Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132984 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dvitiya Khairunnisa
"Penelitian ini membahas mengenai penggunaan pronomina yang terdapat dalam bahasa Jawa dialek Tegal. Masyarakat Jawa yang digambarkan dalam film Turah, yaitu masyarakat Jawa yang berada di desa pesisir dengan dialek Tegal yang kental, dan relasi antartokoh yang beragam. Penelitian dilakukan untuk mengetahui penggunaan pronomina persona dalam bahasa Jawa dialek Tegal sekaligus membuktikan pernyataan bahasa Jawa Tegal merupakan bahasa yang egaliter dan demokratis seperti yang diungkapkan oleh penelitian dari Supriyatin (2012). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teori kelompok pronomina dari Muslich (2010), dan teori sosiolinguistik dari bahasa dari Poedjasoedarma (1979) dan Harjawiyana (dalam Rizki, et al., 2019) untuk mendeskripsikan hasil data temuan dan keterkaitannya dengan aspek sosiolinguistik. Pendekatan sosiolinguistik digunakan untuk mengidentifikasi latar belakang sosial yang mempengaruhi penggunaan pronomina persona. Teknik penyediaan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap dengan hasil berupa transkripsi dialog yang kemudian diklasifikasikan sesuai jenis pronomina. Sumber data penelitian berbentuk tuturan dialog semua tokoh dalam film Turah (2017) karena memiliki relasi antartokoh yang beragam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan pronomina persona dalam dialek Tegal lebih menitikberatkan pada status sosial dan hubungan kekerabatan dibandingkan usia.

This research discusses the use of pronouns found in the Tegal dialect of Javanese. The Javanese community depicted in the film Turah, namely the Javanese community living in coastal villages with a thick Tegal dialect, and the diverse relationships between characters. The research was conducted to determine the use of personal pronouns in the Tegal dialect of Javanese while also proving the statement that the Tegal Javanese language is an egalitarian and democratic language as expressed by the research of Supriyatin (2012). This research uses a descriptive qualitative method with the theory of pronoun groups from Muslich (2010), and sociolinguistic theory from the language of Poedjasoedarma (1979) and Harjawiyana (in Rizki, et al., 2019) to describe the findings and their relevance to sociolinguistic aspects. The sociolinguistic approach is used to identify the social background that influences the use of personal pronouns. The data collection technique uses the uninvolved conversation observation technique, resulting in dialog transcripts that are then classified according to the type of pronoun. The research data source is in the form of dialogue utterances of all the characters in the film Turah (2017) because they have diverse intercharacter relationships. The results of this study indicate that the use of personal pronouns in the Tegal dialect is more focused on social status and kinship relationships than age."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aenun Khafidah
"Pada bahasa Jawa standar, pronomina persona pertama aku selalu berbentuk terikat -ku ketika digunakan secara posesif, contohnya tanggaku ‘tetanggaku’. Pronomina aku tidak pernah menjadi unsur atribut pada frasa nominal yang menyatakan kepemilikan. Namun data penelitian ini menemukan aku yang menjadi atribut pada frasa nominal kepemilikan, contoh tanggane aku. Perilaku sintaksis semacam itu merupakan ciri pronomina persona yang berasal dari kelas kata nomina (tidak asli). Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perilaku sintaksis pronomina persona bahasa Jawa Brebes. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah ragam lisan. Pengumpulan data ragam lisan dalam bentuk lisan diperoleh dengan teknik wawancara, sedangkan ragam lisan dalam bentuk tulisan diperoleh dari export chat WhatsApp. Hasil pengumpulan data tersebut diproses pada penyediaan data menggunakan aplikasi AntConc. Data penelitian ini berupa kata, frasa, dan kalimat yang memuat pronomina persona bahasa Jawa Brebes. Analisis dilakukan berdasarkan teori pragmatik dan sintaksis pronomina persona menurut Wedhawati (2006). Hasil analisis pragmatik menunjukkan pronomina persona bahasa Jawa Brebes terdiri atas pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Berdasarkan jumlahnya, pronomina persona pertama dan kedua memiliki bentuk tunggal dan jamak, sedangkan pronomina persona ketiga hanya berbentuk tunggal. Berdasarkan bentuknya, pronomina persona ini terdiri atas bentuk bebas dan terikat. Analisis sintaksis menunjukkan pronomina persona bahasa Jawa Brebes hadir dalam bentuk bebas dalam membentuk konstruksi posesif. Dalam konstruksi pasif, prefiks di- digunakan sebagai penanda pasif dengan argumen agen persona pertama, kedua, dan ketiga. Prefiks tak- kehilangan fungsi pragmatiknya karena memiliki fungsi yang sama dengan di- dalam konstruksi pasif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber data ragam lisan dalam penelitian dialek telah memperlihatkan banyak variasi, sehingga penting dalam pemilihan sumber data.

