Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198069 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beby Tri Anisa
"Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Masalah keperawatan umum yang sering ditemui pada pasien DHF adalah defisiensi cairan dan elektrolit karena adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang mengakibatkan kehilangan plasma melalui endotel. Intervensi keperawatan perlu dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut dengan penerapan manajemen cairan yang dipandu oleh parameter seperti kadar hematokrit, haluaran urin, tekanan darah, frekuensi nadi, penurunan tekanan darah postural dan klinis pasien. Tujuan: Untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan dan mengetahui manfaat manajemen cairan pada anak dengan masalah DHF. Metode: Penerapan manajemen cairan diberikan kepada pasien anak usia sekolah. Penerapan dilakukan dengan melibatkan kedua orang tua pasien dengan memantau intake dan output pasien selama 24 jam menggunakan fluid chart. Hasil: Menunjukan adanya efektifitas terhadap pasien yang mengalami hipovolemia yang disertai perbaikan gejala yang meliputi intake cairan meningkat, nadi teraba kuat dan hemodinamik stabil. Saran: Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi rujukan bagi perawat untuk menerapkan manajemen cairan pada pasien anak DHF sebagai intervensi keperawatan non farmakologis untuk mengatasi masalah risiko hipovolemia.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by dengue virus infection transmitted through the bite of the Aedes aegypti mosquito. A common nursing issue encountered in DHF patients is fluid and electrolyte deficiency due to increased blood vessel permeability resulting in plasma loss through the endothelium. Nursing interventions are necessary to address this condition by implementing fluid management guided by parameters such as hematocrit levels, urine output, blood pressure, pulse rate, postural blood pressure drop, and clinical signs in patients. Objective: To provide an overview of nursing care and understand the benefits of fluid management in children with DHF (Dengue Hemorrhagic Fever). Method: Fluid management was applied to school-age pediatric patients involving both parents in monitoring the patient's intake and output over 24 hours using a fluid chart. Results: Demonstrated effectiveness in patients experiencing hypovolemia with symptom improvement including increased fluid intake, strong palpable pulse, and stable hemodynamics. Suggestions: The findings of this scientific paper are expected to serve as reference for nurses in implementating flud management in pediatric patients with Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) as a non-pharmacological nursing interevention to address the risk of hypovolemia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Khairunnisa
"Demam berdarah dengue menyerang anak-anak daripada orang dewasa. Sistem kekebalan tubuh yang rentan beresiko terpapar suatu penyakit. Demam berdarah dengue menyebabkan peningkatan kapiler plasma sehingga seseorang mengalami hipovolemia. Asuhan keperawatan diperlukan dalam mengatasi hipovolemia dengan memberikan intervensi keperawatan manajemen hipovolemia dan pemantauan cairan menggunakan fluid chart. Fluid chart digunakan untuk memantau dan mencatat secara akurat intake dan output guna mencapai keseimbangan cairan tubuh. Klien usia 10 tahun mengalami kondisi demam tinggi 3 hari, keadaan lemas, mukosa kering, serta pemeriksaan laboratorium menunjukkan hematokrit menurun (39,2%) dan trombosit menurun (157 10 3 /μL). Pemeriksaan hemodinamik serta pemeriksaan darah perifer lengkap rutin setiap 24 jam untuk mengevaluasi kondisi pasien selama dilakukan perawatan. Kesimpulannya, penerapan fluid chart efektif membantu memonitor cairan masuk dan keluar pasien ditandai dengan balans cairan membaik, pemeriksaan darah perifer lengkap menunjukkan proses perbaikan, serta kondisi vital yang stabil.

