Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Irfan Afifudin
"Anoa dataran rendah kini berstatus terancam punah sehingga perlu dikonservasi secara ex-situ seperti di Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Ditemukannya kasus perkawinan sedarah anoa di TMR mendorong mereka untuk terlibat dalam program collaborative captive breeding antarhabitat ex-situ di bawah pedoman Global Species Management Plan (GSMP) untuk meningkatkan keragaman genetik anoa. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku sosial dan reproduksi anoa jantan di TMR untuk mengevaluasi kesiapannya sebelum dipasangkan dengan anoa betina hasil pertukaran. Pengamatan terhadap satu ekor anoa jantan dewasa dilakukan selama 2 bulan (Januari—Maret 2024) dengan metode scan sampling dan ad libitum, mencakup 60 sampling point dari 38 hari pengamatan. Hasil menunjukkan variasi aktivitas harian dan kecenderungan berinteraksi secara sosial dan reproduktif oleh anoa jantan, ditandai dengan perilaku approaching, vocalization, dan sniffing (termasuk flehmen) meski terhalang pagar pemisah dengan anoa betina di kandang sebelahnya. Anoa jantan secara keseluruhan menunjukkan ketertarikan dan pendekatan aktif untuk berinteraksi sosial dan reproduksi, sehingga dapat mendukung potensi keberhasilan program breeding.

The lowland anoa is an endangered species which requires ex-situ conservation efforts like those at Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Inbreeding cases discovered at TMR prompted their participation in a collaborative captive breeding program guided by the Global Species Management Plan (GSMP) aimed at increasing the genetic diversity of anoa. This study focused on observing the social and reproductive behavior of a male anoa at TMR as part of evaluating his readiness to be paired with an exchange-bred female anoa. The observation of one adult male anoa was conducted for two months (January—March 2024) using scan sampling and ad libitum method, covering 60 sampling points from 38 observation days. The results revealed that male anoa engaged in various daily activities and exhibited a propensity for social and reproductive behaviors, such as approaching, vocalization, and sniffing (including flehmen), despite being separated by fences from a female anoa in the adjacent enclosure. The overall observations suggest that male anoa displayed interest and actively sought social and reproductive interactions, supporting the potential success of the breeding program."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmas Ghita Ladia
"Pengelompokkan sosial dan kondisi lingkungan yang tercipta di kebun binatang dapat memengaruhi perilaku reproduksi gajah sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis perilaku reproduksi tahap pre-copulatory sebagai perilaku diurnal pada gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus, Temminck 1847) jantan adolescence di Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di DKI Jakarta. Waktu pengamatan dimulai pukul 08.00—14.00 WIB dengan interval waktu 15 menit selama 60 hari. Metode pengamatan yang digunakan adalah continuous focal sampling dan ad libitum untuk mengamati perilaku pre-copulatory meliputi flehmen, agonistic, reaching over, drive, erection, dan attempt mount. Penelitian pula dilakukan untuk mengamati perilaku harian dan perilaku interaksi sosial. Hasil penelitian menunjukkan perilaku harian dan interaksi sosial tertinggi gajah sumatra jantan adolescence di TMR yaitu makan (55,26%) dan conspecific play (0,96%). Gajah sumatra jantan adolescence hanya menunjukkan perilaku flehmen kepada gajah betina yang dikandangkan bersama dengan persentase sebesar 0,114% (0,107%: alpha female; 0,007%: betina subordinat). Perilaku flehmen ditunjukkan oleh gajah jantan adolescence saat betina urinasi di hari ke-11 hingga 14. Peneliti menyimpulkan bahwa gajah sumatra jantan adolescence yang terdapat di TMR sudah melewati inisiasi pubertas dengan menunjukkan perilaku reproduksi pre-copulatory yaitu flehmen kepada gajah betina dewasa.