In standard Javanese, the first-person pronoun aku always takes the bound form -ku when used possessively, e.g. tanggaku 'my neighbor'. The pronoun aku is never an attribute element in nominal phrases expressing ownership. However, the data in this study found aku as an attribute in possessive nominal phrases, for example, tanggane aku. Such syntactic behavior is characteristic of personal pronouns derived from the noun word class. Based on this background, the purpose of this study is to describe the syntactic behavior of Javanese personal pronouns in Brebes. This research method uses qualitative method. The data source used is oral variety. Data collection of oral variety in oral form is obtained by interview technique, while oral variety in written form is obtained from export WhatsApp chat. The results of the data collection were processed on data provision using the AntConc application. The data of this research are words, phrases, and sentences containing personal pronouns of Brebes Javanese language. The analysis was conducted based on the theory of pragmatics and syntax of personal pronouns according to Wedhawati (2006). The results of the pragmatic analysis show that Brebes Javanese personal pronouns consist of first, second, and third person pronouns. Based on the number, the first and second personal pronouns have singular and plural forms, while the third personal pronoun is only singular. Based on their form, these personal pronouns consist of free and bound forms. Syntactic analysis shows that Brebes Javanese personal pronouns are present in free form in forming possessive constructions. In passive constructions, the prefix di- is used as a passive marker with first, second, and third person agent arguments. The tak- prefix loses its pragmatic function because it has the same function as di- in passive constructions. The results of this study show that the source of oral variety data in dialect research has shown many variations, so it is important in the selection of data sources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Fitriana
"Penelitian ini bertujuan merumuskan perkembangan pronomina persona pertama bahasa Jawa yang terjadi dari abad ke-10 sampai abad ke-21 dengan mengidentifikasi tahap perkembangan, mekanisme perubahan, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan pronomina persona pertama. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah gramatikalisasi yang mencakup parameter gramatikalisasi (Heine dan Song, 2011), mekanisme gramatikalisasi (Hopper dan Traugott, 2003), faktor pemicu perubahan (Hopper dan Traugott, 2003). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tambahan data frekuensi pemakaian pronomina persona pertama. Sumber data pada penelitian ini adalah teks tulis berbentuk karya sastra yang mewakili pemakaian bahasa Jawa dari abad ke-10 sampai abad ke-21. Penelitian ini juga menggunakan peranti Antconc dan memanfaatkan fitur konkordansi dalam pengolahan dan analisisnya. Penelitian ini menghasilkan tahap perkembangan pronomina persona pertama yang berasal dari nomina dengan melibatkan mekanisme reanalisis dan analogi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pronomina persona pertama bahasa Jawa memiliki tahap perkembangan yang berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lainnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa parameter gramatikalisasi yang paling dominan dalam perkembangan pronomina persona bahasa Jawa adalah aspek sintaksis. Pada faktor pemicu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor linguistik dan faktor non-linguistik yang memicu perkembangan. Akan tetapi, dari faktor-faktor tersebut terdapat faktor pemicu yang membedakannya dengan penelitian sebelumnya, yaitu faktor faktor filologis dan faktor bentuk teks.