Dengue hemorrhagic fever attacks children more than adults. A vulnerable immune system is at risk of exposure to disease. Dengue hemorrhagic fever causes an increase in plasma capillaries so that a person experiences hypovolemia. Nursing care is needed to treat hypovolemia by providing nursing interventions to manage hypovolemia and monitor fluids using a fluid chart. Fluid charts are used to accurately monitor and record intake and output to achieve body fluid balance. A 10 year old client experienced a high fever for 3 days, weakness, dry mucosa, and laboratory examination showed decreased hematocrit (39.2%) and decreased platelets (157 103/μL). Hemodynamic examination and routine complete peripheral blood examination every 24 hours to evaluate the patient's condition during treatment. In conclusion, the application of a fluid chart is ef ective in helping monitor the patient's incoming and outgoing fluids as indicated by improved fluid balance, complete peripheral blood examination showing the improvement process, and stable vital conditions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nur Hamidah
"Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di Indonesia, terlebih lagi saat memasuki musim penghujan. Anak-anak menyumbang kasus terbanyak pada kasus DHF di Indonesia. Efek dari virus penyebab DHF salah satunya adalah kebocoran plasma akibat penurunan kadar trombosit dalam tubuh penderita. Salah satu masalah keperawatan yang berkaitan erat dengan kebocoran plasma pada DHF adalah risiko hipovolemia. Karya ilmiah ini ditulis bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan masalah risiko hipovolemia pada anak dengan DHF. An. M (10 tahun) dengan dengan DHF mengalami demam tinggi dengan suhu 38,5oC, kondisi membran mukosa yang pucat serta kondisi bibir yang kering, tekanan darah 102/60 mmHg, frekuensi nadi 97 kali per menit, dan kekuatan nadi yang teraba agak lemah. Kadar trombosit saat dilakukan pemeriksaan pertama kali sebesar 81000/µl. Intervensi manajemen cairan diberikan selama 5 hari, pasien mengalami perbaikan status hidrasi yang terlihat dari kondisi membrane mukosa dan bibir menjadi lembab, tanda vital stabil, terjadi kenaikan trombosit dan peningkatan intake per oral pasien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk peningkatan kesadaran dalam melakukan pemantauan cairan yang akurat serta memahami kondisi klinis pasien dengan kekurangan cairan atau kelebihan cairan.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is the one of most common health problem in Indonesia, especially during the rainy season. Children are the largest contributor for dengue cases in Indonesia. One of the effects of the virus that causes DHF is plasma leakage due to the thrombocytopenia. Risk of hypovolemia is the one of common nursing problem that occur in patient with DHF. This scientific paper is written to analyzing nursing care for the risk of hypovolemia in children with DHF. Patient M (10 years old) has a high fever with a temperature of 38,5oC, has pale mucous membranes and dry lips, the blood pressure 102/60 mmHg, pulse rate 97 beats per minute with the poor beats of pulses. The platelet level was 81000/µl. The fluid management intervention was given for 5 days, the patient shows an improvement in hydration status as seen from the condition of mucous membranes and lips becoming moist, stable vital signs, an increase in platelets level and patient’s oral intake. The results that expected from this study are for to be a baseline for increasing awareness of conducting accurate fluid monitoring and understanding the clinical condition of patient with fluid deficiency or fluid overload"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Albana Wahyudi
"Chronic kidney disease atau gagal ginjal kronis merupakan gagal ginjal stadium akhir yang tidak dapat disembuhkan. Fungsi ginjal meliputi pengaturan cairan, detoksifikasi, dan produksi hormon. Penderita penyakit ginjal kronis perlu menjalani hemodialisis rutin sebagai terapi pengganti ginjal sementara. Penderita penyakit ginjal kronis seringkali mengalami masalah kelebihan cairan akibat disfungsi filtrasi glomerulus, oleh karena itu pengaturan cairan yang ketat dan efektif harus dilakukan untuk mencegah komplikasi seperti kelebihan cairan. Tugas akhir ini menggunakan metode studi kasus asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik terminal yang fokus pada intervensi manajemen cairan dengan tabel pemantauan intake dan output cairan.