Social groupings and environmental conditions in zoos can affect the reproductive behaviour of elephant. This study evaluated the pre-copulatory behaviour as diurnal pattern of adolescent male sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus, Temminck 1847) at Taman Margasatwa Ragunan. Observations have been carried out sixty days during the implementation of the third level of community activity restrictions during the COVID-19 pandemic in the DKI Jakarta province, starting from 8 a.m. to 2 p.m. with an interval of 15 minutes. Continuous focal sampling and ad libitum were employed as study methods to observe the pre-copulatory behaviour, including flehmen, agonistic, reaching over, drive, erection, and attempt mount. Furthermore, the researcher observed daily and social interaction behaviour. Daily behaviour and social interaction behaviour of adolescent male sumatran elephant in TMR dominated by feeding (55.26%) and conspecific play (0.96%). The results showed that adolescent male sumatran elephant only performed flehmen behaviour to female elephant, caged together with 0.114% (0.017%: alpha female; 0.007%: subordinate female). Flehmen’s behaviour was shown by an adolescent male sumatran elephant when a female elephant urinated on days 11—14. Thus, this study reports that adolescent male sumatran elephant passed the initial of puberty by showing flehmen as precopulatory behaviour to female elephant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Nisrina
"Kondisi di penangkaran berbeda dengan kondisi di habitat alami. Hal tersebut dapat memengaruhi perilaku, salah satunya ialah perilaku pengasuhan. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perilaku pengasuhan monyet hitam sulawesi Macaca nigra di Taman Margasatwa Ragunan. Subjek penelitian terdiri dari tiga individu yaitu induk betina, induk jantan dan anak. Pengambilan data perilaku pengasuhan M. nigra menggunakan metode focal animal sampling dan ad libitum sampling dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda selama 25 hari dengan total waktu pengamatan 7500 menit. Pengamatan dilakukan selama lima hari dalam satu minggu. Waktu pengamatan dalam satu hari dimulai dari pukul 09.00--15.00 WIB. Perilaku pengasuhan yang teramati meliputi perilaku menggendong, menelisik, mendekat, istirahat, bergerak, kontak tubuh, menyusui dan penolakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk betina mendominasi perilaku pengasuhan, sementara induk jantan hanya melakukan perilaku penolakan. Rerata persentase perilaku pengasuhan tertinggi yang dilakukan induk yaitu menggendong 29,45 10,97 dan terendah yaitu perilaku penolakan 0,12 0,21.

Conditions in captivity are different from those in natural habitats. It can affect animal behavior, one of them is parenting behavior. Research has been conducted to know the parenting behavior of celebes black macaques Macaca nigra in Taman Margasatwa Ragunan. Subject of the study consists of three individuals, female parent, male parent and infant. Data of parenting behavior of M. nigra is collected using focal animal sampling and ad libitum sampling methods with 10 minutes interval without interlude for 25 days with a total time of 7500 minutes. Observations were made five days a week. Observation time in one day starting from 09 00 to 15 00 pm. Parenting activities observed include cradling, allogrooming, approaching, resting, moving, body contact, nipple contact and rejection. The results show that the female parent dominates parenting behavior, while the male parent only show rejecting behavior. The highest percentage of parenting behaviors performed by the parent was cradling 29,45 10,97 and the lowest was rejection behavior 0,12 0,21.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Narawidya Ammani
"Harimau sumatra menurut IUCN merupakan hewan dengan status terancam punah (Critically endangered), sehingga untuk mencegah dari kepunahan, dibutuhkan peningkatan populasi. Penelitian dilakukan untuk mengamati dan menganalisis perilaku sosial dari harimau sumatra jantan dan betina yang mengarah pada perilaku reproduksi. Pengambilan data diambil menggunakan metode focal sampling dan ad libitum. Dilakukan selama tiga jam per hari dan interval lima menit dengan ulangan 18 hari, mulai dari April hingga Mei 2023. Subjek penelitan adalah harimau sumatra jantan dan betina di Taman Margasatwa Ragunan. Pengambilan data dilakukan dengan melihat perilaku sosial yang mengarah ke perilaku reproduksi pada harimau sumatra. Pengamatan dilakukan pada kandang tidur dengan adanya pemisah antara harimau sumatra jantan dan betina. Hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah adanya perbedaan perilaku sosial pada kedua harimau sumatra. Perbedaan perilaku meliputi interaksi jantan mendekati betina (11,61±7,32), betina mendekati jantan (1±0), vokalisasi (102,6±35,59), menggeram (136,72±84,16), dan sifat agresif (27,08±20,78). Terdapat korelasi suhu dan kelembaban terhadap salah satu perilaku sosial harimau sumatra betina (Sig. (2-tailed) < 0,05) yaitu perilaku interaksi betina terhadap jantan (Sig. (2-tailed) = 0,044). Harimau sumatra jantan dan betina menunjukkan perilaku sosial seperti, adanya interaksi, vokalisasi, dan agresivitas, namun tidak di dapat perilaku sosial yang mengarah kepada perilaku reproduksi.