The aim of this study is to formulate the development of the Javanese first personal pronouns from the 10th century to the 21st century by identifying the stages of development, the mechanisms of change, and the factors which motivated the development of the first personal pronouns. This study uses grammaticalization parameters (Heine and Song, 2011), mechanisms of change (Hopper and Traugott, 2003), triggering factors for change (Hopper and Traugott, 2003). This study uses a qualitative method with additional data on the frequency of using the first personal pronoun. Data in this study are written literature from the 10th century to the 21st century. This study also uses the Antconc tool like the concordance feature in its processing and analysis. The result of this study is the developmental stage of the first personal pronouns derived from nouns involving reanalysis and analogy mechanisms. This study shows that the first personal pronouns of Javanese language have different stages of development from one form to another. This study also showed that the most dominant grammaticalization parameter in the development of personal pronouns in Javanese is the syntactic aspect. On trigger factors, the results of this study indicate that there are linguistic factors and non-linguistic factors that trigger development. However, from these factors, there are trigger factors that distinguish it from previous research, namely philological factors and text form factors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Purnama Sari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bentuk dan penggunaan kohesi gramatikal yang terdapat dalam majalah Ancas versi web. Penulisan penelutian ini berfokus pada bagaimana bentuk dan penggunaan pemarkah kohesi gramatikal berbahasa Jawa dialek Banyumas dalam majalah Ancas. Sumber data yang digunakan adalah majalah Ancas versi web dengan menggunakan ancangan kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan data teks naratif, teks ekspositoris, dan teks berita yang terdapat dalam majalah Ancas. penelitian ini menggunakan teori kohesi dalam kerangka wacana yang diungkapkan oleh Halliday dan Hasan (1976) Berdasarkan hasil analisis, ditemukan empat alat kohesi gramatikal berupa referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Dalam referensi ditemukan pengacuan persona, pengacuan komparatif, dan pengacuan demonstratif. Pengacuan persona meliputi pengacuan persona I tunggal, persona II tunggal, persona II tunggal dan jamak, persona III tunggal, pengacuan diri sendiri, dan persona III berupa enklitik. Pada data tidak ditemukan pemakaian pengacuan persona I jamak. Penggunaan pengacuan persona memperhatikan situasi formal atau informal dan lawan tutur. Pada pengacuan komparatif ditemukan penggunaan kata kaya seperti. Pada pengacuan demonstratif ditemukan pengacuan lokatif dan substantif. Substitusi terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu substitusi verbal, substitusi frasal, dan substitusi klausal. Elipsis yang ditemukan dalam penelitian ini adalah ya ana ya ada. Selanjutnya terdapat konjungsi antarkalimat dan intrakalimat. Konjungsi antarkalimat berupa konjungsi penambahan, pertentangan, sebab-akibat, pilihan, dan syarat. Adapun konjungsi intrakalimat berupa penambahan, pertentangan, dan sebab-akibat.

The aim of this research is to describe the type and the function of grammatical cohesion in the web version of Ancas magazine. This research also discribe the form and the using of grammatical cohesion in the Javanese Banyumas dialect in Ancas magazine. The Ancas magazine in web version is used as the data in this research. The data also grouped by narrative data text, expository text, and news text. In the analyisis, this research used grammatical cohesion approach by Halliday and Hasan (1976). The result shows that there are four grammatical cohesions, those are references, substitutions, ellipsis, and conjunctions. For the references, there are personal reference, comparative reference, and demonstrative reference. In the personal reference, there are first person singular, second person singular and plural, third person singular, self-reference, and enclitic form of third person. In this result didnt show the use of plural first person reference. The use of persona reference also refers to formal and informal situations. In the comparative reference, there is use of kaya like. In the demonstrative references, that is found a locative and substantive reference. The substitution is divided into three forms, those are verbal substitution, fractional substitution, and clause substitution. The ellipsis in this research there is ya ana yes, there is. Furthermore, there are coordinating cojunction and correlative conjunctions. The coordinating cojunctions that be found are additive, adversative, causal, choices and conditions. Instead, the correlative conjunctions that be found are additive, adversative, and causal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Nur Kumalasari
