Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oluebube Magnificient Eziefule
"Doxorubicin (DOX) dilemahkan oleh toksisitas jantung dan ginjal meskipun efektif melawan kanker. Walaupun dexrazoxane tersedia untuk mengatasi toksisitas DOX, efektivitasnya terbatas, begitu pula obat konvensional seperti beta-blocker dan statin. Penelitian ini menyelidiki efek perlindungan ekstrak etanol daun Andrographis panikulata (EEAP) terhadap toksisitas jantung dan ginjal yang diinduksi oleh DOX pada tikus sehat dengan fokus pada mekanisme anti-inflamasi dan mitokondria. Sebanyak 30 ekor (5 kelompok) tikus Sprague Dawley diaklimatisasi selama 2 minggu. Kelompok normal mendapat saline (ip) selama 4 minggu. Kelompok DOX menerima doxorubicin (4mg/kg/minggu). Kelompok perlakuan (DOX+EEAP) menerima doksorubisin dan ekstrak daun Andrographis Paniculata dengan dosis bervariasi (125, 250, 500 mg/kg/hari) secara oral selama 4 minggu. Setelah darah dan organ (jantung, ginjal) dikumpulkan, darah dianalisis untuk elektrolit (kalsium dan natrium). Jaringan dianalisis sebagai penanda inflamasi (NF-κB, IL-1β, NLRP-3), fungsi mitokondria (PGC1-α, TFAM), dan gambaran histopatologis yang menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin (H&E) serta pewarnaan trikrom Masson. Kadar kalsium jantung juga diukur. Pengobatan bersama EEAP menurunkan natrium dan kalsium plasma dan kadar penanda inflamasi IL-1β dan NLRP-3 di jaringan jantung dan ginjal tetapi tidak menunjukkan efek signifikan pada ekspresi PGC1-α dan TFAM dibandingkan dengan kelompok DOX. Selain itu, kadar kalsium jantung berkurang. Lebih lanjut, konsentrasi NF-кB berkurang sedikit oleh EEAP dibandingkan dengan kelompok DOX saja. EEAP kemungkinan besar terlindungi dari peradangan yang disebabkan oleh DOX yang mengarah pada pemulihan histologi jantung dan ginjal menjadi normal. Efek perlindungan EEAP dalam penelitian ini dimediasi, setidaknya sebagian, oleh modulasi jalur NF-ĸB/NLRP3/IL-1β.

Doxorubicin (DOX), despite its effectiveness against cancer, is compromised by cardiac and renal toxicity. While dexrazoxane exists for DOX toxicity, its effectiveness is limited, as are conventional drugs like beta-blockers and statins. This study investigates the protective effects of an ethanolic extract of Andrographis paniculata leaves (EEAP) against DOX-induced cardiac and renal toxicity in healthy rats, focusing on anti-inflammatory and mitochondrial mechanisms. 30 Sprague Dawley rats (5 groups) were acclimatized for 2 weeks. The normal group received saline (ip) for 4 weeks. The DOX group received only doxorubicin (4mg/kg/week). Treatment groups (DOX+EEAP) received doxorubicin and varying doses (125, 250, 500 mg/kg/day) of Andrographis paniculata leaf extract orally for 4 weeks. After sacrifice, blood and organs (heart, kidneys) were collected. Blood was analysed for electrolytes (calcium and sodium). Tissues were analysed for inflammatory markers (NF-κB, IL-1β, NLRP-3), mitochondrial function (PGC1-α, TFAM), and histopathological features using hematoxylin and eosin (H&E) or Masson’s trichrome stain. Cardiac calcium levels were also measured. EEAP co-treatment lowered plasma sodium and calcium, decreased levels of inflammatory markers (IL-1β and NLRP-3) in heart and kidney tissues, but showed no significant effect on PGC1-α and TFAM expression compared to the DOX group. Additionally, cardiac calcium levels were reduced. Further, NF-кB concentration was slightly reduced by EEAP compared to the DOX only group. EEAP likely protected against DOX-induced inflammation, leading to a restoration of normal heart and kidney histology. EEAP's protective effects in this study were mediated, at least in part, by modulation of the NF-ĸB/NLRP3/IL-1β pathway."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrika Wediasari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan penyakit yang menjadi ancaman global. Penelitian dan pengembangan herbal dilakukan untuk menemukan obat antidiabetes yang memberikan manfaat tambahan pada terapi diabetes. Kombinasi ekstrak Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall ex Nees (APE) dan Caesalpinia sappan Linn. (CSE) dilakukan untuk mendapatkan khasiat antihiperglikemia yang lebih baik. Penelitian bertujuan mengevaluasi keamanan dan efek antidiabetes APCSE pada tikus diabetes yang diinduksi dengan STZ.