Chronic kidney disease or chronic kidney failure is a terminal disease that changes slowly and is irreversible. Kidney function consists of fluid regulation, detoxification, and hormone production. Patients with crhonic kidney disease must undergo routine hemodialysis as temporary renal replacement therapy. Patients with chronic kidney disease often experience problems with excess fluid due to glomerular filtration dysfunction, so strict and effective fluid digestion must be carried out to prevent complications by monitoring fluid intake and output. The writing of this final assignment uses a case study method using fluid intake and output monitoring charts and this monitoring is effective in dealing with excess fluid volume, as evidenced by the reduction in manifestations of excess fluid in patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Sahwa Kusnana
"Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah masalah kesehatan serius di wilayah tropis seperti Indonesia. Gejalanya bervariasi dari ringan hingga parah, dengan potensi fatal bagi penderitanya, terutama anak-anak. Diagnosa dini dan penanganan yang tepat menjadi krusial dalam mengurangi risiko komplikasi dan kematian. Studi kasus di RSUI Depok menemukan bahwa lebih dari 8 kasus DHF pada anak dalam periode 1-20 April 2024. Fase demam adalah tahap awal penyakit yang penting untuk dikenali, dengan peningkatan suhu tubuh menjadi indikator penting. Komplikasi seperti penumpukan cairan dan perdarahan membutuhkan penanganan yang cermat. Tepid Water Sponge (TWS) adalah salah satu pendekatan non-farmakologis untuk menurunkan suhu tubuh yang efektif, dengan memperluas pembuluh darah perifer dan memfasilitasi transfer panas dari tubuh. Studi kasus ini bertujuan untuk mengimplementasikan penggunaan TWS dalam menurunkan suhu tubuh pasien DHF di RSUI, dengan harapan dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang efektif.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) or Demam Berdarah Dengue (DBD) is a serious health issue in tropical regions such as Indonesia. Symptoms vary from mild to severe, with the potential for fatality, especially among children. Early diagnosis and proper management are crucial in reducing the risk of complications and death. A case study at RSUI Depok found more than 8 cases of DHF in children during the period of April 1-20, 2024. The fever phase is an important initial stage of the disease to be recognized, with an increase in body temperature being a significant indicator. Complications such as fluid accumulation and bleeding require careful management. Tepid Water Sponge (TWS) is one of the non-pharmacological approaches to effectively reduce body temperature by dilating peripheral blood vessels and facilitating heat transfer from the body. This case study aims to implement the use of TWS in lowering the body temperature of DHF patients at RSUI, with the hope of improving effective nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daula Gina Fabila
"Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus yang sering disebut dengan bronkopneumonia. Pada anak dengan bronkopneumonia, kepatenan jalan napas dapat terganggu karena adanya produksi sekret yang tertahan di jalan napas, sehingga daoat menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan fisioterapi dada pada ank bronkopneumonia dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Pasien An. E berusia 4 tahun dengan hasil pemeriksaan TTV: HR 132x/menit, RR 32-34x/menit, S 36.4 C, SpO2 97 % on NK 2 lpm; anak ada batuk namun sulit mengeluarkan dahak; tampak batuk tidak efektif; anak tampak sesak dan napas tampak cepat, suara napas vesikuler dengan suara napas tambahan ronkhi di kedua lapang bawah paru, terdapat retraksi dinding dada dan WOB. Penerapan fisioterapi dada pada anak selama 3 hari perawatan menunjukkan perbaikan status pernapasan dengan rentang hasil pemeriksaan HR 106-132x/menit, RR 25-34x/menit, dan SpO2 95-98%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk menerapkan fisioterapi dada pada anak dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat karena intervensi ini termasuk penatalaksanaan nonfarmakologis.