IUCN has declared that Sumatran tiger has a status of critically endanger species and so to prevent it from extinction the raise of population is needed. This study aims to observed and analyze the social behavior of male and female sumatran tiger. This study also aims to observe if the social behavior will lead to reproductive behavior. The observation method use in this study is focal sampling, with addition of adlibitum. Data was collected by observing the social behavior that lead to reproductive behavior of sumatran tiger for 3 hours and five minute interval per day with 18 repetitions, starting from April to May 2023. The research subject were male sumatran tiger and female sumatran tiger in Taman Margasatwa Ragunan. Observation were carried out in sleeping cages with a separation between male and female tiger. The result of this study were that there are differences of social behavior between male and female tiger including, male approach it’s conspecies (11,61±7,32), female approach it’s conspecies (1±0), vocalization (102,6±35,59, growling (136,72±84,16), and aggressive behavior (27,08±20,78). There is a correlation between temperature and humidity on one of the female sumatran tiger’s social behavior (Sig. (2-tailed) < 0,05) on female approach it’s conspecies (Sig. (2- tailed) = 0,044). Both male and female sumatran tiger shown social behavior including, interaction between each other, vocalization, and aggressive behavior but no social behavior that lead to reproductive behavior."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Mayasari
"Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi yang terancam punah karena perburuan liar dan kehilangan habitat. Informasi terkait manajemen reproduksi anoa masih terbatas, sehingga upaya konservasi menjadi terhambat. Penelitian terkait manajemen reproduksi perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pengembangbiakan anoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung keberhasilan kebuntingan anoa (Bubalus depressicornis C.H. Smith, 1827) melalui kawin alami serta mendeteksi kebuntingan anoa (Bubalus depressicornis C.H. Smith, 1827) melalui perubahan perilaku dan morfologi, pengukuran profil biokimia urine, dan gambaran ultrasonografi transabdominal. Penelitian dilakukan di Anoa Breeding Centre Manado (ABC), Sulawesi Utara. Pengambilan data penelitian dilakukan pada Juli–Oktober 2017 untuk mengetahui siklus estrus, waktu optimal kawin, dan perilaku kawin anoa, pada Maret–Mei 2019 untuk melakukan verifikasi keberhasilan perkawinan alami anoa selama periode April 2016– Mei 2019, dan Januari–Mei 2019 untuk pengukuran profil biokimia urine. Penelitian menggunakan 2 ekor anoa jantan dan 4 ekor anoa. Faktor pendukung kebuntingan dianalisis menggunakan analisis jalur dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS dan analisis diskriminan. Data perubahan perilaku dan morfologi dianalisis menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Data profil biokimia urine dianalisis menggunakan uji T. Data USG transabdominal dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi panjang dan lama estrus di antara individu anoa. Panjang siklus estrus anoa berkisar antara 14–24 hari dengan lama estrus 2–4 hari. Berdasarkan hasil SmartPLS diketahui bahwa faktor eksternal (manajemen dan iklim) dan faktor internal (individu jantan dan individu betina) tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap kebuntingan. Berdasarkan analisis Principal Component Analysis (PCA) diketahui bahwa karakteristik utama perubahan perilaku dan morfologi yang menjadi penanda kebuntingan yaitu puting membengkak, ambing susu membengkak, rambut mengilap, bentuk abdomen membesar dan turun, dan frekuensi makan yang meningkat. Peningkatan nilai kadar glukosa dan total protein di dalam urine anoa yang sedang bunting terjadi secara nyata yang nyata USG transabdominal tidak mampu menunjukkan kenampakan vesikel embrionik sebagai tanda awal kebuntingan. USG transabdominal menunjukkan dengan jelas gambaran organ tubuh janin yaitu tulang dada, tulang belakang, kepala, jantung, dan paru-paru pada usia kebuntingan bulan ke-6 atau hari ke-191.