Metode Penelitian: Empat puluh lima tikus Sprague-Dawley jantan (160-200 g) dibagi menjadi sembilan kelompok, kelompok NC diberi pakan diet normal, kelompok lainnya diet yang mengandung 20% lemak dan diinduksi dua kali dengan dosis STZ 35 mg/kg BB. Tikus diabetes diberikan ekstrak kombinasi APCSE100 dan 200 mg/kg BB selama 2 minggu dibandingkan dengan pemberian ekstrak tunggal APE dan CSE.
Hasil dan Diskusi: Penelitian menunjukkan uji toksisitas akut oral kombinasi ekstrak APCSE aman praktis tidak toksik. Pemberian APCSE 200 mg/dL berbeda secara bermakna terhadap GDS pada kelompok DM (18.65 ± 13.16, p<0.05) menunjukkan bahwa pemberian APCSE cenderung tidak menambah perburukan diabetes pada tikus yang diinduksi STZ. Sedangkan profil lipid kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL menunjukkan level yang tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol normal.
Kesimpulan: Kombinasi ekstrak APCSE100 dan 200 mg/kg BB tidak akan memperburuk diabetes.

ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus is a disease that poses a global threat. Research and development of herbs aims to discover antidiabetic drugs to provide additional benefits in diabetes therapy. A combination of Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall ex Nees (APE) and Caesalpinia sappan Linn. (CSE) extracts were develop to discover better antihyperglycemic properties. This study aims to evaluate the safety and antidiabetic effects of APCSE diabetic rats.
Methods: Forty-five male Sprague-Dawley rats (160-200 g) divided into nine groups, NC group fed with a normal diet, and the other groups with diet containing 20% fat and induced with STZ 35 mg/kg BW. Diabetic mice were given the extract combination of APCSE two weeks and compared with a single extract of APE and CSE.
Results and Discussion: Study shows the combination of APCSE extract was safe and practically non-toxic. The Random Blood Glucose (RBG) level in the APCSE 200 mg/dL was significantly different from the DM group with (18.65 ± 13.16, p <0.05), indicating that APCSE administration will not deteriorate the diabetes condition. Cholesterol lipid profiles, triglycerides, HDL, and LDL showed levels similar results from the normal control group.
Conclusion: The combination of APCSE100 extract and 200 mg/kg BW ameliorates the diabetes condition."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deya Adiby Nabillah
"Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak dan mematikan di dunia. Di antara pilihan terapi yang banyak digunakan, kemoterapi menggunakan doksorubisin menjadi salah satu terapi yang sering dipilih pada kasus kanker payudara. Selain memiliki efek farmakologi sebagai antikanker, doksorubisin memiliki toksisitas spesifik pada organ jantung, yakni dapat memicu apoptosis dan stres oksidatif sehingga menyebabkan kardiotoksisitas. Di sisi lain, ekstrak etanol sambiloto yang merupakan salah satu bahan alam, memiliki sifat antikanker dan antioksidan. Pada penelitian ini dilakukan kombinasi ekstrak etanol sambiloto dan doksorubisin untuk mengamati peran kombinasi ini dalam menurunkan progresifitas kanker payudara serta kardiotoksisitas pada tikus dengan kanker payudara. Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Spargue-Dawley yang diinduksi DMBA untuk menginduksi kanker pada payudara tikus. Setelah terbentuk nodul tumor sebesar ~5 cm3, dilakukan terapi dengan doksorubisin, ekstrak etanol sambiloto atau kombinasi keduanya, andografolida dan ekstrak etanol sambiloto tunggal. Terapi dilakukan 4 minggu atau sampai volume tumor mencapai ~2 cm3. Selama terapi, tikus ditimbang berat badannya dan volume tumornya diukur dengan jangka sorong. Setelah mencapai akhir terapi, tikus dinekropsi dan tumor diambil. Tumor kemudian dianalisis histopatologinya, dianalisis ekspresi cleaved caspase-3 dengan uji immunohistochemistry serta menentukan kadar MDA dan Troponin. Berat badan tikus meningkat ketika tikus diterapi dengan kombinasi ekstrak etanol sambiloto dan doksorubisin (p < 0,01). Volume tumor ditemukan menurun pada semua kelompok terapi (p < 0,05). Kombinasi derajat histopatologi ditemukan menurun pada kelompok kombinasi, kelompok andrografolida tunggal dan kelompok ekstrak etanol sambiloto tunggal. Kadar MDA dan Troponin (p<0,05) menurun pada kelompok kombinasi dan kelompok andrografolida tunggal serta ekstrak etanol sambiloto tunggal. Skor imunoreaktif (IRS) cleave-casp3 dari kelompok doksorubisin menunjukkan angka yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok terapi lainnya. (p>0,05).Kombinasi ekstrak etanol sambiloto dan doksorubisin berhasil menekan progresivitas kanker payudara tikus serta menurunkan kerusakan jantung yang ditimbulkan doksorubisin.