The occurrence of pneumonia in children often coincides with an acute infectious process in the bronchi which is often called bronchopneumonia. With bronchopneumonia, airway patency can be disrupted due to the production of secretions that are retained in the airway, resulting in ineffective airway clearance. This scientific work aims to prove the effectiveness of applying chest physiotherapy for bronchopneumonia with ineffective airway clearance problems. Patient E was a 4 year old with vitals examination results: HR 132 tpm, RR 32-34 tpm, T 36.4 C, SpO2 97% on NK 2 lpm. Further examination revealed a cough along with difficulty expelling phlegm, shortness of breath, vesicular breathing with crackles on lower lung fields, chest wall retractions and WOB. The application of chest physiotherapy during 3 days of treatment showed an improvement in respiratory status with examination results HR 106-132 tpm, RR 25-34 tpm, and SpO2 95-98%. The results of this research could be used as a reference to apply chest physiotherapy, which can be carried out independently by nurses. Chest physiotherapy is an intervention that includes non-pharmacological management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Apriyanti
"Klien dengan penyakit kanker cenderung mengalami masalah psikososial salah satunya ansietas yang berdampak terhadap kesehatan mental. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengetahui penerapan terapi penghentian pikiran, terapi penerimaan dan komitmen serta  psikoedukasi keluarga terhadap respon penurunan  tanda dan gejala ansietas dengan pendekatan teori Stuart dan Swanson. Responden berjumlah 30 klien dengan diagnosa medis kanker, 15 klien diberikan intervensi keperawatan berupa tindakan keperawatan ners generalis ditambah terapi penghentian pikiran dan terapi psikoedukasi keluarga serta 15 klien diberikan Intervensi keperawatan  berupa terapi ners generalis, terapi penghentian pikiran, terapi penerimaan dan komitmen serta terapi psikoedukasi keluarga. Analisis dilakukan terhadap respon tanda dan gejala ansietas serta kemampuan klien dan keluarga sebelum dan sesudah dilakukan tindakan keperawatan. Hasil penerapan Intervensi keperawatan ners generalis dan ners spesialis penghentian pikiran, terapi penerimaan dan komitmen dan psikoedukasi keluarga menurunkan tanda dan gejala ansietas secara bermakna pada semua respon, terdapat perbedaan signifikan pada penurunan tanda dan gejala respon kognitif pada intervensi keperawatan  ners generalis, terapi penghentian pikiran, terapi penerimaan dan komitmen dan psikoedukasi keluarga.

Clients with cancer tend to experience psychosocial problems, one of which is anxiety that has an impact on mental health. This latest scientific paper aims to determine the application of mind cessation therapy, acceptance and commitment therapy as well as family psychoeducation to the response to decreased signs and symptoms of anxiety with the theoretical approach of Stuart and Swanson. The respondents were 30 clients with a medical diagnosis of cancer, 15 clients were given nursing interventions in the form of generalist nurse nursing actions plus mind cessation therapy and family psychoeducational therapy and 15 clients were given nursing interventions in the form of generalist nurse therapy, mind cessation therapy, acceptance and commitment therapy and family psychoeducation therapy. Analysis was carried out on the response of signs and symptoms of anxiety as well as the ability of clients and families before and after nursing treatment. The results of the implementation of nursing interventions for generalist nurses and nurses with cessation of thoughts, acceptance and commitment therapy and family psychoeducation significantly decreased signs and symptoms of anxiety in all responses, there was a significant difference in the decrease in signs and symptoms of cognitive response in nursing interventions for generalist nurses, mind cessation therapy, acceptance and commitment therapy and family psychoeducation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Indah Tiyasningrum