Anoa is Sulawesi's endemic animal that is endangered due to poaching and habitat loss. Information regarding the management of anoa reproduction is still limited, so conservation efforts are hampered. Research related to reproductive management needs to be done to optimize the breeding of anoa. This study aims to determine the factors supporting the success of anoa pregnancy (Bubalus depressicornis CH Smith, 1827) through natural mating and detecting anoa pregnancy (Bubalus depressicornis CH Smith, 1827) through behavioral and morphological changes, measurement of urine biochemical profile, and transabdominal ultrasonography. The study was conducted at Anoa Breeding Center in Manado (ABC), North Sulawesi. The research data was collected in July- October 2017 to find out the estrous cycle, optimal mating time, and mating behavior, in March-May 2019 to verify the success of anoa natural mating during the April 2016-May 2019 period, and January -May 2019 for urine biochemical profile measurement. The study used 2 male Anoa and 4 Anoa. Pregnancy supporting factors were analyzed using path analysis with the help of SmartPLS software and discriminant analysis. Behavior and morphological change data were analyzed using Principal Component Analysis (PCA). The urine biochemical profile data were analyzed using the T-test. Transabdominal ultrasound data was analyzed descriptively. The results showed that there were variations in the length and duration of estrus among individual anoa. The length of estrous anoa cycles ranges from 14-24 days with estrous length of 2-4 days. Based on the results of SmartPLS, it is known that external factors (management and climate) and internal factors (male and female individuals) do not show any real influence on pregnancy. Based on Principal Component Analysis (PCA) analysis, it is known that the main characteristics of behavioral and morphological changes are that pregnancy becomes swollen nipples, swollen udders, shiny hair, enlarged and lowered abdominal shape, and increased frequency of eating. An increase in the value of glucose levels and total protein in the urine of a pregnant anoa occurs significantly that transabdominal ultrasound is not able to show the appearance of embryonic vesicles as an early sign of pregnancy. Transabdominal ultrasound clearly shows a picture of fetal organs, namely the breastbone, spine, head, heart, and lungs at the age of pregnancy in the 6th month or 191st day."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia
"Telah dilakukan penelitian terhadap perilaku pengasuhan anak pada keluarga Macaca hecki Matschie, 1901 di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Penelitian bertujuan untuk mengamati pengasuhan terhadap infant yang ditempatkan dalam satu kelompok dan ada atau tidaknya keterlibatan anggota keluarga lain dalam peran pengasuhan. Metode yang digunakan yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling dengan interval waktu 10 menit tanpa jeda selama 25 hari dengan total waktu 7500 menit. Pengamatan dilakukan selama lima hari dalam sepekan. Pengamatan perilaku pengasuhan dimulai pada pukul 09.00--15.00 WIB. Waktu pengamatan disesuaikan dengan Macaca hecki yang bersifat diurnal aktif pada pagi hingga sore hari dan disesuaikan dengan perizinan yang diberikan oleh pihak Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Aktivitas pengasuhan yang diamati berupa perilaku menggendong, menelisik, mendekat, istirahat, bergerak, kontak tubuh, menyusui dan penolakan. Subjek pengamatan yaitu satu kelompok Macaca hecki yang terdiri dari induk jantan, induk betina, empat ekor anak dan satu infant. Pola pengasuhan yang terjadi menunjukan induk betina mendominasi dari seluruh perilaku harian aktivitas pengasuhan sebesar 92,99, diikuti oleh kakak ketiga 11, kakak keempat 4,5, kakak pertama 4,195, kakak kedua 3,56 serta induk jantan 0,09. Aktivitas perilaku pengasuhan yang mendominasi adalah aktivitas istirahat.