"Bahasa Jawa (BJ) memiliki berbagai partikel pragmatik, yaitu partikel yang fungsinya ditentukan berdasarkan konteks pemakaiannya, termasuk BJ dialek Arekan. Pada masa kini pemakaian BJ dialek Arekan memperlihatkan digunakannya partikel pragmatik BJ dialek lain dan bahkan bahasa Indonesia oleh penutur BJ dialek Arekan. Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini yang bertujuan untuk memperlihatkan distribusi dan pemakaian partikel pragmatik bahasa Jawa di wilayah Arekan. Sumber data dari penelitian ini adalah film pendek berdialek Arekan. Metode yang digunakan adalah metode agih dengan teknik balik dan lesap. Pada penelitian ini ditemukan bahwa partikel sih dan kan dari partikel bahasa Indonesia, dipakai juga di wilayah Arekan. Selain itu partikel lha dan lho dari bahasa Jawa baku ditemukan juga di sumber data yang berasal dari wilayah berdialek Arekan. Temuan tersebut menunjukan bahwa pemakaian bahasa Jawa di wilayah Arekan tidak hanya menggunakan bahasa Jawa dialek Arekan, tapi menerima bahasa lain seperti bahasa Jawa baku dan bahasa Indonesia

Javanese has various pragmatic particles, which function is determined based on their context of use, including in the Arekan dialect. Presently, the use of the Arekan dialect demonstrates the incorporation of pragmatic particles from other Javanese dialects and even Indonesian language by its speakers. This phenomenon underpins the present study, aimed at illustrating the distribution and usage of Javanese pragmatic particles in the Arekan region. The source of the data from this study is the Arekan dialectical short film. The method used is the method of dividing with the technique of reversal and dividing. The study reveals that particles such as 'sih' and 'kan' from the Indonesian are also utilized in the Arekan region. Additionally, particles 'lha' and 'lho' from standard Javanese are also found in the data originating from the Arekan dialect region. These findings indicate that the usage of Javanese in the Arekan region not only employs the Arekan dialect but also incorporates other languages such as standard Javanese and Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satyawati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas penggunaan bahasa Jawa Tegal oleh orang Tegal yang tinggal di Jakarta dan Depok. Data penelitian didapatkan melalui penyebaran kuesioner. Terdapat 44 responden yang masuk dalam kriteria penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang Tegal tetap menggunakan bahasa Jawa Tegal walaupun telah tinggal di Jakarta dan Depok. Secara keseluruhan, para responden menggunakan bahasa Jawa Tegal saat berbicara dengan keluarga dan teman yang berasal dari Tegal. Namun, saat membicarakan topik resmi, responden lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Begitu pula saat berada di luar rumah, responden lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Ketika berkomunikasi di media sosial, responden cenderung menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa campuran. Hasil lainnya adalah responden pria lebih sering menggunakan bahasa Jawa Tegal daripada responden wanita.

ABSTRACT
This thesis deals with the use of Tegal Javanese language by Tegal people who live in Jakarta and Depok. The data of this research are obtained through questionnaires. There are 44 respondents who meet the criteria in this research. The result of this research shows that the majority of the respondents still use Tegal Javanese. Overall, they use BJT when talking to family and friends who come from Tegal. However, when talking about the official topics, respondents were are likely to use BI. Similarly when outside the home, respondents are more likely to use bahasa Indonesia. When communicating in social media, the respondents tend to use bahasa Indonesia and bahasa campuran. In addition, male respondents use Tegal Javanese more than female respondents.
"
2016
S65284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satyawati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas penggunaan bahasa Jawa Tegal oleh orang Tegal yang tinggal di Jakarta dan Depok. Data penelitian didapatkan melalui penyebaran kuesioner. Terdapat 44 responden yang masuk dalam kriteria penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang Tegal tetap menggunakan bahasa Jawa Tegal walaupun telah tinggal di Jakarta dan Depok. Secara keseluruhan, para responden menggunakan bahasa Jawa Tegal saat berbicara dengan keluarga dan teman yang berasal dari Tegal. Namun, saat membicarakan topik resmi, responden lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Begitu pula saat berada di luar rumah, responden lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Ketika berkomunikasi di media sosial, responden cenderung menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa campuran. Hasil lainnya adalah responden pria lebih sering menggunakan bahasa Jawa Tegal daripada responden wanita.