"Sindrom koroner akut adalah kegawatan sirkulasi yang disebabkan oleh penurunan suplai oksigen di arteri koroner yang dapat menyebabkan infark miokard. Laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan metode case study dan intervensi limb-raising. Perawatan dilakukan selama 3 hari di ICU pada Tn S (61 tahun) dengan diagnosa medis perioperative MI-NSTEMI dengan post perawatan di ICU. Tatalaksana medis invasif diperlukan pada beberapa kasus SKA dengan risiko tinggi. Revaskularisasi dengan PCI merupakan salah satu yang paling popular. Masalah nyeri dan kenyaman merupakan salah satu masalah keperawatan utama pasien. Nyeri yang tidak ditangani dapat menyebabkan penurunan kualitas perawatan, mengganggu hemodinamik, dan bertambahnya hari rawat. Intervensi limb-raising dilakukan pada Tn S dengan memberikan elevasi 30ᵒ pada tangan area penusukan dan kompresi. Asuhan keperawatan dilakukan secara komprehensif. Hasil implementasi yang di dapatkan yakni beberapa hemodinamik selalu stabil seperti tekanan darah, frekuensi nadi, saturasi oksigen, dan suhu tubuh. Frekuensi napas pasien selama perawatan seringkali mengalami takipnea. Skala nyeri pasien selama perawatan diukur menggunakan NRS. Intervensi limb-raising berhasil menurunkan nyeri pada lokasi penusukan post PCI dari nyeri sedang (4/10) menjadi tidak ada nyeri (0/10), hal lainnya yang dievaluasi yakni tidak adanya pembengkakan dan pasien merasa lebih nyaman dengan metode yang digunakan. Diharapkan implementasi limb raising dapat dilakukan perawat pada lebih banyak pasien Post-PCI dan penelitian selanjutnya mampu mengembangkan intervensi keperawatan mandiri lainnya untuk mengatasi nyeri pada pasien di ICU.
Acute coronary syndrome is a circulatory emergency caused by decreased oxygen supply in the coronary arteries that can lead to myocardial infarction. This case report aims to analyze nursing care using the case study method and limb-raising intervention. Treatment was carried out for 3 days in the ICU for Mr. S (61 years old) with a perioperative medical diagnosis of MI-NSTEMI with post-treatment in the ICU. Invasive medical treatment is necessary in some high-risk ACS cases. Revascularization with PCI is one of the most popular. The problem of pain and comfort is one of the main nursing problems for patients. Untreated pain can reduce the quality of care, disrupt hemodynamics, and increase hospital days. The limb-raising intervention was carried out on Mr. S by providing an elevation of 30ᵒ to the hand in the stabbing and compression area. Nursing care is carried out comprehensively. The implementation results obtained were that several hemodynamics were always stable, such as blood pressure, pulse frequency, oxygen saturation, and body temperature. The patient's respiratory frequency during treatment often experiences tachypnea. The patient's pain scale during treatment was measured using NRS. The limb-raising intervention was successful in reducing pain at the post-PCI puncture site from moderate pain (4/10) to no pain (0/10), other things that were evaluated were the absence of swelling and the patient felt more comfortable with the method used. It is hoped that the implementation of limb raising can be carried out by nurses on more Post-PCI patients and that further research will be able to develop other independent nursing interventions to deal with pain in patients in the ICU."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Puspitasari
"Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis yang menyebabkan psikosis disertai penurunan fungsi kognitif, afektif, dan psikososial. Masalah keperawatan yang sering muncul akibat gejala negatif skizofrenia yakni isolasi sosial. Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain serta sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Seseorang dengan kondisi ini cenderung menarik diri dari lingkungan dan mengalami penurunan–bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan proses asuhan keperawatan klien melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa generalis, expressive writing, dan aktivitas bernyanyi pada klien dengan isolasi sosial. Metode penulisan yang digunakan adalah metode case report. Kombinasi expressive writing dan aktivitas bernyanyi ini berfungsi sebagai media bagi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya serta menstimulasi keinginan untuk berinteraksi. Asuhan keperawatan diberikan pada klien bernama Nn. W yang berusia 37 tahun dengan diagnosis skizofrenia. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan lembar evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial serta kemampuan bersosialisasi klien yang dikembangkan oleh Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Hasil case report ini menunjukkan bahwa penerapan asuhan keperawatan jiwa generalis, expressive writing, dan aktivitas musik bernyanyi selama 7 hari efektif dalam menurunkan tanda gejala isolasi sosial pada klien, yakni dari skor 30 menjadi 6, serta mengalami peningkatan kemampuan bersosialisasi dari skor 0 menjadi skor 9. Oleh karena itu, penulis berharap expressive writing dan aktivitas musik bernyanyi dapat diterapkan sebagai intervensi tambahan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial di rumah sakit.