Research has been toward parenting behavior of Macaca hecki Matcshie, 1901 family in Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Research conducted to observe parenting toward infant that placed in one group family and the presence or absence of other family members 39 involvement in parenting roles. The focal animal sampling and ad libitum sampling methods is used to record parenting behavior within 10 minute intervals without interlude of 25 days with a total time of 7500 minutes. Observations were made five days a week. Observation of parenting behavior begins at 09.00 15.00 WIB. The observation time is adjusted to diurnal Macaca hecki active in the morning to late afternoon and adjusted to the permission given by the Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Parenting activities observed include carrying, allogrooming, approaching, resting, moving, body contact, breastfeeding and rejection. The subject of observation is one group family of Macaca hecki include male parent, female parent, four childerns and one infant. The pattern of parenting that occurs shows the female parent dominates from all the daily behavior of parenting activities by 92.99, followed by third sister 11, fourth brother 4.5, first brother 4.195, second sister 3.56 and male parent 0.09. Resting is the activities of parenting behavior that dominate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahira Farid
"Telah dilakukan penelitian interaksi reproduksi orangutan sumatra jantan terhadap betina pasangannya dalam exhibit di Taman Safari Bogor, Jawa Barat. Metode yang digunakan yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Pengamatan dilakukan selama 24 hari dengan total waktu 7.920 menit, dilakukan selama enam hari dalam sepekan. Pengamatan perilaku dimulai pada pukul 09.30--16.00 WIB. Aktivitas interaksi yang diamati berupa perilaku sosial yang bersifat afiliatif dan agonistik, serta perilaku reproduksi meliputi atraktivitas, proseptivitas, dan reseptivitas. Subjek pengamatan yaitu dua individu orangutan sumatra yang berada di dua kawasan berbeda. Kawasan pertama terdapat individu jantan (J1) bersama betina pasangannya dan orangutan anak di Baby Zoo, kawasan kedua terdapat individu jantan (J2) bersama dua betina bunting di Primata Center. Hasil menunjukan proporsi yang berbeda pada perilaku sosial dan perilaku reproduksi pada kedua subjek yang diamati. Pola perilaku sosial pada J1 menunjukan social afiliatif (grooming) menjadi aktivitas tertinggi (40%) sedangkan J2 social afiliatif (approaching) menjadi aktivitas tertinggi (33%). Selama periode pengamatan, perilaku agonistik tidak ditemukan. Individu J1 dan J2 memiliki perilaku reproduksi terbesar adalah atraktivitas, dengan J1 atraktivitas (3%) lebih rendah dibandingkan J2 (14%). Perilaku sosial afiliatif pada individu J1 lebih besar dibanding J2 karena aktivitas grooming yang juga dilakukan kepada anak. Interaksi reproduksi pada J2 lebih besar dibanding J1, karena individu J2 ditempatkan dalam exhibit bersama dua betina pasangannya. Oleh karena itu, interaksi sosial yang dilakukan lebih intensif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Wahyuni
"Telah dilakukan penelitian mengenai respons orangutan (Pongo abelii) betina bunting dan betina dengan anak terhadap jantan berdasarkan perilaku reproduksinya di Taman Safari Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi respons orangutan betina bunting dan betina yang memiliki anak terhadap jantan, serta mengetahui perilaku harian pada orangutan betina bunting dan betina dengan anak di kawasan konservasi ex-situ Taman Safari Bogor. Penelitian dilakukan pada dua orangutan sumatra (Pongo abelii) betina matang kelamin, yaitu B1 memiliki anak berumur 4 tahun dan B2 sedang bunting 6 bulan. Pengamatan perilaku harian menggunakan focal instantaneous sampling dengan time point 5 menit dan pengamatan perilaku reproduksi menggunakan metode adlibitum. Hasil menunjukkan perbedaan proporsi perilaku