Breast cancer is the most common and deadly type of cancer in the world. Among the widely used therapeutic options, chemotherapy using doxorubicin is one of the therapies that is often chosen in cases of breast cancer. In addition to having a pharmacological effect as an anticancer, doxorubicin has specific toxicity to the heart, which can trigger apoptosis and oxidative stress, causing cardiotoxicity. On the other hand, the ethanol extract of sambiloto which is one of the natural ingredients, has anticancer and antioxidant properties. In this study, a combination of ethanol extract of sambiloto and doxorubicin was carried out to observe the role of this combination in reducing breast cancer progression and cardiotoxicity in rats with breast cancer. This experimental study used Spargue-Dawley rats induced by DMBA to induce breast cancer in mice. After the formation of a tumor nodule of ~5 cm3, therapy was performed with doxorubicin, ethanol extract of sambiloto or a combination of both, andographolide and ethanol extract of sambiloto alone. Treatment was carried out for 28 days or until the tumor volume reached ~2 cm3. During therapy, the rats were weighed and the tumor volume was measured using a caliper. After reaching the end of therapy, mice were necropsied and tumors removed. The tumor was then analyzed histopathologically, analyzed for cleaved caspase-3 expression by immunohistochemistry test and determined levels of MDA and Troponin. Rat body weight increased when rats were treated with a combination of ethanol extract of sambiloto and doxorubicin (p < 0.01). Tumor volume was found to be decreased in all treatment groups (p < 0.05). The combination of histopathological degrees was found to be decreased in the combination group, the single andrographolide group and the single sambiloto ethanol extract group. MDA and Troponin levels (p<0,05) decreased in the combination group and the single andrographolide group and the ethanol extract of sambiloto alone. The cleav-casp3 immunoreactive score (IRS) of the doxorubicin group showed a higher number compared to the other treatment groups. (p>0.05). The combination of ethanol extract of sambiloto and doxorubicin succeeded in suppressing the progression of rat breast cancer and reducing heart damage caused by doxorubicin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gumilar Adhi Nugroho
"Andrographis paniculata (AP) dan Syzygium cumini (SC) banyak diteliti sebagai alternatif pengobatan antidiabetes namun kombinasi AP-SC belum pernah diteliti sebelumnya. Pada kombinasi ini, dilakukan penapisan fitokimia, uji toksisitas akut oral, dan uji antidiabetes. Ekstrak AP dan SC, mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, glikosida, tanin, terpenoid dan saponin. Uji toksisitas akut oral kombinasi APSC menggunakan 13 mencit betina galur DDY yang dibagi ke dalam 3 kelompok dan secara oral diberikan satu dosis kombinasi 1:1 APSC (0, 300, 2000 mg/kg BB), pengamatan dilakukan selama 2 minggu. Uji antidiabetes dilakukan menggunakan tikus Sprague-Dawley (SD) jantan yang diinduksi high-fat diet-streptozotosin dosis rendah berganda (HFD-STZ). Tikus diabetes (n=5) diberikan perlakuan satu kali sehari dengan 0,5% CMC (kontrol diabetes), metformin (50 mg/kg), AP (50 dan 100 mg/kg), SC (50 dan 100 mg/kg) atau APSC (100 dan 200 mg/kg) selama 7 hari. Kelompok normal diberikan pakan normal diet. Uji toksisitas akut tidak menunjukkan toksisitas pada fungsi hati, ginjal, dan morfologi organ. Data menunjukkan dosis 100 mg/kg BB AP dan 100 mg/kg BB APSC menunjukkan potensi antihiperglikemik. Pemberian sediaan AP, SC, dan APSC berpotensi poliferatif sel beta pankreas lebih baik dari pemberian metformin, namun pemberian dosis tunggal AP dan SC serta kombinasi APSC cenderung tidak memberikan perbaikan profil lipid.