Schizophrenia is a chronic psychiatric disorder that causes psychosis accompanied by decreased cognitive, affective, and psychosocial functions. Nursing problems that often arise due to negative symptoms of schizophrenia are social isolation. Social isolation is loneliness experienced by individuals and is considered to arise because of other people and as a threatening negative situation. A person with this condition tends to withdraw from the environment and experience a decrease-even a complete inability-to interact with others. The purpose of writing this scientific work is to describe the client's nursing care process through the application of generalist mental nursing care, expressive writing, and singing activities for clients with social isolation. The writing method used is the case report method. The combination of expressive writing and singing activities serves as a medium for clients to express their feelings and thoughts and stimulate the desire to interact. Nursing care was provided to a 37-year-old client named Ms. W with a diagnosis of schizophrenia. The evaluation was carried out using an evaluation sheet for signs and symptoms of social isolation and client socialization skills developed by the Department of Mental Health Nursing, Faculty of Nursing, Universitas Indonesia. The results of this case report show that the application of generalist mental nursing care, expressive writing, and singing music activities for 7 days is effective in reducing signs and symptoms of social isolation in clients, namely from a score of 30 to 6, and experiencing an increase in socialization skills from a score of 0 to a score of 9. Therefore, the author hopes that expressive writing and singing music activities can be applied as additional interventions in providing nursing care to clients with social isolation in hospitals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Christine
"Individu yang memasuki tahap akhir perkembangan akan mengalami penurunan fungsi pada sistem tubuhnya. Salah satunya merupakan perubahan sistem muskuloskeletal yang identik dengan penurunan kekuatan otot, tulang dan sendi yang dapat memengaruhi keseimbangannya. Lansia yag memiliki gangguan keseimbangan akan mengalami risiko jatuh yang lebih tinggi. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran dalam penerapan asuhan keperawatan pada lansia yang memiliki masalah resiko jatuh. Format pengkajian Burg Balance Test (BBT) dan Timed up and Go test (TUG) digunakan untuk mengukur resiko jatuh klien. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk menangani masalah resiko jatuh adalah latihan keseimbangan dengan metode square stepping exercise (SSE). Intervensi diberikan satu kali dalam sehari selama 12 hari dengan durasi 30-40 menit. Hasil yang diperoleh selama menerapkan metode latihan ini didapatkan peningkatan kecepatan berjalan sebesar 1 menit 15 detik saat dilakukan rata-rata pengukuran awal dan akhir dengan timed up and go test, serta peningkatan keseimbangan dilihat dari adanya penambahan skor Berg Balance Test sebesar 3 poin. Latihan ini direkomendasikan untuk diterapkan di nursing home sebagai aktivitas latihan rutin untuk menurunkan resiko jatuh lansia.

Individuals who enter the final stage of development will experience a decline in function in their body systems. One of them is a change in the musculoskeletal system which is synonymous with a decrease in muscle, bone and joint strength which can affect balance. Elderly people who have balance disorders will experience a higher risk of falling. This scientific work aims to provide an overview of the application of nursing care to elderly people who have a risk of falling. The Burg Balance Test (BBT) and Timed up and Go test (TUG) assessment formats are used to measure the client's risk of falling. A form of nursing intervention that can be given to deal with the risk of falls is balance training using the square stepping exercise (SSE) method. Intervention is given once a day for 12 days with a duration of 30-40 minutes. The results obtained during applying this training method showed an increase in walking speed of 1 minute 15 seconds when the initial and final measurements were averaged using a timed up and go test, as well as an increase in balance seen from an increase in the Berg Balance Test score of 3 points. This exercise is recommended to be implemented in nursing homes as a routine exercise activity to reduce the risk of falls in the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>