harian. Perilaku harian menunjukkan perbedaan proporsi (P=0,000). Perilaku makan merupakan proporsi tertinggi pada kedua betina. B1 memiliki proporsi makan, bergerak dan sosial yang lebih tinggi, sedangkan B2 memiliki proporsi istirahat yang lebih tinggi. Respons kedua betina terhadap jantan terlihat melalui perilaku atraktivitas, proseptivitas dan resptivitas dengan proporsi yang berbeda (P=0,000). Kedua betina menunjukkan proporsi reseptivitas tertinggi pada perilaku reproduksi, tetapi berdasarkan durasi, reseptivitas B1 lebih rendah dibandingkan B2. Respon B1 terhadap jantan memiliki proporsi yang rendah karena adanya intervensi oleh anaknya. Orangutan B2 teramati menunjukkan perilaku sangat proaktif terhadap jantan dan tidak ada gangguan dari keberadaan betina lain di dalam kandang yang sama.
A study of responses of pregnant and female with the child to males in Sumatran orangutan (Pongo abelii) based on reproductive behavior has been conducted in Taman Safari Bogor, West Java. The aim is evaluating responses of pregnant and the female with a child to males, as well as find out their daily activities under the ex-situ area in Taman Safari Bogor. The subjects are female with a child (4-years old) (B1) and pregnant female (6-months) (B2). The daily activities were observed every 5 minutes by focal instantaneous sampling, whereas reproductive behavior by ad libitum for 5.5 hours a day from October to November 2019. The observation got 8.580 minutes of daily activities and 4.290 minutes of reproductive behavior. The result presented different proportions of the daily activities of both females. Feeding is the highest proportion of their daily activities. The pregnant female (B2) had a higher resting proportion, whereas females with child (B1) had higher proportions of feeding; moving; also socializing. Reproductive behavior presented a different proportion too (P=0,000). Female B1 and B2 have the highest receptivity in reproduction activities, yet based on the duration, B1 receptivity lower than B2. Respons B1 to males was interference by the child. Female B2 has the most proceptivity and not disruption by another female in the same cage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsya Ramadina Semudi
"Harimau sumatra merupakan salah satu spesies endemik Indonesia yang keberadaannya terancam punah (critically endangered) menurut IUCN sehingga diperlukan upaya konservasi. Konservasi harimau sumatra dilakukan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) beserta IUCN melalui program GSMP (Global Species Management Plan) yang dilakukan secara collaborative breeding. Collaborative breeding dilakukan dengan memasangkan betina asal TMR dengan jantan hasil pertukaran dengan Medan Zoo untuk mencegah inbreeding. Pemasangan harimau harus melalui proses introduksi dan interaksi keduanya perlu diamati. Oleh karena itu, penelitian dilakukan terhadap pasangan harimau sumatra untuk menganalisis perilaku sosial yang terjadi antara harimau sumatra jantan dan betina yang mungkin mengarah ke perilaku reproduksi. Metode scan sampling dan ad libitum digunakan dalam penelitian selama tiga jam perhari dengan total pengulangan sebanyak 23 kali dari Januari hingga Maret 2024. Pengambilan data dilakukan dengan mengamati perilaku sosial dan reproduksi harimau sumatra jantan dan betina di kandang dalam Zona Harimau 1 Taman Margasatwa Ragunan. Hasil dari penelitian ini didominasi oleh perilaku sosial berupa perilaku saling mendekati (♀ 26,29%; ♂ 21,58%). Perilaku chuffing, head rubbing dan sniffing lebih sering dilakukan kedua harimau sumatra dibandingkan dengan perilaku growl dan aggression. Jantan dan betina juga melakukan perilaku reproduksi, yaitu flehmen, sedangkan mating call dan sniffing genitalia hanya dilakukan oleh jantan. Penelitian ini menunjukkan adanya perilaku sosial harimau sumatra yang mengarah pada perilaku reproduksi, yaitu perilaku chuffing, head rubbing, body rubbing, flehmen dan sniffing genitalia.