Andrographis paniculata (AP) and Syzygium cumini (SC) have been widely studied as alternatives to antidiabetic treatment but the combination of AP-SC has never been studied before. In this combination, phytochemical screening, oral acute toxicity testing, and antidiabetic testing were performed. AP and SC extracts contain flavonoids, alkaloids, glycosides, tannins, terpenoids and saponins. The acute oral toxicity test of the APSC combination used 13 female DDY strain mice divided into 3 groups and orally administered one dose combination of 1: 1 APSC (0, 300, 2000 mg/kg BW), observations were carried out for 2 weeks. Antidiabetic testing was carried out using male Sprague-Dawley (SD) rats induced by high-fat diet and multiple low-dose streptozotocin (HFD-STZ). Diabetic mice (n = 5) were treated once a day with 0.5% CMC (diabetes control), metformin (50 mg/kg), AP (50 and 100 mg/kg), SC (50 and 100 mg/kg) or APSC (100 and 200 mg/kg) for 7 days. The normal group was given normal diet food. Acute toxicity tests do not show toxicity to liver, kidney and organ morphology. The data shows a dose of 100 mg/kg AP and 100 mg/kg APSC shows antihyperglycemic potential. AP, SC, and APSC preparations have potentially proliferative pancreatic beta cells better than metformin administration, but the administration of single doses of AP and SC and the combination of APSC tends not to provide improved lipid profile."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyntia Gracesella Hutami Patintingan
"Doksorubisin adalah kemoterapi yang efektif namun dapat menyebabkan toksisitas jantung, salah satunya dengan menginduksi disfungsi mitokondria. Penemuan atau pengembangan agen kardioproteksi dari bahan alam merupakan salah satu peluang potensial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek kardioproteksi ekstrak air daun Moringa oleifera (MO) dalam mengurangi toksisitas doksorubisin dan mekanismenya melalui regulasi biogenesis mitokondria. Sebanyak 22 ekor tikus Sprague-Dawley jantan dirandomisasi ke dalam 4 kelompok. Kelompok pertama adalah kontrol normal yang diinjeksi NaCl. Ketiga kelompok lainnya diberikan injeksi doksorubisin 4 mg/kg BB/minggu (Dox) atau doksorubisin 4 mg/kg BB/minggu dan MO-200 mg/kg BB/hari (Dox+MO-200) atau doksorubisin 4 mg/kg BB/minggu dan MO-400 mg/kg BB/hari (Dox+MO-400), selama 4 minggu. Pada akhir minggu keempat, tikus didekapitasi, lalu darah dan jantung diambil untuk dianalisis. Kelompok Dox menunjukkan kerusakan histopatologi jantung sedang, peningkatan aktivitas LDH, CK-MB, kadar 8-OH-dG dan ekspresi mRNA caspase-3. Selain itu, diamati perubahan regulasi biogenesis mitokondria yang ditandai oleh penurunan ekspresi mRNA PGC-1α, TFAM, SOD2, dan copy number mtDNA pada kelompok Dox. Pemberian MO memperbaiki berbagai efek akibat doksorubisin tersebut, kecuali kadar 8-OH-dG. Ekstrak Moringa oleifera dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB menunjukkan tendensi dalam mengurangi toksisitas doksorubisin pada tikus melalui regulasi biogenesis mitokondria.