ABSTRAK
This thesis deals with the use of Tegal Javanese language by Tegal people who live in Jakarta and Depok. The data of this research are obtained through questionnaires. There are 44 respondents who meet the criteria in this research. The result of this research shows that the majority of the respondents still use Tegal Javanese. Overall, they use BJT when talking to family and friends who come from Tegal. However, when talking about the official topics, respondents were are likely to use BI. Similarly when outside the home, respondents are more likely to use bahasa Indonesia. When communicating in social media, the respondents tend to use bahasa Indonesia and bahasa campuran. In addition, male respondents use Tegal Javanese more than female respondents. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sintya Nur Muftiana
"Lagu diciptakan oleh seseorang yang tergabung di dalam suatu kelompok masyarakat yang bertujuan untuk menyampaikan makna tertentu. Unsur lagu yang menjadi media penyampaian makna tersebut adalah lirik lagu. Oleh sebab itu, lirik lagu dapat disebut sebagai penyimpan makna lagu yang merupakan salah satu bentuk budaya suatu masyarakat. Masyarakat yang diteliti lagunya pada penelitian ini adalah masyarakat Jawa Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alat kohesi pembangun makna keislaman dalam teks lirik lagu bahasa Jawa dialek Banten. Alat kohesi yang akan diidentifikasi adalah repetisi, sinonimi dan hiponimi. Alat kohesi berupa sinonimi dan hiponimi akan dianalisis menggunakan analisis komponen makna (Nida, 1975). Metode yang digunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung makna keislaman yang ada di dalam teks lirik lagu bahasa Jawa dialek Banten. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kosakata keislaman yang mengalami repetisi, sinonimi dan hiponimi terbukti membangun makna keislaman di dalam teks lirik lagu bahasa Jawa dialek Banten.

A song was created by someone who belongs to a community that aims to convey a certain meaning. An element of the song that becomes the medium of conveying the meaning is the song lyrics. Therefore, song lyrics can be referred to the meaning of the song which is one form of culture of a society. A society that was researched in this study is the society of Java Banten. This study aims to identify a cohesion tool that builds Islamic meaning in the lyric text of Javanese songs in the Bantenese dialect. The cohesion tools to be identified are reps, synonym, and hyponymy. Cohesion tools in the form of synonym and hyponymy will be analyzed using analysis of meaning components (Nida, 1975). The method used qualitative descriptive analysis. The data used in this study are words that contain Islamic meanings that exist in the lyric text of Javanese songs in the Bantenese dialect. Based on the analysis that has been done, it can be concluded that the vocabulary of Islam that undergoes reps, synonyms, and hyponymy is proven to build Islamic meaning in the lyric text of Javanese songs of Banten dialect."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chusni Hadiati
"ABSTRAK
Penelitian mengenai strategi percakapan dalam jual beli tradisional dalam dialek Banyumas
ini merupakan penelitian pragmatik yang berfokus pada analisis percakapan. Penelitian ini
bertujuan untuk merekonstruksi strategi percakapan jual beli tradisional dalam dialek
Banyumas dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam keputusan pembelian
konsumen. Tuturan yang diujarkan oleh penutur merepresentasikan apa yang ada dalam
benak mereka. Strategi percakapan dalam penelitian ini meliputi, kondisi kesahihan tuturan,
strategi bertutur dan strategi kesantunan. Keputusan konsumen dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal yang direalisasikan melalui tuturan dalam percakapan jual beli.