The sumatran tiger is one of Indonesia's endemic species that is critically endangered according to the IUCN so that conservation efforts are needed. Sumatran tiger conservation is carried out by Ragunan Zoo (TMR) and IUCN through the GSMP (Global Species Management Plan) by doing collaborative breeding. Collaborative breeding is done by pairing female from TMR with male from Medan Zoo to prevent inbreeding. The pairing of tigers must go through an introduction process and their interactions need to be observed. Therefore, research was conducted on pairs of sumatran tigers to analyze the social behaviors that occurs between male and female sumatran tigers that may lead to reproductive behavior. Scan sampling and ad libitum methods were used in the study for three hours per day with a total of 23 repetitions from January to March 2024. Data were collected by observing the social and reproductive behavior of male and female sumatran tigers in sleeping cages, Tiger Zone 1 of Ragunan Zoo. The results of this study were dominated by social behavior in the form of approaching behavior (♀ 26,29%; ♂ 21,58%). Chuffing, head rubbing and sniffing behaviors were more often performed by both sumatran tigers compared to growl and aggression behaviors. Male and female sumatran tigers also perform reproductive behaviors, such as flehmen, while mating calls and genitalia sniffing are only done by male. This study shows the existence of social behavior of sumatran tigers that lead to reproductive behavior, such as chuffing, head rubbing, body rubbing, flehmen and sniffing genitalia."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsenia Trinanda Haris
"Telah dilakukan penelitian mengenai pola aktivitas nokturnal dengan penekanan pada perilaku sosial pasangan pada kukang Jawa (Nycticebus javanicus E. Geoffroy, 1812) di karantina Pusat Primata Schmutzer (PPS), Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Tujuan penelitian adalah mengetahui pola aktivitas nokturnal dan perilaku sosial pasangan kukang Jawa (Nycticebus javanicus) selama di kandang rehabilitasi. Data pengamatan diambil dari 3 (tiga) pasang kukang Jawa (PK1, PK2, PK3) dengan usia masing-masing individu ± 2,5 tahun. Pengamatan dilakukan setiap malam pukul 18.00--06.00 WIB selama bulan Februari--Maret 2008.
Metode yang digunakan yaitu gabungan metode scan sampling dan ad libitum sampling dengan titik sampel berdurasi 5 menit tanpa jeda antar titik sampelnya. Data pengamatan pola aktivitas meliputi: makan (feeding), aktif sendiri, non-aktif dan interaksi sosial. Perilaku sosial dalam pasangan meliputi: Agresi, vokalisasi, mendekat (approach), mengikuti (follow), kontak (contact), eksplorasi sosial (social explore), bermain (social play), saling menelisik (allogrooming), saling menelisik dengan posisi terbalik (Inverted Embrace), menaiki tubuh pasangan (mount) dan kopulasi.
Terdapat perbedaan persentase antara pola aktivitas jantan dan betina dalam pasangan. Aktivitas aktif sendiri mengambil porsi terbesar selama masa aktif individu jantan, diikuti oleh aktivitas non-aktif, feeding, dan interaksi sosial secara berturutan. Aktivitas non-aktif mempunyai porsi terbesar selama masa aktif betina, diikuti oleh aktivitas aktif sendiri, feeding dan interaksi sosial secara berturutan. Perilaku sosial pasangan pada ketiga pasang kukang Jawa juga memiliki perbedaan. Aktivitas vokalisasi, mendekat, mengikuti, kontak, social explore dan allo-groom dijumpai pada semua pasangan, sedangkan aktivitas agresi hanya ditemukan pada PK3 dan inverted embrace hanya ditemukan pada PK2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>