Doxorubicin is an effective chemotherapeutic agent but can cause cardiac toxicity, one of which is by inducing mitochondrial dysfunction. Developing cardioprotective agents from natural resources is a potential opportunity. This study was conducted to determine the cardioprotective effect of Moringa oleifera (MO) leaves aqueous extract against doxorubicin-induced toxicity and its possible mechanism by regulating mitochondrial biogenesis. Twenty-two male Sprague-Dawley rats were randomized into 4 groups. The first group was a normal control, received NaCl injections. The other three groups were given injections of doxorubicin 4 mg/kgBW/week (Dox) or doxorubicin 4 mg/kg BW/week and MO-200 mg/kg BW/day (Dox+MO-200) or doxorubicin 4 mg/kg BW/week and MO-400 mg/kg BW/day (Dox+MO-400), for 4 weeks. After four weeks, rats were decapitated, then blood and heart were analyzed. Dox group showed moderate cardiac histopathological alterations, increased LDH, CK-MB activity, 8-OH-dG levels, and caspase-3 mRNA expression. In addition, changes in mitochondrial biogenesis regulation were observed, which were decreased mRNA expressions of PGC-1α, TFAM, SOD2, and mtDNA copy number in the Dox group. Administration of MO ameliorated these effects, except for 8-OH-dG levels. Moringa oleifera extract doses of 200 mg/kg BW and 400 mg/kg BW showed a tendency to reduce doxorubicin toxicity in rats by regulating mitochondrial biogenesis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Dewi
"Latar Belakang
Resistansi insulin dapat menyebabkan glukotoksisitas dan inhibisi jalur persinyalan PI3K-Akt yang dapat mengakibatkan terjadinya penuaan endotel. Andrographis paniculata (sambiloto) merupakan sebuah tanaman yang diketahui memiliki efek antihiperglikemi, antioksidan, dan antiinflamasi. Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas efek farmakologis dari Andrographis paniculata terhadap penyakit kardiovaskular dan diabetes. Namun, hubungan langsung antara sambiloto dan penuaan endotel masih belum diketahui dengan jelas. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan Andrographis paniculata terhadap penuaan sel endotel akibat glukotoksisitas yang disebabkan oleh resistansi insulin.
Metode
Penelitian dilakukan dengan membagi sel HUVEC menjadi enam kelompok perlakuan. Beberapa perlakuan tersebut antara lain glukosa 33mM, glukosa 33mM + ekstrak A. paniculata 3,75μg/mL, glukosa 33mM + ekstrak A. paniculata 7,5μg/mL, glukosa 33mM + ekstrak A. paniculata 15μg/mL, glukosa 33mM + metformin 50μM, dan glukosa 5mM. Sel-sel tersebut kemudian diinkubasi, difiksasi, dan dicuci sebelum dilihat dibawah mikroskop. Aktivitas SA β-Galaktosidase diketahui dengan penghitungan sel HUVEC positif SA β-Galaktosidase dibandingan total sel.
Hasil
Glukosa konsentrasi tinggi meningkatkan aktivitas SA β-Galaktosidase sel HUVEC secara signifikan (16,49%; p = 0,011) dan pemberian ekstrak A. paniculata dapat menurunkan aktivitas SA β-Galaktosidase sel HUVEC secara signifikan (p = 0,001). Sel HUVEC yang diberikan ekstrak A. paniculata 3,75μg/mL, 7,5μg/mL, dan 15μg/mL memiliki aktivitas SA β-Galaktosidase yang menurun dengan signifikan dengan nilai p = 0,01, p = 0,022, dan p = 0,011 secara berurutan, serta memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan pemberian metformin 50μM (p = 1).
Kesimpulan
Aktivitas SA β-Galaktosidase pada sel HUVEC meningkat ketika distimulasi glukosa konsentrasi tinggi dan menurun ketika diberikan ekstrak daun Andrographis paniculata.

Introduction
Insulin resistance can cause glucotoxicity and inhibit the PI3K-Akt pathway, leading to endothelial senescence. Andrographis paniculata (sambiloto) is known for its antihiperglicemic, antioxidant, and antiinflamatory effect. Some studies have discussed the pharmacological effects of Andrographis paniculata on cardiovascular diseases and diabetes. However, its effect on endothelial senescence is still unknown. Therefore this study aims to determine the role of Andrographis paniculata on endothelial senescence caused by insulin resistance-induced glucotoxicity.
Method
The research was conducted by dividing the HUVEC cells into six treatment groups: 33mM glucose, 33mM glucose + 3.75μg/mL A. paniculata extract, 33mM glucose + 7.5μg/mL A. paniculata extract, 33mM glucose + 15μg/mL A. paniculata extract, 33mM glucose + 50 μM metformin, and 5mM glucose. These cells were then incubated, fixed, and washed before being examined under the microscope. The activity of SA β- Galaktosidase was determined by counting SA β-Galaktosidase positive cells and dividing by the total number of cells.