Data penelitian diperoleh dari percakapan jual beli di pasar tradisional. Penyajian data
dilakukan dengan menggunakan mikro dan makro struktur. Analisis data dilakukan dengan
metode padan pragmatis. Satuan analisis dalam penelitian ini adalah tuturan. Kondisi
kesahihan tuturan dapat dilihat dari konteks tuturan. Pada realisasinya, konteks tuturan dapat
dilihat sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembelian. Faktor eksternal atau
bauran pemasaran adalah faktor-faktor di luar individu yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Faktor internal atau black box model yang terjadi dalam benak individu
merupakan faktor dalam diri individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Faktor eksternal dan faktor internal itu direalisasikan ke dalam tuturan individu dalam
percakapan jual beli tradisional. Bahasa dalam percakapan jual beli tradional memiliki tiga
fungsi, yaitu fungsi referensial, fungsi afektif, dan fungsi fatis. Penelitian lebih lanjut dapat
dilakukan untuk membuktikan fungsi bahasa dalam percakapan jual beli tradisional dalam
bahasa Jawa dialek Banyumas

ABSTRACT
The research on conversation strategies in traditional selling and buying in Banyumas dialect
is a pragmatic research focuses on conversation analysis. It aims to reconstruct the
conversation strategies in traditional selling and buying in Banyumas dialect and to find out
the factors affecting consumers? behavior. Utterances used in traditional selling and buying
conversation relfect speakers? mind. The conversation strategies include the felicity
condition, the speech strategies, and the politeness strategies. Consumers? behavior is
affected by external and internal factors. Data is gathered from traditional selling and buying
conversations in traditional markets. This qualitative research uses micro and macro structure
to display data and uses pragmatic identity method in analysis. The unit of analysis of this
research is speech or utterance. Felicity condition of each utterance can be seen from the
context. Context is considered as factors affecting consumers? behavior. External factors or
marketing mix are factors outside the consumers which affects the consumers? decision
whether or not to buy the goods. On the other hand, internal factors or the black box model
are factors inside the consumers affecting their decision. It is called as a black box model
since it occurs in buyers? mind. Those external and internal factors are realized in the
utterances used in traditional selling and buying conversation. The language functions in
traditional selling and buying are classified into three types; referential, affective, and phatic.
A further and deeper research needs to conduct to prove the language functions in traditional
selling and buying conversation in Banyumas dialect"
2016
D2246
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riziq Maulana Yusuf
"Bahasa merupakan suatu entitas yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat dan berhubungan satu sama lain. Interaksi yang timbul dari aktivitas sosial manusia memunculkan emosi yang dapat mengendalikan pikiran dan sikap dalam bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Film merupakan gambaran wujud kegiatan bertutur dalam komunikasi sehari-hari yang memaparkan kisah kehidupan tertentu. Tokoh yang terdapat di dalam film menyampaikan maksud dan pesan melalui tindak ilokusi pada percakapan-percakapan. Pada penelitian ini dipaparkan mengenai ekspresi tuturan yang menunjukkan ilokusi emosi kemarahan tokoh Jadag pada film karya Wicaksono Wisnu Legowo. Tujuan penelitian ini adalah menjabarkan ekspresi tuturan emosi kemarahan yang dilakukan tokoh Jadag pada dialog film Turah karya Wicaksono Wisnu Legowo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teori tindak tutur (Austin, 1962) untuk menganalisis data tuturan pada dialog tokoh berdasarkan konteks penggunaannya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekspresi kemarahan tokoh Jadag disampaikan menggunakan kategori ilokusi asertif, ekspresif dan direktif. Bentuk tuturan emosi kemarahan tokoh Jadag dipicu oleh tuturan-tuturan dari mitra tutur yang merendahkan. Cara penyampaian ekspresi marah melalui tuturannya pun semakin jelas terlihat berupa pengecaman dan juga pembangkangan, serta respon dari mitra tutur yang menjadi indikator emosi kemarahan penutur.

Language is an entity that cannot be separated from humans as social beings and relate to each other. Interactions that arise from human social activities give rise to emotions that can control thoughts and attitudes in acting by what is desire. The film is a picture of speaking activities in everyday communication that describes specific life stories. The characters in the movie convey the intent and message through illocutionary acts in conversations. In this study, the expression of speech shows the illocutionary emotion of Jadag's anger in the film by Wicaksono Wisnu Legowo. This study aims to describe the expression of anger emotions made by Jadag's character in the dialogue of the film Turah by Wicaksono Wisnu Legowo. This research uses a descriptive qualitative research method with speech act theory (Austin, 1962) to analyze speech data in character dialogue based on its use. The study results concluded that the expression of anger in Jadag's character was conveyed using the categories of assertive, expressive, and directive illocutionary. Utterances from condescending speech partners trigger the formation of an emotional statement of Jadag's character. The way of conveying angry expressions through his speech is increasingly evident in the form of criticism, disobedience, and the response of the speech partner, which is an indicator of the speaker's anger emotion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>