF berikatan dengan reseptor tropomyosin receptor kinase B (TrkB) menyebabkan TrKB terfosforilasi, menghasilkan perekrutan protein yang mengaktifkan tiga kaskade transduksi sinyal. BDNF dapat meningkatkan kadar dan aktivitas reseptor NMDA sehingga terjadi perubahan jangka panjang pada aktivitas sinaps. Belum diketahui bagaimana pengaruh pemberian kombinasi EE dan latihan aerobik terhadap ekspresi pTrkB dan pNMDAR.
Tujuan: Menganalisis ekspresi reseptor pTrkB dan ekspresi pNMDAR yang dipicu oleh persinyalan BDNF pada hipokampus tikus yang diberikan model EE dan/atau latihan fisik aerobik.
Metode: Penelitian eksperimental menggunakan 24 tikus Wistar jantan usia 7 bulan, berat badan 250–350 gr, dibagi menjadi 4 kelompok: Kontrol (K), Aerobik (A) diberi latihan fisik 5x/mimggu treadmill kecepatan 20 m/menit 30 menit/hari, EE, dan kombinasi latihan fisik EE (AEE). Perlakuan diberikan selama 8 minggu dan dilakukan pengukuran ekpresi pTrkB dan pNMDAR dengan western blot, memori spasial diukur dengan forced alteration Y-maze.
Hasil: Fosforilasi TrkB pada situs Tyr705 dan fosforilasi NMDA pada situs Tyr 1336 kelompok kombinasi lebih baik dari kontrol namun peningkatan tidak bermakna secara statistik. Fungsi memori spasial jangka pendek kelompok EE lebih baik daripada kelompok kontrol.
Kesimpulan: EE kontinu dapat meningkatkan fungsi memori spasial jangka pendek tikus, kombinasi EE dan latihan aerobik cenderung meningkatkan pTrkB dan pNMDAR namun tidak bermakna secara statistik.

Background: EE and/or aerobic exercise can improve spatial memory and induce increased expression of Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) in the hippocampus of male Wistar rats aged 7 months. BDNF binds to the tropomyosin receptor kinase B (TrkB) induce phosphorilating of TrKB, resulting the recruitment of a protein that activates three signal transduction cascades. BDNF can increase the levels and activity of the NMDA receptors, resulting in long-term changes in synaptic activity. The effect of combination of continuous EE and aerobic exercise on hippocampus pTrkB and pNMDAR expression is not yet known.
Objective: To analyze pTrkB receptor expression and pNMDAR expression induced by BDNF signaling in the hippocampus of mice given EE models and / or aerobic exercise.
Methods: Experimental study using 24 male Wistar rats aged 7 months, weight 250–350 gr, divided into 4 groups: Control (K), Aerobics (A) given 5x physical exercise/week with treadmill speed 20 m/min 30 minutes/day, EE, combination of physical exercise and EE (AEE). Treatment was administered for 8 weeks and the phosphorylation of TrkB and NMDA receptors measured with Western blot, spatial memory measured by forced alteration of Y-maze.
Result:The combination group of TrkB phosphorylation at Tyr705 site and NMDA phosphorylation at the Tyr 1336 site were better than the control group but the increase was not statistically significant. The EE group's short-term spatial memory function was better than the control group.
Conclusion: Continuous EE can improve mouse short-term spatial memory function, combination of EE and aerobic exercise tends to increase pTrkB and pNMDAR but not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>