Results
High glucose concentration increases HUVEC cell’s SA β-Galaktosidase activity significantly (16.49%; p = 0,011), while administration of A. paniculata extract can significantly reduce SA β-Galaktosidase activity in HUVEC cells (p = 0,001). HUVEC cells treated with A. paniculata extract at 3.75μg/mL, 7.5μg/mL, dan 15μg/mL show a significant decrease in SA β-Galaktosidase activity, with p-values of 0.01, 0.022, and 0.011 respectively. Beside, these treatments exhibited no significant differences compared to 50 μM metformin treatment (p = 1).
Conclusion
SA β-Galaktosidase activity in HUVEC cells increases in response to high concentration glucose and decreases by the administration of Andrographis paniculata leaf extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Maghdalena
"Temozolomide (TMZ) seringkali dijadikan terapi standar glioblastoma multiforme (GBM). Namun, terdapat kejadian resistensi pada sel kanker terhadap TMZ. Adanya kejadian resistensi ini berhubungan dengan enzim MnSOD dan stress oksidatif yang mekanismenya tidak diketahui. Penelitian terbaru menyarankan untuk mengkombinasikan terapi kanker dengan senyawa aktif bahan alam untuk mencegah resistensi pada sel kanker. Andrografolida merupakan salah satu bahan aktif dalam ekstrak sambiloto yang memiliki sifat anti kanker. Menanggapi hal tersebut, penelitian ini menggunakan dua jenis sel yang secara intrinsik resisten terhadap temozolomide (T98G) dan sensitif terhadap temozolomide (U87MG). Terlebih dahulu dilakukan analisis viabilitas sel pada tiga jenis ekstrak sambiloto untuk mengetahui jenis ekstrak yang terbaik. Setiap perlakuan menggunakan terapi tunggal TMZ, andrografolida murni (AM), dan ekstrak kering (EK) serta terapi kombinasi TMZ+AM dan TMZ+EK menggunakan dosis CC50 dan CC25. Sel T98G diberikan perlakuan selama 48 jam sedangkan sel U87MG diberikan TMZ berulang hingga hari ke-17 dan diberikan terapi tunggal maupun terapi kombinasi mulai hari ke-17 hingga hari ke-21. Viabilitas sel, analisis ROS, penentuan aktivitas dan ekspresi mRNA MnSOD dilakukan. Diketahui bahwa pemberian terapi kombinasi ekstrak sambiloto dengan dosis CC50 efektif mengatasi resistensi sel GBM. Pemberian terapi kombinasi dapat menurunkan ekspresi gen dan aktivitas MnSOD sehingga meningkatkan ROS dan menurunkan viabilitas sel.

Temozolomide (TMZ) used as standard therapy for glioblastoma multiforme (GBM). However, there is an incidence of resistance in cancer cells with TMZ. This phenomenon is related with MnSOD enzyme and oxidative stress whose mechanism is unknown. Latest research suggests combining cancer therapy with natural active compounds to prevent resistance in cancer cells. Andrographolide is one of the active compounds in sambiloto extract which has anti-cancer properties. Therefore, this study used intrinsically resistant (T98G) and sensitive to temozolomide (U87MG) cells. Firstly, cell viability was analyzed on three types of sambiloto extract. Each treatment used single therapy TMZ, pure andrographolide (AM), and dry extract (EK) as well as combination therapy TMZ+AM and TMZ+EK using CC50 and CC25 doses. T98G cells were given treatment for 48 hours while U87MG cells were given TMZ repeatedly until the 17th day and given single therapy or combination therapy from the 17th day to the 21st day. Cell viability, ROS analysis, determination of MnSOD activity and expression were performed. It was known that the combination therapy of sambiloto extract with CC50 dose was effective in overcoming the resistance of GBM cells. Combination therapy can reduce gene expression and MnSOD activity thereby increased ROS and decreased cell viability."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Lestari Juwita
"Tapak liman (Elephantopus scaber L.) dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan untuk penyakit hati. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif pemberian kombinasi infusa akar tapak liman dan daun sambiloto. Tiga puluh enam tikus dibagi kedalam 6 kelompok secara acak. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol induksi), kelompok III (tapak liman 400 mg/200 g bb), kelompok IV (sambiloto 100 mg/200g bb), kelompok V (kombinasi tapak liman 400 mg dan sambiloto 50 mg), dan kelompok VI (kombinasi tapak liman 200 mg dan sambiloto 100 mg). Bahan uji diberikan peroral selama 8 hari dan 2 jam setelah pemberian terakhir karbon tetraklorida diberikan melalui rute yang sama. Pada hari ke-9 dilakukan pengambilan darah dan hati. Pengukuran aktivitas ALT dan ALP plasma menggunakan ALT dan ALP kit dan ditunjukan dengan perbedaan serapan. Analisa histologi didasarkan pada diameter vena sentralis dan persen kerusakan lobulus hati. Hasil menunjukan kelompok V dan VI berbeda bermakna dengan kelompok induksi untuk aktivitas ALT, ALP plasma serta hasil pengamatan histologi hati. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa kombinasi infusa tapak liman dan sambiloto memiliki efek hepatoprotektif. Dosis kombinasi dengan hasil yang paling mendekati kontrol normal adalah kombinasi akar tapak liman 400 mg/200 g bb dan sambiloto 50 mg/200 g bb.

Tapak liman (Elephantopus scaber L.) and sambiloto (Andrographis paniculata Nees) were the plants empirically used in the treatment of liver disease. The aims of the study was to determine the hepatoprotective effect of infusa of tapak liman roots and sambiloto leaves combination. Thirty six male Sprague-Dawley rats were randomly divided into 6 groups. Group I (normal control), group II (induction control), group III (400mg/200g tapak liman), IV (100mg/200g sambiloto), V (400mg tapak liman and 50mg sambiloto), and VI (200mg tapak liman and 100mg sambiloto). The infusa were administered for 8 days and carbon tetrachloride was given 2 hours after the last administration. Collection of the blood and liver resection were carried out on 9th day. ALT and ALP plasma activities were analyzed using kit reagen and showed by absorbances differences. Diameter of liver central vein and liver lobules damage percentages were histological analysis parameter. There were significant differences between group V and VI with induction control for ALT, ALP activities supported by the results of liver histological examination. It can be concluded that the combination of tapak liman and sambiloto infusa had hepatoprotective effect and combination of 400mg tapak liman and 50mg sambiloto results were almost equivalent to normal control."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S44
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Adriany
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T39580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Imansari
"Sambiloto merupakan tanaman herbalyang memiliki kandungan zat aktif utama Andrografolida yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa pada penderita diabetes dengan cara menghambat enzim α-glukosidase.Kemampuan ekstrak daun sambiloto dalam menurunkan kadar glukosaakan semakin meningkat dengan adanya teknik enkapsulsi dengan penyalut berupa komposisi Kitosan-STPP sebagai penghantar obat menuju organ target. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran profil pelepasan nanopartikel sambiloto pada media fluida sintetik dengan variasi konsentrasi penyalutnya serta pengujian inhibisi ekstrak keji beling dalam menghambat enzim α-glukosidase. Penelitian ini menghasilkan nanopartikel dengan efesiensi penyalutan dan loading capacity terbesar pada variasi kitosan 2% dan STPP 1% sebesar 60% dan 46,29%. Kemampuan ekstrak sambiloto sebagai inhibitor enzim α-glukosidase jugatelah dibuktikan dalam penelitian ini, dengan persen inhibisi sebesar 33,17%. Profil pelepasan dengan karakter penyalut yang resisten pada kondisi lambung diperoleh pada variasi Kitosan 1%:1,5%.

Andrographis paniculata (A.paniculata) contain the main active substances Andrografolidawhich helps lower glucose levels in diabetics by inhibiting the enzyme α-glucosidase. The ability of the extract A.paniculatain lowering glucose levels will increase with the technique enkapsulation with a coating of composition Chitosan-STPP as a drug delivery to the target organ. This study aimed to get an overview of A.paniculata release profile of nanoparticles in a synthetic fluid media with various concentrations of coating and inhibition testing nasty shard extract in inhibiting the enzyme α-glucosidase. This research resulted in nanoparticles by coating efficiency and loading capacity of chitosan greatest variation of 2% and 1% STPP 60% and 46.29%. The ability of A.paniculataextracts as α-glucosidase enzyme inhibitors has been demonstrated in this study, the percent inhibition of 33.17%. The release profile of the character of a coating which is resistant to gastric conditions Chitosan is obtained on the variation of 1%: 1.5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>